Share

BAB 8 : Keep On Going

Penulis: shalunace
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-31 18:41:48

NYAWANYA rasa-rasanya seolah seperti baru saja di tarik dari tubuh kemudian di lepaskan lagi dan mendatangkan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Desisan lantas lolos dari kedua belah bibir pemuda kelinci tersebut, sembari membuka sepasang tirai matanya secara perlahan-lahan guna menyusaikan kontras cahaya matahari yang masuk, Alvin serta-merta membuka mata hanya untuk merasakan kepalanya berdenyut sakit gila-gilaan. Seakan-akan ia baru saja di hantam gada dengan kekuatan maksimal tepat di atas ubun-ubun kepalanya, menghantarkan rasa berkunang-kunang pada pandangannya tiap kali ia bergerak. Pemuda serupa kelinci tersebut berdecak sebal ketika pening di kepala tidak kunjung membaik bahkan setelah ia berusaha tenang guna menetralisir denyutan demi denyutan nan datang, namun nihil, Alvin malah semakin merasa sakit kepala di buatnya. Tangannya pun beralih mengurut pelipis, berharap dapat mengurangi setidaknya sedikit sakit dari kepalanya yang terasa berputar-putar.

Alvin mengerjapkan mata beberapa kali, tanpa perintah otaknya mulai bekerja guna mencerna mengenai potongan demi potongan adegan sebelum gelap menjemputnya dan dia terbangun berhadapan dengan langit-langit putih pucat membosankan serta aroma samar obat-obatan. Apakah dia benar-benar pingsan di lapangan utama sekolah, di tonton satu penduduk Bina Bangsa dan berakhir terbangun di atas ranjang UKS begini? Sial. Pingsan dengan tidak keren begitu merupakan aib kehidupannya. Departemen ingatan sialan! Ingatan ini tak pantas untuk ia ingat kembali, Alvin justru mendadak berharap dia di diagnosis amnesia saja agar tidak dapat mengingat setiap sekon kejadian memalukan ini. Noda sialan dalam hidupnya. Bibirnya pun mulai memaki, menyumpah serapahi dan mengutuk diri sendiri karena telah bertindak tidak keren demikian. 

Alvin mulai mengkhawatirkan citra yang telah ia bangun selama hidup tetapi hancur dalam sekejap mata. Hanya karena trik murahan belaka. Ini aib! Alvin sangat-sangat tidak menerima kenyataan pahit ini! Tidak, tidak! Ini bukan kenyataan, ini hanya mimpi! Pasti cuma mimpi. Ini tidak benar-benar terjadi. Mana mungkin! Argh, sial! Alvin merasa kepalanya akan meledak sebentar lagi sebab terus-menerus mengingat reka ulang adegan memalukan itu, terus-menerus, seolah tubuh ini tidak lagi berada di bawah kontrolnya. 

Menyebalkan! Menjengkelkan! Menjijikan!

Dan semuanya terjadi karena Jessica adalah pelaku utamanya.

Sial! Sial! Sial! 

Alvin akan membalaskan rasa menyedihkannya ini, pasti! Dia takkan tinggal diam saja. 

Yah, pemuda kelinci tersebut apabila di tanya secara mendalam dan menyeluruh mengenai kejadian menghebohkan ini juga tidak akan berkelit atas alasan dan dasar mengapa gadis serupa boneka nan bar-bar tersebut mengamuk sedemikian rupa kepadanya. Alvin tidak akan menepis segala tuduhan, sungguh, dia mengakui semua tindakannya memang menyebalkan, tetapi itu inti dari segala tindak-tanduknya selama ini, yaitu hanya demi membuat Jessica terbakar api amarah. Alasannya apalagi kalau bukan untuk bersenang-senang semata, sebab siapa di sekolah ini yang berani mengganggu gadis bar-bar tersebut jikalau bukan dia? Tentu saja tidak ada, mereka masih sayang nyawa. Oleh karena itu Alvin berbaik hati ingin membantu mereka yang selalu menjadi objek kenakalan Jessica yakninya dengan mengganggu kehidupan sehari-hari puan tersebut.

Sederhana, bukan?

Akan tetapi dari sekian banyaknya bentuk aksi pembalasan dendam, mengapa Jessica harus memilih mengerjainya dengan sebuah pistol mainan? Kenapa?! Mengapa?! Apa alasannya?! Alvin benar-benar tidak mengerti lagi. Dia benar-benar mengira akan mati hari ini, bahkan dia sudah merapalkan doa sembari menyiapkan kata-kata di dalam hati agar Yang Maha Kuasa memberikan kebahagiaan bagi keluarganya. Ya, sebegitu takutnya Alvin pagi tadi. 

Lalu, mari menjawab pertanyaan aneh pemuda kelinci tersebut. Jelas saja! Jessica tentu ingin membalas semua perilakunya dengan cara tersadis sekaligus epik yang ia miliki dan Alvin menolak untuk memahami.

Hei! Harga dirinya kini tercoreng!

"Ck! Dasar cewek berengsek!"

Pemuda kelinci tersebut agaknya tersentak kaget tatkala tirai yang mengitari ranjangnya di buka kasar dan menampilkam seraut wajah khawatir teman-temannya. Yah, tidak juga sepenuhnya khawatir kalau boleh bilang apabila di sana Daniel masih sempat-sempatnya tertawa mengolok-olok kondisi menyedihkannya ini. Menyebalkan sekali.

"Heh! Lo nggak papa? Mau gue panggilin dokter?" tanya Thomas, pemuda itu menghela napas lega kala Alvin menggeleng dan mengibaskan tangannya seolah mengatakan, ia tidak perlu dokter sekarang. "Syukur deh lo masih hidup. Gue kira lo mati, anjing!"

"Yaa nggak usah kasar, bangsat!" Alvin mendelik sinis.

Daniel kemudian mendaratkan bokongnya di ranjang sebelah, melepas sepatu dan menaikkan kaki untuk di silangkan sembari menarik bantal ke atas pangkuan. Pemuda dengan tubuh penuh otot itu geleng-geleng kepala tidak habis pikir saat menatap Alvin yang mana membuatnya mengingat peristiwa yang menggemparkan Bina Bangsa hari ini. Daniel berpikir kejadian hari ini merupakan mimpi belaka kalau-kalau dia tidak langsung melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. "Gila! Gue masih syok sampe sekarang tau nggak lo-lo pada!" celetuknya tidak lama setelahnya, ia menatap tiga manusia di sana secara bergantian dan menarik napas pendek. "Gue pikir dia beneran beli pistol buat ngebunuh anak ini. Secara anak konglomerat, beli barang begituankan gampang. Sat-set! Beres. Gue bahkan udah mulai ngebayangin gimana jadinya sekolah di cat pake darah lo kayak apa yang Jessica bilang. Sumpah! Psikopat banget itu cewek. Ngeri gue!" sambungnya merinding, ia bergidik ngeri. 

Thomas kontan setuju, kepalanya mengangguk-angguk afirmatif lalu mengusap lengannya yang seputih susu tersebut dengan mata menyipit horor. "Gue aja masih merinding sampe sekarang, anjir! Nggak nyangka dendamnya dia ke Alvin sampe bikin sinting separah itu. Gila-gila! Kira-kira ini masuk berita kagak, ya?"

"Apaan. Keluarganya udah turun tangan duluan kali buat nyegah." Daniel membalas sambil mengibas-ngibaskan tangan di udara. Ia menggeleng mantap. "Koneksi keluarganyakan bukan main. Beginian doang cetek buat di tutupin."

Gerald manggut-manggut, dia menghela napas kasar selanjutnya. "Secara backingan dia kakeknya. Nyaris semua sektor industri udah di jajah keluarga mereka. Keluarga old money begitu, koneksi di mana-mana. Gue bahkan kalau bisa pengen kerja di perusahaan mereka, di bidang apa aja, gaji dan tunjangan karyawannya sejahtera mampus, Njir! Cewek gue yang bilang."

"Untung nggak mati beneran lu ya, Vin. Tobat nasuha deh lo abis ini, biar berkah dikit hidup lo," tukas Thomas menatap sang kawan. 

Alvin menukikkan bibirnya tajam, dia menatap tidak senang. "Lo semua daripada ngekhawatirin gue malah milih muji-muji keluarga si Chucky depan biji mata gue. Beneran bangsat lo bertiga. Gue korban ini, woi!"

Mendengar hal tersebut sontak membuat Gerald terkikik menghina pemuda kelinci tersebut, ini benar-benar peristiwa yang spektakuler. Bisa jadi cuma ada satu kali ini saja dalam sejarah sekolah mereka. Oleh karenanya ia akan menghina dan mengejek Alvin sampai ia bosan nanti. "Tapi seriusan, gue beneran mau nelepon agen batu nisan buat lo, Vin. Organ-organ lo rencananya mau gue sumbangin ke yang membutuhkan biar akhir hayat lo berguna dikit," ujarnya menimpali jahil. Gerald tersenyum miring. "Beneran setakut itu lo sampe pingsan di depan satu sekolah begini?"

