Share

39. Telling The Truth

[Leyna POV]

Swear God, I dunno how to speak out of sudden.

Aku bahkan tidak bisa melihat orang yang duduk di depanku dengan mata yang menyorot tajam kepadaku. Pandanganku memang ke depan tetapi, sepasang netraku lebih memilih melihat tembok yang dicat dengan warna kalem.

“Ehem.”

Aku langsung mematung di tempatku. Tanpa sadar, tanganku bergerak untuk memegang apapun yang berada di sekitarku. Sepasang netra bulat memicing ketika melihatku, aku langsung gelagapan dan melepaskan tangan yang kupegang dengan refleks tadi. Dalam hatiku, aku meminta maaf pada Dion yang terbawa ke sini.

Yang bisa kulakukan hanyalah menatap lesu oknum yang memergoki keberadaan kami berdua.

Matahari belum meninggi dan masih bersembunyi malu-malu di balik awan tersebut.

“Aku tidak mau b**a-basi, Leyna. Jelaskan semuanya, sejelas-jelasnya,” katanya dengan perintah mutlak yang membuatku meringis dalam hati. Akan sangat sulit untuk melepaskan diri darinya sekarang. Selagi aku menunduk melihat sepasang telapak tanganku yang mengepal erat di bawah sana, aku mendengar suaranya lagi.

“Kalau begitu, kau dulu. Siapa namamu?”

Hentikan, Alexandra. Kau cukup membuatnya merasa risih.

Sayangnya, kalimat tersebut kembali bisa kutelan bulat-bulat ke tenggorokanku. Sungguh tidak mungkin membalas wanita tersebut yang sedang berkepala batu sekarang ini. Dia akan tetap seperti itu sampai dia mendapatkan jawaban yang dia rasa adalah sebuah kejujuran.

Dan, harus kalian tahu.

Kalau dia bukanlah orang yang mudah untuk ditipu.

“Dion Addison,” kata pria yang duduk di sebelahku dan dia hanya diam sedaritadi dengan mata yang berbolak-balik melihatku dan kearah sahabatku itu. Walaupun aku melihat ke depan, bukan berarti aku tidak bisa melihat sekitar, bukan?

“Warga sini?”

Kupastikan Dion mengangguk saat kudengar sebuah dengungan. Di sinilah masalahnya, aku baru teringat kalau dia tidak mau berbohong untuk hal sekecil apapun. Kepalaku terus diisi dengan serentetan komat-kamit bagaimana bisa keluar tanpa sebuah kebohongan.

Walaupun, aku rasa terdengar mustahil.

“Setahu aku, Leyna tidak ada teman cowo. Kau pacarnya?” tanyanya lagi.

Sepertinya, dia telah memutuskan urat malunya sejak melihat kami berdua tiga puluh menit yang lalu. Aku langsung mengangkat kepalaku dan bersuara, “Tidak. Kami hanya berteman.”

Kulihat Alexandra menukik alisnya seolah tidak percaya dengan jawabanku.

“Itu benar. Aku mengenalnya saat turun ke masyarakat. Kau tahu Granny Greisy? Dia adalah cucunya,” kataku yang seolah kehabisan napas saat melihat wanita satu anak bayi itu masih mempertahankan ekspresinya.

“Kalian yakin, kalian hanya berteman?”

Aku mengangguk sekali dengan tegas. Menjadi sahabatnya sejak masih belajar merangkak tentu saja membuatku tahu tahapan menghadapinya.

“Iya. Kami hanya berteman,” jawab Dion yang memperkuat gesturku.

Alexandra masih mempertahankan gurat intimidasinya, “Kau yakin tidak ada yang mau dibicarakan? Kau tidak akan seramah itu dengan seorang laki-laki walaupun dia adalah warga biasa yang berkenalan denganmu.”

Skakmat!

“Ayolah, aku tahu kalian menyembunyikan sesuatu. Kalau aku menemukannya dengan sendirinya, aku tidak akan tinggal diam.”

Sesuai dengan perkiraanku. Aku menghembuskan napas, melihat Dion sejenak sekaligus berteleportasi dengannya dengan sinyal kontak mata. Setelah aku mendapatkan anggukan kepala darinya, baru aku kembali melihat kearah wanita yang telah melipat tangannya di depan dada.

“Aku … aku dengannya bertukar raga,” ucapku dengan cepat. Tanpa sadar, aku memejamkan mataku dengan rapat setelah mengatakan kalimat tersebut. Kurasakan sebuah usapan halus dari bawah meja, membuatku perlahan membuka mata untuk melihat sang pelaku.

Tangan yang tentu menjadi tanganku selama seminggu itu terlihat familiar sekaligus membuatku tenang. Satu sisi, itu juga membuatku percaya dengan langkah yang kupilih.

“Bagaimana bisa?”

Aku mengangkat bahuku, “Begitulah yang terjadi. Tidak ada alasan apapun, aku juga tidak membocorkan ini kepada keluarga, kau adalah satu-satunya orang yang mengetahui hal ini.”

“Dari kapan?” tanyanya lagi.

“Saat aku datang ke cafemu dengan rok itu, aku sudah menjadi Leyna,” timpal Dion yang menyelaku. Tapi, itu terdengar lebih logika dari jawaban yang kusediakan.

“Berarti sudah nyaris dua minggu?” tanyanya lagi yang diangguki oleh kami berdua. Terdengar decakan dari bibirnya, “Wah, kau tega sekali tidak mengatakan apapun kepadaku. Setidaknya, aku bisa membantu kalian untuk mencari jalan keluar.”

“Semuanya selesai begitu saja. Aku sudah kembali ke tubuhku, begitu juga dengan dia. Hanya bertahan seminggu dan kemudian, kau tahu, saat itu kami sibuk untuk memecahkan kasusnya sendiri. Aku ditahan di penjara bawah tanah. Saat itu, bagaimana aku bisa bertemu denganmu langsung?” belaku panjang lebar.

“Jadi, sejenis kutukan yang hanya bertahan selama seminggu?” tanyanya lagi.

“Bisa dikatakan seperti itu.”

Alexandra menghembuskan napasnya perlahan, “Kau yakin tidak bertemu dengan orang aneh, kan? Mungkin saja kau terkontaminasi dengan sesuatu yang tidak baik seperti mantra sihir yang ditonton Kelly. Lebih parahnya, kau sedang bermimpi?”

“Yang pertama, Nyonya Alexandra, aku tidak bertemu dengan orang aneh. Yang kedua, aku tidak terkontaminasi dengan yang tidak baik selain itu mantra sihir itu hanya ada di cerita fiksi dan aku hidup di dunia nyata. Yang ketiga, aku tidak bermimpi. Dan, tidak terdengar logis kalau aku bermimpi dengan hal yang sama dan berurutan bersama-sama dengan Dion.”

Kulihat dia memijat pelipis dengan jari kirinya, aku tahu kalimatku terdengar sangat aneh sampai aku sendiri juga tidak mau mempercayai hal tersebut kalau tidak mengalaminya langsung.

“Jujur denganku, kalau aku tidak memergoki kalian tadi itu, kalian tidak berniat menceritakannya padaku, kan?” tanyanya dengan pelan.

Tanpa sadar aku menyengir yang telah menjadi jawaban untuknya. Namun, aku kembali menambahkannya sebagai kalimat penutup untuk topik aneh tersebut dan berpindah ke topik yang lain.

“Disaat yang tepat, aku berniat menceritakannya. Tapi, memang tidak dalam waktu dekat ini.”

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Sky

Hello, Sky is back. Sudah lama banget, ya, akunya nggak tulis di sini. Aku mau ucapin terimakasih, ya, sudah baca cerita yang masih banyak kekurangannya ini. Terima kasih sudah dukung kisah perjalanan Leyna dan Dion. Belum sampai ke konfliknya, masih banyak sebenarnya. Jadi, Sky harap kalian akan tetap menyukai cerita ini. See ya

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status