Share

36. Being Free

Suara ketukan pintu terdengar tiga kali sebelum kembali senyap dan digantikan oleh suara dari dalam kamar yang merupakan sang pemilik ruang, "Masuk."

"Leyna, can I sleep here?"

Seorang wanita yang sudah setengah berbaring di tempatnya tersenyum, memindahkan tubuhnya ke sisi kanan, "Of course. Have a bad sleep?"

"Kinda," jawab seorang gadis yang baru remaja dengan sebelah tangan yang membawa plushie ubur-ubur dan botol minum di sebelah tangannya yang lain. Dia langsung mengambil tempat di atas kasur Leyna dan memposisikan posisi ternyaman.

Kamar yang terang samar karena sudah memasuki jam tidur. Leyna ikut menyamankan posisinya dan menghadap sang pengganggu kesendiriannya.

“Leyna,” bisik Quinza selaku orang yang telah berada di sampingnya dengan mata yang setengah terpejam memeluk plushie ubur-uburnya. Terdengar dehaman dari pemilik kamar untuk memintanya melanjutkan kalimat.

“Apa kau belakangan ini mendapatkan hal baik?” tanyanya yang membuka penuh netra untuk beradu tatap dengan kakak perempuannya.

Wanita muda itu lantas tersenyum setelah mendapatkan balasan yang terbaik, “Menurutmu begitu?”

Quinza mengangguk lalu memejamkan matanya saat merasakan elusan hangat dari anak kedua pemimpin Burk’s Falls. Kemudian, membuka matanya lagi setelah elusan itu tidak lagi terasa di atas kepalanya. “Leyna memang selalu berekspresi dengan baik menggunakan wajah. Belakangan ini, Leyna tersenyum kepada semua orang. Lalu, kemarin aku … melihat ponsel Leyna ada sebuah pesan dari Dion Addison. Dia penduduk Daddy, kan?” tanya anak perempuan bungsu dengan mata yang berbinar penasaran.

Kalau saja, lampu kamar masih menyala. Mungkin Leyna bisa melihatnya dengan jelas.

“Aku tahu Leyna memang akrab dengan penduduk di sini. Siapapun yang tinggal di Burk’s Falls pastilah pernah disapa olehmu sekali tetapi, sangat aneh mengetahui Leyna menyimpan nomor warga di mana kau tidak melakukan hal itu.”

Dan, Leyna Olivia tidak bisa membalas apapun untuk tiga menit ke depan.

Tidak menyangka kalau adiknya menangkap rahasiannya walaupun masih di awal. Kehabisan kata-kata dan satu sisi takut salah bicara adalah faktor ruangan tersebut berubah menjadi hening dan sunyi. Hanya terdengar suara jangkrik dari luar jendela dan balkon kamar.

“Leyna yakin … Leyna tidak menyembunyikan apa-apa?”

Sekali lagi, mungkin kalau bukan lampu temaram, Leyna sudah bisa melihat seringai tipis nan jahil terbingkai di wajah si bungsu sekarang.

“Dia … dia adalah guru yang diberikan tanggung jawab untuk berhubungan denganku pasal sekolah. Kemarin itu kami sedang membahas untuk memberikan study tour kepada siswa.”

Sekarang, wanita yang menyandang belakang nama Olivia sedang berdoa dalam hati. Berharap kalau adiknya percaya dengan alasannya yang sebenarnya masih masuk akal.

“Ke Doe Lake? Aku sempat melihat pesannya, dia berbicara tentang indahnya pemandangan di air tersebut.”

“Ya. Kami membahas tentang itu. Selain itu, kami juga sedang memikirkan kesempatan untuk study tour keluar kota.”

Diam-diam, Leyna menghembuskan napasnya lega saat melihat Quinza tidak lagi banyak bertanya tentang Dion dan memilih untuk mengeratkan pelukannya pada plushie lalu memejamkan matanya.

“Good night, Leyna. Have a sweet dream.”

Putri dewasa Chayton itu tersenyum tipis, ikut memejamkan matanya dengan posisi saling berhadapan dengan kedua tangan yang saling melipat di depan dadanya, mengikuti adiknya untuk mengarungi alam mimpi.

“Good night, Quinza. Have a sweet dream.”

_The Stranger’s Lust_

Keesokan harinya,

Burk’s Falls, Kanada

“Good morning, Mommy, Daddy.”

Sebuah seruan semangat muncul dari jarak satu meter dengan meja makan. Meletakkan tasnya di samping kursinya lalu duduk di samping sang ibu yang sedang menikmati teh paginya.

“Good morning, Quinza. Did you have a good sleep yesterday?” Balas sang istri dari kepala keluarga yang meletakkan cangkirnya ke atas meja.

Quinza mengangguk pelan walaupun tidak bisa menyembunyikan senyumnya pagi hari itu, anak gadis itu mengambil dua potong roti yang dihidangkan di atas meja makan, diikuti dengan toples berisi peanut butter dan strawberry jam sebagai olesan untuk sarapan.

“Di mana Leyna?” Sang kepala keluarga bersuara setelah menyimpan tabletnya di samping meja.

“Di sini, Daddy. Maaf terlambat, aku tidak menemukan jepitan rambutku,” ujar suara yang datang dengan tergesa-gesa duduk di seberang Aubrey, istri dari sang kepala keluarga sekaligus ibu dari dua anak di depannya.

Wanita di usia paruhnya mengangguk paham, meminta sebuah susu vanilla hangat kepada asisten rumah, “Apa kamu telah menemukannya, sayang?”

“Sudah. Ternyata ada di sling bag-ku. Mungkin karena kemarin terlalu gerah. Aku menyimpannya di sana dan lupa mengeluarkannya kembali.” Jawab Leyna yang mengambil dua helai roti gandum serta toples berisi chocolate butter di sampingnya.

“Baguslah. Mommy kira telah hilang. Kita bisa membelinya lagi nanti.”

Leyna hanya mengumbar senyumnya, sebelah tangannya aktif mengoles selai kecoklatan itu di atas permukaan olahan gandum itu.

“Daddy rasa Quinza sudah mendengarnya, Brandon tidak akan datang ke sekolah selama seminggu. Daddy dan Leyna sudah membahasnya dengan pihak sekolah kemarin pagi,” kata Chayton setelah menghabiskan satu porsi oatmeal-nya dan menyisakan setengah cairan kopi pahit di cangkir.

“Iya. Leyna kemarin memberitahuku saat arah pulang, Dad.”

“Ternyata dia sudah sering mengikuti siswi di sekolah. Teman perempuan di kelasnya sering mendapatkan perlakuan tidak enak darinya. Dia sedang menjalani masa hukuman sekarang. Tapi, belum menjadi hukuman tetap untuknya. Pihak sekolah sedang membahas hukumannya, orang tuanya akan datang hari ini.”

Quinza menghentikan acara makannya, roti lapis yang telah berbekas gigitan itu masih dalam genggaman tangannya, “Berarti Daddy dan Leyna akan ke sekolah lagi hari ini?”

“Hanya Daddy. Leyna perlu mengurus restoran. Pertemuannya dilaksanakan dari jam sebelas, restoran akan sangat ramai saat itu. Kalau waktunya tepat, Daddy akan menunggumu untuk pulang bersama,” jelas Chayton yang melihat bungsunya dengan nanar.

Namun, setidaknya dia masih merasa bersyukur melihat Quinza yang begitu tegar menghadapi masalahnya sendirian selama ini. Putri kecilnya menahan diri untuk tetap masuk ke dalam sekolah yang jelas-jelas membuatnya ketakutan di beberapa waktu setiap hari.

Putri kesayangannya telah besar dan dewasa.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status