Share

BAB 4 : Little Kiss

Penulis: shalunace
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 09:59:46

TATKALA amarah menguasai sel demi sel di sekujur tubuh seseorang pernah berkata padanya, untuk menenangkan jiwa yang sedang di liputi amarah absolut maka hal yang harus di lakukan adalah berhitung. Entah itu di dalam hati atau di lakukan secara lisan. Yang mana katanya akan sangat-sangat membantu mengontrol gelegak emosi yang tengah membara. Jessica pikir itu adalah saran terkonyol dari sekian juta petuah yang berada di dunia ini. Ya, awalnya gadis berponi tersebut demikian sebelum kalimat yang di sampaikan laki-laki berwajah kalem itu ternyata cukup ampuh dan berguna baginya dalam melalui hari-hari berat nan menguras tenaga sekaligus energinya. Sangat berguna, sungguh dan Jessica sepenuhnya menyesal telah menertawai saran tulus laki-laki tersebut sore hari itu. 

Jessica mengakui dengan baik bahwa ia memiliki sumbu emosi yang terbilang pendek, sangat pendek malahan. Dia mudah sekali tersulut amarahnya akan sesuatu hal yang terkadang tergolong sepele. Bahkan terkadang dia tidak akan sungkan melepas tantrum besar-besaran guna mengeluarkan segala amarah dalam dada kalau-kalau saja Chelsie tidak datang guna menenangkan. Suatu waktu, ada masanya Jessica ingin membenarkan komentar-komentar yang di lontarkan oleh orang-orang secara percuma. Bahwasanya Jessica mutlak merupakan seorang pembawa masalah murni di hidupnya sendiri, juga sekaligus bagi orang-orang di sekitarnya. 

Maka daripada itu si gadis akan melupakan rentetan adegan kemarahannya di restoran secepat mungkin. Selain tidak begitu penting untuk di ingat-ingat lagi, Jessica juga harus melupakannya agar amarah dalam dada cepat sirna sesegera mungkin. 

Napas gadis beriris bulat kecokelatan itu terhembus kasar dan berat, kepalanya mendongak kemudian guna melihat lembayung jingga mulai mewarnai langit. Ia berhenti melangkah, diam di posisinya dan menikmati betapa indahnya angkasa sekarang. Serta-merta senyumannya terulas tipis, yah, walau terlalu tipis sampai-sampai ragu kalau lengkungan tersebut bisa di sebut sebagai sebuah senyuman. Jessica mengambil jeda sejenak demi ketentraman hatinya, mengambil oksigen sebanyak yang ia mampu dan menghembuskan udara perlahan-lahan. Rasa tenang pun agaknya mulai menggenggam kendali hati. Jessica merasa cukup lega sekarang ini. 

Apa yang laki-laki pucat itu katakan benar juga untuk yang satu ini. "Coba kamu take a time for yourself. Cuma ada kamu dan jiwa kamu. Jalan-jalan sendiri dan perhatiin bagaimana dunia berjalan di sekitar. Maka kamu, Sicaku, akan tau seberapa tenangnya bumi jika kita ingin lihat."

Ah, bahkan Jessica sampai-sampai merasa mendengar suara hangat itu kembali memenuhi gendang telinganya. Kepala gadis tersebut kontan tertunduk kecil, ia serta-merta terkekeh hambar di buatnya sebelum mulai merasa jantungnya berdenyar pahit bukan kepalang. Dirinya seolah-olah kehilangan tujuan sekarang. Namun seberapa pun berengseknya Jessica terhadap semesta, ia takkan sudi mengasihani dirinya sendiri dan mengeluh, sekurang-kurang demi mempertahankan sisa-sisa harga dari eksistensi diri ialah ia hanya perlu dan wajib mensyukuri apa-apa yang telah ia miliki sejauh ini. Setidaknya gadis bersurai panjang bergelombang itu akan menggenggam kalimat manis pemuda tersebut dan mempercayainya dengan perasaan puas.

"Menurut kamu, aku bisa bahagia?" lirihnya bertanya menatap langit. Berharap ada balasan akan tetapi hal sesinting itu takkan pernah terjadi.

