author-banner
Chocolatte
Chocolatte
Author

Novel-novel oleh Chocolatte

The Jerk

The Jerk

Tampan dan mapan. Dua hal yang menggambarkan seorang Dallas Wheeler. Nyaris sempurna jika saja ia sedikit beratitude. Harta,tahta, selangkangan wanita. Motto hidup yang selalu dijunjungnya. Tiga hal yang menjadi surga dunia bagi pria itu. Ia merasa seluruh dunia dapat ia miliki Hanya dengan beberapa angka nominal di akun rekeningnya yang tentu bukanlah angka besar buatnya. Lalu, apa jadinya jika cassanova tampan itu dipertemukan dengan Hana Kim. Seorang dokter cantik yang sedikit angkuh namun menjunjung tinggi nilai kesopanan. Sikap Hana yang menolaknya secara terang-terangan membuat pria itu merasa penasaran terhadap wanita berdarah Asia tersebut.
Baca
Chapter: Chapter 33 : love? Or curious?
Louis memandang ke arah Dallas. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. Ekspresi yang terganbar di wajahnya seolah-olah menunjukkan bahwa ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. "Kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Dallas sensi. Louis masih saja diam. Pria itu tampak berpikir keras. Dilihatnya dengan teliti wajah pria yang sedang setengah berbaring di atas ranjang rumah sakit itu. Louis mencoba mencari jejak kebohongan maupun lelucon di wajah tampan Dallas. Namun, yang ia temukan hanyalah tatapan serius yang sangat jarang sekali ia lihat di wajah Dallas. Ekspresi yang benar-benar langka. Louis mencoba mencerna satu persatu kata yang diucapkan oleh Dallas. Ia mencoba menghubungkan semuanya dengan keadaan sahabatnya itu saat ini. Dan, semua hal tersebut terlihat masuk akal. Dokter Hana bukanlah sosok wanita biasa yang bisa didapatkan Dallas dengan cara yang mudah. Jika biasa
Terakhir Diperbarui: 2021-09-07
Chapter: Chapter 32 : Dr. Hana made me do it
Louis baru saja terlepas dari pekerjaannya yang melelahkan di kantor. Begitu banyak hal yang harus ia lakukan selagi Dallas tengah dirawat di rumah sakit. Pria itu berniat pulang ke rumahnya. Ia membayangkan bagaimana secangkir coklat panas akan menemani dirinya nanti. Belum lagi ranjang empuk yang selalu siap sedia menampung tubuh tingginya. Namun, semua khayalannya sirna seketika saat ia mendapat panggilan telepon dari Dallas. Sebenarnya, Louis bisa saja mengabaikan panggilan masuk dari pria itu. Dia juga sudah biasa melakukannya. Hanya saja, kali ini berbeda. Suara panik Dallas dari seberang telepon memaksa mata Louis terbuka lebar dan membuat pria itu segera tancap gas menuju rumah sakit. Ia benar-benar panik. Khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya yang sedikit kurang ajar itu. Tidak biasanya seorang Dallas Wheeler yang selalu terlihat santai dalam segala keadaan akan bersikap panik sep
Terakhir Diperbarui: 2021-08-26
Chapter: Chapter 31 : difficult to understand
"Bagaimana bisa kau terus saja mengacuhkanku? Apa aku tidak semenarik itu di matamu, dokter Hana?"tanya Dallas. Tatapan pria itu terlihat semakin dalam dan berbeda. "Apa kau tidak pernah sedikitpun merasa tertarik padaku, dokter Hana?"tanya Dallas sekali lagi bahkan sebelum Hana sempat menjawab pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya. Hana tertegun. Wanita itu memalingkan wajahnya. Entah mengapa, ia tiba-tiba tidak betah melihat ke arah mata Dallas yang tengah menatapnya. Ia meremas ujung jasnya yang bewarna putih. Mencoba meredam kegelisahan yang mulai menguasai sebagian dirinya. Hana tidak ingin terlihat bodoh di depan Dallas hanya karena kata-kata yang sialnya, berhasil memberi dampak yang cukup besar bagi dirinya. Dallas terus saja memandang ke arah Hana yang bahkan telah memalingkan wajah darinya. Sikap Hana yang seperti itu, menciptakan sebuah perasaan aneh di dadanya. Perasaan asing
Terakhir Diperbarui: 2021-08-09
Chapter: Chapter 30 : story in the garden
