Home / Romansa / The Jerk / Chapter 3 : wake up

Share

Chapter 3 : wake up

Author: Chocolatte
last update Last Updated: 2021-05-03 23:39:33

   Operasi telah selesai dilakukan. Kini, Dallas  sudah dipindahkan ke ruang rawat inap VIP. Hana sebelumnya sudah menduga hal ini. Dallas memang terlihat bukan seperti orang biasa. Hal ini semakin menguatkan keyakinannya dengan kehadiran Louis yang mengaku sahabat pria itu.

   Saat ini, Hana tengah memasang beberapa peralatan rumah sakit untuk Dallas dibantu seorang perawat wanita. Pria itu masih tertidur dengan pulas. Mungkin efek bius masih belum hilang darinya. 

   Pintu tiba-tiba terbuka mengalihkan perhatian seisi ruangan kecuali Dallas, tentunya. Dari ambang pintu tampak Louis yang tengah berjalan mendekat. Ia menyapa Hana dan perawat di samping wanita itu kemudian berdiri di sebelah ranjang Dallas.

   "Bagaimana keadaannya, dok?"

  "Syukurlah, operasinya berjalan lancar. Dia hanya perlu menjalani perawatan intensif beberapa waktu sebelum akhirnya diperbolehkan pulang."jelas Hana.

   Louis tersenyum lega. "Baiklah, terimakasih dok."ucapnya tulus.

   Melihat Louis yang tersenyum, entah mengapa membuat Hana ikut tersenyum. "Ini semua adalah tugasku. Jadi, tidak perlu berterimakasih."

   Percakapan mereka terhentikan oleh Dallas yang ternyata telah siuman. Erangan khas bangun tidur dari pria itu mengalihkan perhatian seisi ruangan.

   "Loulou? Sudah berapa lama pangeran tampan ini tertidur?"tanya Dallas.

   Louis memutar bola matanya. "Aku pikir kecelakaan dapat membuatmu berubah. Ternyata sama sekali tidak."

   Dallas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan hingga tatapannya terhenti saat melihat Hana. Ia menatapnya lama kemudian tersenyum penuh arti.

   "Ah, apa aku sudah meninggal? Dan sekarang berada di surga bersama bidadari yang cantik jelita."

   Louis mencebikkan bibirnya. Ia menatap Dallas kesal. Sahabatnya yang satu itu mulai bertingkah lagi. "Bajingan sepertimu tidak akan mungkin masuk surga. Itu bukanlah tempat untuk pria brengsek sepertimu."

   Dallas mengerutkan keningnya. "Lalu ... Apa aku berada saat ini? Bagaimana denganmu? Kesalahan apa yang kau lakukan hingga berada di tempat yang sama denganku?"

   Louis sudah tidak tahan lagi. Rasanya pria itu ingin memukul kepala Dallas keras-keras hingga membuat pria itu kembali pingsan. Namun, ia mengurungkan niatnya. Semenyebalkan apapun Dallas, pria itu adalah sahabatnya dan juga bosnya. Louis masih sayang dengan pekerjaannya. Karena itulah lebih baik ia membatalkan niatnya.

   "Dengar, Dallas. Kau baru saja selesai dioperasi beberapa jam yang lalu karena kau mengalami kecelakaan tadi pagi. Kau belum mati, ya ... walaupun aku berharap demikian. Tapi, kau belum mati. Jadi singkirkan jauh-jauh pemikiran tentang surga-neraka itu."oceh Louis.

   "Sepertinya kau sangat tertekan dengan kejadian ini, bung. Kau mungkin takut kehilanganku karena itulah kau tampak sedikit emosional."ucap Dallas. Pria itu menatap Louis prihatin.

   Louis menghela napasnya kasar. "Kurasa kepalamu terbentur terlalu keras. Dokter Hana, apa kau bisa memeriksa pria ini lagi?"

   Hana yang tadinya diam saja dan sibuk mengamati kedua pria itu sontak terkejut. Wanita itu gelagapan terlebih lagi saat atensi kedua pria itu mengarah kearahnya.

   "Dokter Hana? Jadi, namamu dokter Hana? Manis sekali."celetuk Dallas.

   Louis menatap Dallas tajam. Seolah memberikan pria itu peringatan agar jangan mulai bertingkah. Namun, sepertinya Dallas tidak mengindahkan peringatan tersebut.

   "Ah jadi kau dokter yang akan mengurusku? Wah Loulou, sepertinya aku akan betah di tempat ini."ucap Dallas sembari menatap ke arah Hana penuh arti.

   Hana yang melihat Dallas bertingkah demikian menjadi jengah. Tingkah pria itu membuatnya tak ingin berlama-lama di dalam ruangan ini. Karena itulah, Hana memutuskan untuk pergi. 

   "Maaf, ada beberapa pasien yang masih harus kutangani. Aku permisi."pamit Hana sebelum akhirnya wanita itu menghilang di balik pintu bersama perawat yang tadi bersamanya.

   "Lihat! Kau membuatnya pergi. Cobalah jangan bertingkah macam-macam, dude."ujar Louis sesaat setelah Hana meninggalkan ruangan.

   "Melihatnya, membuatku tidak bisa tidak bertingkah macam-macam, Loulou."

***

   Hana menghembuskan napasnya kasar. Entah mengapa firasatnya buruk soal pasien barunya itu. Sepertinya pria itu adalah tipe pasien yang akan menyusahkan dirinya. Baik secara fisik maupun mental.

   Hana masih ingat bagaimana pria itu dengan nakal menatapnya secara terang-terangan. Seketika, semua pujian yang sempat Hana lontarkan untuknya sirna. Jika tahu perangainya seperti itu, seharusnya ia tidak pernah memujinya.

   Wanita itu melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju kafetaria rumah sakit. Sejujurnya, Hana belum memakan apapun sejak pagi tadi. Dan sekarang, ia harus mengisi perutnya.

   Sepotong sandwich dan segelas jus jeruk menjadi pilihan wanita itu kali ini. Usai memesan makanannya, Hana mengambil tempat duduk di salah satu meja dan menikmati makan siangnya.

   "Hay, Hana. Boleh aku duduk di sini?"tanya seorang pria yang mengenakan jas dokter yang sama seperti Hana. Dia mengenakan name tag yang bertuliskan Eric Smith.

   Hana melihatnya sekilas. Lalu wanita itu menjawab, "Kau sudah duduk. Jadi, tidak perlu menanyakannya lagi."

   Pria itu hanya menyengir sehingga tampak gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi. Hal itu membuatnya terlihat manis. "Kau sudah dengar?"

   "Apa?"tanya Hana yang sebenarnya tidak terlalu penasaran.

   "Pemilik rumah sakit ini dikabarkan mengalami kecelakaan. Dan kudengar sekarang dia sedang dirawat di sini."jawab Eric.

   Hana tidak membalas. Wanita itu sibuk menikmati sandwich yang hanya tersisa setengah lagi. Ia terlihat tidak tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh Eric.

   "Hay, apa kau mendengarkan?"tanya Eric sedikit kesal karena Hana mengacuhkannya.

   Hana menganggukkan kepalanya malas. "Hm, aku dengar, lalu? Apa ada hubungannya denganku?"

   "Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tapi ini bisa berpengaruh sangat besar jika dia menjadi pasienmu. Pekerjaanmu akan dipertaruhkan berdasarkan bagaimana pelayananmu terhadapnya nanti."jelas Eric. Pria itu menyuap sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

   Hana mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Wanita itu sama sekali tidak terlihat tertarik dengan semua yang dikatakan oleh Eric.

   "Aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu selama dia tidak menjadi pasienku. Lagian pula, pelayanan ku tetap akan sama kepada semua orang baik dia seorang president sekalipun."ucap Hana sembari memakan gigitan terakhir sandwich nya.

   "Tapi, dia adalah pemilik rumah sakit ini. Bagaimana bisa kau bersikap demikian?"

   Hana memutar bola matanya malas. "Dia tidak menjadi pasien ku, bukan? Atau belum? Entahlah, aku berharap tidak. Tapi satu hal yang pasti, sekarang aku sudah mendapat pasien yang cukup meresahkan. Dan aku yakin, dia akan menjadi pasienku yang paling menyusahkan selama aku bekerja."

   Mendengar penjelasan Hana, membuat Eric tertarik. Pria itu merasa penasaran dengan sosok yang tengah dibicarakan oleh rekan kerjanya tersebut. "Oh ya? Siapa dia?"

   "Dallas, Dallas Wheeler? Entah aku sudah lupa nama pria itu."jawab Hana acuh tak acuh.

   Eric mengerutkan keningnya. Entah mengapa ia merasa nama itu tidak asing baginya. Seperti pernah mendengar nama tersebut di suatu tempat. Tapi, kapan dan di mana itu, dia masih tidak tahu.

   "Dallas Wheeler?"

   "Ya, kau mengenalnya?"

   Eric menggelengkan kepalanya. "Entahlah, rasanya nama itu terdengar begitu familiar untukku. Tapi ... Ah! Aku tidak bisa mengingatnya jika sedang lapar."

   Hana memutar bola matanya. Wanita itu meminum tegukan terakhir jus jeruknya. "Sebaiknya kau makan saja. Tentang siapa itu Dallas Wheeler, kau bisa memikirkannya nanti. Baiklah, aku pergi dulu. Masih banyak yang harus kukerjakan."

   Hana meninggalkan Eric begitu saja. Pria itu masih berkutat dengan pikirannya. Ia bahkan menjadi tidak fokus dengan makan siangnya. Nama Dallas Wheeler selalu berputar-putar di pikiran pria itu. Memaksanya berpikir keras tentang siapa sebenarnya pemilik nama itu.

   Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia mengingat siapa pemilik nama yang terdengar begitu familiar baginya. Dan hal itu sontak membuat kedua mata Eric membulat sempurna. Pria itu bahkan bangkit dari duduknya sehingga membuat beberapa orang yang ada di kafetaria menatap ke arahnya.

   "Dallas Wheeler ... Dia itu ..."

   

   

   

   

   

   

   

Related chapters

  • The Jerk   Chapter 4: complaint

    "Kau bilang apa tadi? Ada seseorang di balik kecelakaanku ini?"tanya Dallas terkejut. Louis menganggukkan kepalanya. "Ada sesuatu yang janggal terkait kejadian itu. Dan aku, masih menyelidikinya hingga saat ini." "Kau benar. Kau harus menyelidikinya. Aku harus tahu siapa keparat yang berani macam-macam denganku."ucap Dallas. Rahangnya mengeras. Pria itu tampak kesal terlebih lagi saat ia tahu bahwa kecelakaan yang membuatnya terbaring di rumah sakit saat ini adalah sebuah kesengajaan. "Kau terlihat sangat kesal? Kenapa? Bukannya kau selalu tahu bahwa banyak orang di luar sana yang menginginkan dirimu dalam keadaan seperti ini. Aku sudah sering memperingatimu. Namun, kau tampak santai saat menanggapi hal tersebut."ujar Louis menatap Dallas penuh tanya. Pria itu menaikkan sebelah alisnya meminta Dallas segera menjawab pertanyaannya. "Hmm, itu benar. Aku mungkin akan bersikap biasa saja

    Last Updated : 2021-05-04
  • The Jerk   Chapter 5: owner

    Hana mengetuk-ngetukkan jarinya ke permukaan meja. Saat ini, wanita itu tengah berada di ruangan direktur umum DW Hospital. Tn. Albert sendirilah yang memanggilnya kesini. Hana tahu mengapa Tn. Albert memanggilnya untuk menemui pria itu. Semua ini pasti dikarenakan keluhan yang disampaikan oleh Dallas beberapa waktu yang lalu dan membuat wanita itu berakhir di sini. "Kau pasti sudah tahu kenapa aku memanggilmu kemari, dokter Hana."ucap Tn. Albert yang sepertinya ingin cepat-cepat ke inti pembicaraan. Hana menganggukkan kepalanya. "Tentang Tn. Wheeler, dan semua keluhannya terhadap pekerjaanku." Tn. Albert menghela napasnya pelan. "Dengar, Hana. Kau adalah dokter favoritku di sini. Salah satu dokter terbaik di rumah sakit ini. Aku mengerti kau telah bekerja semaksimal mungkin. Tapi, aku harap untuk kali ini kau bisa memakluminya." Hana terdiam sejenak. Wanita itu menatap

    Last Updated : 2021-05-05
  • The Jerk   Chapter 6: bored

    Hari sudah menunjukkan pukul 7 malam. Akhirnya, setelah hari yang penuh drama Hana bisa pulang ke rumahnya. Saat ini, dengan langkah tenang wanita itu berjalan ke basement rumah sakit. Ia berhenti tepat di sebelah mobil sedannya yang bewarna putih. Wanita itu merogoh tas selempang yang ia bawa guna mencari kunci mobilnya. Namun, benda yang ia cari tak kunjung Hana temukan. "Perasaan aku menyimpannya di sini. Apa ketinggalan di meja kerja?"tanya Hana kepada dirinya sendiri. Ia mencoba mengingat-ingat letak kunci mobilnya. "Ah sebaiknya aku kembali. Mungkin saja aku meninggalkannya di ruanganku." "Kau mencari ini, Nona?" Hana menghentikan langkahnya saat hendak kembali ke ruangannya. Wanita itu membalikkan tubuh dan mendapati seorang pria tampan tengah menatapnya. Tangan pria itu menyodorkan sebuah benda pada Hana. Benda yang ia cari sejak tadi. "Kunci m

    Last Updated : 2021-05-07
  • The Jerk   Chapter 7: messy

    Hana melangkahkan kakinya lebar-lebar di sepanjang koridor rumah sakit. Pagi inj, wanita itu datang terlambat. Dan penyebabnya adalah ia yang bangun kesiangan. Pagi ini, sekitar jam 08.30 Hana mempunyai jadwal operasi. Dan sekarang masih pukul 07.55 am. Masih ada sekitar 35 menit lagi waktu yang wanita itu punya sebelum operasi dilaksanakan. Hana memilih untuk mengunjungi kamar pasiennya. Kamar pertama yang wanita itu kunjungi adalah kamar VIP yang terletak di lantai 7. Kamar itu adalah kamar di mana seorang Dallas Wheeler dirawat. Bukan tanpa alasan Hana memilih kamar Dallas sebagai kamar pertama yang ia kunjungi sekaligus pasien pertama yang ia periksa hari ini. Wanita itu hanya tidak ingin Dallas mengeluh lagi tentang pekerjaannya. Bisa-bisa pria itu kembali mengadukan Hana pada Tn. Albert. Cukup satu kali saja pria paruh baya itu menegur Hana. Hana telah sampai di depan pintu kamar Dallas. B

    Last Updated : 2021-05-09
  • The Jerk   Chapter 8: breakfast and lunch

    Louis mengerutkan keningnya saat pria itu menginjakkan kedua kakinya di kamar Dallas. Ia bertanya-tanya bagaimana bisa barang-barang di sana tidak terletak sesuai tempatnya. "Apa ini kamar?"tanya Louis pada Dallas yang tengah termenung. Tidak tahu pria itu sedang memikirkan apa. "Hey! Kau mendengarku?" Dallas menolehkan kepalanya. Ia menatap Louis tajam. "Pertanyaan itu ... sama seperti pertanyaan yang diajukan oleh dokter Hana padaku." "Semua orang akan bertanya seperti itu jika berkunjung ke tempat ini." Louis menarik sebuah kursi ke sebelah ranjang Dallas lalu mendudukkan pantatnya di sana. "Kau membawa sarapanku, Loulou?"tanya Dallas sembari melirik Louis. Louis memutar bola matanya. Ia memberikan sebuah paper bag yang sejak tadi dibawanya ke Dallas membuat pria itu sumringah. "Sesuai pesananku, bukan?"tanya Dallas. Pria itu menelisik isi pa

    Last Updated : 2021-05-14
  • The Jerk   Chapter 9: a ride

    Seperti hari-hari biasanya, hari ini Louis bangun dengan tepat waktu di pagi hari. Bersiap-siap lalu pergi ke kantor. Mengurus beberapa urusan perusahaan selagi Dallas di rawat di rumah sakit. Mengecek segala hal yang terjadi di kantor dan memastikan situasinya tetap aman terkendali. Setelahnya, barulah pria itu berangkat ke rumah sakit untuk menemani Dallas. Lalu lintas hari ini terpantau normal. Namun, tidak menjadikan Louis berhenti bersikap waspada. Pria itu tetap memperhatikan ke sekelilingnya. Karena sebelumnya, hal ini terjadi pada Dallas yang mengalami kecelakaan padahal menurut kesaksian pria itu, keadaan lalu lintas waktu kecelakaannya terjadi terpantau normal. Suara dari pemutar musik memenuhi seisi mobil. Namun, tidak terlalu keras hingga menutupi pendengaran pria itu terhadap keadaan di luar mobilnya. Sesekali, Louis bersiul mengikuti ritme lagu yang di putar. Jari telunjuk pria itu bahkan ikut menget