Kan. Harga dirinya benar-benar tercoreng brutal akibat kejadian ini. 

Alvin semakin merasa gondok bukan kepalang, ia pun menendang lengan atas Gerald dengan gesit guna menyampaikan kejengkelannya sementara si empu justru tertawa. "Bajingan lo! Coba di posisi gue tadi, njing, biar tau rasanya hidup dan mati lo di pertaruhkan. Gue juga mikir beneran bakal di bikin koid sama dia. Sialan. Ternyata cuma prank doang. Mau ngamuk gue rasanya! Tengsin gue, bangsat, tengsin!"

Mereka bertiga langsung terbahak-bahak mendengar curahan hati pemuda kelinci tersebut dan Gerald hanya bisa mengirimkan dua tepukan bela sungkawa pada lengan sang kawan. "Makanya tobat. Kan gue udah bilang, jangan nyari lawan mulu. Jangan nyari gara-gara. Jangan nyari pekara. Jangan nyari mati. Nyawa lo cuma satu, goblok! Nggak ada suku cadangnya kek motor, cok jancok! Ngeyel amat di bilangin. Sekarang rasain dah tuh sensasinya, mau matikan lo rasanya?"

“Lo nggak jadi gue sih!”

“Dih! Ogah gue jadi orang nggak ada otak kayak lo! Mohon maaf!” Gerald menukikkan bibirnya tajam dan menatap keki ke arah Alvin.

“Ck! Setan kalian! Minggat sono! Makin pusing kepala gue, nih!” gerutu pemuda kelinci itu sebal.

“Jujur deh, Vin. Lo kenapa ngebet banget sih gangguin Jessica?” tanya Daniel penasaran bukan main. “Secara di sekolah ini bahkan anak-anak geng yang lain tunduk semua sama dia kecuali elo yang menantang maut terus-terusan. Apalagi backingan tuh cewek bukan sembarangan orang. Sekali liat aja, udah, tamat hidup lo.”

Alvin mengerutkan keningnya; keheranan. “Jadi inti pertanyaan lo?”

“Bangsat! Yang tadi! Kenapa lo ngebet banget gangguin Jessica?! Dasar setan lo!” balas Daniel, emosi juga di buatnya.

Sang lawan bicara terkekeh geli, sudah paling ahli dia dalam hal menyulut kemarahan orang lain. Alvin berdeham kemudian, agak lama guna mencari-cari satu jawaban. “Hmmm … suka aja?”

Daniel menatap datar. “Udah gue duga. Ada yang konslet di otak. Lo. Transplantasi otak sana!”

“Transplantasi juga tuh nilai fisika lo! Bisa-bisanya cuma dapet 28. Lo dongo apa beneran goblok?” tandas Alvin dan melihat wajah frustasi Daniel, ia tahu ia memenangkan perdebatan.

“Argh, sat! Gue makin kepikiran, anjeng! Emak gue pasti ngemaki-maki lagi nih pas pulang!”

Tatkala Daniel sibuk mengumpat dan menyalahkan guru bidang studi yang melaporkan rentetan nilai sang teman yang tak kunjung mengalami peningkatan. Thomas mengetuk betisnya beberapa kali. “Terus abis ini lo mau ngebales Jessica?” tanyanya. “Secara satu sekolahan nontonin lo pingsan. Malu pasti.”

“Dia mana pernah punya malu sih,” hina Gerald tanpa menatap Alvin, pemuda itu sibuk saling bertukar pesan dengan kekasihnya. "Kalau punya mah, dunia udah mau kiamat keknya."

Lagi-lagi Alvin mengumpat memaki temannya sejak kelas satu tersebut. Ia mendengus kasar, “Nggak tau deh gue! Gila! Kepala gue masih sakit banget, pusing cok! Sial!”

“Mending nggak usah nyari gara-gara lagi, deh. Sayang-sayang nyawa lo mulai sekarang, kasian, terancam punah mulu gara-gara lo,” tutur Gerald memberi nasihat seraya melirik sekilas Alvin dan selanjutnya mengetuk pelipisnya dua kali. “Gunain otak berdebu lo.”

Dari kebungkaman pemuda kelinci tersebut Gerald mengira sekurang-kurangnya sang teman akan mulai berpikir jernih, menggunakan nalar dalam bertindak atau memutuskan berhenti menantang maut. Akan tetapi atensi mereka terpusat tatkala Alvin melompat turun dari ranjang, anak laki-laki itu mengangguk penuh keyakinan dan mengepal kuat sepasang tangannya di udara.