Hana baru saja selesai memeriksa seorang pasien beberapa menit yang lalu. Saat ini, dokter muda itu tengah berjalan menuju ruang kerjanya untuk mempersiapkan operasi yang akan ia lakukan 1 jam mendatang. Wanita itu sesekali tersenyum saat berpapasan dengan staff maupun pasien di DW hospital. Waktu sudah menunjukkan pukul 4.25 sore. Banyak pasien yang memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar koridor maupun taman rumah sakit untuk sekedar menghilangkan rasa bosan, tentu setelah masing-masing pasien tersebut telah mendapat izin dari dokter yang merawat mereka. Langkah Hana terhenti saat matanya menangkap sosok familiar yang tengah duduk di atas sebuah bangku panjang di taman DW hospital. Wanita itu melihat sosok pria tersebut dari arah samping. Namun, ia langsung bisa mengenalinya bahkan dari jarak tempat ia berdiri saat ini. Hana memutuskan untuk mendekat ke arah pria tersebut yang terlihat tengah termenung
Terakhir Diperbarui: 2021-07-30
Chapter: Chapter 29 : interested
"Aku tidak perduli!" Itu adalah kalimat terakhir yang Hana ucapkan sebelum keluar dari kamar Dallas. Wanita itu dengan terang-terangan menunjukkan penolakannya terhadap usulan yang diajukan pasien tampannya itu. Namun, di sinilah ia sekarang. Duduk serius dengan sebuah laptop di hadapannya. Kedua mata bulatnya menatap serius ke pada layar laptop tersebut. Ia tampak mencari beberapa informasi dari sana. Hana tengah sibuk mencari informasi seputar Hawai. Tentang apa saja hal menarik yang berada di negara bagian Amerika serikat tersebut. "Ini lumayan," komentar Hana seraya menatap fokus ke layar laptop. "Pantai di sana juga sangat terkenal. Sepertinya akan menyenangkan jika aku berkunjung ke sana," sambungnya. Tiba-tiba Hana terdiam. Hawai adalah saran dari Dallas. Bukankah tadi ia mengatakan bahwa ia tidak perduli dengan tempat yang dikatakan pria itu? Lalu, mengapa se
Terakhir Diperbarui: 2021-07-24
Chapter: Chapter 28 : the man from the toilet
"Selamat pagi, dokter Hana." Hana tersenyum menanggapi sapaan para staff rumah sakit saat ia tiba di sana. Sesekali ia juga membalas sapaan mereka. Sesekali juga, ia hanya membalasnya dengan senyuman. "Pagi, Hana," sapa Erick saat ia tidak sengaja bertemu dengan wanita itu di koridor rumah sakit. Pria itu membawa segelas kopi hangat di tangannya. Hana menghentikan langkahnya. Ia tersenyum tipis seraya membalas sapaan Erick. "Pagi, Erick," jawab Hana singkat. "Kau sudah sarapan? Mau sarapan bersama sebelum bekerja?"tawar Erick pada Hana. Namun, wanita itu menolak ajakannya halus. "Aku sudah sarapan tadi. Mungkin lain kali," papar Hana. Erick menganggukkan kepalanya paham. "Baiklah, jika begitu. Aku ingin pergi ke cafeteria, membeli sepotong sandwich. Sampai jumpa," ucap pria itu sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Hana. &nbs
Terakhir Diperbarui: 2021-07-10
Sultan's scandal

Sultan's scandal

Cansu Esana Evren. Seorang dosen muda cantik jurusan sejarah yang mengajar di sebuah universitas ternama di Kota tempat ia tinggal. Wanita berdarah timur tengah itu, tidak pernah menyangka akan mengalami sebuah peristiwa di luar nalar yang akan mengubah hidupnya. Berawal dari kepulangan Cansu setelah kunjungannya bersama para muridnya ke sebuah situs prasejarah peninggalan aalah dinasti yang terkenal di Timur tengah. Wanita itu mengalami kecelakaan tepat setelah ia keluar dari bangunan prasejarah tersebut. Hal aneh terjadi saat Cansu sadar. Bukannya rumah sakit yang ia temukan, melainkan dirinya yang terjebak pada peradaban ribuan tahun lalu. Pertemuannya dengan seorang sultan tampan membuatnya terikat hubungan rumit. Ia bahkan rela menjadi simpanan sultan yang tengah berkuasa padahal ia tahu pria tersebut telah mempunyai permaisuri. Lalu, bagaimana hidup Cansu setelah itu? Apakah ia akan tetap hidup sebagai simpanan sultan atau memilih kembali pada kehidupan aslinya?
Baca
Chapter: Chapter 17 : jepit rambut kupu-kupu
Emine tersenyum lebar seraya memandang ke arah pantulan bayangan Cansu yang berada di cermin di depan mereka. Wanita paruh baya itu merasa bangga sekaligus puas atas kerja kerasnya yang membuahkan hasil maksimal. Kini, ia dapat melihat sosok Cansu yang begitu cantik tengah duduk di depannya. Pertama kali, saat ia mendengar bahwa Cansu akan diajak makan malam bersama sultan Dastan, entah mengapa dirinya langsung bersemangat ingin mendandani wanita itu. Mungkin, karena menurutnya apa yang dilakukan Dastan pada Cansu tidaklah biasa. Tidak pernah ia lihat Sultan melakukan hal yang sama kepada wanita yang belum ia kenali sepenuhnya. Bahkan makan malam bersama dengan sang permaisuri kerajaan sangat jarang sekali pria itu lakukan. Emine merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam diri Cansu yang mampu menarik perhatian dari seorang Dastan. Sultan berhati dingin dan juga kejam. Pria itu biasanya akan menghukum seseorang yang ia angga
Terakhir Diperbarui: 2021-09-05
Chapter: Chapter 16 : Surat dari Gandhi
Dastan tengah berdiam diri di atas sebuah kursi bertahtakan emas kesayangannya yang berada di dalam kamar pria itu. Matanya menatap tajam pada udara kosong di hadapan pria itu. Sultan muda itu mengisi kepalanya dengan beragam pikiran yang membuatnya merasa pusing. Banyak sekali pertanyaan yang menggema di dalam sana namun, tidak ada satupun yang ia ketahui apa jawabannya. Hal itu semakin membuat dirinya frustasi sekaligus penasaran dengan semua misteri yang tengah ia hadapi. "Karena aku berasal dari masa depan. Aku kemudian mengalami perjalanan lintas waktu dan berakhir di waktu yang sama denganmu." Dastan teringat dengan pernyataan mengejutkan yang keluar dari mulut Cansu saat dirinya bertemu dengannya di taman pagi tadi. Ia berusaha untuk menyangkal dan menganggap semua yang dikatakan wanita itu hanyalah candaan semata. Namun, saat Dastan menatap ke dalam mata Cansu, mencoba un
Terakhir Diperbarui: 2021-08-24
Chapter: Chapter 15 : Surat
Cansu melangkahkan kakinya lebar-lebar di sepanjang koridor Kastil. Wanita cantik itu tengah dalam perjalanan menuju ke kamar pribadinya yang terletak di bagian sayap kanan kastil. Orang-orang yang tidak sengaja berpapasan dengannya menatap Cansu aneh. Wajah wanita itu merah bak kepiting rebus. Ditambah lagi dengan jalannya yang cepat seperti tengah dikejar oleh sesuatu. Namun, untungnya Cansu tetap membalas sapaan orang-orang yang bertemu dengannya meski hanya dengan anggukan kepala. Langkah wanita itu melambat saat ia mencapai pintu kamarnya. Dengan segera wanita itu membuka pintu tersebut lalu menutupnya dengan keras. Ia lalu menyandarkan punggungnya pada pintu seraya menarik napas dengan panjang. Cansu mendudukkan dirinya yang masih bersandar pada pintu. Wanita itu memegang dadanya. Ia berusaha merasakan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan. Sangat kencang seakan ingin melompat dari tempatnya.