Jessica pikir perpaduan angin sepoi-sepoi, pendar hangat dari lembayung jingga angkasa dan aroma makanan dari pedagang kaki lima akan menjadi satu kesatuan yang membawanya merasakan ketentraman bumi dengan khidmat. Yah, sekurang-kurangnya menilik bagaimana di sana, orang-orang sibuk berlalu lalang dengan atau tidak bersama segudang kegiatan pekerjaan mereka yang menyita cukup waktu serta tenaga. Lagi, awalnya ia berpikir sedemikian baiknya kalau-kalau saja manik perempuan berponi itu tidak menangkap sosok familiar nan menyebalkan di depan sana. Dalam satu gerakan gesit Jessica berbalik dan berderap menjauh seolah-olah tidak melihat apa pun. Jessica kontan kembali mengutuk bumi, takdir dan alur kisah hidupnya yang berjalan cenderung aneh. 

"Orang-orang pernah bilang kalau nggak ada yang kebetulan di dunia ini," Sebuah suara berat berceletuk ringan di sisi si gadis tidak lama kemudiam, kepalanya tertunduk kecil guna menyamakan posisi wajah mereka. "Berarti kita jodoh dong?"

Ya Tuhan! Manusia di bumi memangnya cuma Alvin saja sampai-sampai engkau kirim dia lagi dan lagi kepada Jessica? Jessica cuma berharap sisa harinya sedikit lebih tenang, astaga!

"Jes, cogan lo anggurin?"

Jessica enggan menyahut sungguh! Akan tetapi Alvin malah lancang merangkul pundaknya dan cemberut masam. "Babe, orang ganteng nggak boleh di cuekin. Pamali."

Buru-buru gadis berponi itu melepaskan diri dan memberikan jarak selebar mungkin di antara kita. Irisnya kontan memandang tajam pemuda serupa kelinci tersebut. "Pertama, lo bacot. Kedua, gue lagi nggak dalam keadaan mood ngeladenin lo. Ketiga ... permisi, ngomong sama lo nggak guna, cuma buang-buang waktu."

Yah, dan bukan Alvin namanya jikalau tidak berani dan bertindak senewen dalam memancing kemarahan Jessica dalam waktu relatif singkat. Tangan kekar pemuda serupa kelinci itu kemudian dengan lancang memanjang guna menarik lengan Jessica lalu memeluk posesif pinggang ramping gadis serupa boneka tersebut di pinggir taman. Di saksikan jingga menawan langit dan pejalan kaki sebagai saksi bisu adegan bak film romansa picisan itu. Manik bulan Jessica membulat sempurna menatap penuh teror kepada Alvin yang justru sekarang sedang terkekeh geli bahkan dengan semakin berani dan kurang ajarnya menipiskan jarak antara wajah mereka. 

"SINTING YA LO?! LEPAS!"

Alvin makin mengeratkan pelukannya dan mengukir senyum miring. "Gue udah pernah bilang belum kalau lo itu cantik, hm?"

Keyakinannya meningkat drastis akan dugaan Alvin itu pasien rumah sakit jiwa yang berhasil kabur dari  bangsal isolasi tingkat berbahaya dan hidup dengan identitas baru. Jessica berusaha mendorong kuat-kuat dada si pemuda namunㅡsial! Mengapa dekapan Alvin kuat sekali mengukungnya, astaga?!

Jessica semakin menatap tajam pemuda di depannya ini. "Lepas selagi gue ngomong baik-baik, Alvin. Lepasin! Lo apa-apaan, sih?!"

"Gimana kita dinner? Sebentar lagi jam makan malam, lho," tawarnya tiba-tiba, nada suaranya masih terdengar ringan seakan-akan si empunya tidak melakukan tindakan menyebalkan apapun.

Tangan gadis berponi terkepal kuat-kuat dan tanpa tedeng aling-aling langsung menghadiahi Alvin tamparan kuat. Hal tersebut sukses membuat pemuda tidak sopan itu mundur beberapa langkah.

"Denger ya, bangsat! Jangan pernah sama-samain gue dengan cewek-cewek tolol yang lo mainin itu! Gue bukan mereka! Silahkan main dengan mereka bukan gue!" tandasnya berang bukan kepalang.

Alih-alih marah apalagi merasa jengkel Alvin malah terkekeh dan itu semakin memperkuat title kurang warasnya. Sembari memegangi pipinya yang memerah, Alvin membalas kelewat santai tanpa beban. "Gue nggak pernah merasa apalagi bilang lo itu sama kayak cewek luaran sana. Nggak pernah, sekali pun. Jadi jangan sotoy sama isi pikiran orang lain. Salah paham sendiri, marah sendiri. Kan ribet sendiri jadinya."

Jessica menghela napas kasar. Benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirin pemuda sinting di hadapannya ini. Ia menyugar rambutnya kasar. "Masih untung tangan lo nggak gue patahin karena berani-beraninya megang-megang gue. Sialan! Enyah lo!"

"Dan seharusnya lo berterima kasih ke gue karena gue masih waras nggak nyium bibir ... seksi lo itu," sahut Alvin sekenanya.

Percayalah! Jessica tengah memaki-maki Alvin di dalam benaknya lantaran tenaganya seolah menguap begitu cepat hanya untuk mengumpat sekarang. Jessica mengibaskan tangannya dan berbalik pergi seraya berkata jengah.

"Silakan cium cewek lain. Di klub banyak cewek yang mau di kasih cumbuan murahan itu."

Seharusnya dengan segala macam cara Jessica harus memberikan laki-laki siluman kelinci itu pelajaran seperti patah tulang di tangan, leher atau setidaknya satu bogem mentah pada wajah menyebalkan tersebut. Karena beberapa sekon sebelum ketenangan jiwanya terguncang, usai si gadis berponi ingin berderap menjauh, Alvin kembali menarik lengan Jessica dengan gerakan kilat dan kali ini bukan lagi untuk sekadar sebuah dekapan biasa. Melainkan pemuda tersebut merunduk dalam guna memberikan sebuah kecupan singkat di sudut bibir Jessica. 

Alvin mengusak gemas puncak kepala si gadis yang sepenuhnya membeku di posisi. "Kalau ada lo, kenapa harus nyari yang lain, hm?"

Mungkin Jessica terlalu syok dan kaget sampai-sampai membiarkan Alvin menghilang begitu saja dari sana. Sadar betul akan situasi si gadis buru-buru mencegat taksi, menyodorkan ponselnya yang berisi sebuah alamat dan butuh belasan menit untuk sampai yang mana Jessica langsung meloncat turun meski sang sopir berteriak meminta bayaran atas jasanya. Gadis itu menulikan pendengaran dan tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah Chelsie hanya untukㅡ

"BERENGSEK! MATI LO ABIS INI, SIALAN! ANAK SETAN! BERENGSEK! ARRRGHHHH! BANGSAT! ANJㅡ@#¥%**@&¥@¥*"

Chelsie berkedip berkali-kali di ujung tangga, tentu, kedatangan Jessica dan teriakan penuh umpatannya itu bukanlah salah satu dari makanan fast food yang ia pesan sore ini. Sembari meneguk sebotol jamu di tangan, ia bergumam, "Stres ya, Sica?" tanyanya lempeng.

Jessica menatapnya dengan sepasang mata berkobar marah dan menyeringai menyeramkan kemudian. "Tolong cariin cara pembunuhan paling sadis dan tragis, hehe. Gue harus matiin hama. Tolong!"

Bab terkait

  • The Princess Troublemaker   BAB 5 : Sunflower

    "TEMEN lo gila ya, Mas?" celetuk Daniel bertanya sangsi, menjauhkan puntung rokok dari bibirnya bersama kepulan asap yang keluar dari kedua belah bibirnya. Ia kontan merasa tidak mengerti sekarang sementara itu di sana Thomas menatap sinis dan memasang raut wajah jengkel. Dengan perasaan gondok luar biasa ingin sekali memukul sang kawan, Thomas menjulurkan tangannya merebut rokok tersebut dan membuangnya ke tanah dengan kasar. "Thom, anjir, Thom. Mas-mas pale lu!" tukasnya kesal. "Nama gue secakep itu lo panggil mas-mas, jijik tau nggak. Kalau cewek masih oke, lah elu? Merinding sebadan-badan gue." "Ah, bangsat! Rokok terakhir gue, Mas!" decak Daniel kalang kabut melihat rokok terakhir miliknya terlihat mengenaskan di tanah. Laki-laki bertubuh tegap tersebut berencana ingin segera memungut kembali tapi Gerald terlebih dahulu datang dan menginjak batang putih lunak itu dengan dramatis. Daniel membeku. "Anjing kalian berdua!" makinya, meradang juga ujung-ujungnya. Mendengar suara f

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • The Princess Troublemaker   BAB 6 : Pistol

    KENDATI tahu dan mengenal diri sendiri dengan baik, maka lebih dari siapa pun Alvin mengetahui dengan benar bahwa dalam hidupnya tantangan nan memicu adrenaline merupakan kegiatan harian yang paling ia sukai. Lebih dari apa pun. Karena dengan melakukannya ia dapat menikmati hidup penuh keseruan tiada tara dan tidak perlu mendekam di dalam kamar di gelung kebosanan. Ew! Alvin tidak ingin menghabiskan waktu mudanya hanya dengan menatap dinding kamar, buku-buku, bangunan sekolah dan bersikap baik sebagai seorang murid. Tidak, tidak. Alvin menolak untuk hidup semembosankan itu. Jadi oleh sebab itu, tahu apa yang Alvin lakukan ketika bertemu Jessica pada puku. 08:56 WIB di lapangan utama Bina Bangsa?Tentu saja. Pemuda kelinci tersebut bertingkang laku sesuka hati sampai-sampai berani datang telat dan berujung di hukum bersama Jessica; lagi-lagi menghormat bendera, bedanya kali ini ada beberapa murid yang juga menemani mereka berdua, dua penguasa sekolah. Pun laki-laki itu seolah lupa atas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • The Princess Troublemaker   BAB 7 : Sebuah Harapan

    “JADI … ” Kepala berdenyut-denyut. Bahu naik-turun. Jantung masih berdebar-debar. Kemurkaan belum sepenuhnya sirna dari dalam rongga dada. Pria berusia 52 tahun yang telah lama menjabat sebagai kepala sekolah tersebut memejamkan matanya erat bukan main sembari mengurut pelipis nan masih berkedut kejam. Niat hati ingin segera mengusir denyutan pening di kepala akan tetapi menyadari betul bahwa salah satu siswi di hadapan tidak menunjukkan gelagat orang bersalah sedikit pun membuat Pak Henry makin memanas. Ia ingin marah, memaki atau membentak gadis berponi tersebut karena tingkah laku ajaibnya di lapangan sekolah tadi, akan tetapi Pak Henry ingat betul dengan siapa ia berhadapan sekarang. Lebih tepatnya terhadap siapa orang yang berada di belakang Jessica. Tentu saja pemilik yayasan, Demian Atriyadinata. Pria baya itu merasa usia terus berkurang apabila berurusan dengan Jessica dan segudang catatan kenakalannya. "... kamu ngelakuin itu buat bales dendam, Jessica?" Ha! Siapa saja tolong

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • The Princess Troublemaker   BAB 8 : Keep On Going

    NYAWANYA rasa-rasanya seolah seperti baru saja di tarik dari tubuh kemudian di lepaskan lagi dan mendatangkan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Desisan lantas lolos dari kedua belah bibir pemuda kelinci tersebut, sembari membuka sepasang tirai matanya secara perlahan-lahan guna menyusaikan kontras cahaya matahari yang masuk, Alvin serta-merta membuka mata hanya untuk merasakan kepalanya berdenyut sakit gila-gilaan. Seakan-akan ia baru saja di hantam gada dengan kekuatan maksimal tepat di atas ubun-ubun kepalanya, menghantarkan rasa berkunang-kunang pada pandangannya tiap kali ia bergerak. Pemuda serupa kelinci tersebut berdecak sebal ketika pening di kepala tidak kunjung membaik bahkan setelah ia berusaha tenang guna menetralisir denyutan demi denyutan nan datang, namun nihil, Alvin malah semakin merasa sakit kepala di buatnya. Tangannya pun beralih mengurut pelipis, berharap dapat mengurangi setidaknya sedikit sakit dari kepalanya yang terasa berputar-putar.Alvin mengerjapkan mata be

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • The Princess Troublemaker   BAB 9 : Rooftop

    APABILA kepala sedang berisik, sama bisingnya dengan ingar bingar pasar malam, barangkali memandang sesuatu hal yang indah akan menetralisirkan segala pening bercampur penat pada sekujur tubuh. Sekurang-kurangnya departemen pikiran di dalam otak sekiranya mau ambil rehat sejenak usai berkelahi dengan departemen hati yang selalu enggan berkompromi. Hari ini angkasa menyuguhkan langit biru yang indah, di temani awan-awan dengan beragam bentuk serta mentari yang tampak gagah di singgsananya. Tidak ketinggalan juga semilir angin menyejukkan cuaca panas nan sedang mendera bumi. Kaki-kaki ramping tersebut berayun-ayun ringan berirama selagi dua telapak tangan bertumpu pada pembatas atap bangunan. Tolong jangan mempermasalahkan atau mempertanyakan alasan Jessica untuk duduk di tempat berbahaya demikian, nan sekali salah salah bergerak, maka tewas bukan lagi sekadar kekhawatiran belaka usai jatuh dari ketinggian 25 meter. Jangan terlalu mencemaskan, Jessica sudah biasa melakukan kegiatan ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • The Princess Troublemaker   BAB 10 : Girl Anger

    DUNIA memang sedang tidak baik-baik saja. Perempuan mawar tersebut mengerjapkan matanya beberapa kali, ia terpaku akan betapa merahnya wajah sang sahabat berponinya yang satu tersebut. Jessica sedang menahan amarah yang bergumul di bawah kulit, bahu sang gadis bahkan sampai naik-turun dengan tangan terkepal kuat di bawah sana. Jessica seolah tampak bersiap guna melepaskan kemurkaan, mengamuk membabi buta dan menghancurkan apa saja yang berada di dekatnya usai mereka sampai di kelas lantaran mereka mendapati meja puan berponi tersebut dengan dekorasi serba merah muda. Tidak hanya itu saja, ada belasan cokelat dan boneka beruang mini nan tersusun rapi dan sialnyaㅡpoin ini yang semakin membuat dia murkaㅡwajah beruang-beruang merah muda tersebut malah berganti dengan foto wajah Jessica. Terdiri dari ekspresi nyeleneh, penuh amarah dan tertawa sampai mulutnya terbuka. Sungguh, apabila tidak ingat akan situasi dan kondisi yang sedang terjadi maka barangkali Rosa hampir meletuskan gelak t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • The Princess Troublemaker   BAB 11 : Toko Bunga

    BUKAN Jessica lagi namanya kalau-kalau tidak pernah di perbincangkan dalam sehari. Minimal satu sekali dalam satu hari. Bina Bangsa akan selalu dan wajib gempar dengan segala macam jenis tingkah laku yang Jessica lakukan. Aksinya akan selalu menjadi berita hangat sekolah setiap harinya. Termasuk juga salah satu korban yang nyaris patang tulang kalau-kalau Chelsie tidak datang tepat waktu menenangkan si gadis berponi itu siang ini. Tengah ramai di perbincangkan pada akun sosial media Bina Bangsa. Terdapat ribuan komentar dengan ragam praduga yang di bahas orang-orang. Mempertanyakan alasan apalagi kali ini sampai-sampai gadis berponi mengamuk sedemikian menyeramkannya?Jenna memantai komentar demi komentar dalam kolom postingan. Dia serta-merta geleng-geleng kepala melihat dugaan demi dugaan yang makin lama justru semakin melenceng. Terlampau banyak orang sinting berkedok baik hati dan malah memaki secara daring begini. Ck, ck! Ini adalah salah satu alasan mengapa Jenna terkadang lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • The Princess Troublemaker   BAB 12 : Semesta

    APA-APA saja yang berhubungan dengan Jessica memang selalu akan tampak menarik untuk di saksikan. Oleh karenanya pemuda kelinci tersebut tidak dapat lagi menahan diri dan meletuskan tawanya dengan terbahak-bahak usai menonton video berdurasi singkat yang di unggah pada salah satu akun sosial media, di mana Jessica lagi-lagi unjuk kebolehannya dalam patah mematahkan tulang manusia bahkan tak hanya video akan tetapi komentar demi komentar yang terus-menerus mengirim kolom postingan juga kapabel membuat perut Alvin tergelitik bukan main sampai-sampai ia berpikir ia bisa saja menangis di buatnya. Tangan pemuda itu juga sampai memukul-mukul sofa markas dan spontan menunjukkan layar ponselnya pada Gerald. "Liat! Liat! Dia naikin kaki ke bahu si ceweknya terus hampir matahin tangannya tapi Chelsie ke buru dateng," Alvin berdecak sebal kemudian. "Kecewa penonton."Kalau kalian semua tidak tahu maka percayalah bahwa saat ini rasa ingin menghantam Alvin dengan buku-buku di hadapan benar-benar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04

Bab terbaru

  • The Princess Troublemaker   EXTRA BAB

    APABILA di umpakan secara gamblang, transparan dan tepat sasaran. Barangkali kejengkelan nan sedang menggerogoti jantung sekaligus hatinya telah menyerupai gunung aktif yang siap memuntahkan lahar panas guna membumi hanguskan sekitarnya. Menghancurkan setiap sentinya. Melenyapkan setiap eksistensi yang terlihat. Begitu pendeskripsian isi hati seorang Alvin sekarang ini. Dia sangat amat muak menghadapi situasi yang sama berulang-ulang kali. Hingga rasanya si lelaki bisa melakukan apa saja untuk menyingkir masalah nan sedang mengganggu kesehariannya tersebut. Jujur saja, bukankah dia lahir tanpa setangki kesabaran melimpah? Hei, dia jelas-jelas bukan badan amal. Mana sudi ia bersikap sabar terhadap orang-orang yang bahkan tidak ingin bersikap sabar atas dirinya; egois memang, akan tetapi Alvin mana mau repot-repot peduli.Emosi yang kini menguasai dadanya benar-benar tidak terbendung lagi, jadi Alvin harus memprioritaskan hati dan batinnya. Ini tidak bisa di tunda-tunda lagi jikalau tida

  • The Princess Troublemaker   EPILOG

    KABAR kembalinya sang penguasa Bina Bangsa menyebar dengan cepat yang bahkan tidak genap satu hari setelah beritanya masuk menuju masing-masing ponsel warga sekolah. Termasuk adegan epik sang tuan putri dalam melancarkan aksi balas dendamnya begitu menginjakkan kaki di sekolah. Memang tidak ada bukti fisik seperti video atau pun foto, akan tetapi hal ini mutlak mengirim teror bagi siapa-siapa saja yang telah lancang mengusik tiga sahabat gadis penguasa tersebut. Selepas fakta mengenai Chika menjalar bagaikan tanaman rambat, informasi baru dari korban-korban yang Jessica gasak habis di hari yang sama mulai simpang siur terdengar. Bahwa pembalasan dendam Jessica bukanlah lelucon semata. Tiada satu pun dari mereka yang berani membayangkan akan sesuram apa hari esok. Akan setegang dan seberisik apa Bina Bangsa esok, namun yang pasti, Jessica telah mendeklarasikan peperangan dan takkan ada yang bisa kabur dari cengkeramannya.Yah, terserah dengan apa yang akan terjadi. Alvin tidak peduli.

  • The Princess Troublemaker   BAB 75 : Make It Longer and Hotter!

    APABILA bundaran oranye tersebut dapat berbicara, barangkali serangkaian kalimat makian sudah terlontar kepada manusia kelinci yang masih bebal melantunkan bola basket nan kusam itu menuju ring walau telah terpeleset berulang kali. Alvin tetap bersikukuh melanjutkan permainan seorang diri di markas kumuh ini. Tempat terakhir ia benar-benar bertemu Jessica. Tempat yang menjadi saksi bisu akan seberapa besar perasaannya untuk gadis nakal tersebut. Oleh sebab itu ujung-ujungnya Alvin melarang keras yang lain datang ke tempat ini. Alasannya karena takut kenangannya dengan Jessica pudar begitu saja. Jelas, awal-awalnya muncul pertentangan akan tetapi jikalau Alvin sudah berkehendak. Siapa yang berani menantang memangnya? Cari mati namanya.Yah, setidaknya sampai Jessica kembali.Iya, begitu.Namun, kapan gadisnya akan kembali?Apa setelah mereka lulus SMA?Ah, sial! Perasaannya semakin memburuk bahkan hanya dengan memikirkannya saja. Alvin tentu saja tidak tahu apa-apa. Dia ini merupakan o

  • The Princess Troublemaker   BAB 74 : Ayo Pulang, Sica!

    PEMANDANGAN danau indah, secangkir kopi dan sepirinh roti panggang hangat. Perpaduan ini membuat Jessica merasa jauh lebih hidup di bandingkan yang sudah-sudah. Seolah ia baru saja menjadi manusia seutuhnya sekarang. Sebab sepanjang hidup, baru kali ia tidak bangun dengan beban berat pada pundak. Tidak ada lagi mimpi buruk yang mencekam. Tidak ada lagi sesak dalam dada. Tidak ada lagi pening yang menyerang kepala. Tubuhnya sungguh-sungguh terasa ringan hingga menjalani rutinitas santai begini membuat senyuman manis di bibir terbit dengan begitu cerah. Jessica menghembuskan napas pendek, mengeluarkan ponsel yang Bastian berikan padanya dan mulai memotret tiap sudut tempat nan ia rasa tampak cantik untuk di abadikan oleh kamera ponselnya.Jessica memang belum sepenuhnya terbiasa. Bahasa dan budaya mereka jelas berbeda dengan keseharian yang dulu biasa ia jalani. Jessica juga belum pernah tinggal begitu lama di negeri orang lain selain hanya singgah guna menemani sang kakek bekerja atau

  • The Princess Troublemaker   BAB 73 : Nakal dan Jahat

    DUA minggu. Empat minggu. Kemudian sudah genap satu bulan. Lambat laun bertambah hari demi hari. Tahu-tahu sudah lebih dari satu minggu lagi. Lalu bulan lagi. Begitu terus. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tepat lima bulan kepergian Jessica dari hidupnya dan Alvin tidak pernah merasa kehilangan seperti ini sebelumnya. Alvin tidak pernah merasa hidupnya sehampa ini. Tidak pernah merasa jikalau hidupnya akan seberat ini tanpa kehadiran gadis barbar kesayangannya itu. Alvin tidak pernah mengira bahwa ketiadaan Jessica dalam poros dunianya benar-benar melumpuhkan nyaris seluruh engsel kehidupannya, dan membuat dia terus berlari dari getirnya fakta bila saat ini dia benar-benar di tinggalkan tanpa salam perpisahan.Jantungnya berdenyut ngilu.Alvin tidak pernah tahu bahwa merindukan seseorang bisa membuatnya gila seperti ini. Entah sudah berapa orang yang ia pukuli hari ini. Entah sudah berapa kayu yang ia patahkan ka

  • The Princess Troublemaker   BAB 72 : Tolong Pulang, Jessica

    SEBUT saja dia gila. Bastian tidak keberatan. Sama sekali tidak masalah di maki demikian sebab orang waras mana yang dengan kesadaran penuh membawa kabur seorang cucu perempuan satu-satunya dari keluarga konglomerat Atriyadinata? Cuma dia. Secara teknik memang tidak dapat di sebut menculik akan tetapi tetap saja Bastian terlibat sebagai kaki tangan. Apabila sang kakek tahu, tanpa sempat menjelaskan maka namanya sudah terlebih dahulu terukir di batu nisan. Mengesankan. Bastian tidak belajar mati-matian dari dulu hanya untuk menghancurkan hidupnya di masa depan nanti. Tidak. Enak saja. Bastian belajar seperti kiamat akan datang esok hari karena ingin segera hidup mandiri dan terlepas dari sistem politik keluarga. Dia sudah muak harus mendengarkan sang ibu menjelek-jelekkan anggota keluarga lain. Masih baik dia tidak terkontaminasi, tidak seperti saudaranya yang lain.Kendati demikian, walau sudah membuat heboh keluarga, tampaknya si pelaku tidak terlihat merasa bersalah sedikit pun. Di

  • The Princess Troublemaker   BAB 71 : Tidak Akan Pernah

    GELEGAK amarah. Urat saraf yang menonjol. Wajah memerah penuh resah. Ekspresi keruh terang-terangan menyatakan isi hati. Layar demi layar di depan mata nan menampilkan rekaman CCTV beberapa lokasi tidak berhasil membuatnya puas. Demian makin murka. Dalam satu kali gerakan, dia menghempas kasar benda-benda berteknologi canggih tersebut. "KALIAN SEMUA TIDAK BECUS! UANG YANG SAYA KELUARKAN SELAMA INI UNTUK KALIAN TERNYATA SIA-SIA! SAYA INGIN CUCU SAYA DI TEMUKAN TAPI KALIAN SEMUA TIDAK MAMPU MELAKUKAN ITU! APANYA YANG SULIT MENCARI SEORANG ANAK PEREMPUAN YANG MASIH SMA?! KELUAR KALIAN DARI RUMAH SAYA! DASAR TIKUS-TIKUS KOTOR! JANGAN PIKIR UNTUK KEMBALI MENGINJAKKAN KAKI DI SINI SEBELUM CUCU SAYA DI TEMUKAN ATAU KALIAN AKAN TAU APA AKIBAT GAGAL MENJALANKAN TUGAS DARI SEORANG DEMIAN! CAMKAN ITU!"Satu minggu berlalu sejak menghilangnya Jessica. Entah sesakit apa hati anak malang tersebut sampai-sampai memilih untuk pergi. Demian gagal menjadi rumah bagi cucunya. Demian gagal menjadi zona a

  • The Princess Troublemaker   BAB 70 : Kepergian Jessica

    JESSICA benar-benar lenyap begitu saja. Bagaikan di telan bumi dan terdampai di dunia antah berantah. Tidak dapat terdeteksi. Tidak dapat di telusuri. Tidak dapat di temukan. Kabar menghilangnya cucu bungsu dari keluarga konglomerat Atriyadinata memang tidak di beritakan pada surat kabar, berita di TV atau pun pada seluruh platform media sosial. Namun satu hal pasti, ketidakhadiran puan tersebut secara mendadak jelas-jelas menggemparkan seisi sekolah. Entah itu murid-muridnya, guru berserta staff dan sekaligus pedagang di kantin. Ketiadaan eksistensi Jessica sungguh-sungguh menjadi topik hangat bahkan usai genap seminggu sang penguasa sekolah tersebut menghilang tanpa kabar. Beberapa dari mereka berusaha menggali informasi dari sumber pasti, tentu itu adalah tiga sahabat sang topik utama Bina Bangsa, akan tetapi seperti yang telah di terka-terka, mereka sempurna dalam kebungkaman. Lebih tepatnya mereka sama sekali tidak tahu-menahu mengenai keberadaan Jessica sekarang. Hembusan na

  • The Princess Troublemaker   BAB 69 : Menghilang

    ORANG-ORANG dulu berkata bahwa rumah adalah tempat paling aman, nyaman dan tepat untuk beristirahat dari berisiknya hiruk-pikuk dunia. Kehangatannya akan mampu meluruhkan segala penat dan lelah tanpa pamrih. Di semua buku, selebaran, iklan atau penjelasan literatur pun mengatakan hal serupa. Rumah adalah tempat kau untuk pulang. Setidaknya itu yang mereka ingin bagikan ke seluruh umat manusia. Tapi sialnya, tidak semua dari mereka memaparkan lebih detail mengenai rumah macam apa yang baik guna menyambut rusaknya jiwa akan permainan benang takdir. Atas segala ujian alam bagi tiap-tiap mereka yang bernapas. Mereka lupa menambah satu paragraf kenyataan bahwa tidak semua rumah itu terasa seperti pulang. Kadang kala justru mirip seperti neraka. Memang tidak panas, namun gelegak amarah yang terus-menerus mendidih, lontaran makian, teriakan melengking, barang demi barang melayang, tuduh menuduh dan sejenisnya. Mana mungkin tempat yang terasa seperti arena peperangan tersebut cocok di katakan

DMCA.com Protection Status