Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.
Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.
Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkan smirk diwajah dingin Dewa. Finally, dombanya datang juga. Ory tampak celingak celinguk mencari-cari keberadaan Bu Mita. Tapi Ory heran kenapa suasana rumah tampak sepi-sepi saja seperti tidak ada perayaan apapun.
"Mas Dewa, mama mana? Kok sepi banget ini rumah?" Ory masuk kedalam rumah tapi kepalanya masih saja celingukan mencari keberadaan Bu Mita. Masa ia ibu mertuanya masih ngemall di tengah malam seperti ini. Ada-ada saja. Atau suaminya ini telah membohonginya ya? Tapi apa untungnya juga kan? Toh suaminya ini tidak pernah mengakui keberadaannya sebagai seorang istri, apalagi menyukainya.
"Kamu masuk aja dulu. Namanya juga kejutan,ya harus sabarlah menunggu surprise nya? Mama nunggu kamu tuh dikamar Mas." Sahut Dewa kalem. Matanya dengan rakus menelusuri semua lekuk liku tubuh muda sempurna Ory. Gadis ini kan istrinya. Jadi sah-sah saja kalau ia memilikinya bukan?
Ory makin membulatkan mata indahnya. Aneh! Ngapain juga Bu Mita nunggunya dikamar Dewa segala? Walau sedikit heran tetapi Ory akhirnya melangkah masuk juga kekamar Dewa. Suara kunci yang diputar sontak membuat Ory berpaling kearah pintu.
Dewa bahkan mengantongi kunci kamar tersebut. Sepertinya ada yang tidak beres disini.
"Kok pintunya di kunci Mas? Lah ini mama Mitanya juga nggak ada. Mas bohongin Ory ya?" Ory mundur-mundur ketakutan. Semakin lama Ory semakin tidak nyaman melihat tatapan kurang ajar Dewa. Dewa tidak menjawab pertanyaan Ory sama sekali. Sekarang ia malah terus maju dengan tatapan tajam yang terus terarah pada Ory. Ory mundur-mundur ketakutan kembali sampai kakinya menyentuh tepi ranjang, Ory tidak bisa mundur lagi!
"Ma—mas Dewa mau ngapain? Awas Mas, Ory mau keluar, tidak ada mama disini. Tidak ada surprise apapun disini, tolong menyingkir dari Ory!"
Ory mulai merasakan alarm peringatan berbahaya berdering dikepalanya. Dia harus secepatnya pergi dari tempat ini. Sepolos-polosnya Ory nalurinya mengatakan kalau ia dalam bahaya. Insting dasarnya menyuruhnya untuk segera meninggalkan tempat terkutuk ini.
Brukkkk!! Ahhh!!!
Ory kaget saat Dewa mendorongnya sampai ia jatuh terlentang ditengah ranjang. Baru saja Ory ingin bangun, Dewa sudah menindih tubuh Ory dan menahan dua lengannya sekaligus dikepala dan dengan cepat mengikatnya dengan dasi yang dikenakannya. Ory semakin ketakutan. Apakah Dewa akan membunuhnya dan juga memutilasinya. Ory begitu ketakutan. Apalagi tatapan mata Dewa begitu dingin dan kejam.
"Apa-apaan ini Mas, lepas-hemmpptt!" Ory tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena Dewa sudah menciumnya dengan ganas. Kedua tangan Dewa begitu kooperatif melepaskan helai demi helai kain ditubuhnya. Ory gemetar ketakutan. Seumur hidupnya dia tidak pernah berpacaran. Di cium saja ia tidak pernah. Tetapi sekalinya ia di cium, perlakuan yang ia terima malah seperti perkosaan. Ory ketakutan sekaligus sangat sedih karena dilecehkan seperti ini.
"Jangan Mas, Jangan perlakukan Ory seperti ini. Salah Ory apa, Mas?!!" Dewa melepaskan sejenak ciuman panasnya saat dia merasakan Ory mulai megap-megap kehabisan nafas. Pipinya juga sudah basah karena tangisan ketakutan dan ketidakberdayaannya. Dadanya yang tersengal-sengal karena tangis tertahannya semakin membuat Dewa makin bergairah saja rasanya. Ia harus segera memiliki istrinya. Ia berhak, karena ia adalah suami sahnya.