“Kesimpulan yang dapat gue petik dari saran-saran lo adalah … ” Alvin tersenyum kalem dan memberikan Gerald dua tepukan di pundak. Ia melanjutkan kepalang ringan. “ … gue makin yakin buat gangguin dia. Gue harus tetap balesin dendam orang-orang yang dia gangguin termasuk gue dengan cara yang sama juga. Daah, gue cabut duluan!”

Belum sempat bagi mereka untuk memproses seluruh kalimat yang Alvin layangkan dan si empunya telah menghilang dari balik pintu. Mereka menghela napas tak percaya.

Thomas kemudian menatap datar dua temannya sembari mengangkat ponselnya seraya berkata, “Jadi … agen batu nisan mana yang perlu kita telepon?”

Bab terkait

  • The Princess Troublemaker   BAB 9 : Rooftop

    APABILA kepala sedang berisik, sama bisingnya dengan ingar bingar pasar malam, barangkali memandang sesuatu hal yang indah akan menetralisirkan segala pening bercampur penat pada sekujur tubuh. Sekurang-kurangnya departemen pikiran di dalam otak sekiranya mau ambil rehat sejenak usai berkelahi dengan departemen hati yang selalu enggan berkompromi. Hari ini angkasa menyuguhkan langit biru yang indah, di temani awan-awan dengan beragam bentuk serta mentari yang tampak gagah di singgsananya. Tidak ketinggalan juga semilir angin menyejukkan cuaca panas nan sedang mendera bumi. Kaki-kaki ramping tersebut berayun-ayun ringan berirama selagi dua telapak tangan bertumpu pada pembatas atap bangunan. Tolong jangan mempermasalahkan atau mempertanyakan alasan Jessica untuk duduk di tempat berbahaya demikian, nan sekali salah salah bergerak, maka tewas bukan lagi sekadar kekhawatiran belaka usai jatuh dari ketinggian 25 meter. Jangan terlalu mencemaskan, Jessica sudah biasa melakukan kegiatan ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • The Princess Troublemaker   BAB 10 : Girl Anger

    DUNIA memang sedang tidak baik-baik saja. Perempuan mawar tersebut mengerjapkan matanya beberapa kali, ia terpaku akan betapa merahnya wajah sang sahabat berponinya yang satu tersebut. Jessica sedang menahan amarah yang bergumul di bawah kulit, bahu sang gadis bahkan sampai naik-turun dengan tangan terkepal kuat di bawah sana. Jessica seolah tampak bersiap guna melepaskan kemurkaan, mengamuk membabi buta dan menghancurkan apa saja yang berada di dekatnya usai mereka sampai di kelas lantaran mereka mendapati meja puan berponi tersebut dengan dekorasi serba merah muda. Tidak hanya itu saja, ada belasan cokelat dan boneka beruang mini nan tersusun rapi dan sialnyaㅡpoin ini yang semakin membuat dia murkaㅡwajah beruang-beruang merah muda tersebut malah berganti dengan foto wajah Jessica. Terdiri dari ekspresi nyeleneh, penuh amarah dan tertawa sampai mulutnya terbuka. Sungguh, apabila tidak ingat akan situasi dan kondisi yang sedang terjadi maka barangkali Rosa hampir meletuskan gelak t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • The Princess Troublemaker   BAB 11 : Toko Bunga

    BUKAN Jessica lagi namanya kalau-kalau tidak pernah di perbincangkan dalam sehari. Minimal satu sekali dalam satu hari. Bina Bangsa akan selalu dan wajib gempar dengan segala macam jenis tingkah laku yang Jessica lakukan. Aksinya akan selalu menjadi berita hangat sekolah setiap harinya. Termasuk juga salah satu korban yang nyaris patang tulang kalau-kalau Chelsie tidak datang tepat waktu menenangkan si gadis berponi itu siang ini. Tengah ramai di perbincangkan pada akun sosial media Bina Bangsa. Terdapat ribuan komentar dengan ragam praduga yang di bahas orang-orang. Mempertanyakan alasan apalagi kali ini sampai-sampai gadis berponi mengamuk sedemikian menyeramkannya?Jenna memantai komentar demi komentar dalam kolom postingan. Dia serta-merta geleng-geleng kepala melihat dugaan demi dugaan yang makin lama justru semakin melenceng. Terlampau banyak orang sinting berkedok baik hati dan malah memaki secara daring begini. Ck, ck! Ini adalah salah satu alasan mengapa Jenna terkadang lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • The Princess Troublemaker   BAB 12 : Semesta

    APA-APA saja yang berhubungan dengan Jessica memang selalu akan tampak menarik untuk di saksikan. Oleh karenanya pemuda kelinci tersebut tidak dapat lagi menahan diri dan meletuskan tawanya dengan terbahak-bahak usai menonton video berdurasi singkat yang di unggah pada salah satu akun sosial media, di mana Jessica lagi-lagi unjuk kebolehannya dalam patah mematahkan tulang manusia bahkan tak hanya video akan tetapi komentar demi komentar yang terus-menerus mengirim kolom postingan juga kapabel membuat perut Alvin tergelitik bukan main sampai-sampai ia berpikir ia bisa saja menangis di buatnya. Tangan pemuda itu juga sampai memukul-mukul sofa markas dan spontan menunjukkan layar ponselnya pada Gerald. "Liat! Liat! Dia naikin kaki ke bahu si ceweknya terus hampir matahin tangannya tapi Chelsie ke buru dateng," Alvin berdecak sebal kemudian. "Kecewa penonton."Kalau kalian semua tidak tahu maka percayalah bahwa saat ini rasa ingin menghantam Alvin dengan buku-buku di hadapan benar-benar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • The Princess Troublemaker   BAB 13 : Arena Balap

    ENTAH ada kehebohan atau kegemparan apa pun dan di mana pun, dunia selalu terlihat baik-baik saja. Tidak tersentuh. Tidak terdistraksi. Tidak terusik. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa dan selalu berjalan tanpa mengenal jeda. Yah, entah apa-apa saja yang terjadi memang sudah semestinya semesta bergerak, mau siap atau tidak, dunia akan terus berlanjut dengan atau tanpa segelintir orang. Sepanjang perjalanan alunan melodri dari lagu one last time yang di populerkan oleh Ariana Grande menjadi teman. Mengisi kekosongan dan hampa dalam mobil selagi mesin terus bekerja keras melaju mengikuti rute jalan yang tengah di tuju. Jalanan yang tidak pernah sepi, jalanan yang tidak pernah kehilangan peminat, jalanan yang tidak pernah lengang, jalanan yang tidak pernah di tinggalkan. Jalanan yang selalu di dambakan semua orang meski kadang kala acapkali merenggut nyawa. Ah, filosofinya mulai terasa biru di tengah-tengah perasaan berkecamuk ini. Barangkali hanya sesederhana saja, di mana jalan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • The Princess Troublemaker   BAB 14 : Malam yang Tak Pernah Senyap

    APAKAH pernah malam terasa senyap dan sunyi? Yang benar-benar senyap tanpa secuil kegaduhan apa pun dan kebisingan tidak berarti nan kapabel mengganggu ketenangan kendati waktu beraktivitas seharusnya telah rampung terlaksanakan tatkala mentari telah usai menyampaikan salah perpisahan, hilang di ufuk barat dan berjanji akan datang keesokan harinya? Apakah pernah? Ia rasa tidak. Malam nan gelap gulita selalu menyimpan cerita akan alur takdir mereka masing-masing.Alur yang tidak pernah bisa di hindari. Jessica tidak punya pilihan lain selain setuju. Meski pun jarum jam telah berdentang-dentang menunjukkan eksistensi kedatangan malam. Segelintir orang barangkali masih merasa enggan untuk berhenti hanya karena masalah batas waktu antara siang dan malam. Akan selalu ada alasan yang mendasari penyataan mereka tersebut nan terasa wajib untuk segera di tuntaskan sebelum mimpi membuai raga saat terlelap. Yah, tidak usah jauh-jauh, contoh nyatanya saja adalah dirinya sendiri malam ini. Ah, sia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • The Princess Troublemaker   BAB 15 : Time of Destruction

