Share

29. Brownies

Dion merapikan dasinya hari ini.

Raut wajahnya mungkin terlihat datar. Tetapi, bagi yang peka tentu lah bisa melihat setitik kebahagiaan di wajah pria muda tersebut saat Dion mematut diri di depan kaca. Tangannya menyambar tas punggung berwarna hitam dan segera menjalani hari.

Dia bersyukur dipertemukan dengan lemari sederhana berisi pakaiannya kembali, hanya da kemeja, kaos, dan celana di sana. Bukan walk-in-closet yang berjajar pakaian terusan maupun dress dengan aksesoris yang cukup membuat kepada Dion pusing. Lebih parahnya, dia harus beradaptasi dengan pakaian yang memang bukan merupakan miliknya sejak lahir.

Dia bersyukur bisa memasuki rumah sederhana ini dengan leluasa tanpa harus disegani oleh Greisy atau siapapun yang melihat.

Dion langsung meletakkan tasnya di area sofa untuk segera menyiapkan sarapan untuk orang tua yang merawatnya sejak kejadian buruk dalam hidupnya tersebut. Tangannya mengeluarkan tiga butir telur dari kulkas untuk menyajikan sedikit sarapan lebih banyak sekaligus untuk makan siangnya sendiri.

Seolah telah terlahir dengan bakat, pria itu memasak dengan cepat dan bisa menghidangkan semuanya tanpa merasa kerepotan. Selesai dengan acara membuat makanan, dia berkutat untuk membersihkan rumah yang sebenarnya menurutnya masih rapi. Dion tidak bisa membayangkan selama apa keturunan pemimpin Chayton membersihkan rumah dua lantai ini. Jelas sekali, kalau alasan yang Leyna buat bukanlah sebuah alasan semata.

"Good morning, Granny." Dion berucap sembari tersenyum tipis dengan vacuum cleaner di tangannya bergerak aktif memakan debu yang bisa saja masih ada menempel di sekitar dalam rumahnya.

Wanita tua yang baru keluar dari kamarnya ikut bersuara walaupun kebingungan dengan keberadaan sang cucu di jam seperti ini, "Morning, boy. Tidak lari pagi?" 

"Aku kesiangan, Granny. Aku membuatkan Chinese cuisine untuk hari ini, apa tidak masalah, Granny?" tanya Dion yang mematikan vacuum cleaner dan membuang sampah yang terkumpul menjadi satu di tong sampah. Lalu, membereskan kekacauannya dan kembali ke meja makan sembari membawa Greisy ke sana untuk duduk dan menikmati sepiring buah pepaya untuk nenek tersebut.

"Apapun yang kamu masak, Granny akan memakannya dengan lahap." Jawab Greisy dan memulai acara makannya.

"Aku sudah memberi lebih banyak air ke dalam berasnya supaya bisa dimakan oleh Granny lebih mudah. Tidak perlu dimatikan rice cooker-nya, dia akan otomatis untuk menghangatkan nasi tersebut. Masih ada sup di panci tersebut, Granny. Kalau merasa tidak panas lagi, tinggal dihangatkan saja atau aku akan meminta tolong pada Luke untuk memperhatikan Granny." Celoteh Dion sembari memasukkan kentang ke dalam kubangan air yang telah menguning karena diberi bumbu kaldu.

"Granny bisa menghangatkan makanan sendiri, Dion. Kalau tidak, kamu tidak akan bisa tumbuh dan sebesar ini sekarang," kata Greisy yang membuat cucu tunggalnya tertawa pelan sekaligus menyetujui perkataan wanita tua itu di satu sisi.

Tentu saja, Greisy berperan besar dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya selama ini. Ini saja sudah cukup membuktikan kalau wanita yang telah beruban di beberapa helai di atas kepalanya bisa merawat seorang anak laki-laki dengan sempurna.

"Baiklah. Nanti malam, aku akan membuat jus apel untuk Granny lagi. Granny mau ke suatu tempat hari ini?" tanya Dion sembari mencicipi setetes kuah di dalam panci yang dituang ke tangannya. Lalu, menutup panci tersebut dan memusatkan perhatian pada sang nenek yang telah makan seperempat porsinya.

"Hanya ke teras depan. Granny sudah lama tidak memberikan anak-anak brownies. Mungkin hari ini, Granny akan membuat brownies untuk mereka," kata Greisy yang teringat satu hal terhadap anak-anak di sekitar rumahnya.

Dion berdengung setuju, dia hanya bisa mendukung keputusan wanita yang membesarkannya tersebut selama itu merupakan kegiatan yang bagus di matanya, "Aku akan membantumu, Granny. Nanti malam, kita membuat brownies bersama. Aku akan mengecek persediaannya, untuk sementara ini, Granny bisa memberikan mereka susu kotak. Aku akan meletakkan di meja depan." 

"Granny rasa kita kehabisan chocochips. Anak bernama Jennie yang baru saja pindah ke sini sangat menyukai chocochips."

"Aku akan berhenti di minimarket untuk membeli chocochips, Granny."

Dion menarik piring bekas potongan buah dari hadapan Greisy dan mengecup pipi kanan wanita tua itu, "Aku akan membuatkan sarapan untuk Granny. Tunggu sebentar." Pria muda itu kembali ke dapur untuk berkutat dengan alat masak dan sebagainya. Greisy membiarkan cucunya melakukan pekerjaan dapur bukan semata-mata dia tidak mampu lagi melakukannya. Tetapi, Dion melarangnya untuk membersihkan seisi rumah saat pria muda itu menginjak usia lima belas tahunnya dan sekuat tenaga belajar memasak, menyapu, dan sebagainya.

Diam-diam, Granny tersenyum tipis melihat punggung sang cucu yang terlapis kemeja.

Senang melihatmu kembali, grandson.

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status