    Last Updated : 2021-05-16
  • The Jerk   Chapter 10 : I'll wait you, lady

    Dallas tidak berhenti tersenyum seraya memandangi Hana yang tengah memeriksanya. Wanita itu sedang fokus mengganti beban di bahunya dan ia benar-benar menyukai hal itu. Dallas bersyukur karena ternyata, komplain dia terhadap pekerjaan Hana ada gunanya juga. Sekarang, wanita itu mengerjakan semua hal yang terkait dengan Dallas langsung dari tangannya sendiri tanpa embel-embel menyuruh perawat menanganinya. "Selamat pagi, dokter Hana."sapa Dallas masih dengan senyumannya. Hana diam saja. Wanita itu sibuk membalut bahu Dallas dengan perban putih yang ia bawa. Tingkahnya yang seperti itu, membuat Dallas semakin gencar ingin menggodanya. "Kau datang terlambat pagi ini, dokter Hana."ucap Dallas yang membuat Hana memberikannya tatapan tajam. "Kenapa? Kau ingin melaporkanku karena terlambat? Dengar,! Aku memiliki jadwal operasi pagi ini. Aku juga harus mengecek pasienku yang lain."jel

    Last Updated : 2021-05-18
  • The Jerk   Chapter 11 : frustrated

    "Ada apa? Kau tampak sangat kesal."tanya Erick. Pria itu penasaran dengan apa yang terjadi pada Hana. Sejak tadi, wanita itu sibuk menaduk-ngaduk spaghetti yang ia pesan tanpa berniat untuk memakannya. "Hey! Aku bertanya padamu."tegur Erick karena Hana yang tak kunjung merespon pertanyaannya. Hana menghela napasnya kasar. Wanita itu menenggelamkan wajahnya ke dalam dua telapak tangannya. Erick dapat mendengar erangan kecil wanita itu yang terdengar sangat frustasi. Pria itu semakin yakin bahwa telah terjadi sesuatu pada Hana. Hana mengangkat wajahnya yang kini terlihat kusut. Rambut wanita itu juga sedikit terlihat berantakan. Ia menatap Erick frustasi. "Sebenarnya apa kesalahanku sehingga harus memiliki pasien seperti dirinya?"tanya Hana dengan nada geram bercampur frustasi. "Dirinya? Siapa?"tanya Erick bingung. Pria itu juga sedikit terkejut dengan tingkah Hana ya

    Last Updated : 2021-05-22

Latest chapter

  • The Jerk   Chapter 33 : love? Or curious?

    Louis memandang ke arah Dallas. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. Ekspresi yang terganbar di wajahnya seolah-olah menunjukkan bahwa ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. "Kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Dallas sensi. Louis masih saja diam. Pria itu tampak berpikir keras. Dilihatnya dengan teliti wajah pria yang sedang setengah berbaring di atas ranjang rumah sakit itu. Louis mencoba mencari jejak kebohongan maupun lelucon di wajah tampan Dallas. Namun, yang ia temukan hanyalah tatapan serius yang sangat jarang sekali ia lihat di wajah Dallas. Ekspresi yang benar-benar langka. Louis mencoba mencerna satu persatu kata yang diucapkan oleh Dallas. Ia mencoba menghubungkan semuanya dengan keadaan sahabatnya itu saat ini. Dan, semua hal tersebut terlihat masuk akal. Dokter Hana bukanlah sosok wanita biasa yang bisa didapatkan Dallas dengan cara yang mudah. Jika biasa

  • The Jerk   Chapter 32 : Dr. Hana made me do it

    Louis baru saja terlepas dari pekerjaannya yang melelahkan di kantor. Begitu banyak hal yang harus ia lakukan selagi Dallas tengah dirawat di rumah sakit. Pria itu berniat pulang ke rumahnya. Ia membayangkan bagaimana secangkir coklat panas akan menemani dirinya nanti. Belum lagi ranjang empuk yang selalu siap sedia menampung tubuh tingginya. Namun, semua khayalannya sirna seketika saat ia mendapat panggilan telepon dari Dallas. Sebenarnya, Louis bisa saja mengabaikan panggilan masuk dari pria itu. Dia juga sudah biasa melakukannya. Hanya saja, kali ini berbeda. Suara panik Dallas dari seberang telepon memaksa mata Louis terbuka lebar dan membuat pria itu segera tancap gas menuju rumah sakit. Ia benar-benar panik. Khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya yang sedikit kurang ajar itu. Tidak biasanya seorang Dallas Wheeler yang selalu terlihat santai dalam segala keadaan akan bersikap panik sep

  • The Jerk   Chapter 31 : difficult to understand

    "Bagaimana bisa kau terus saja mengacuhkanku? Apa aku tidak semenarik itu di matamu, dokter Hana?"tanya Dallas. Tatapan pria itu terlihat semakin dalam dan berbeda. "Apa kau tidak pernah sedikitpun merasa tertarik padaku, dokter Hana?"tanya Dallas sekali lagi bahkan sebelum Hana sempat menjawab pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya. Hana tertegun. Wanita itu memalingkan wajahnya. Entah mengapa, ia tiba-tiba tidak betah melihat ke arah mata Dallas yang tengah menatapnya. Ia meremas ujung jasnya yang bewarna putih. Mencoba meredam kegelisahan yang mulai menguasai sebagian dirinya. Hana tidak ingin terlihat bodoh di depan Dallas hanya karena kata-kata yang sialnya, berhasil memberi dampak yang cukup besar bagi dirinya. Dallas terus saja memandang ke arah Hana yang bahkan telah memalingkan wajah darinya. Sikap Hana yang seperti itu, menciptakan sebuah perasaan aneh di dadanya. Perasaan asing

  • The Jerk   Chapter 30 : story in the garden

    Hana baru saja selesai memeriksa seorang pasien beberapa menit yang lalu. Saat ini, dokter muda itu tengah berjalan menuju ruang kerjanya untuk mempersiapkan operasi yang akan ia lakukan 1 jam mendatang. Wanita itu sesekali tersenyum saat berpapasan dengan staff maupun pasien di DW hospital. Waktu sudah menunjukkan pukul 4.25 sore. Banyak pasien yang memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar koridor maupun taman rumah sakit untuk sekedar menghilangkan rasa bosan, tentu setelah masing-masing pasien tersebut telah mendapat izin dari dokter yang merawat mereka. Langkah Hana terhenti saat matanya menangkap sosok familiar yang tengah duduk di atas sebuah bangku panjang di taman DW hospital. Wanita itu melihat sosok pria tersebut dari arah samping. Namun, ia langsung bisa mengenalinya bahkan dari jarak tempat ia berdiri saat ini. Hana memutuskan untuk mendekat ke arah pria tersebut yang terlihat tengah termenung

  • The Jerk   Chapter 29 : interested

    "Aku tidak perduli!" Itu adalah kalimat terakhir yang Hana ucapkan sebelum keluar dari kamar Dallas. Wanita itu dengan terang-terangan menunjukkan penolakannya terhadap usulan yang diajukan pasien tampannya itu. Namun, di sinilah ia sekarang. Duduk serius dengan sebuah laptop di hadapannya. Kedua mata bulatnya menatap serius ke pada layar laptop tersebut. Ia tampak mencari beberapa informasi dari sana. Hana tengah sibuk mencari informasi seputar Hawai. Tentang apa saja hal menarik yang berada di negara bagian Amerika serikat tersebut. "Ini lumayan," komentar Hana seraya menatap fokus ke layar laptop. "Pantai di sana juga sangat terkenal. Sepertinya akan menyenangkan jika aku berkunjung ke sana," sambungnya. Tiba-tiba Hana terdiam. Hawai adalah saran dari Dallas. Bukankah tadi ia mengatakan bahwa ia tidak perduli dengan tempat yang dikatakan pria itu? Lalu, mengapa se