"Ini kado Mas buat kamu. Kamu sudah 18 tahun kan hari ini. Berarti kamu sudah dewasa untuk saya sentuh. Lagi pula untuk apa kamu histeris begini. Toh kamu pasti sudah sering melakukan hal beginian dengan Rendra dan Raven. Kamu tidak usah munafik Ory! Bedanya kali ini adalah kalau biasanya kamu mendapatkan bayaran sebagai kompensasi jasa kamu atas mereka, kalau dengan saya gratis dong, kan saya ini suami kamu. Sudah jadi kewajiban kamu untuk memuaskan nafkah batin saya, walaupun sudah terlambat setahun sepertinya ya? Lihat lah betapa baiknya saya? Sekarang diam dan layani saya sampai saya puas!!!"
"Mas ja—ahh!! Tolong!!! Hemppppttt!!!"
Ory menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghindari pagutan Dewa. Tapi Dewa malah mulai menelusuri dada ranum Ory dengan lidah panasnya. Meninggalkan jejak basah dan kissmark disana. Ory makin ketakutan saat merasakan mulut Dewa sudah bukan mengecup dan menjilat lagi, tapi mulai menghisap kuat dan menggigit -gigit kecil ujung dadanya.
Air mata Ory mulai mengalir deras. Dia sama sekali tidak menyangka akan mengalami peristiwa tragis seperti ini ditangan suaminya sendiri. Ini bukan percintaan yang sehat, ini adalah sebuah perkosaan. Ory meronta-ronta sekuat tenaga. Tetapi ia sama sekali tidak berdaya apa-apa dibawah tindihan tubuh kekar Dewa.
"Jangan Mas!! Jangan!! Kalau Mas mau kepuasan kan bisa dengan wanita-wanita seksi di club tadi. Mereka pasti dengan senang hati mau melayani Mas! Jangan memperlakukan Ory seperti ini, Mas. Ory mohon, jangan Mas. Kasihanilah Ory, Mas. Ampun, Mas... ampun." Ory sampai menangis menghiba-hiba memohon ampun pada Dewa.
"Kenapa Mas harus bayar mereka semua, kalau Mas malah bisa dapat yang gratis dengan kamu? Halal lagi!!"
Dewa menjawab kurang ajar sambil mulai mengarahkan kepalanya menuju ke dada sekal Ory dan melabuhkan wajahnya di sana. Memagut-magut ganas di beberapa tempat favoritnya.
Ory cuma bisa menggigit bibirnya saat Dewa mulai mengeksplorasi dirinya dan memberinya pengalaman maha dahsyat tentang hubungan terintim antara sepasang manusia. Air matanya mengalir deras saat merasakan Dewa terus saja menjelajahi seluruh permukaan tubuhnya dengan bibir dan tangannya. Seolah-olah beberapa bagian tubuhnya itu adalah makanan yang maha lezat yang harus ia nikmati sepuasnya. Dia menjerit kecil saat merasakan Dewa mulai memagut-magut dibeberapa bagian tubuhnya yang paling rahasia. Ory merasakan kalau kepalanya mulai berdenging tubuhnya mulai meleleh. Dia menyadari Dewa memang berhak atas dirinya, tetapi Dewa juga sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami, jadi wajar saja kalau dia enggan memberikan nafkah lahir batinnya pada Dewa, apalagi cara Dewa mengambil haknya adalah dengan cara brutal dan penuh dengan tipu daya seperti ini? Dalam ketakutan dan ketidak berdayaannya Ory terus menangis dan memohon. Namun suaminya ini seolah-olah telah tuli dan buta dengan segala ketidak peduluannya.
"Ahhhh!! Sakit Mas!!! Lepaskan Ory!!!
Hiks... hiks... hiks..."
Ory berteriak kesakitan saat merasakan kejantanan Dewa menghujamnya begitu dalam seakan-akan membelah dirinya menjadi dua bagian. Penetrasi kasar yang dilakukan Dewa langsung merobek selaput daranya yang sudah dijaganya dengan baik selama delapan belas tahun. Dewa sejenak kaget saat merasakan dirinya menembus selaput dara Ory yang terasa begitu alot sekaligus nikmat.
Astaga dia sudah salah menilai istrinya, ternyata Ory masih perawan. Lalu apa yang dilakukannya bersama Raven dihotel waktu dia dan Celine secara tidak sengaja memergokinya? Apakah dia memuaskan Raven dengan teknik lainnya?
Dewa mengibaskan kepalanya. Persetan dengan itu semua. Yang penting nikmati dulu tubuh indah ini sepuasnya. Toh Ory memang istrinya kan? Dewa memompa naik turun inti tubuh Ory, merasakan cengkraman yang seolah-olah memijat-mijat dirinya dan terus memeras dan memaksanya mengeluarkan sari patinya. Dewa memejamkan mata, dia merasa sebentar lagi dirinya akan meledak. Saat laju asmaranya sudah diujung pelepasan Dewa memagut ganas dada ranum Ory dan melepaskan benihnya sambil berteriak kencang penuh kepuasan.
Sementara Ory yang tertindih dibawah dengan kaki yang terentang cuma bisa menangis sedih diperlakukan seperti jalang. Dewa tidak segera memisahkan dirinya, dia cuma menelungkupkan tubuh kekarnya diatas Ory dan menahan beban tubuhnya pada lengan kanan dan kirinya.
Lima menit kemudian Ory merasakan sesuatu dalam tubuh Dewa kembali mengeras seolah-olah hidup dan bergerak-gerak. Dewa kembali mengerak-gerakkan tubuhnya secara erotis. Dan persetubuhan itu pun kembali dimulai. Ory tidak menghitung berapa kali dia dimiliki Dewa. Yang dia ingat semalaman dia terus saja terlentang di bawah tubuh kekar Dewa. Pusat dirinya terasa begitu pedih dan nyeri. Dia yang tidak pernah punya pacar, tidak pernah tersentuh pria dalam artian kiasan ataupun harafiah. Hari ini mendapatkan semuanya sekaligus sengan cara yang begitu brutal. Dia tidak mengerti jika hubungan suami istri yang dikatakan oleh orang-orang begitu nikmat dan membutakan, kenapa dia sama sekali tidak merasakannya? Yang tertinggal cuma rasa lemas, nyeri dan sakit disekujur tubuhnya. Itu hanya fisiknya. Belum lagi rasa nyeri dan sakit yang berasal dari hatinya.
===================
"Bangun!!!"
Ory gelagapan saat wajahnya terasa dingin mendadak seperti terpercik oleh air hujan. Perlahan pandangan nanar matanya menelusuri interior ruangan yang sama sekali asing baginya.
"Mau sampai kapan kamu bengong disitu? Saya harus kekantor. Ini ada uang dua ratus ribu, lebih dari cukup sebagai ongkos taksi. Sebelum kamu pulang bersihkan terlebih dahulu semua kekacauan di kamar ini."
Dewa yang sudah berpakaian rapi dan menguarkan keharuman maskulin langsung berlalu begitu saja meninggalkan Ory yang masih dalam keadaan naked diranjang.
Perlahan Ory meraba wajahnya yang terasa basah. Rupanya Dewa membangunkannya dengan cara memercikkan air diwajahnya. Ory melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Rasanya sudah tidak keburu lagi untuk bekerja. Belum lagi sekujur tubuhnya yang terasa remuk redam. Dia tidak yakin bisa bekerja dengan maksimal hari ini.
Ory segera mengirim pesan singkat kepada Mbak Clara untuk minta izin tidak masuk kerja hari ini. Baru saja Ory ingin membersihkan diri dikamar mandi, dia langsung jatuh terduduk kembali diujung ranjang. Inti tubuhnya nyeri sekali. Dengan tertatih-tatih dan berpegangan dengan perabotan kamar, Ory masuk ke kamar mandi.
Ory memekik kaget saat melihat banyaknya kissmark hasil dari karya Dewa disekujur tubuhnya. Akhinya cuma bisa menarik nafas panjang mencoba berlapang dada menerima nasib buruknya. Perlahan Ory mengganti sprey putih Dewa yang sudah kotor dipenuhi bercak darah keperawanannya dan juga cairan-cairan lain yang berasal dari tubuh Dewa.
Setelah keadaan kamar menjadi rapi kembali, Ory segera mengenakan celana skinny jeans dan sweater bulu berwarna ungu dan mencangklongkan sling backnya.
Untung saja semalam Ory sempat membawa baju ganti, kalau tidak entah harus memakai baju apa dia hari ini, mengingat bajunya kemarin habis dirobek Dewa dan sudah tidak berbentuk lagi.Dia meninggalkan uang dua ratus ribu yang diberikan Dewa di atas ranjang. Dia tidak sudi menyentuh sepeserpun uang manusia mesum itu. Dengan langkah tertatih Ory keluar dari rumah mewah itu saat driver ojek onlinenya sudah menunggu didepan rumah.
Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masihshockatas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadicabenya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaanabsurdmamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.Flashback On"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuksi berandalcilik itu. Dan mama tidak rela si Dewayang ba
Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya. Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama se
Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur. Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya, kata-kata ibunya saat ia ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya seperti berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap kali ia ingin membahasnya, ibunya selalu bilang sabar dulu, dan menunggu hingga bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda. Puncaknya adalah minggu lalu, saat ia sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan. Tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan mengajukan satu persyaratan buatnya. Yaitu dirinya harus segera memberinya cucu. Waktu itu dirinya langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih saja, pasti akan melendung itu perut si gadis abege. Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB, seketika menghadirkan smirk di wajah dingin Dewa. Finally
Seminggu telah berlalu sejak peristiwa pemaksaan Dewa pada Ory. Mungkin bagi Dewa hal tersebut sangatlah biasa, mengingat predikatnya sebagai playboy mesum akut. Tapi bagi Ory hal itu menjadikannya begitu trauma. Sejak hari nahas itu, Ory menjadi begitu sensitif dengan sentuhan. Dia menjadi tidak nyaman dengan yang namanya skinship. Bahkan untuk bersalaman saja rasanya ia enggan. Begitu juga dengan tatapan. Ory begitu ketakutan dengan tatapan pria yang sifatnya intens ataupun intimate. Bila para wanita biasanya akan sangat tersanjung bila ditatap dengan spesial, sebaliknya, Ory refleks ingin melarikan diri. Trauma yang ditimbulkan akibat malam itu sangat membekas di hatinya. Hari ini hari libur. Itu artinya Ory bisa menghabiskan adalah waktunya dengan Intan untuk hang out atau sekedar jalan-jalan di mall. Ory membuka lemari. Entah kenapa hari ini ia ingin mempraktekkan make up ala korean style yang bar
"Gue sih cuman mau ngingetin lo ya Ry, kalo gue nggak mau bahan materialnya lo ganti sama yang abal-abal, gue mau semuanya harus yang ada label SNI dan sesuai SOP yang kita sepakati bersama. Mungkin dengan begitu biaya produksi kita akan sedikit mengalami kenaikan, tapi itu kan worth it, sebanding dengan hasil yang kita inginkan. Lo mau gegara kita sunat-sunat itu biaya material dan operasional and then jembatan itu ambruk dikarenakan faktor human error yang ujung-ujung nya kita semua bakal gol dan masuk hotel prodeo?" Rendra mulai memakai kaca mata bacanya sambil membalik-balikkan draft proposal penawaran harga yang besok akan segera diberikan pada client. "Ya itu kan cuma sekedar usul doang kali Ren, karena gue lihat penghematan biaya produksi jadi begitu jauh berbeda dan cukup significant itung-itungannya. Cuma yaitu resikonya sih, seperti yang lo bilang. Takut hasil akhir
Akhirnya Ory terpaksa ikut juga masuk kedalam mobil Dewa. Setelah Mama Mita yang menelepon Ory secara langsung langsung dan mengatakan ingin bertemu dengannya. Walau bagaimana pun juga Mama Mita adalah mertuanya, dan dia tidak mau disebut sebagai menantu durhaka. Ory sempat mengingat kehebohan yang tadi terjadi dirumah Fahry. Mereka semua kaget saat tahu bahwa Ory adalah istri sah Dewa. Cuma Radja yang diam saja karena memang dia sudah tahu semua kisah hidup Ory dari sumber yang paling terpercaya, yaitu ayahnya sendiri. Rendra sempat tersinggung saat tahu bahwa ayahnya Radja adalah wali resmi Ory yang legal secara hukum. Apalagi Radja sudah mendaftarkan Ory sebagai mahasiswi di universitas milik ayahnya. Dia seolah-olah merasa tidak dianggap sebagai kakak Ory. Radja merasa Rendra memiliki rasa dengan gadis yang disebutnya sebagai adiknya itu, walau Rendra berusaha keras membantahnya. Tapi dia juga laki-laki, sesama lelaki pasti akan tau arti tata
"Jadi Ory sekarang sudah tamat SMU ya? Bulan depan sudah jadi mahasiswi dong ya, sayang?" Mama Mita mencubit gemas pipi mulus Ory. Semakin dipandang wajah Ory semakin mengingatkannya pada sosok cantik teman masa kecilnya dulu, yang telah merelakan satu ginjalnya demi kelangsungan hidupnya, sehingga dia masih bisa hidup sampai sekarang."Oh ya Ma, tadi kata mama ada yang mau mama bicarakan dengan Ory. Mama mau bicara apa Ma?" Kata-kata Ory membuat Mita mengembalikan ingatannya yang tadi sempat mengembara kemasa lalu."Begini Sayang, waktu di Venesia mama bertemu dengan Wina, ibu tiri kamu. Dan Wina meminta agar pembatalan pernikahanmu dengan Dewa segera dilaksanakan. Mama hanya mau memastikan saja, apakah kamu sudah mantap ingin melakukan pembatalan pernikahan? Sebenarnya mama berat sekali melakukan itu sayang, karena mama sudah pernah berjanji pada orang tuamu dulu untuk menjaga kamu setelah mereka berdua tidak ada lagi didunia ini. Apalag
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah