Suara bariton yang sedang mengucapkan ijab kabul diruang depan terdengar mantap dan tegas berkumandang diseantero rumah. Tidak lama kemudian, terdengar kata-kata sah dan amin yang diikuti oleh segenap kerabat Ory maupun suaminya. Ya, sekarang Oryza Sativa Wiryawan telah resmi menjadi seorang istri. Dan hebatnya lagi status itu dia dapatkan pada usia tujuh belas tahun empat belas hari. Dia bahkan masih duduk dikelas dua belas alias kelas III SMU.
Mirisnya lagi dia juga tidak tahu siapa nama suaminya dan seperti apa wajahnya. Semua ini terjadi akibat dari kelicikan ibu tirinya yang ingin melepaskan tanggung jawabnya terhadap Ory dengan cara menikahkannya secepatnya. Dan alasan utamanya tentu saja karena ingin menguasai sendiri semua harta dan aset-aset perusahaan almarhum papanya. Bayangkan, baru sebulan papanya meninggal, ibu tirinya sudah tidak sabar ingin mengusirnya dari rumahnya sendiri.
"Ory, ayo kita kebawah. Kita temui dulu suamimu. Ini kamu malah bengong disini. Ayo cepat!"
Ory meringis kesakitan saat ibu tirinya menarik paksa lengan kurusnya menuruni tangga ke lantai satu. Dengan tertatih-tatih dia berusaha mengikuti langkah panjang dan cepat ibu tirinya. Dan didepannya saat ini, ada seorang laki-laki dewasa gagah yang telah sah menjadi suaminya. Tetapi masalahnya laki-laki ini seakan enggan untuk melihat wajahnya. Saat itu juga Ory mengerti, pasti dia juga merasa terpaksa menjalani pernikahan ini. Apalagi menilik wajah pria dewasa ini, usianya pasti setidaknya dua kali lipat dari usia Ory sendiri. Pria ini bahkan lebih cocok menjadi Om nya.
"Ayo Ory, dicium dong tangan suaminya." Lagi-lagi ibu tirinya mengomeli kelemotannya. Ory segera meraih lengan suaminya dan mencium punggung tangannya dengan terpaksa. Suaminya yang bahkan tidak dia ketahui namanya hanya mencium singkat keningnya, juga tanpa mau melihat wajahnya. Ory juga sebenarnya tidak perduli dengan apapun tanggapan suaminya ini pada dirinya. Diotak cantiknya telah tersusun suatu rencana yang akan segera di realisasikannya secepatnya.
Mata bulat almond indahnya tengah mencari-cari Bik Asih,
mantan pembantu rumah tangga yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Bik Asih dikeluarkan oleh ibu tirinya dua tahun lalu karena dianggap sebagai antek-antek Ory, karena Bik Asih selalu melindungi Ory dari perbuatan keji ibu tirinya yang kejam dan gila harta. Padahal harta almarhum suaminya dulu malah lebih banyak dibandingkan dengan harta ayahnya. Tetapi yang namanya keserakahan itu memang lah tiada batasnya.Sebelum papanya menikahi Wina, ibu tirinya. Bik Asih telah bekerja pada keluarga Ory dan mengasuhnya sedari bayi bersama ibu kandung Ory. Ibu kandung Ory meninggal sejak Ory berusia 10 tahun. Lima tahun kemudian papanya menikah dengan Wina yang juga sudah memiliki seorang anak laki-laki yang berusia dua puluh lima tahun yang wajahnya tidak pernah sekalipun Ory lihat. Menurut cerita mama tirinya pada ayahnya, Rendra, nama anaknya itu sedang fokus kuliah di luar negri. Dan sekarang diusianya yang ke dua puluh tujuh, dia sedang sibuk-sibuk nya mengurus perusahaan almarhum ayahnya.
Tetapi tadi pagi saat dia ingin kesekolah, ibu tirinya melarangnya. Dan tidak lama kemudian ada beberapa orang perias pengantin yang langsung mendandaninya. Dan dari mereka juga lah akhirnya Ory tahu bahwa dia akan dinikahkan hari ini juga. Ibu tirinya tidak tahu bahwa Ory dan Bik Asih yang diundang Ory melalui telepon telah merencanakan sesuatu yang akan mempermalukan keluarga besar mereka.
Sementara itu disamping Ory, pria tampan mapan Airlangga Putra Dewangga, yang sekarang sudah sah menjadi suaminya sedang mencuri pandang padanya. Dewa, begitu biasa dia dipanggil, mengamuk tadi pagi saat tiba-tiba saja ibunya memintanya menikahi putri sahabatnya. Rupanya dahulu mereka pernah berjanji akan menjodohkan anak-anak mereka yaitu Dewa dan Ory. Mereka lost contact saat ayah Dewa pindah keluar negri.
Dan kini setelah bertemu kembali, mereka pun ingin kembali merealisasikan janji mereka dimasa lalu tersebut. Tapi ternyata Tuhan punya
rencana lain. Ayah Ory meninggal menyusul ibunya yang telah terlebih dulu menemui Sang Khalik dan meninggalkan Ory sendiri beserta ibu tirinya. Makanya Ibunya akhirnya memaksa Dewa untuk menikahi Ory secepatnya agar bisa menjaga dan melindunginya.Dewa adalah pria metropolitan sejati yang tidak pernah ingin menikah. Menurutnya buat apa susah-susah menikah bila hampir seluruh populasi berjenis kelamin perempuan bisa dengan gampang dicicipinya. Mereka seolah-olah berlomba-lomba untuk mencoba menarik perhatiannya dengan berbagai cara. Jadi buat apa dia harus setia dengan satu wanita sementara dia bisa menikmati semuanya bukan?
Belum lagi hal remeh temeh seperti perhatian, rasa cemburu, dan waktu yang harus dia korbankan apabila dia memiliki seorang istri. Dia tidak siap dengan segala konsekuensi bodoh dan tidak bermanfaat seperti itu. Wanita itu fungsinya hanya buat bersenang-senang dan memuaskan kebutuhan biologisnya. Titik.
Teman-temannya pun semua rata-rata sepaham dan seideologi dengannya. Diusianya yang ketiga puluh empat, rasanya dunia sudah ada digenggaamnya. Harta, tahta, wanita. Dan semua itu sudah dia punyai sebelumnya. Makanya dia tidak membutuhkan istri lagi jika hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Kalau saja ibunya tidak mengancamnya untuk tidak mengakuinya sebagai anak lagi tadi pagi, mustahil dia mau menuruti keinginan absurd ibunya ini. Tapi senakal-nakal nya Dewa, ibunya tetap lah ratu yang akan dia penuhi semua keinginannya. Dewa sangat mencintai kedua orang tuanya.
Sebenarnya Dewa sangat kaget saat mengetahui bahwa istrinya ini masih anak sekolahan yang masih berusia tujuh belas tahun. Mengerti apa anak-anak seusia itu akan fungsi seorang istri? Tapi jujur saat dia memandang wajah cantik yang saat ini tengah melamun ini, kekecewaannya agak sedikit terobati. Istri kecilnya ini tampak sangat cantik dan seksi sekali. Untuk ukuran anak remaja, dadanya itu terlalu besar dan terjal. Pasti sangat nikmat untuk dicicipi. Dewa langsung menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran kotor yang merasuki kepalanya. Tapi mahkluk disampingnya ini memang sungguh cantik sekali. Dewa akui dia terpesona. Catat, hanya terpesona. Titik.
"Siapa namamu?" Dewa tidak tahan untuk tidak bersuara disamping mahkluk secantik ini.
"Oryza Sativa Wiryawan, Om." Ory menjawab takut-takut. Perasaan tadi baru saja suaminya ini ijab kabul dan menyebut namanya dengan lantang. Masa sekarang sudah lupa namanya?
"Apa? Om? Saya bukan Om kamu. Tapi suami kamu. Nama saya Airlangga Putra Dewangga. Kamu cukup memanggil saya Dewa. Mas Dewa tepatnya. Mengerti?"
"I—Iya Mas Dewa." Ory makin mengkeret ketakutan. Suaminya ini walau tampan tetapi nampak galak sekali. Ory takut. Bu Mita, ibu Dewa kemudian memanggil Dewa karena ada beberapa temannya yang datang. Ory sangat lega saat terbebas dari suaminya itu. Kemudian secara samar Ory melihat Bik Asih memberi kode kepada Ory dan Ory pun faham. Pelan-pelan Ory berpura-pura berjalan menuju toilet, tetapi sesungguhnya dia langsung saja berjalan menuju ke arah pintu belakang rumah yang diikuti oleh Bik Asih, yang sudah membawa dua koper besar berisi surat-surat berharga, buku-buku berikut pakaiannya. Mereka masing-masing memegang satu koper, dan masuk ke dalam taksi online yang sudah di pesan oleh Bik Asih sebelumnya.
Selamat tinggal semuanya!
Ory membatin. Mulai hari ini, Ory akan tinggal bersama Bik Asih yang saat ini sudah bekerja pada majikan baru yang memperlakukan Bik Asih seperti ibunya sendiri. Bik Asih mengatakan pada majikan barunya bahwa dia minta izin untuk membawa ponakannya untuk tinggal bersama sekalian membantu pekerjaan Bik Asih. Dan kabar baiknya adalah majikan barunya mengizinkan. Pantas saja Bik Asih betah dua tahun bekerja disana, rupanya dia diperlakukan dengan baik, batin Ory.
Sementara itu dikediaman Ory, semua anggota keluarga kalang kabut karena pengantin wanitanya kabur. Sedangkan Dewa langsung tersenyum sumringah karena merasa terbebas menjalani kehidupan sebagai seorang suami.
"Astaga, kabur kemana berandal cilik itu? Awas saja bila aku menemukannya. Aku ku berikan hukuman yang setimpal karena mempermalukan ku seperti ini."
Wajah Bu Wina tampak begitu berang karena merasa dipecundangi Lia.
"Mama sih, masak anak SMA disuruh kawin, ya kabur lah dia. Anak umur segitu harusnya masih sekolah dan menikmati masa -masa remajanya. Bukan disuruh melayani suami dan mengurus anak. Sementara dia sendiri juga masih anak-anak."
Rendra menanggapi dengan santai kemarahan ibunya.
"Kamu ya Rendra, selama pernikahan mama dengan Om Restu, tidak pernah sekalipun kamu muncul dirumah ini. Sekalinya muncul bukannya membantu mama, malah membuat mama makin pusing saja dengan kata-katamu itu."
Rendra cuma mengangkat bahunya tidak acuh sambil berjalan menghampiri Dewa. Rupanya Dewa adalah relasi Rendra selama ini. Cuma mereka sama-sama tidak menyangka akan dipertemukan dalam situasi seperti ini.
"Eh Ma Bro, dingin dong ntar malem ranjang lo. Secara bini lo kabur, padahal belum sampe sejam juga lo kawinin, eh ralat lo nikahin. Rugi bandar dong ya, belum sempet ena ena udah di tinggal kabur aja. Nasib lo apes bener Wa?"
Rendra ngakak sambil menepuk bahu Dewa pura-pura bersimpati. Padahal wajahnya tampak sekali menahan tawa.
"Eitss jangan salah Ren, gue sebenernya mensyukuri keadaan ini. Dengan begini berarti gue batal jadi suami. Dan itu artinya juga Gue masih bebas!!! Sebebas burung yang terbang dilangit yang bi—"
"Plakkk!! Kata siapa kamu batal jadi suami? Kamu tidak mendengar kata SAH tadi hah? Apa telingamu sudah mendadak tuli?"
Bu Mita langsung menggeplak kepala Dewa dengan kipas cantiknya.
"Yang ada sekarang kamu harus mencari Ory sampai ketemu, karena dia itu sekarang adalah istrimu yang sah. Ingat ya Wa, kamu jangan macam-macam mulai sekarang, karena kamu sudah berstatus sebagai pria beristri. Jangan bikin malu Mama."
Bu Mita langsung berlalu untuk memberikan pengertian pada tamu-tamu yang bingung karena ketidak hadiran mempelai wanita disamping Dewa. Dan dengan gaya yang meyakinkan Bu Mita mengatakan bahwa mempelai wanitanya sedang tidak enak badan dan saat ini sedang beristirahat dikamar. Untung saja mereka semua mempercayai alasannya, sehingga aib ini tidak sempat tersebar keluar.
"Wa, Ibu mau bilang, sekarang Ory bukan tanggung jawab ibu lagi sejak dia sah menjadi istrimu. Mulai saat ini apapun yang diperbuat Ory diluar sana, itu sepenuhnya tanggung jawab kamu sebagai suaminya. Tugas Saya sebagai ibu sambungnya telah selesai hari ini. Mengerti kamu Wa?"
Bu Wina tampaknya begitu tidak sabar ingin membuang Ory dalam kehidupannya. Muncul rasa iba di hati Dewa, istrinya sudahlah yatim piatu, hartanya dikuasai ibu tirinya yang bahkan tidak mau repot-repot mengganggapnya lagi sebagai bagian dari keluarganya. Miris sekali nasib istri kecilnya.
"Baik Bu. Mulai hari ini, Ory akan menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Ibu tidak usah khawatir, sedikitpun saya tidak ingin merepotkan ibu dengan masalah-masalah istri Saya."
Dewa sengaja menekankan kata istri untuk semakin memperjelas maksudnya.
"Baguslah, memang itu yang sangat saya harapkan." Bu Wina pun melenggang begitu saja meninggalkan Dewa.
Bu Mita cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Bu Wina.
Untung saja aku sudah menikahkan Dewa dengan Ory. Kalau tidak, bisa dipastikan Ory akan menderita lahir batin bila tinggal serumah dengan mahluk jadi-jadian seperti Bu Wina itu.
Rendra baru saja tiba diapartemennya. Dia melepas jas formal dan kemudian melonggarkan dasinya. Sejenak dia tersenyum sendiri saat mengingat kejadian tadi. Yaitu saat keluarga besar mereka kelabakan karena ditinggal kabur pengantin wanita. Rendra bahkan belum sempat melihat wajah pengantin wanita itu yangnota beneadalah adik tirinya. Dulu sewaktu ibunya ingin menikah dengan Om Restu, Rendra sangat menentangnya. Bagaimana bisa ibunya mau menikah lagi sedangkan kuburan ayahnya saja masih basah? Ya, ibunya menikah lagi hanya dua bulan setelah kematian ayahnya. Super sekali kalau meminjam ungkapan kata Mario Teguh. Ibunya adalah wanita ambisius yang sangat terobsesi dengan harta. Bayangkan, dia melahirkan Rendra pada usia tujuh belas tahun karena hamil dengan seorang pengusaha yang untungnya telah menjadi duda. Dan mereka menikah dibulan berikutnya. Pernikahan itu berlangsung selama dua puluh lima tahun, dikarenakan sabar dan cintanya Ayahnya kepada ibunya
Ory memasukkan semua dokumen-dokumen surat pindahnya ke dalam sebuah amplop coklat. Hari ini dia mulai pindah dari sekolah lamanya untuk menghilangkan jejak bila ibu tirinya atau bahkan suaminya mencarinya. Ah! Jangan-jangan mereka malah tidak perduli akan kehilangannya. Secara ibu tirinya sepertinya sangat lega bisa melepasnya menikah dan membebankan tanggung jawabnya kepada suaminya. Sedangkan suaminya sendiri malah tampak ogah-ogahan menerima pernikahan mereka. Kalau dipikir-pikir, Ory merasa saat ini dia ini seperti sampah yang dibuang sana sini."Hoiii Oryyy!!" Ory tersenyum gembira melihat Intan teman semasa SD nya memanggilnya. Ory memang meminta bantuan Intan agar dapat bersekolah di tempat yang sama dengannya. Karena Intan bersekolah di Prime One School yang merupakan milik orang tua nya sendiri. Bahkan karena Intan juga, Ory sudah bisa bersekolah disini dan tinggal melengkapi surat-surat pindah, akte lahir, Kartu Keluarga dan rapor nya saja. Dan i
Sebulan kemudianDewa sedang bergembira ria di sebuah club malam elite bersama ketiga teman akrabnya Rendra, Bima dan Bayu. Dewa sedang merayakan kemenangan tender besar hari ini. Kerja kerasnya bersama team nya selama seminggu penuh ini, rasanya telah terbayar lunas, setelah kemenangan besar ini. Dia menyesap pelan whisky mahal yang terasa sedikit panas tapi nikmat yang melewati tenggorokannya.Dia ingin menikmati kebebasannya malam ini. Bebas dari penatnya masalah kantor yang seakan tidak ada habisnya, juga penatnya karena terus diburu ibunya untuk mencari istri ciliknya yang kabur. Dua gadis cantik dan seksi sudah mulai meraba-raba tubuh kekarnya. Bahkan Lia atau Dita, Dewa lupa namanya, sudah mulai melumat ganas bibirnya. Dengan senang hati Dewa membalas tak kalah panasnya. Dewi, wanita yang sedari tadi terus mengelus-elus dada bidangnya, mulai membuka jas dan kancing-kancing kemejanya. Dia mulai menciumi dan memagut-magut di sana. Dewa
Empat mobil mewah terlihat saling berdampingan di garasi rumah Bima. Mereka berempat Rendra, Bima, Dewa dan Bayu langsung masuk kedalam rumah. Mereka semua sangat penasaran dengan kabar yang diterima Rendra. Tingkat penasaran mereka semua pun berbeda-beda. Rendra penasaran kenapa Non bisa ada dirumah Bima. Bima penasaran siapa gerangan saudara si Rendra sehingga bisanyangkutdirumahnya. Dewa dan Bayu penasaran dengan sikap Rendra yang tampak cemas setengah mati hanya karena saudaranya yang pingsan. Jauh dari sikap keseharian Rendra yang cuek tingkat akut. Lagian Saudara dari mana coba?secara si Rendra anak tunggal, dan semua sepupu-sepupunya juga mereka kenal dengan baik.Tok tok tokBima mengetuk pintu kamar adiknya. Karena menurut Bik Asma, teman Intanlah yang pingsan dan sekarang sedang beristirahat dikamar adiknya itu. Menurut Bik Asma juga, teman adiknya itu sudah siuman beberapa jam yang lalu.
Dewa sedang sibuk menghadapi tumpukan dokumen dan arsip-arsip legal perusahaan saat ponsel nya bergetar, dan menghadirkan nama ibunya memanggil."Ya Ma, ada apa nih siang-siang begini mama menghubungi Dewa? Mama masak enak ya, jadi mau nyuruh Dewa makan siang dirumah?"Dewa sejenak menyingkirkan tumpukan berkas yang harus dibaca dan di tanda tangani tersebut, dan berniat menggoda mamanya dengan menjawab panggilannya dengan candaan."Kamu ini ya Wa, setiap mama nelpon, makanan aja yang dibahas. Makanya cepetan bujuk istrimu supaya mau pulang dan masakin kamu. Bukannya tiap hari malah masakin Bima."Dewa mengernyitkan alisnya. Ngapain juga Ory tiap hari pake masakin si Bima makanan. Emangnya Ory itu istrinya apa? Lha dia yang beneran suaminya aja nggak pernah dimasakin."Darimana mama tau Ory tiap hari masakin Bima, Ma?" Dewa penasaran juga akhirnya.Diseberang sana Bu Mita tersenyum
Ory menatap tidak percaya saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca salon yang meriasnya. Dia tahu dia memang mendapat berkah dari Tuhan terlahir dengan paras yang begitu rupawan, namun hari ini dia benar-benar takjub dengan wajahnya sendiri setelah dirias pria tampan namun melambai tersebut.Wajah remaja cantik alaminya cuma diberi riasan tipis dan seulas lipstik warna peach. Namun karena bentuk bibirnya yang memang nampak seksi dari sononya, jadi makin menantang seolah minta dicium.Kissableitu adalah istilah Intan untuk menggambarkan lekuk bibirnya.Napsuin pengen dicipok!Intan terkadang memang tidak suka memfilter,mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan.Rambut ikalnya cuma dibuat bergelombang, kemudian diikat longgar ala abg Korea. Ory menggunakan anting-anting berbentuk dua bintang besar, hadiah dari Intan beberapa hari lalu."Subhanallah, kam
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu."Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra."Tolong anda jangan bersikap kurang ajar
Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya."Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"Ory kaget saat ada seo
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah