Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya.
"Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"
Ory kaget saat ada seorang gadis cilik yang menarik-narik blus putihnya sambil melompat-lompat kegirangan dan menyuruh seorang pramuniaga pria untuk menscan harganya. Ory makin bingung saat gadis cilik itu menyeretnya menuju kasir yang penuh dengan antrian customer yang ingin melakukan transaksi pembayaran.
"Maaf ya adik kecil, mbak nya ini bukan barang, jadi tidak ada barcodenya." Ujar Mas kasir sambil tertawa geli. Beberapa pengunjung dan pelanggan diantrian juga ikut tertawa geli. Ory jadi kasihan saat melihat bibir gadis cilik itu melengkung kebawah tanda dia akan menangis. Belum lagi matanya yang langsung berkaca-kaca menahan air mata.
"Lho anak cantik ini kenapa bersedih? Sini sama kakak. Coba kasih kau kakak, apa yang membuat anak cantik ini bersedih."
Ory langsung berjongkok dan mensejajarkan tinggi badannya dengan gadis cilik itu.
Dari jarak sekitar satu meter, Raven mengawasi jalannya drama dadakan itu. Sudut-sudut bibirnya mencuat memperlihatkan senyum gelinya yang terkenal langka itu. Tadi dia memang kaget saat putri ciliknya berteriak heboh ingin membeli mommy baru. Saat dia ingin mencegah perbuatan Ibell, dia melihat bahwa ternyata Ory lah yang ingin dibeli oleh putrinya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ternyata anaknya satu selera dengannya. Kali ini dia setuju 100% dengan pilihan anaknya. Oke, just wait and see, sebentar lagi Ory pasti tidak akan bisa lepas dari mereka berdua. Raven mulai mengeluarkan smirk evil nya. Finalmente Ilegado. Akhirnya kesempatan itu datang juga!"Ibell ingin membeli mommy baru Kak. Soalnya mommy Ibell udah lama sekali tidak pernah datang menjenguk Ibell. Ibell malah sampai sudah lupa sekarang sama wajah mommy. Kakak mau nggak jadi mommynya Ibell? Mau ya kak ya? Mau ya?"
Gadis cilik yang rupanya bernama Ibell itu mengguncang-guncang kedua tangan Ory dengan wajah yang sudah siap menangis jika Ory menolak. Ory menarik nafas panjang, dia tidak tega membuat gadis cilik itu menangis. Dia tau betapa kesepiannya bila tidak memiliki Ibu. Karena dia selalu mengalaminya. Yah, melihat Ibell saat ini, Ory merasa melihat dirinya sendiri dimasa lalu.
"Iya, kakak mau koq jadi mommynya Ibell." Ory tersenyum sambil mencium pipi gembil Ibell.
"Horeeee....Ibell punya mommy baru sekarang. Mommy nggak bohong kan?janji ya mau jadi mommy nya Ibell. Kalau bohong dosa lho Mom?"
Ibell lagi-lagi meminta kepastian. Ory cuma tertawa geli sambil menganggukkan kepalanya. Dia geli karena seperti merasa sedang ditembak oleh seorang gadis cilik. Dia tidak tahu, bahwa janjinya itu akan menjerat kakinya sendiri.
Disudut mall dekat tangga eskalator, senyum Raven sudah melebar menjadi tawa. Ternyata putri kecilnya mewarisi sifat nya yang bisa melobby tanpa yang bersangkutan merasa sedang diperdaya. Bantu Daddy untuk menaklukkan mahkluk cantik itu menjadi mommynya selamanya, sayang.
"Jadi ini ya mommy baru Ibell, kenalan dong Mom?" Raven mengangsurkan tangannya pada Ory. Wajah Ory yang tampak serba salah dan memerah saat melihat Raven, tampak begitu menggemaskan. Bibir merahnya tampak membuka dan menutup bingung harus menjelaskan apa. Raven mendadak pening saat memandangi bibir itu lama-lama. Karena diotak mesumnya sudah membayangkan bagaimana rasa bibir lembut itu diatas bibirnya sendiri.
Shittt!! Raven buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir bayangan-bayangan gila itu."Iya Dad, ini mommy barunya Ibell. Mom, kenalin ini daddynya Ibell."
Ibell menyatukan telapak tangan Ory dan Raven agar bersalaman. Tapi Raven bukannya menyalami Ory, tapi dia malah membawa telapak tangan Ory dan mengecupnya dengan mesra. Ory kaget dan berusaha menarik tangannya yang masih saja terus digenggam oleh Raven.
"Ibell ini anak saya Ory, karena kamu sudah menjadi mommy nya, berarti kamu otomatis menjadi istri saya ya hari ini?"
Raven mengelus telapak tangan Ory yang ada digenggamannya dengan ibu jarinya. Entah mengapa Raven sangat suka sekali melakukan skinship dengan Ory. Padahal dengan wanita lain Raven sangat anti disentuh. Dengan Celine pun itu terjadi karena alkohol. Begitu dia tersadar, dia tidak pernah sekalipun mau menyentuh Celine lagi. Hal itulah yang membuat Celine berang karena mengganggap Raven jijik padanya.
"Kamu ngapain disini Ry?mau beli jam? Saya lihat dari tadi kamu memandangi jam tangan ini terus menerus. Tapi ini kan jam tangan laki-laki, kamu mau beli buat siapa? Dewa?"
"Ishhh bukan!! Buat kak Rendra." Ory menjawab cepat. Rugi sekali rasanya membuang-buang uang buat lelaki mulut bon cabe itu.
"Hari ini Kak Rendra ulang tahun. Ory pengen beli hadiah jam itu buat kak Rendra. Tapi yahhh... nggak cukup budgetnya Pak."
Ory menggigit bibirnya malu. Dia keceplosan.
"Ehm menurut kamu, jam couple yang ada disini itu mana yang paling bagus?saya ingin menguji seleramu. Apakah kamu ini termasuk orang yang berselera tinggi atau tidak?" Raven mulai menebar jala.
"Ya saya tau lah Pak mana barang branded dan mana yang tidak. Tidak punya banyak uang kan bukannya tidak tau mana barang yang mahal!" Ory kesal sekali disangka udik oleh Raven.
"Ya kalau begitu tunjukkan dong. Ayo coba pilih yang mana?" Raven menaikkan sudut bibirnya.
"Yang ini!" Ory tersenyum jumawa. Ory tahu harga sepasang jam tangan itu sama dengan harga satu unit mobil mewah. Ory memandang Raven dengan senyum kemenangan, karena tahu mana harga yang paling mahal.
"Oke. Mas tolong bungkus jam tangan yang ini satu dan jam tangan couple ini juga ya. Jam tangan yang ini tolong dibungkus kado, tapi yang couple ini dibungkus biasa aja boxnya, karena mau langsung kami pakai. Dan ini card untuk tagihannya."
Raven membuka jam tangan yang tadi dipakainya, dan memasukkannya dalam box baru. Kemudian dia memakai jam couple itu, dan memaksa Ory untuk mencoba pasangannya.
"Mas, ini jam istri saya tolong dikecilkan sesuai lengannya ya, saya punya juga."
Dengan cekatan pramuniaga itu mengepas jam couple itu hingga pas dipakai ditangan Raven dan Ory. Ory yang masih kaget cuma bisa diam dan bergerak seperti robot saat dipakaikan jam oleh Raven.
Setelah keluar dari toko jam exclusive itu baru Ory tersadar sudah melakukan kesalahan.
"Maaf Pak, Saya tidak bisa menerima hadiah dari Bapak. Jam tangan buat kak Rendra ini sangat mahal Pak, Saya tidak mungkin menyuruh Bapak yang membayarnya. Nanti kak Rendra pasti marah kalau tau Bapak yang membayarnya."
"Ya kalau begitu tidak usah bilang. Gampangkan?" Raven menjawab santai.
"Terus jam yangan couple ini. Ini harganya juga sangat mahal Pak, saya harus kerja bertahun-tahun baru bisa mengganti uang Bapak. Saya nggak pantas menerimanya Pak." Ory tampak begitu bingung dan serba salah. Dia tidak ingin dicap sebagai cewek matre.
"Kan saya juga pakai yang satunya. Anggap saja punya kamu itu bonus. Kan tidak mungkin juga saya memakai jam tangan wanita."
Lagi-lagi Raven mematahkan semua argumennya.
"Mom Dad, Ibell laper. Kita makan dulu yuk?" Ibell mulai menarik-narik lengan Ory dengan manja.
"Tapi mommy sudah makan tadi Ibell." Ory merasa semakin tidak enak pada Raven melihat kemanjaan Ibell padanya.
"Itukan tadi Mom, sekarang kan pasti mommy sudah lapar lagi. Iyakan Dad?" Ory menarik nafas panjang. Anak ini memang cerdas.
"Ibell mau di gendong mommy. Boleh ya Mom?" Mata bulat Ibell nampak memohon. Ory tidak tega, dia tahu betapa inginnya Ibell merasakan kasih sayang ibunya, walaupun itu harus didapatnya hanya sekedar dari ibu pengganti random.
"Sini tas mu dan barang-barang mu yang lain Ory, biar saya saja yang bawa." Mata Ory membelalak sempurna melihat laki-laki semaskulin Raven menyelempangkan tas hot pink nya dibahu dan menenteng box jam ditangan kiri. Sedangkan tangan kanannya merangkul mesra bahu Ory yang sedang menggendong Ibell.
Orang-orang yang berlalu lalang menatap kagum pada mereka yang seperti satu keluarga bahagia. Beberapa wanita yang datang bersama pasangannya menunjuk-nunjuk Raven sambil mengatakan bahwa dia adalah daddy goals karena tidak malu memakai tas perempuan dan menenteng belanjaan anaknya.
Raven yang mendengarnya makin mengeratkan rangkulannya pada Ory sambil bersikap makin mesra. Memang inilah yang sebenarnya dia harapkan.
Mereka memasuki restaurant mewah yang tampaknya menjadi favorit Raven dan Ibell. Ini terlihat dari akrabnya Raven dan Ibell dengan waitress-waitressnya.
"Ory! Non!" Ory menoleh saat mendengar ada yang memanggil namanya dengan sebutan berbeda. Wajahnya pias seketika saat melihat Dewa, Rendra, Bima lengkap dengan Bayu yang tampaknya juga baru akan mulai makan siang disana.
Mata mereka berempat seakan mengeluarkan api saat melihat betapa mesranya rangkulan Raven pada Ory yang sedang menggendong Ibell.
Mati!! Ory membathin. Entah bagaimana dia harus menjelaskan keruwetan hari ini pada mereka semua.
"Mereka siapa sih Mommy?" Ibell nyeletuk di saat yang sangat tidak tepat.
"Mommy?!!!" Empat pasang mata kembali membulat sempurna mendengar kata-kata Ibell.
Mampus!! Kepala Ory makin pening mendengar seruan kaget empat sekawan itu. Sepertinya hari ini akan panjangggg sekali bagi Ory.
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkansmirkdiwajah dingin Dewa.Finally, dombanya datang juga. Ory
Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masihshockatas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadicabenya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaanabsurdmamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.Flashback On"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuksi berandalcilik itu. Dan mama tidak rela si Dewayang ba
Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya. Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama se
Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur. Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya, kata-kata ibunya saat ia ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya seperti berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap kali ia ingin membahasnya, ibunya selalu bilang sabar dulu, dan menunggu hingga bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda. Puncaknya adalah minggu lalu, saat ia sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan. Tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan mengajukan satu persyaratan buatnya. Yaitu dirinya harus segera memberinya cucu. Waktu itu dirinya langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih saja, pasti akan melendung itu perut si gadis abege. Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB, seketika menghadirkan smirk di wajah dingin Dewa. Finally
Seminggu telah berlalu sejak peristiwa pemaksaan Dewa pada Ory. Mungkin bagi Dewa hal tersebut sangatlah biasa, mengingat predikatnya sebagai playboy mesum akut. Tapi bagi Ory hal itu menjadikannya begitu trauma. Sejak hari nahas itu, Ory menjadi begitu sensitif dengan sentuhan. Dia menjadi tidak nyaman dengan yang namanya skinship. Bahkan untuk bersalaman saja rasanya ia enggan. Begitu juga dengan tatapan. Ory begitu ketakutan dengan tatapan pria yang sifatnya intens ataupun intimate. Bila para wanita biasanya akan sangat tersanjung bila ditatap dengan spesial, sebaliknya, Ory refleks ingin melarikan diri. Trauma yang ditimbulkan akibat malam itu sangat membekas di hatinya. Hari ini hari libur. Itu artinya Ory bisa menghabiskan adalah waktunya dengan Intan untuk hang out atau sekedar jalan-jalan di mall. Ory membuka lemari. Entah kenapa hari ini ia ingin mempraktekkan make up ala korean style yang bar
"Gue sih cuman mau ngingetin lo ya Ry, kalo gue nggak mau bahan materialnya lo ganti sama yang abal-abal, gue mau semuanya harus yang ada label SNI dan sesuai SOP yang kita sepakati bersama. Mungkin dengan begitu biaya produksi kita akan sedikit mengalami kenaikan, tapi itu kan worth it, sebanding dengan hasil yang kita inginkan. Lo mau gegara kita sunat-sunat itu biaya material dan operasional and then jembatan itu ambruk dikarenakan faktor human error yang ujung-ujung nya kita semua bakal gol dan masuk hotel prodeo?" Rendra mulai memakai kaca mata bacanya sambil membalik-balikkan draft proposal penawaran harga yang besok akan segera diberikan pada client. "Ya itu kan cuma sekedar usul doang kali Ren, karena gue lihat penghematan biaya produksi jadi begitu jauh berbeda dan cukup significant itung-itungannya. Cuma yaitu resikonya sih, seperti yang lo bilang. Takut hasil akhir
Akhirnya Ory terpaksa ikut juga masuk kedalam mobil Dewa. Setelah Mama Mita yang menelepon Ory secara langsung langsung dan mengatakan ingin bertemu dengannya. Walau bagaimana pun juga Mama Mita adalah mertuanya, dan dia tidak mau disebut sebagai menantu durhaka. Ory sempat mengingat kehebohan yang tadi terjadi dirumah Fahry. Mereka semua kaget saat tahu bahwa Ory adalah istri sah Dewa. Cuma Radja yang diam saja karena memang dia sudah tahu semua kisah hidup Ory dari sumber yang paling terpercaya, yaitu ayahnya sendiri. Rendra sempat tersinggung saat tahu bahwa ayahnya Radja adalah wali resmi Ory yang legal secara hukum. Apalagi Radja sudah mendaftarkan Ory sebagai mahasiswi di universitas milik ayahnya. Dia seolah-olah merasa tidak dianggap sebagai kakak Ory. Radja merasa Rendra memiliki rasa dengan gadis yang disebutnya sebagai adiknya itu, walau Rendra berusaha keras membantahnya. Tapi dia juga laki-laki, sesama lelaki pasti akan tau arti tata
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah