Ory memasukkan semua dokumen-dokumen surat pindahnya ke dalam sebuah amplop coklat. Hari ini dia mulai pindah dari sekolah lamanya untuk menghilangkan jejak bila ibu tirinya atau bahkan suaminya mencarinya. Ah! Jangan-jangan mereka malah tidak perduli akan kehilangannya. Secara ibu tirinya sepertinya sangat lega bisa melepasnya menikah dan membebankan tanggung jawabnya kepada suaminya. Sedangkan suaminya sendiri malah tampak ogah-ogahan menerima pernikahan mereka. Kalau dipikir-pikir, Ory merasa saat ini dia ini seperti sampah yang dibuang sana sini.
"Hoiii Oryyy!!" Ory tersenyum gembira melihat Intan teman semasa SD nya memanggilnya. Ory memang meminta bantuan Intan agar dapat bersekolah di tempat yang sama dengannya. Karena Intan bersekolah di Prime One School yang merupakan milik orang tua nya sendiri. Bahkan karena Intan juga, Ory sudah bisa bersekolah disini dan tinggal melengkapi surat-surat pindah, akte lahir, Kartu Keluarga dan rapor nya saja. Dan itu semua bisa terlaksana dalam waktu sehari saja. Begitu dahsyat nya bila ada koneksi dan nepotisme. Semua tinggal beres.
"Ini dokumen-dokumen yang diminta admin sekolah kan Ry? Yuk sama-sana kita anter kesana. Duh senangnyaa..besok kita bisa duduk satu bangku lagi seperti di SD dulu ya Ry?"
Intan tampak sangat gembira karena akan satu kelas lagi bersama dengan Ory.
"Eh Ry, lo jadi mau nyari kerjaan part time sepulang sekolah? Kalo lo mau, lo bisa ngelamar kerja di kantor pengacara Abang gue. Kayaknya kemarin Gue denger dia butuh asisten tambahan deh. Karena katanya Mbak Clara sejak sudah menikah nggak bisa ikutan Bang Bima lembur-lemburan lagi deh. Nah kan lo mulai kerjanya jam 1 siang gitu. Ntar kalo lembur dibayar double lo Ry. Kan lumayan tuh buat nambah-nambah uang jajan lo. Mana gajinya sesuai UMR, apalagi lo kan temen gue. Pasti dia mau nerima elo."
"Tapi kan Bang Bima seinget gue tuh ya galak banget dulu. Mana dia pernah marahin gue lagi gara-gara gue nggak sengaja numpahin es cream ke seragam sekolahnya. Dan lo inget kagak, dia bilang gue orangnya teledor banget. Apa iya dia mau nerima Gue jadi asiatennya. Haduh nggak yakin deh gue, Tan."
Entah mengapa Ory selalu merasa pesimis bila harus berhadapan dengan Abang Intan yang galak dan ketusnya seperti bon cabe itu.
"Ya di coba dulu dong, Ry. Ntar pulang sekolah gue temenin deh ke kantornya. Tuh, udah ada adminnya, kasihin noh dokumen-dokumen kepindahan lo."
Dengan lesu Ory mulai mengetuk pintu yang bertuliskan TU tersebut.
===================
Ory rasanya kepengen pulang saja saat mereka diantarkan sekretaris Bima ke dalam ruangan pribadinya. Suasana kantor yang didominasi warna coklat tua, dengan wallpaper cream ini seolah-olah meneriakkan kata mahal sekeras-kerasnya, sehingga Ory merasa bokongnya panas dan tidak nyaman duduk disana.
Otaknya mulai berpikir bagaimana mungkin dia yang cuma anak SMA berani melamar menjadi asisten pribadi pengacara terkenal sekelas Bima, mana mulutnya pedes gila khas pengacara-pengacara nyinyir yang sering Ory lihat di televisi lagi. Takutnya diterima kagak, diomelin iya."Lo kenapa sih Ry, duduknya nggak tenang gitu. Bisulan lo?"
Intan tampak gerah melihat Ory yang gelisah duduk miring ke kanan miring ke kiri, merusak pemandangan aja. Belum lagi Ory sempat menjawab, pintu mendadak terbuka dan menghadirkan sosok yang sedari SD sudah ditakuti oleh Ory, ya sekarang di depan Ory telah berdiri pria dewasa muram dan seram, Bima Sakti Raffardan. Ory melihat tidak ada perubahan berarti antara sosoknya saat SMA dulu dengan sosoknya yang sekarang, selain tubuhnya yang tambah kekar dan wajah tampannya yang makin seram."Ada perlu apa kamu tiba-tiba ke sini, Tan. Jangan bilang kalau uang saku yang Abang transfer tiap bulan itu kurang? Karena angka nominal yang Abang transfer itu sebenarnya sudah melewati limit yang sudah kita sepakati bersama. Jadi tidak akan ada tawar menawar lagi?"
Busettt! Bahkan berbicara dengan adiknya saja, nada bicaranya sudah naik satu oktaf, apalagi nanti perlakuannya padaku, batin Ory. Rasa-rasanya Ory mulai menyesal mengikuti ide sesat Intan ini.
"Ahelahhh bukan soal itu kali, Bang. Kenalin ini sahabat lamaku Ory, dia mau ngelamar jadi Asisten Abang. Waktu itu kan Abang pernah bilang sama Ayah mau cari asisten tambahan selain Mbak Clara."
Perlahan tatapan Bima mulai beralih dari Intan kepada Ory. Ah ternyata benar dugaannya. Ini adalah mahluk cantik imut yang sama rupanya. Sebenarnya dari sejak gadis cantik itu masuk keruangan ini, Bima sudah penasaran setengah mati dengan nya. Dia seolah-olah pernah melihatnya, tapi lupa entah dimana. Dan saat mendengar nama Ory yang disebut oleh adiknya, langsung terang benderang lah ingatan Bima akan makhluk cantik ini.
"Jadi kamu anak cengeng yang menumpahkan es cream di baju seragam saya dulu ya? Besar juga nyali kamu berani melamar jadi asisten Saya?" Bima mulai memiringkan kepalanya, menatap tajam mata bulat almond Ory.
Nah bener kan? Belum apa-apa saja dia sudah mengingat jelas kesalahan fatalnya dulu. Kalau begini ceritanya lebih baik dia menyerah sajalah.
"Maaf Bang Bima. Saya nggak jadi deh ngelamarnya. Saya permisi dulu ya Bang."
Ory langsung bangkit dan menggamit lengan Intan berniat kabur secepatnya dari kantor Bima.
"Mau kemana kamu? Baru di gertak sedikit saja kamu sudah menyerah. Dasar mental kerupuk kamu ini Ry. Bagaimanalah manusia seperti kamu ini akan mampu bertahan menghadapi seribu satu macam karakter dari client-client Saya, kalau sedikit sentilan dari saya saja sudah membuat kamu down."
Bima menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Ory lekat-lekat.
"Begini saja, saya tidak bisa memberikan posisi kamu sebagai asisten saya, dikarenakan sebagai asisten saya kamu akan dituntut bekerja 10 jam, mulai dari pukul 8 pagi sampai pukul 6 sore. Satu lagi, Saya membutuhkan semua pikiran dan konsentrasi kamu hanya untuk kasus-kasus hukum yang sedang saya tangani, dan itu tidak akan mungkin bisa kamu laksanakan mengingat statusmu yang masih seorang pelajar.
Tapi saya akan memberi kamu kesempatan sebagai OG pribadi saya. Kamu datang kesini pukul 2 sore sampai batas saya pulang kantor, maksimal pukul 7 malam selambat-lambatnya. Saya akan menggaji kami sesuai UMR ditambah bonus, bila kamu berhasil memuaskan saya. Deal?" Ory melihat Bima mengajukan tangannya untuk bersalaman.
Sejenak Ory berfikir, tidak ada salahnya dia mencoba dulu pekerjaan ini, secara dia memang sangat membutuhkan uang untuk membiayai sekolah dan kebutuhannya sehari-hari. Dia tidak mau menyusahkan Bik Asih yang sudah begitu baik selama ini kepadanya.
"Ok Deal."
Dengan mantap Ory langsung menjabat erat lengan besar Bima.
"Satu hal lagi yang ingin Saya ketahui, bukannya kamu ini putri tunggalnya Pak Restu Wiryawan?walaupun saya tahu ayahmu baru saja meninggal, tapi kan seharusnya tidak akan langsung membuat kamu miskin dalam waktu sebulan saja."
Si Bon cabe mulai keluar nyinyirnya.
"Ya bisalah Bang, kalau ibu tiri Ory yang seperti nenek sihir itu menguasai semua harta dan asset-asset ayahnya."
Ini lah salah satu sifat Intan yang sangat disukai oleh Ory. Dia bisa merangkap menjadi juru bicara Ory tanpa diminta sekalipun. Sifat kepo dan setia kawannya memang juara.
Akhirnya Ory lega, seharian ini dia bisa menyelesaikan semua urusannya dengan mulus dan sesuai rencana.
A new day has come.
Ory menyemangati dirinya sendiri. Sekarang waktunya pulang!Sebulan kemudianDewa sedang bergembira ria di sebuah club malam elite bersama ketiga teman akrabnya Rendra, Bima dan Bayu. Dewa sedang merayakan kemenangan tender besar hari ini. Kerja kerasnya bersama team nya selama seminggu penuh ini, rasanya telah terbayar lunas, setelah kemenangan besar ini. Dia menyesap pelan whisky mahal yang terasa sedikit panas tapi nikmat yang melewati tenggorokannya.Dia ingin menikmati kebebasannya malam ini. Bebas dari penatnya masalah kantor yang seakan tidak ada habisnya, juga penatnya karena terus diburu ibunya untuk mencari istri ciliknya yang kabur. Dua gadis cantik dan seksi sudah mulai meraba-raba tubuh kekarnya. Bahkan Lia atau Dita, Dewa lupa namanya, sudah mulai melumat ganas bibirnya. Dengan senang hati Dewa membalas tak kalah panasnya. Dewi, wanita yang sedari tadi terus mengelus-elus dada bidangnya, mulai membuka jas dan kancing-kancing kemejanya. Dia mulai menciumi dan memagut-magut di sana. Dewa
Empat mobil mewah terlihat saling berdampingan di garasi rumah Bima. Mereka berempat Rendra, Bima, Dewa dan Bayu langsung masuk kedalam rumah. Mereka semua sangat penasaran dengan kabar yang diterima Rendra. Tingkat penasaran mereka semua pun berbeda-beda. Rendra penasaran kenapa Non bisa ada dirumah Bima. Bima penasaran siapa gerangan saudara si Rendra sehingga bisanyangkutdirumahnya. Dewa dan Bayu penasaran dengan sikap Rendra yang tampak cemas setengah mati hanya karena saudaranya yang pingsan. Jauh dari sikap keseharian Rendra yang cuek tingkat akut. Lagian Saudara dari mana coba?secara si Rendra anak tunggal, dan semua sepupu-sepupunya juga mereka kenal dengan baik.Tok tok tokBima mengetuk pintu kamar adiknya. Karena menurut Bik Asma, teman Intanlah yang pingsan dan sekarang sedang beristirahat dikamar adiknya itu. Menurut Bik Asma juga, teman adiknya itu sudah siuman beberapa jam yang lalu.
Dewa sedang sibuk menghadapi tumpukan dokumen dan arsip-arsip legal perusahaan saat ponsel nya bergetar, dan menghadirkan nama ibunya memanggil."Ya Ma, ada apa nih siang-siang begini mama menghubungi Dewa? Mama masak enak ya, jadi mau nyuruh Dewa makan siang dirumah?"Dewa sejenak menyingkirkan tumpukan berkas yang harus dibaca dan di tanda tangani tersebut, dan berniat menggoda mamanya dengan menjawab panggilannya dengan candaan."Kamu ini ya Wa, setiap mama nelpon, makanan aja yang dibahas. Makanya cepetan bujuk istrimu supaya mau pulang dan masakin kamu. Bukannya tiap hari malah masakin Bima."Dewa mengernyitkan alisnya. Ngapain juga Ory tiap hari pake masakin si Bima makanan. Emangnya Ory itu istrinya apa? Lha dia yang beneran suaminya aja nggak pernah dimasakin."Darimana mama tau Ory tiap hari masakin Bima, Ma?" Dewa penasaran juga akhirnya.Diseberang sana Bu Mita tersenyum
Ory menatap tidak percaya saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca salon yang meriasnya. Dia tahu dia memang mendapat berkah dari Tuhan terlahir dengan paras yang begitu rupawan, namun hari ini dia benar-benar takjub dengan wajahnya sendiri setelah dirias pria tampan namun melambai tersebut.Wajah remaja cantik alaminya cuma diberi riasan tipis dan seulas lipstik warna peach. Namun karena bentuk bibirnya yang memang nampak seksi dari sononya, jadi makin menantang seolah minta dicium.Kissableitu adalah istilah Intan untuk menggambarkan lekuk bibirnya.Napsuin pengen dicipok!Intan terkadang memang tidak suka memfilter,mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan.Rambut ikalnya cuma dibuat bergelombang, kemudian diikat longgar ala abg Korea. Ory menggunakan anting-anting berbentuk dua bintang besar, hadiah dari Intan beberapa hari lalu."Subhanallah, kam
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu."Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra."Tolong anda jangan bersikap kurang ajar
Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya."Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"Ory kaget saat ada seo
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkansmirkdiwajah dingin Dewa.Finally, dombanya datang juga. Ory
Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masihshockatas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadicabenya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaanabsurdmamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.Flashback On"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuksi berandalcilik itu. Dan mama tidak rela si Dewayang ba
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah