Share

34. Yes or Yes?

Leyna menyusuri koridor gedung dengan piyama berlengan panjang dari satin berwarna biru muda. Matanya berusaha mencari seseorang, "Melihat Tuan Besar?:

"Tuan Besar sedang menikmati pemandangan malam di belakang gedung, Nona Muda Olivia." Jawab salah satu asisten rumah tangga yang lewat dengan membawa pot bunga baru.

"Thank you."

Wanita muda itu kembali berjalan menuruni tangga dan melangkah dengan langkah lebar untuk segera menemui ayahnya, meninggalkan Quinza sendirian di kamarnya. Anak itu sedang ingin tidur berdua dengannya dan Leyna tidak punya alasan untuk menolak.

Seorang pria berdiri sendirian di balkon belakang gedung dengan pakaian yang sama dikenakannya seharian ini. Leyna mengambil kesimpulan, sang pemimpin Burk's Falls belumlah membersihkan dirinya.

"Daddy, we need to talk," ucapnya dengan dada yang kembang kempis. Perlu usaha untuk menemui ayahnya di sini.

"Daddy juga ada yang perlu dikatakan kepadamu, Leyna," katanya dengan tatapan teduh mengarah ke dalam hutan mini yang dibuat di belakang gedung. "Tetapi, kamu dulu."

Leyna memantapkan hatinya saat mendengar perkataan ayahnya, "It's about Quinza. She's on danger."

Chayton langsung menoleh ke arah Leyna yang terlihat tenang seolah telah berpikir matang-matang. Tidak ingin membuat sang kepala keluarga menunggu dan risau lebih lama, dia kembali berucap.

"Ada yang mendekatinya secara berlebihan. Dia laki-laki, masih remaja sepertinya dan satu sekolah. Daddy ingat laki-laki yang selalu berdiri di depan gerbang dan berjalan masuk dengan Quinza setiap hari? Dialah orangnya." jelas Leyna dengan tangan yang bersidekap di depan dada.

"Dia itu bukan teman baik Quinza." Sambungnya lagi. Kali ini, tatapannya berubah menjadi dingin menatap lurus ke batang pohon seolah batang pohon itu adalah laki-laki tersebut.

"Dulu, dia hanya menemani Quinza sampai di gerbang sekolah. Namun, sekarang dia secara terang-terangan mengikutinya di manapun dalam berbagai kesempatan dan peluang. Itu tidak bisa dibiarkan lagi, Dad."

Pemimpin Burk's Falls sekaligus kepala keluarga Grissham mengangguk menyetujui, "Besok, Daddy akan ke sekolahnya untuk mengurus ini."

"Aku akan ikut. Mommy besok ke butik untuk melihat pesanan kain. Aku akan ikut dengan Daddy." 

"Baiklah. Ada kamu, mungkin semuanya akan terlihat lebih jelas," ujar Chayton yang dibalas dengan senyum tipis dari anak keduanya. "Sekarang, ini tentangmu."

Leyna memudarkan senyumnya, pemikirannya terus memikirkan perkataan ayahnya, ada yang salah dengan dirinya, kah?

"Kapan kamu akan menikah?"

Wanita muda itu mengulum bibirnya ke dalam, pertanyaan yang sudah tidak didengarnya tiga bulan yang lalu. Matanya melihat ke atas langit yang tidak memiliki bintang sama sekali. Namun, entah mengapa masih terlihat menarik baginya.

"Temanmu sudah mau menikah. Sahabatmu yang merintis cafe itu juga sudah memiliki anak pertamanya."

"Aku akan menikah, Dad. Tetapi, tidak sekarang. Ada banyak yang perlu aku lakukan sendirian. Jadi, jangan banyak berharap."

Chayton menghembuskan napasnya, alasan menghindar yang sama sejak tiga bulan yang lalu dia terakhir bertanya. Walaupun, dia tidak tahu apa yang dilakukan oleh anak keduanya ini. Dia juga tidak bisa memaksa kehendaknya.

Mungkin, nanti. Setelah dia habis kesabaran dan menemukan titik yang pas.

"Apa kamu tidak ada niat untuk menikah?" tanya pria paruh baya tersebut yang terdengar putus asa,

Sebenarnya, memang tidak, batin Leyna dengan cepat dalam pikirannya.

"Aku punya, Dad. Tapi, tidak sekarang. Aku masih ingin menikmati masa kesendirianku daripada hidup berdua terikat dengan orang lain."

Hanya itu jawaban yang bisa dikatakan oleh gadis tersebut. Berbeda dengan batinnya, otaknya menolak perkataan tersebut untuk tidak memberatkan tulang punggung itu lebih jauh lagi.

"Kalau begitu, kamu mau, kan, Daddy tunjuk mengurus cabang restoran?" tanya Chayton dengan tatapan datar.

"Daddy punya proposalnya? Aku perlu mempelajarinya dulu. Bagaimana kalau ternyata bangkrut? Membuka cabang tidak semudah membalik telapak tangan, Daddy."

Sebuah dokumen langsung berada di depan matanya. Leyna menatap kaget ke arah ayahnya dan menerima proposal tersebut.

"Daddy sudah memikirkan matang-matang. Selebihnya tertulis di sana, kalau ada yang menurutmu aneh, maka katakan kepada Daddy. Kita bisa mendiskusikannya bersama."

Leyna membuka halaman proposal tersebut dan semakin horor saat membaca deretan kalimat.

"Sundridge?!"

"Pelankan suaramu. Iya, Daddy memintamu ke sana untuk mengurus cabang baru."

Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali, "Kenapa tidak tetap di Burk's Falls saja?"

"Daddy sudah mensurvey, ada banyak pengunjung dari sana ke restoran kita. Maka dari itu, Daddy memutuskan untuk membuka cabang baru. Lagipula, para investor sudah setuju. Kamu tinggal menjalankannya."

Leyna menghembuskan napasnya perlahan, matanya melihat sekilas proposal di tangannya lagi, "Aku akan menimbangnya. Kalau begitu, aku duluan ke kamar. Good night, Dad."

"Good night, too." 

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status