Rendra baru saja tiba diapartemennya. Dia melepas jas formal dan kemudian melonggarkan dasinya. Sejenak dia tersenyum sendiri saat mengingat kejadian tadi. Yaitu saat keluarga besar mereka kelabakan karena ditinggal kabur pengantin wanita. Rendra bahkan belum sempat melihat wajah pengantin wanita itu yang nota bene adalah adik tirinya. Dulu sewaktu ibunya ingin menikah dengan Om Restu, Rendra sangat menentangnya. Bagaimana bisa ibunya mau menikah lagi sedangkan kuburan ayahnya saja masih basah? Ya, ibunya menikah lagi hanya dua bulan setelah kematian ayahnya. Super sekali kalau meminjam ungkapan kata Mario Teguh. Ibunya adalah wanita ambisius yang sangat terobsesi dengan harta. Bayangkan, dia melahirkan Rendra pada usia tujuh belas tahun karena hamil dengan seorang pengusaha yang untungnya telah menjadi duda. Dan mereka menikah dibulan berikutnya. Pernikahan itu berlangsung selama dua puluh lima tahun, dikarenakan sabar dan cintanya Ayahnya kepada ibunya. Apapun permintaan ibunya, ayahnya pasti mengabulkannya. Oleh sebab itulah, Rendra sangat mengidolakan Ayahnya. Sehingga dia sangat menentang pernikahan kedua ibunya. Akan tetapi ibunya yang sangat berambisi dengan harta, begitu gembira saat akan dilamar oleh Om Restu Wiryawan, duda beranak satu yang kaya raya pun sama sekali tidak peduli dengan keberatan anaknya.
Ketika tahu calon suami barunya hanya memiliki seorang anak perempuan berusia lima belas tahun, ibunya langsung menyetujui pernikahan itu tanpa mempertimbangkan pendapatnya. Rendra tahu, ibunya merasa akan mudah menguasai harta suami barunya, mengingat anak perempuan pasti akan menikah, dan otomatis meninggalkan rumah megah dan aset-aset berharganya pada dirinya.Walau pun Rendra sangat membenci sifat serakah ibunya, tetapi di tetaplah ibu kandungnya, yang akan selalu dia sayangi dan dihormati.
"Selamat sore Tuan, ini kopinya mau ditaruh dimana? Disini saja atau di ruang kerja Tuan?"
Rendra sejenak terpana melihat seorang remaja yang subhanallah cantik jelita memandangnya takut-takut dengan secangkir kopi ditangannya."Siapa kamu?"
Belum sempat Ory menjawab, terdengar suara Bik Asih memanggilnya."Non, itu kopinya udah diantar keruangan Tuan belum?"
Bik Asih pun muncul diruang tamu. Bik Asih tampak kaget ketika melihat majikannya rupanya sudah tiba diapartemen.
"Eh Tuan sudah pulang rupanya. Ini keponakan Bibik yang Bibik bilang kemarin Tuan. Dia mau bersekolah disini, sekalian bantu-bantu Bibik disini Tuan. Dan Tuan tidak usah menggajinya, diberi tumpangan disini saja, Bibik sudah sangat berterima kasih, Tuan."
Bik Asih langsung menjelaskan tentang kehadiran Ory yang ada dikediaman majikannya.
"Keponakan Bibik? Kenapa tidak ada mirip-miripnya? Terus kenapa Bibik malah memanggilnya Non?" Rendra heran melihat wajah dan penampilan Ory yang sangat berbeda jauh dengan Bik Asih. Kulit putih bening, jeans dan t'shirt ponakannya pun nampak keluaran dari brand terkenal. Belum lagi wajah imutnya yang nampak oriental, beda jauh bagai langit dan bumi dengan Bik Asih.
"Eh itu..itu namanya panggilannya memang Noni Tuan, dari kecil udah sering dipanggil begitu sama orang tuanya." Bik Asih nampak bingung dan tergagap-gagap saat menjawab pertanyaan Rendra. Rendra tahu dari sekilas pandang saja, bahwa gadis kecil ini pasti tidak memiliki hubungan darah dengan Bik Asih. Tapi dia pikir, tidak ada ruginya juga menampung sicantik dari negeri antah berantah yang kini berstatus sebagai pembantu rumah tangganya disini. Setidaknya ada pemandangan segar yang menyambutnya saat pulang keapartemen setelah seharian berjibaku dengan dokumen dan laptop dikantor.
"Tolong kamu antarkan kopi ini ke ruang kerja saya, sekalian ambilkan pakaian ganti saya ke kamar ya? Bik Asih sudah tahu pakaian seperti apa yang biasa saya pakai saat dirumah. Saya mau mandi dulu."
Setelah memberi tugas Rendra langsung masuk ke kamarnya.
"Bik, Tuan minta kopinya Ory antar ke ruang kerja, terus Tuan minta baju gantinya diantar ke kamarnya Bik. Mana baju gantinya?"
Ory segera mencari Bik Asih didapur. Dia tidak mau mengecewakan Tuannya, yang sudah mau berbaik hati menerimanya disini.
Bik Asih yang sedang menyiapkan makan malam, menoleh mendengar kata-kata Ory,"Bajunya ada di lemari Tuan Non. Non buka aja disebelah kiri atas ada kaus-kaus santai yang suka Tuan pakai kalau di rumah. Yang sebelah bawah letak celana-celana pendek dan di laci bawah letak daleman Tuan. Non pilihkan saja sesuai selera Enon. Tapi jangan lama-lama dikamar Tuan ya Non, nggak baik."
Bik Asih memberi arahan pada Ory sambil memanaskan lauk pauk."Tapiiii..masak Ory buka-buka daleman laki-laki sih Bik. Ory kan malu!" Ory mengerucutkan bibirnya sambil duduk dikursi makan.
"Non lupa ya kalau kita sekarang adalah pembantunya Tuan Rendra disini? Jadi kita harus sabar dan menuruti aturan per-pembantu-an ya Non?" Bik Asih mengelus sayang surai indah Ory sambil tertawa geli. Bayangkan saja, Ory yang biasanya jadi nona muda sekarang harus jadi pembantu. Roda memang sungguh berputar.
"Oh iya Bik, Ory lupa hahaha....Sekarang Ory laksanakan tugas dulu ya Bik." Ori langsung mengambil cangkir kopi dan menaruhnya di ruang kerja. Dan sekarang sambil bersenandung kecil dia masuk ke dalam kamar Rendra.
Ory membuka lemari dan memilih kaos body fit berwarna putih dan celana selutut coklat untuk dipakai tuannya. Ragu-ragu dia membuka dalaman pria dan memilih warna coklat muda secara cepat dan melemparnya ke ranjang. Dia risih memegang-megang dalaman pria.
Rendra yang sebenarnya sedari tadi selesai mandi memperhatikan tingkah polah Ory sambil tersenyum geli. Apalagi saat melihat Ory melemparkan boxernya dengan cepat ke ranjang, seolah-olah takut memegangnya.
"Kenapa kamu membuang boxer Saya Non?" Tanya Rendra sambil berdiri bersedekap. Bulir-bulir air tampak menetes dari rambut hitamnya. Rendra cuma mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Dada bidang dan liatnya terpampang nyata didepan mata Ory.
"Kyaaaaaa!!! Tu—Tuan kenapa nggak pakai baju? Malu dong Tuan. Nanti Tuan masuk angin."
Ory langsung mengangsurkan kaus putih ketangan Rendra sambil memandang ke arah lemari. Mukanya sudah merah padam karena malu.
"Pakaikan kaus ini Non." Rendra menarik dagu Ory dan menatap matanya dalam-dalam. Ory menelan ludahnya sendiri karena gugup. Bagaimana tidak gugup kalau wajah Tuannya hanya berjarak sejengkal dari wajahnya sendiri.
"Ta—tapi...tapi.."
"Kamu tidak mau Non?"
Rendra kembali menatap Ory dalam-dalam. Cara Ory membasahi bibirnya dan menelan ludah membuat sesuatu diantara kakinya menggeliat bangun. Shitt!!Rendra merasa sangat bergairah sekarang.
"Ma—mau koq Tuan. Si—sini Tuan agak membungkuk sedikit agar saya bisa memasukkan kepala Tuan ke kaus ini."
Saat mendengar Ory mengatakan kepala, Rendra langsung membayangkan untuk memasukkan kepala yang lain. Fixed! otaknya memang sudah kotor akibat sudah sangat lama tidak mendapatkan pelampiasan. Akhirnya Rendra duduk ditepi tempat tidur dan Ory berhasil memakaikan kausnya.
"Non, namamu sebenarnya siapa? Jangan bohong ya?Terus hubungannu dengan Bik Asih apa? Saya tidak percaya kalau kamu adalah keponakannya. Kalau kamu nggak mau jawab juga tidak apa-apa. Asal jangan bohong. Saya sangat tidak suka dibohongi."
Rendra memulai sesi introgasinya pada mahkluk cantik imut ini. Rendra bisa melihat kegelisahan dan kecemasan dimata si Non ini dari caranya meremas-remas ujung kausnya.
"Nama saya Oryza Sativa, Tuan. Hubungan Saya dengan Bik Asih itu, karena si Bibik mau nolongin saya yang sedang kesulitan Tuan. Untuk saat ini cuma itu yang saya bisa katakan Tuan. Tapi saya tidak bohong koq Tuan. Sungguh!"
Ory makin menundukkan wajahnya yang sudah mulai mendung menahan tangis. Dia sangat takut kalau Tuannya ini mengusirnya karena ketahuan dia bukanlah keponakan Bik Asih yang sesungguhnya. Ory bahkan tidak menyertakan nama Wiryawan dibelakang namanya tadi karena takut identitas aslinya terbongkar. Kalau dia mau jujur namanya sekarang harusnya adalah Oryza Sativa Dewangga, mengingat suka atau tidak suka dia adalah istri sah dari Airlangga Putra Dewangga.
"Jangan nangis Non, kan saya cuma bertanya. Untuk saat ini Saya cukup puas dengan penjelasanmu. Tetapi Saya menunggu kerelaan hatimu untuk menjelaskan semuanya secara mendetail, bila kamu memang sudah siap menjelaskan semuanya. Saya tidak ingin di tuduh melarikan anak gadis dibawah umur Non. Saya harap Non faham maksud Saya. Ya sudah, sekarang Non boleh kembali kedapur. Bilang sama Bik Asih, agar menyiapkan makan malam."
Kata Rendra sambil menghapus air mata Ory dengan ibu jarinya.
Ory langsung menghambur keluar setelah sedari tadi jantungnya berpacu secara tidak beraturan karena takut ketahuan membohongi Tuan nya.
"Syukurrr selamettt!!" Ory mengelus-elus dadanya berulang kali. Dia merasa sudah lepas dari situasi yang paling tidak mengenakkan. Seumur hidupnya, kedua orang tuanya selalu mengajarkan tentang arti sebuah kejujuran kepadanya. Mereka mengatakan bila sekali saja kita berbohong,maka kita akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan yang lainnya. Bahkan ibunya mengatakan untuk tidak berbohong, walaupun itu bohong putih sekalipun. Whether it's small or big, a lie is still a lie. Makanya Ory selalu tergagap-gagap bila harus berbohong. Dia amat sangat tersiksa melakukannya.
"Lah si Enon kenapa ketakutan kayak gitu?Diapain sama si Tuan didalem?" Bik Asih nampak heran melihat Ory yang tampak kebingungan sehabis keluar dari kamar Rendra.
"Tadi di dalam Tuan nanyain Ory, dia udah tahu Bik kalo Ory itu bukan ponakan Bibik. Ory bilang kalau Bibik cuma nolongin Ory yang lagi kesusahan, gitu aja.Tapi Tuan nggak marah koq Bik, cuma Tuan bilang, dia minta Ory jelasin semuanya kalau Ory udah siap."
"Oalahhh syukur ya Non, Tuan nggak marah. Ayo sekarang kita makan, dan Non beres-beres gih. Setelah itu tidur. Besok kan Non udah harus sekolah. Eh Non, besok pulang sekolah jadi mau nyari kerja? Kalau jadi, biar bibik bawain bekal, biar si Non gak kelaperan."
Ory langsung memeluk erat Bik Asih. Dia sangat terharu melihat kebaikan Bik Asih dan rasa sayangnya yang tidak pernah berubah dari Ory kecil.
"Terima kasih ya Bik. Bibik sangattttt baik sama Ory. Ory nggak tau kalau nggak ada bibik, entah bagaimana nasib Ory yang yatim piatu ini."
Ory mencoba tersenyum ditengah derai air matanya. Dia tahu mata Bik Asih pun sudah basah berurai air mata. Mereka berdua saling berpelukan dan saling menguatkan.
Mereka tidak menyadari, ada sepasang mata hitam pekat yang melihat kejadian itu.
Ory memasukkan semua dokumen-dokumen surat pindahnya ke dalam sebuah amplop coklat. Hari ini dia mulai pindah dari sekolah lamanya untuk menghilangkan jejak bila ibu tirinya atau bahkan suaminya mencarinya. Ah! Jangan-jangan mereka malah tidak perduli akan kehilangannya. Secara ibu tirinya sepertinya sangat lega bisa melepasnya menikah dan membebankan tanggung jawabnya kepada suaminya. Sedangkan suaminya sendiri malah tampak ogah-ogahan menerima pernikahan mereka. Kalau dipikir-pikir, Ory merasa saat ini dia ini seperti sampah yang dibuang sana sini."Hoiii Oryyy!!" Ory tersenyum gembira melihat Intan teman semasa SD nya memanggilnya. Ory memang meminta bantuan Intan agar dapat bersekolah di tempat yang sama dengannya. Karena Intan bersekolah di Prime One School yang merupakan milik orang tua nya sendiri. Bahkan karena Intan juga, Ory sudah bisa bersekolah disini dan tinggal melengkapi surat-surat pindah, akte lahir, Kartu Keluarga dan rapor nya saja. Dan i
Sebulan kemudianDewa sedang bergembira ria di sebuah club malam elite bersama ketiga teman akrabnya Rendra, Bima dan Bayu. Dewa sedang merayakan kemenangan tender besar hari ini. Kerja kerasnya bersama team nya selama seminggu penuh ini, rasanya telah terbayar lunas, setelah kemenangan besar ini. Dia menyesap pelan whisky mahal yang terasa sedikit panas tapi nikmat yang melewati tenggorokannya.Dia ingin menikmati kebebasannya malam ini. Bebas dari penatnya masalah kantor yang seakan tidak ada habisnya, juga penatnya karena terus diburu ibunya untuk mencari istri ciliknya yang kabur. Dua gadis cantik dan seksi sudah mulai meraba-raba tubuh kekarnya. Bahkan Lia atau Dita, Dewa lupa namanya, sudah mulai melumat ganas bibirnya. Dengan senang hati Dewa membalas tak kalah panasnya. Dewi, wanita yang sedari tadi terus mengelus-elus dada bidangnya, mulai membuka jas dan kancing-kancing kemejanya. Dia mulai menciumi dan memagut-magut di sana. Dewa
Empat mobil mewah terlihat saling berdampingan di garasi rumah Bima. Mereka berempat Rendra, Bima, Dewa dan Bayu langsung masuk kedalam rumah. Mereka semua sangat penasaran dengan kabar yang diterima Rendra. Tingkat penasaran mereka semua pun berbeda-beda. Rendra penasaran kenapa Non bisa ada dirumah Bima. Bima penasaran siapa gerangan saudara si Rendra sehingga bisanyangkutdirumahnya. Dewa dan Bayu penasaran dengan sikap Rendra yang tampak cemas setengah mati hanya karena saudaranya yang pingsan. Jauh dari sikap keseharian Rendra yang cuek tingkat akut. Lagian Saudara dari mana coba?secara si Rendra anak tunggal, dan semua sepupu-sepupunya juga mereka kenal dengan baik.Tok tok tokBima mengetuk pintu kamar adiknya. Karena menurut Bik Asma, teman Intanlah yang pingsan dan sekarang sedang beristirahat dikamar adiknya itu. Menurut Bik Asma juga, teman adiknya itu sudah siuman beberapa jam yang lalu.
Dewa sedang sibuk menghadapi tumpukan dokumen dan arsip-arsip legal perusahaan saat ponsel nya bergetar, dan menghadirkan nama ibunya memanggil."Ya Ma, ada apa nih siang-siang begini mama menghubungi Dewa? Mama masak enak ya, jadi mau nyuruh Dewa makan siang dirumah?"Dewa sejenak menyingkirkan tumpukan berkas yang harus dibaca dan di tanda tangani tersebut, dan berniat menggoda mamanya dengan menjawab panggilannya dengan candaan."Kamu ini ya Wa, setiap mama nelpon, makanan aja yang dibahas. Makanya cepetan bujuk istrimu supaya mau pulang dan masakin kamu. Bukannya tiap hari malah masakin Bima."Dewa mengernyitkan alisnya. Ngapain juga Ory tiap hari pake masakin si Bima makanan. Emangnya Ory itu istrinya apa? Lha dia yang beneran suaminya aja nggak pernah dimasakin."Darimana mama tau Ory tiap hari masakin Bima, Ma?" Dewa penasaran juga akhirnya.Diseberang sana Bu Mita tersenyum
Ory menatap tidak percaya saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca salon yang meriasnya. Dia tahu dia memang mendapat berkah dari Tuhan terlahir dengan paras yang begitu rupawan, namun hari ini dia benar-benar takjub dengan wajahnya sendiri setelah dirias pria tampan namun melambai tersebut.Wajah remaja cantik alaminya cuma diberi riasan tipis dan seulas lipstik warna peach. Namun karena bentuk bibirnya yang memang nampak seksi dari sononya, jadi makin menantang seolah minta dicium.Kissableitu adalah istilah Intan untuk menggambarkan lekuk bibirnya.Napsuin pengen dicipok!Intan terkadang memang tidak suka memfilter,mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan.Rambut ikalnya cuma dibuat bergelombang, kemudian diikat longgar ala abg Korea. Ory menggunakan anting-anting berbentuk dua bintang besar, hadiah dari Intan beberapa hari lalu."Subhanallah, kam
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu."Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra."Tolong anda jangan bersikap kurang ajar
Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya."Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"Ory kaget saat ada seo
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkansmirkdiwajah dingin Dewa.Finally, dombanya datang juga. Ory
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah