Share

32. Love Letter

05.00 p.m

Classic Studio

Leyna bercermin dan merapikan sanggulan rambutnya di kamar ganti studio. Entah kenapa dia merasa untuk membiarkan rambutnya digulung menjadi satu sore itu dan menampilkan garis lehernya yang jenjang. Tangannya membuka tas selempang yang menjadi tasnya seharian ini, berniat mencari lip sheer untuk dipoles ke bibirnya yang terlihat memulas.

"Eh?"

Gadis tersebut mengerut ketika merasakan sesuatu yang janggal dari dalam tasnya, menggapai benda tersebut dan mengeluarkannya dari sana. Matanya memicing melihat amplop tersebut. Yang mana, lebih cocok dipanggil lipatan kertas daripada surat.

Bibirnya terbuka sedikit ketika ucapan Dion saat mereka kembali ke raga terngiang di otaknya. Mungkin ini yang dia bilang surat tersebut. Wanita muda itu pun langsung membuka dan membacanya. Ternyata bukan hanya satu lembaran, masih ada tiga lainnya yang mengikuti.

Hey, Leyna. Ini Dion.

Mungkin saat kau baca ini, berarti kau sudah kembali ke tubuh aslimu yang sebenarnya. Aku juga tidak tahu kapan akan terjadi.

Sebenarnya, ini tidak ada yang penting untuk dikatakan. Tetapi, aku hanya merasa aku akan memimpikanmu. Ini serius, aku sedang tidak bercanda dan tidak menyukai candaan di saat seperti ini.

I know this is strange and make you cringe.

Tapi, entah kenapa, aku merasa orang asing yang pernah datang ke mimpiku sehari sebelum aku pindah ke tubuhmu adalah kau orangnya.

Aku juga belum bisa memastikan tersebut. Tetapi, rasanya sangat nyaman berada di mimpi itu dan ketika aku berbincang denganmu pertama kali di ruang rapat itu, aku sama sekali tidak merasa canggung denganmu selayaknya dua orang asing yang bertemu atau perbedaan status di antara kita.

Seperti aku telah mengenalmu jauh sebelum hari itu. Seperti dua orang yang dipertemukan lagi setelah sekian lama kita berpisah.

Aku rasa cuma itu yang kutulis di sini. Tidak perlu dipikirkan terlalu jauh dan rumit. Aku seperti merasa ganjal kalau tidak mengutarakannya. Leyna, aku berharap kau selalu dalam kondisi sehat dan bahagia.

Begitulah tulisan tangan Dion yang terbaca dalam diam oleh wanita muda itu, matanya terlihat mengosong karena terkejut saat membaca isinya.

Ternyata, selama ini bukan hanya dia yang merasa nyaman di sekitar Dion. Dia juga merasa aman dan ingin selalu bersama pria tersebut dalam apapun kondisinya.

Meskipun, terdengar mustahil untuk menjadi kenyataan.

Dia jauh-jauh dari Burk's Falls ke restoran Ayahnya saat itu bukan hanya sekedar melihat kondisi restoran ataupun memastikan tubuhnya masih dalam kondisi sehat. Melainkan, ... ada setitik kerinduan jika barang sehari tidak melihat pemuda penyandang Addison itu.

Semakin menyelam ke masa lalu, semakin dia menyadari kalau dia benar-benar membangun hubungan tali tak kasat mata dengan Dion. Begitu banyak kejadian mereka sampai dia sendiri terlena dan tidak menyadari hal tersebut.

"Hey, Leyna! Still here?"

Wanita tersebut buru-buru melipat ulang kertas dan menyimpannya ke dalam tas lalu tersenyum tipis, "Just wanna go home after this, Miss."

Leyna kembali melihat ponselnya yang berdering. Lalu, segera berucap salam perpisahan, "I have to go. Have a nice rest, Miss."

Jessica yang menjadi orang menginterupsi acara melamun tersenyum tipis. Tanpa bertanya, dia tahu anak didiknya mengalami hal yang seharusnya dialami sejak memasuki bangku sekolah tingkat akhir. Iris hitamnya melihat punggung Leyna yang telah menghilang. Lalu, melangkah ke dalam bilik kamar mandi.

_The Stranger's Lust_

"Uncle, Daddy tetap pada pendiriannya," kata Leyna sembari melihat luar jendela yang dipasang kaca gelap satu arah dengan caramel macchiato di tangannya. Bingkisan kecil oleh seorang pria yang duduk di sampingnya, hanya berdua.

Supir yang membawanya ke sini masih menunggu di luar mobil. Dia masih di luar Classic Studio.

Memang, dia telah berniat untuk pulang. Namun, panggilan dari Lancelot yang mengatakan kalau dia telah menunggu di dalam mobilnya, segera membuat Leyna pamit undur diri.

"Tidak bisakah hanya sekali ini, Leyna? Uncle sudah putus asa mencari pekerjaan."

Serentetan kalimat tersebut tidak lagi membuatnya merasa harus lunak. Dion mungkin bisa mengatakannya dengan sopan karena bagaimanapun dia bukanlah keponakan Lancelot. Dan, tidak berhubungan sama sekali dengannya.

Leyna tersenyum miring, "Tidak bisa lagi, Uncle. Aku tahu apa yang Uncle lakukan saat mendapatkan pekerjaan. Daddy selalu membicarakan Uncle saat di mobil ataupun menikmati pemandangan dari belakang rumah dengan Mommy. Uncle sungguh tidak bisa menghargai sesuatu yang terjadi dalam hidup Uncle sendiri."

"Tapi-"

Wanita itu melipat kakinya dan mengarah tatapan kepada sang paman, dalam hati dia mungkin harus memikirkan cara untuk mendapatkan permintaan maaf dari ayahnya kalau mendengar kejadian tentang ini, "Uncle sering membolos saat pekerjaan, selalu menyuruh para rekan bahkan menindas. Itu sudah mencerminkan Uncle sudah bersikap semena-mena."

"Dari sudut pandang ini, aku bisa mengetahui alasan Daddy bersikeras tidak mau merekrut Uncle bahkan sebagai supervisor sekalipun."

Lancelot kehabisan kata-kata, untuk kedua kalinya lagi dia kalah berbicara dengan keponakannya. Tidak perlu membutuhkan banyak waktu, Leyna kembali berucap dengan tegas.

"Uncle kalau sudah tidak ada yang dibahas lagi, silakan keluar. Aku masih ada banyak pekerjaan menunggu. Daddy sudah memintaku untuk kembali ke rumah."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status