    SEAKAN tidak mengenal kata jeda, dunia Jessica selalu saja terguncang hebat. Tiada henti-hentinya di guyur hujan badai, petir berkepanjangan dan angin kencang yang tidak pernah mau berdamai. Negosiasi sepenuhnya tertolak. Memporak-porandakan hidup yang di perjuangkan mati-matian oleh gadis manis tersebut merupakan hal yang barangkali sangat menyenangkan untuk alam semesta lakukan. Menarik ulur tempo kehidupan. Merumitkan segala hal. Kadang kala menaikkan raga hingga ke awang-awang, akan tetapi dalam sekejap mata sudah di jatuhkan lagi menuju dasar bumi. Ketenagan selalu sukar di dapati pada Jessica yang juga akhirnya memilih membalas semua penderitaan yang dunia berikan padanya. Di lakukan guna membuat hidupnya terasa lebih berisik daripada apa pun. Di bandingkan apa pun. Membuat dirinya jauh lebih sibuk daripada siapa pun.Dengan cara menghancurkan sekitarnya.Dunia terlalu berengsek untuk bisa ia hargai sistematis cara kerjanya. Angkasa biru terasa jauh lebih cerah hari ini di band

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • The Princess Troublemaker   BAB 16 : Sebuah Sinyal

    UDARA hangat menyelinap masuk melewati jendela yang terbuka setengah. Angin sepoi-sepoi juga tidak mau ketinggalan lantai ketinggian tiga meter dari tanah. Mentari tampaknya ingin sekali menyaingi eksistensi aroma obat-obatan samar dari ruangan seluas lima kali enam meter tersebut. Di kelilingan dinding putih dan satu lemari besar berisi beragam jenis obat. Mulai dari obat cair, tablet mau pun kapsul. Kabar baiknya, berkat salah satu penguasa sekolah yang sedang terbaring tidak sadarkan diri, orang-orang yang sempat menjadikan UKS sebagai tempat bolos lantas dengan cepat mengganti tempat perlarian. Yah, daripada tetap memaksakan diri dan berakhir menjadi samsak hidup manusia monster itu? Menghindar jelas merupakan pilihan yang bagus, bukan? Di salah satu ranjang dengan posisi cukup berdekatan dari letak jendela, Jessica terlelap nyenyak dan cuaca hangat namun menyegarkan ini semakin membuat gadis berponi tersebut makin terbawa arus mimpi. Pun karena itu situasi dan kondisi di luar san

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08

Bab terbaru

  • The Princess Troublemaker   EXTRA BAB

    APABILA di umpakan secara gamblang, transparan dan tepat sasaran. Barangkali kejengkelan nan sedang menggerogoti jantung sekaligus hatinya telah menyerupai gunung aktif yang siap memuntahkan lahar panas guna membumi hanguskan sekitarnya. Menghancurkan setiap sentinya. Melenyapkan setiap eksistensi yang terlihat. Begitu pendeskripsian isi hati seorang Alvin sekarang ini. Dia sangat amat muak menghadapi situasi yang sama berulang-ulang kali. Hingga rasanya si lelaki bisa melakukan apa saja untuk menyingkir masalah nan sedang mengganggu kesehariannya tersebut. Jujur saja, bukankah dia lahir tanpa setangki kesabaran melimpah? Hei, dia jelas-jelas bukan badan amal. Mana sudi ia bersikap sabar terhadap orang-orang yang bahkan tidak ingin bersikap sabar atas dirinya; egois memang, akan tetapi Alvin mana mau repot-repot peduli.Emosi yang kini menguasai dadanya benar-benar tidak terbendung lagi, jadi Alvin harus memprioritaskan hati dan batinnya. Ini tidak bisa di tunda-tunda lagi jikalau tida

  • The Princess Troublemaker   EPILOG

    KABAR kembalinya sang penguasa Bina Bangsa menyebar dengan cepat yang bahkan tidak genap satu hari setelah beritanya masuk menuju masing-masing ponsel warga sekolah. Termasuk adegan epik sang tuan putri dalam melancarkan aksi balas dendamnya begitu menginjakkan kaki di sekolah. Memang tidak ada bukti fisik seperti video atau pun foto, akan tetapi hal ini mutlak mengirim teror bagi siapa-siapa saja yang telah lancang mengusik tiga sahabat gadis penguasa tersebut. Selepas fakta mengenai Chika menjalar bagaikan tanaman rambat, informasi baru dari korban-korban yang Jessica gasak habis di hari yang sama mulai simpang siur terdengar. Bahwa pembalasan dendam Jessica bukanlah lelucon semata. Tiada satu pun dari mereka yang berani membayangkan akan sesuram apa hari esok. Akan setegang dan seberisik apa Bina Bangsa esok, namun yang pasti, Jessica telah mendeklarasikan peperangan dan takkan ada yang bisa kabur dari cengkeramannya.Yah, terserah dengan apa yang akan terjadi. Alvin tidak peduli.

  • The Princess Troublemaker   BAB 75 : Make It Longer and Hotter!

    APABILA bundaran oranye tersebut dapat berbicara, barangkali serangkaian kalimat makian sudah terlontar kepada manusia kelinci yang masih bebal melantunkan bola basket nan kusam itu menuju ring walau telah terpeleset berulang kali. Alvin tetap bersikukuh melanjutkan permainan seorang diri di markas kumuh ini. Tempat terakhir ia benar-benar bertemu Jessica. Tempat yang menjadi saksi bisu akan seberapa besar perasaannya untuk gadis nakal tersebut. Oleh sebab itu ujung-ujungnya Alvin melarang keras yang lain datang ke tempat ini. Alasannya karena takut kenangannya dengan Jessica pudar begitu saja. Jelas, awal-awalnya muncul pertentangan akan tetapi jikalau Alvin sudah berkehendak. Siapa yang berani menantang memangnya? Cari mati namanya.Yah, setidaknya sampai Jessica kembali.Iya, begitu.Namun, kapan gadisnya akan kembali?Apa setelah mereka lulus SMA?Ah, sial! Perasaannya semakin memburuk bahkan hanya dengan memikirkannya saja. Alvin tentu saja tidak tahu apa-apa. Dia ini merupakan o

  • The Princess Troublemaker   BAB 74 : Ayo Pulang, Sica!

    PEMANDANGAN danau indah, secangkir kopi dan sepirinh roti panggang hangat. Perpaduan ini membuat Jessica merasa jauh lebih hidup di bandingkan yang sudah-sudah. Seolah ia baru saja menjadi manusia seutuhnya sekarang. Sebab sepanjang hidup, baru kali ia tidak bangun dengan beban berat pada pundak. Tidak ada lagi mimpi buruk yang mencekam. Tidak ada lagi sesak dalam dada. Tidak ada lagi pening yang menyerang kepala. Tubuhnya sungguh-sungguh terasa ringan hingga menjalani rutinitas santai begini membuat senyuman manis di bibir terbit dengan begitu cerah. Jessica menghembuskan napas pendek, mengeluarkan ponsel yang Bastian berikan padanya dan mulai memotret tiap sudut tempat nan ia rasa tampak cantik untuk di abadikan oleh kamera ponselnya.Jessica memang belum sepenuhnya terbiasa. Bahasa dan budaya mereka jelas berbeda dengan keseharian yang dulu biasa ia jalani. Jessica juga belum pernah tinggal begitu lama di negeri orang lain selain hanya singgah guna menemani sang kakek bekerja atau

  • The Princess Troublemaker   BAB 73 : Nakal dan Jahat

    DUA minggu. Empat minggu. Kemudian sudah genap satu bulan. Lambat laun bertambah hari demi hari. Tahu-tahu sudah lebih dari satu minggu lagi. Lalu bulan lagi. Begitu terus. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tepat lima bulan kepergian Jessica dari hidupnya dan Alvin tidak pernah merasa kehilangan seperti ini sebelumnya. Alvin tidak pernah merasa hidupnya sehampa ini. Tidak pernah merasa jikalau hidupnya akan seberat ini tanpa kehadiran gadis barbar kesayangannya itu. Alvin tidak pernah mengira bahwa ketiadaan Jessica dalam poros dunianya benar-benar melumpuhkan nyaris seluruh engsel kehidupannya, dan membuat dia terus berlari dari getirnya fakta bila saat ini dia benar-benar di tinggalkan tanpa salam perpisahan.Jantungnya berdenyut ngilu.Alvin tidak pernah tahu bahwa merindukan seseorang bisa membuatnya gila seperti ini. Entah sudah berapa orang yang ia pukuli hari ini. Entah sudah berapa kayu yang ia patahkan ka

  • The Princess Troublemaker   BAB 72 : Tolong Pulang, Jessica

    SEBUT saja dia gila. Bastian tidak keberatan. Sama sekali tidak masalah di maki demikian sebab orang waras mana yang dengan kesadaran penuh membawa kabur seorang cucu perempuan satu-satunya dari keluarga konglomerat Atriyadinata? Cuma dia. Secara teknik memang tidak dapat di sebut menculik akan tetapi tetap saja Bastian terlibat sebagai kaki tangan. Apabila sang kakek tahu, tanpa sempat menjelaskan maka namanya sudah terlebih dahulu terukir di batu nisan. Mengesankan. Bastian tidak belajar mati-matian dari dulu hanya untuk menghancurkan hidupnya di masa depan nanti. Tidak. Enak saja. Bastian belajar seperti kiamat akan datang esok hari karena ingin segera hidup mandiri dan terlepas dari sistem politik keluarga. Dia sudah muak harus mendengarkan sang ibu menjelek-jelekkan anggota keluarga lain. Masih baik dia tidak terkontaminasi, tidak seperti saudaranya yang lain.Kendati demikian, walau sudah membuat heboh keluarga, tampaknya si pelaku tidak terlihat merasa bersalah sedikit pun. Di

  • The Princess Troublemaker   BAB 71 : Tidak Akan Pernah

    GELEGAK amarah. Urat saraf yang menonjol. Wajah memerah penuh resah. Ekspresi keruh terang-terangan menyatakan isi hati. Layar demi layar di depan mata nan menampilkan rekaman CCTV beberapa lokasi tidak berhasil membuatnya puas. Demian makin murka. Dalam satu kali gerakan, dia menghempas kasar benda-benda berteknologi canggih tersebut. "KALIAN SEMUA TIDAK BECUS! UANG YANG SAYA KELUARKAN SELAMA INI UNTUK KALIAN TERNYATA SIA-SIA! SAYA INGIN CUCU SAYA DI TEMUKAN TAPI KALIAN SEMUA TIDAK MAMPU MELAKUKAN ITU! APANYA YANG SULIT MENCARI SEORANG ANAK PEREMPUAN YANG MASIH SMA?! KELUAR KALIAN DARI RUMAH SAYA! DASAR TIKUS-TIKUS KOTOR! JANGAN PIKIR UNTUK KEMBALI MENGINJAKKAN KAKI DI SINI SEBELUM CUCU SAYA DI TEMUKAN ATAU KALIAN AKAN TAU APA AKIBAT GAGAL MENJALANKAN TUGAS DARI SEORANG DEMIAN! CAMKAN ITU!"Satu minggu berlalu sejak menghilangnya Jessica. Entah sesakit apa hati anak malang tersebut sampai-sampai memilih untuk pergi. Demian gagal menjadi rumah bagi cucunya. Demian gagal menjadi zona a

  • The Princess Troublemaker   BAB 70 : Kepergian Jessica

    JESSICA benar-benar lenyap begitu saja. Bagaikan di telan bumi dan terdampai di dunia antah berantah. Tidak dapat terdeteksi. Tidak dapat di telusuri. Tidak dapat di temukan. Kabar menghilangnya cucu bungsu dari keluarga konglomerat Atriyadinata memang tidak di beritakan pada surat kabar, berita di TV atau pun pada seluruh platform media sosial. Namun satu hal pasti, ketidakhadiran puan tersebut secara mendadak jelas-jelas menggemparkan seisi sekolah. Entah itu murid-muridnya, guru berserta staff dan sekaligus pedagang di kantin. Ketiadaan eksistensi Jessica sungguh-sungguh menjadi topik hangat bahkan usai genap seminggu sang penguasa sekolah tersebut menghilang tanpa kabar. Beberapa dari mereka berusaha menggali informasi dari sumber pasti, tentu itu adalah tiga sahabat sang topik utama Bina Bangsa, akan tetapi seperti yang telah di terka-terka, mereka sempurna dalam kebungkaman. Lebih tepatnya mereka sama sekali tidak tahu-menahu mengenai keberadaan Jessica sekarang. Hembusan na

  • The Princess Troublemaker   BAB 69 : Menghilang

    ORANG-ORANG dulu berkata bahwa rumah adalah tempat paling aman, nyaman dan tepat untuk beristirahat dari berisiknya hiruk-pikuk dunia. Kehangatannya akan mampu meluruhkan segala penat dan lelah tanpa pamrih. Di semua buku, selebaran, iklan atau penjelasan literatur pun mengatakan hal serupa. Rumah adalah tempat kau untuk pulang. Setidaknya itu yang mereka ingin bagikan ke seluruh umat manusia. Tapi sialnya, tidak semua dari mereka memaparkan lebih detail mengenai rumah macam apa yang baik guna menyambut rusaknya jiwa akan permainan benang takdir. Atas segala ujian alam bagi tiap-tiap mereka yang bernapas. Mereka lupa menambah satu paragraf kenyataan bahwa tidak semua rumah itu terasa seperti pulang. Kadang kala justru mirip seperti neraka. Memang tidak panas, namun gelegak amarah yang terus-menerus mendidih, lontaran makian, teriakan melengking, barang demi barang melayang, tuduh menuduh dan sejenisnya. Mana mungkin tempat yang terasa seperti arena peperangan tersebut cocok di katakan

DMCA.com Protection Status