05.00 p.m
Classic Studio
Leyna bercermin dan merapikan sanggulan rambutnya di kamar ganti studio. Entah kenapa dia merasa untuk membiarkan rambutnya digulung menjadi satu sore itu dan menampilkan garis lehernya yang jenjang. Tangannya membuka tas selempang yang menjadi tasnya seharian ini, berniat mencari lip sheer untuk dipoles ke bibirnya yang terlihat memulas.
"Eh?"
Gadis tersebut mengerut ketika merasakan sesuatu yang janggal dari dalam tasnya, menggapai benda tersebut dan mengeluarkannya dari sana. Matanya memicing melihat amplop tersebut. Yang mana, lebih cocok dipanggil lipatan kertas daripada surat.
Bibirnya terbuka sedikit ketika ucapan Dion saat mereka kembali ke raga terngiang di otaknya. Mungkin ini yang dia bilang surat tersebut. Wanita muda itu pun langsung membuka dan membacanya. Ternyata bukan hanya satu lembaran, masih ada tiga lainnya yang mengikuti.
Hey, Leyna. Ini Dion.
Mungkin saat kau baca ini, berarti kau sudah kembali ke tubuh aslimu yang sebenarnya. Aku juga tidak tahu kapan akan terjadi.
Sebenarnya, ini tidak ada yang penting untuk dikatakan. Tetapi, aku hanya merasa aku akan memimpikanmu. Ini serius, aku sedang tidak bercanda dan tidak menyukai candaan di saat seperti ini.
I know this is strange and make you cringe.
Tapi, entah kenapa, aku merasa orang asing yang pernah datang ke mimpiku sehari sebelum aku pindah ke tubuhmu adalah kau orangnya.
Aku juga belum bisa memastikan tersebut. Tetapi, rasanya sangat nyaman berada di mimpi itu dan ketika aku berbincang denganmu pertama kali di ruang rapat itu, aku sama sekali tidak merasa canggung denganmu selayaknya dua orang asing yang bertemu atau perbedaan status di antara kita.
Seperti aku telah mengenalmu jauh sebelum hari itu. Seperti dua orang yang dipertemukan lagi setelah sekian lama kita berpisah.
Aku rasa cuma itu yang kutulis di sini. Tidak perlu dipikirkan terlalu jauh dan rumit. Aku seperti merasa ganjal kalau tidak mengutarakannya. Leyna, aku berharap kau selalu dalam kondisi sehat dan bahagia.
Begitulah tulisan tangan Dion yang terbaca dalam diam oleh wanita muda itu, matanya terlihat mengosong karena terkejut saat membaca isinya.
Ternyata, selama ini bukan hanya dia yang merasa nyaman di sekitar Dion. Dia juga merasa aman dan ingin selalu bersama pria tersebut dalam apapun kondisinya.
Meskipun, terdengar mustahil untuk menjadi kenyataan.
Dia jauh-jauh dari Burk's Falls ke restoran Ayahnya saat itu bukan hanya sekedar melihat kondisi restoran ataupun memastikan tubuhnya masih dalam kondisi sehat. Melainkan, ... ada setitik kerinduan jika barang sehari tidak melihat pemuda penyandang Addison itu.
Semakin menyelam ke masa lalu, semakin dia menyadari kalau dia benar-benar membangun hubungan tali tak kasat mata dengan Dion. Begitu banyak kejadian mereka sampai dia sendiri terlena dan tidak menyadari hal tersebut.
"Hey, Leyna! Still here?"
Wanita tersebut buru-buru melipat ulang kertas dan menyimpannya ke dalam tas lalu tersenyum tipis, "Just wanna go home after this, Miss."
Leyna kembali melihat ponselnya yang berdering. Lalu, segera berucap salam perpisahan, "I have to go. Have a nice rest, Miss."
Jessica yang menjadi orang menginterupsi acara melamun tersenyum tipis. Tanpa bertanya, dia tahu anak didiknya mengalami hal yang seharusnya dialami sejak memasuki bangku sekolah tingkat akhir. Iris hitamnya melihat punggung Leyna yang telah menghilang. Lalu, melangkah ke dalam bilik kamar mandi.
_The Stranger's Lust_
"Uncle, Daddy tetap pada pendiriannya," kata Leyna sembari melihat luar jendela yang dipasang kaca gelap satu arah dengan caramel macchiato di tangannya. Bingkisan kecil oleh seorang pria yang duduk di sampingnya, hanya berdua.
Supir yang membawanya ke sini masih menunggu di luar mobil. Dia masih di luar Classic Studio.
Memang, dia telah berniat untuk pulang. Namun, panggilan dari Lancelot yang mengatakan kalau dia telah menunggu di dalam mobilnya, segera membuat Leyna pamit undur diri.
"Tidak bisakah hanya sekali ini, Leyna? Uncle sudah putus asa mencari pekerjaan."
Serentetan kalimat tersebut tidak lagi membuatnya merasa harus lunak. Dion mungkin bisa mengatakannya dengan sopan karena bagaimanapun dia bukanlah keponakan Lancelot. Dan, tidak berhubungan sama sekali dengannya.
Leyna tersenyum miring, "Tidak bisa lagi, Uncle. Aku tahu apa yang Uncle lakukan saat mendapatkan pekerjaan. Daddy selalu membicarakan Uncle saat di mobil ataupun menikmati pemandangan dari belakang rumah dengan Mommy. Uncle sungguh tidak bisa menghargai sesuatu yang terjadi dalam hidup Uncle sendiri."
"Tapi-"
Wanita itu melipat kakinya dan mengarah tatapan kepada sang paman, dalam hati dia mungkin harus memikirkan cara untuk mendapatkan permintaan maaf dari ayahnya kalau mendengar kejadian tentang ini, "Uncle sering membolos saat pekerjaan, selalu menyuruh para rekan bahkan menindas. Itu sudah mencerminkan Uncle sudah bersikap semena-mena."
"Dari sudut pandang ini, aku bisa mengetahui alasan Daddy bersikeras tidak mau merekrut Uncle bahkan sebagai supervisor sekalipun."
Lancelot kehabisan kata-kata, untuk kedua kalinya lagi dia kalah berbicara dengan keponakannya. Tidak perlu membutuhkan banyak waktu, Leyna kembali berucap dengan tegas.
"Uncle kalau sudah tidak ada yang dibahas lagi, silakan keluar. Aku masih ada banyak pekerjaan menunggu. Daddy sudah memintaku untuk kembali ke rumah."
_The Stranger's Lust_
To Be Continue
[Leyna POV] Aku segera melambaikan tanganku dari jendela mobil yang terbuka ke arah seorang gadis berpakaian kasual berdiri di depan gerbang sekolah. Outfit yang berbeda dengan saat pagi hari. Tidak lain dan tidak bukan adalah Quinza. Anak perempuan itu langsung mengambil posisi di sampingku. "Daddy dan Mommy ke mana?" tanyanya setelah meletakkan tas di bawah bersamaan dengan bawaannya yang lain. Aku memberikan botol air minum kepada adik satu-satunya, "Mereka sedang kencan kilat berkedok melihat museum kota sebelah." "Leyna tidak ikut?" Aku mengembangkan senyum, "Dan menjadi tanaman hias dianggurkan? Tidak terima kasih. Mau berhenti untuk membeli matcha?" Quinza langsung mengangguk singkat. Tentu saja, dia menerima tawaranku, secara tidak langsung, akulah yang akan membayar minuman tersebut. "Tolong berhenti di cafe biasa," ujarku ke arah sang supir. "Baik,
Leyna menyusuri koridor gedung dengan piyama berlengan panjang dari satin berwarna biru muda. Matanya berusaha mencari seseorang, "Melihat Tuan Besar?: "Tuan Besar sedang menikmati pemandangan malam di belakang gedung, Nona Muda Olivia." Jawab salah satu asisten rumah tangga yang lewat dengan membawa pot bunga baru. "Thank you." Wanita muda itu kembali berjalan menuruni tangga dan melangkah dengan langkah lebar untuk segera menemui ayahnya, meninggalkan Quinza sendirian di kamarnya. Anak itu sedang ingin tidur berdua dengannya dan Leyna tidak punya alasan untuk menolak. Seorang pria berdiri sendirian di balkon belakang gedung dengan pakaian yang sama dikenakannya seharian ini. Leyna mengambil kesimpulan, sang pemimpin Burk's Falls belumlah membersihkan dirinya. "Daddy, we need to talk," ucapnya dengan dada yang kembang kempis. Perlu usaha untuk menemui ayahnya di sini. "Daddy juga ada yang perlu dikatakan kep
[Dion POV] Leyna Olivia [Meet me in the garden now. I'm at school.] Satu pesan dari layar ponsel membuatku langsung membawa sepasang tungkai kakiku berjalan keluar dari ruang guru. Tidak peduli dengan tatapan kebingungan dari tiga rekanku yang lain melekat melihatku. Aku paham sekali kalau mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Koridor sekolah masih sepi, belum memasuki jam istirahat untuk anak-anak yang mengemban kewajibannya di dalam ruang petak bersama yang lainnya. Lapangan sekolah yang terasa panas karena Burk's Falls hari ini terasa begitu terik untuk dilewati. Namun, hanya itu jalur untuk sampai ke taman. Taman belakang sekolah. Dalam lintasan benakku saat itu terus-menerus memikirkan penyebab keturunan pemimpin itu ingin menemuiku di pagi hari ini. Masih terlalu pagi untuk saling menukar cerita keseharian seperti biasa yang kami lakukan. Jelasnya, bukanlah merupakan sesu
Suara ketukan pintu terdengar tiga kali sebelum kembali senyap dan digantikan oleh suara dari dalam kamar yang merupakan sang pemilik ruang, "Masuk." "Leyna, can I sleep here?" Seorang wanita yang sudah setengah berbaring di tempatnya tersenyum, memindahkan tubuhnya ke sisi kanan, "Of course. Have a bad sleep?" "Kinda," jawab seorang gadis yang baru remaja dengan sebelah tangan yang membawa plushie ubur-ubur dan botol minum di sebelah tangannya yang lain. Dia langsung mengambil tempat di atas kasur Leyna dan memposisikan posisi ternyaman. Kamar yang terang samar karena sudah memasuki jam tidur. Leyna ikut menyamankan posisinya dan menghadap sang pengganggu kesendiriannya. “Leyna,” bisik Quinza selaku orang yang telah berada di sampingnya dengan mata yang setengah terpejam memeluk plushie ubur-uburnya. Terdengar dehaman dari pemilik kamar untuk memintanya melanjutkan kalimat. “Apa kau belakangan ini mendapatka
[Leyna POV] "All is eighty dollars, sir." Tidak perlu susah menebak, jelas aku sedang berada di kasir. Jam istirahat telah dimulai dua menit yang lalu memberikan aku dan para pekerja lainnya untuk bersiap-siap mengumpulkan tenaga ekstra untuk melewati jam sibuk. Hari ini bisa aku simpulkan kalau lebih ramai dari biasanya. Semua anggota masuk kerja namun masih tidak cukup untuk melayani seluruh pelanggan yang datang. Bahkan, saat aku sempat melirik antrian, masih ada sebelas orang yang berbaris menunggu untuk dilayani. Tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain memfokuskan diri untuk segera menyelesaikan pekerjaan di sini. Daddy sudah ke sekolah Quinza satu jam yang lalu setelah mengurus rapat penting dengan investor restoran tadi pagi. Mommy tentu saja ke butiknya. Katanya mereka kedatangan tamu VIP untuk mengurus busana pernikahan. Aku tidak tahu spesifiknya bagaimana. Karena, aku lebih sering
[Dion POV] Aku merenggangkan leherku ke kiri dan kanan, lalu memutar pergelangan kakiku bergantian setelah memastikan tali sepatu telah diikat apik aku keluar dari rumah. Lalu, menguncinya kembali dari luar, menyisakan Granny seorang diri dalam. Saatnya memulai olahraga pagi. Burk's Falls masih sepi saat ini, hanya sebuah lampu jalan yang menyala sebagai temanku. Aku hanya berencana memutari Burk's Falls sampai ke minimarket yang kemarin menjadi tempat persinggahan Leyna untuk membeli beberapa sayuran. Mataku mendelik saat melihat sebuah bayangan dari ujung jalan yang lain terlihat tidak asing. Aku mempercepat kecepatan jogging-ku dan mengulas senyum ketika semakin lama bayangan tersebut semakin jelas. Bonusnya, aku mengenali bayangan tersebut. “Leyna!” Teriakku dan menyengir ketika melihat dengan jelas bagaimana sepasang bahu tersebut terjengit karena suaraku. Aku langsung berjalan sampai di depann
[Leyna POV] Swear God, I dunno how to speak out of sudden. Aku bahkan tidak bisa melihat orang yang duduk di depanku dengan mata yang menyorot tajam kepadaku. Pandanganku memang ke depan tetapi, sepasang netraku lebih memilih melihat tembok yang dicat dengan warna kalem. “Ehem.” Aku langsung mematung di tempatku. Tanpa sadar, tanganku bergerak untuk memegang apapun yang berada di sekitarku. Sepasang netra bulat memicing ketika melihatku, aku langsung gelagapan dan melepaskan tangan yang kupegang dengan refleks tadi. Dalam hatiku, aku meminta maaf pada Dion yang terbawa ke sini. Yang bisa kulakukan hanyalah menatap lesu oknum yang memergoki keberadaan kami berdua. Matahari belum meninggi dan masih bersembunyi malu-malu di balik awan tersebut. “Aku tidak mau b**a-basi, Leyna. Jelaskan semuanya, sejelas-jelasnya,” katanya dengan perintah mutlak yang membuatku meringis dalam hati. Akan s
Leyna memasuki sebuah butik yang menampilkan beberapa manekin di depan kaca bening untuk menarik perhatian pengunjung. Saat membuka pintu masuk toko, wanita itu diberikan sebuah kesejukan dari pendingin yang dipasang di dalam serta sebuah sapaan hangat dari seorang wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis. “Selamat datang, Nona Muda.” Wanita itu tersenyum sebagai tanggapan sapaan dari resepsionis, “Nyonya ada di dalam?” “Nyonya berada di lantai atas, dia sedang menyortir bahan yang baru masuk, Nona. Mari saya antar,” kata wanita dengan tag name Anastacia Marie menjabat sebagai resepsionis di Sky Blue Boutique. “Tidak perlu. Saya akan ke sana sendirian. Anda bisa kembali sibuk dengan pekerjaan Anda. Kalau begitu, saya duluan,” balas Leyna yang duluan menjauhi meja dan melewati koridor cukup muat tiga orang dalam sekali jalan di samping bagian customer service. Sebelah kiri dan kanannya terpajang beberapa foto pasangan