  • The Jerk   Chapter 28 : the man from the toilet

    "Selamat pagi, dokter Hana." Hana tersenyum menanggapi sapaan para staff rumah sakit saat ia tiba di sana. Sesekali ia juga membalas sapaan mereka. Sesekali juga, ia hanya membalasnya dengan senyuman. "Pagi, Hana," sapa Erick saat ia tidak sengaja bertemu dengan wanita itu di koridor rumah sakit. Pria itu membawa segelas kopi hangat di tangannya. Hana menghentikan langkahnya. Ia tersenyum tipis seraya membalas sapaan Erick. "Pagi, Erick," jawab Hana singkat. "Kau sudah sarapan? Mau sarapan bersama sebelum bekerja?"tawar Erick pada Hana. Namun, wanita itu menolak ajakannya halus. "Aku sudah sarapan tadi. Mungkin lain kali," papar Hana. Erick menganggukkan kepalanya paham. "Baiklah, jika begitu. Aku ingin pergi ke cafeteria, membeli sepotong sandwich. Sampai jumpa," ucap pria itu sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Hana. &nbs

  • The Jerk   Chapter 27 : heartbeat

    "Hallo, dokter Hana." Hana mengerutkan dahinya. Suara seorang pria terdengar dari seberang telpon. Suara itu terkesan familiar bagi Hana. Seperti ia pernah mendengar suara orang itu sebelumnya. "Siapa ini?"tanya Hana penasaran. Namun, pria itu lagi-lagi diam. Selama hampir beberapa menit, Hana hanya mendengar keheningan dari seberang telpon. "Hey, apa kau ini penipu?"tanya Hana waspada. Pria di seberang telepon tertawa renyah membuat Hana mengerutkan dahinya. Wanita itu tidak merasa ada yang lucu dengan apa yang ia katakan. "Untuk apa aku menipumu? Aku tidak punya alasan untuk melakukan hal itu."jawab pria itu di akhir tawanya. "Tentu saja untuk uang. Bukankah sudah banyak kejadian orang tertipu karena orang asing yang menelponnya,"papar Hana. "Aku sudah punya segalanya. Aku tidak perlu menipumu hanya untuk mendapatkan uang."

  • The Jerk   Chapter 26 : Hana's number

    Dallas mengutak-atik remote yang ia pegang. Pria itu berulang kali mengganti siaran di layar televisi. Berharap akan menemukan sebuah acara yang dapat menghibur dirinya. Namun, sayangnya sudah hampir sejam ia tidak menemukan acara yang ia maksud. CEO muda itu melempar remote ke atas ranjangnya sembarangan. Ia kemudian menghela napasnya kasar. Sudah hampir jam 10 malam. Namun, kedua matanya masih belum bisa tertidur. Dallas bertanya-tanya, apa obat yang diberikan oleh pihak rumah sakit tidak berpengaruh padanya. Karena seharusnya, ia mengantuk dan tertidur setelah mengkonsumi obat-obatan tersebut. Namun, nyatanya, bahkan menguap saja ia tidak. Dallas memperhatikan ke sekelilingnya. Ia benar-benar merasa bosan. Tidak ada satupun hal menarik yang dapat ia temukan di dalam kamarnya. Bahkan ponsel mahal milik pria itu juga tidak membantu sama sekali. Louis yang biasanya menemani Dallas juga k

  • The Jerk   Chapter 25 : the Call

    "Hufffttt!!"ucap Hana lelah seraya menghembuskan napasnya kasar. Wanita itu melangkah gontai ke dalam rumahnya. Langkah kakinya terhenti ketika melihat ke arah ranjang. Rasanya, Hana ingin sekali menghempaskan badan ke atas ranjang empuk beraroma lavender itu. Akan tetapi, ia mengurungkan niatnya. Tubuh Hana berkeringat setelah seharian bekerja. Ia juga baru saja pulang dari rumah sakit. Tempat di mana bakteri dan penyakit dapat berkumpul. Tentu saja, Hana tidak ingin jika smua bakteri yang ia bawa menempel pada ranjang bewarna ungu kesayangannya. Setelah menyimpan tas dan ponselnya, Hana lalu melangkah ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dengan air hangat sekaligus memberikan kesegaran pada dirinya yang begitu kelelahan. Selang 30 menit kemudian, Hana keluar dari kamar mandi. Wanita itu segera mengenakan baju tidur yang nyaman. Tidak lupa pula, Hana memakai skincare night routin

DMCA.com Protection Status