Terakhir Diperbarui: 2021-08-01
Chapter: Chapter 14 : Terlihat berbeda
"Sudah selesai?"tanya Cansu saat melihat Dastan yang berjalan mendekat ke arahnya. Pria itu tampak mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Cansu. Dastan mengerutkan dahinya menatap ke arah Cansu yang tengah duduk di atas hamparan rumput tanpa menggunakan alas apapun. Wanita itu tampak menikmati posisinya di atas hamparan rumput yang tentu saja dapat mengotori gaunnya yang bewarna biru muda. "Apa yang sedang kau lakukan?"tanya Dastan. Cansu menengadahkan kepalanya agar bisa menatap langsung wajah Dastan yang saat ini sedang berdiri di hadapannya. Wanita itu mengerutkan dahinya bingung. Ia tidak paham dengan apa yang ditanyakan oleh sultan muda itu. "Aku tidak melakukan apapun," jawab Cansu seadanya. "Kau duduk begitu saja di sini tanpa menggunakan apapun sebagai alasmu. Kau tidak takut sesuatu akan mengotori gaun yang tengah kau kenakan?"tanya Dastan panjang lebar.
Terakhir Diperbarui: 2021-07-26
Chapter: Chapter 13 : kuda hitam
"Karena aku berasal dari masa depan. Aku kemudian mengalami perjalanan lintas waktu dan berakhir di waktu yang sama denganmu." Dastan menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap ke arah Cansu penuh tanya. Hal yang baru saja dikatakan oleh wanita itu benar-benar di luar dugaan Dastan. "Aku sedang tidak ingin bercanda, Nona Cansu," ujar Dastan yang masih mengira Cansu mengatakan sebuah lelucon pada dirinya. Cansu mengerutkan dahinya. "Aku juga tidak sedang bercanda, Yang Mulia," ucapnya. "Jadi, maksudmu kau serius mengatakannya? Mengatakan semua itu?" Cansu menganggukkan kepalanya. "Hmm, semua yang kukatakan telah kupikirkan matang-matang sebelum memberitahumu." Dastan tercengang. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa wanita di depannya itu akan berkata demikian. Semua hal yang dikatakan oleh Cansu benar-benar tidak dapat diterima oleh akal sehat pr
Terakhir Diperbarui: 2021-07-09
Chapter: Chapter 12 : kecanggungan dan secangkir teh
Dastan tengah berjalan menuju halaman belakang kastil bersama Gurmet. Sultan muda itu berniat untuk melihat kuda kesayangannya hari ini, sekaligus menungganginya. "Bagaimana Zaganos? Dia sudah diberi makan pagi ini?"tanya Dastan pada Gurmet. Gurmet menganggukkan kepalanya. "Sudah, Sultan. Ia sudah diberi makan seperti biasanya pagi ini,"jawabnya. Zaganos sendiri adalah nama kuda hitam kesayangan Dastan. Kuda itu adalah kuda yang selalu ia bawa ketika berperang maupun berburu. Zaganos memiliki tempat khusus di hati Dastan karena ia adalah hadiah terakhir dari Mahmud Pasha, guru Dastan sejak masih kecil yang telah wafat beberapa tahun yang lalu. Dastan menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban dari Gurmet. Ia kemudian melanjutkan kembali langkahnya sembari membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kerajaan. Namun, langkah pria tampan itu terhenti saat melihat
Terakhir Diperbarui: 2021-07-01
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status