Beranda / Romansa / The Jerk / Chapter 4: complaint

Share

Chapter 4: complaint

   "Kau bilang apa tadi? Ada seseorang di balik kecelakaanku ini?"tanya Dallas terkejut. 

   Louis menganggukkan kepalanya. "Ada sesuatu yang janggal terkait kejadian itu. Dan aku, masih menyelidikinya hingga saat ini."

   "Kau benar. Kau harus menyelidikinya. Aku harus tahu siapa keparat yang berani macam-macam denganku."ucap Dallas. Rahangnya mengeras. Pria itu tampak kesal terlebih lagi saat ia tahu bahwa kecelakaan yang membuatnya terbaring di rumah sakit saat ini adalah sebuah kesengajaan. 

   "Kau terlihat sangat kesal? Kenapa? Bukannya kau selalu tahu bahwa banyak orang di luar sana yang menginginkan dirimu dalam keadaan seperti ini. Aku sudah sering memperingatimu. Namun, kau tampak santai saat menanggapi hal tersebut."ujar Louis menatap Dallas penuh tanya. Pria itu menaikkan sebelah alisnya meminta Dallas segera menjawab pertanyaannya.

   "Hmm, itu benar. Aku mungkin akan bersikap biasa saja jika mereka tidak sampai membuatku seperti ini. Lihatlah aku sekarang! Terbaring lemah seolah-olah tidak berdaya. Dan lihat pakaian menyedihkan ini! Sangat tidak sesuai dengan gayaku ..."

   "... Seharusnya aku sedang bersantai dengan wanita-wanitaku saat ini. Menikmati segelas wine. Dan juga lekukan tubuh yang ... Ah aku sudah sangat merindukannya."oceh Dallas. Matanya menatap langit-langit ruangan. Pikirannya jauh menerawang.

   "Seharusnya kau merubah sikapmu. Kau itu sudah hampir mati akibat kejadian itu. Bagaimana bisa kau memikirkan hal-hal seperti itu di saat bahu kananmu patah. Kau tidak berpikir tentang bagaimana nasibmh saat kau mati nanti?"tanya Louis keheranan. Pria itu menatap Dallas tidak habis pikir. 

   Dallas menaik turunkan alisnya. Kemudian tersenyum dengan tengil. "Harta, tahta, selangkangan wanita. Apa aku perlu menjelaskannya padamu?"

   'tok-tok-tok'

   Louis yang tadinya hendak membalas ucapan Dallas terpaksa mengurungkan niatnya. Pria tampan itu segera bangkit dari duduknya lalu membuka pintu. Dari luar ruangan, tampak Hana yang datang dengan seorang perawat pria.

   "Oh dokter Hana? Silahkan masuk."ucap Louis lalu menggeser badannya. Memberikan tempat agar Hana dan perawat itu bisa masuk.

   Dallas yang melihat kedatangan Hana sontak tersenyum lebar. "Selamat datang kembali, Dokter Hana."

   Hana tidak menjawab sapaan Dallas. Wanita itu sibuk mengecek botol infus Dallas yang mulai kosong lalu menggantinya.

   "Ganti perban di bahu dan kepalanya."perintah Hana pada perawat pria yang datang bersamanya. Perawat itupun dengan sigap menuruti perintah Hana dan mendekati Dallas.

   "Kenapa tidak kau saja yang menggantinya?"tanya Dallas saat perawat itu mendekatinya. 

   "Kenapa tidak? Aku membawanya kesini untuk melakukan tugasnya. Apa itu salah?" Bukannya menjawab, Hana malah balik bertanya.

   "Bukankah ini juga tugasmu? Oh ayolah, dokter Hana. Jangan menimpakan semua tugasmu kepada bawahanmu."

   Hana menatap Dallas tajam. "Kau tidak perlu menasihatiku. Aku tahu apa dan bagaimana tugasku. Tugasku mungkin merawat dan memastikan kau sembuh dengan sebaik mungkin. Tapi, perawat juga mempunyai tugas yang hampir sama denganku. Untuk urusan mengganti perban, dan perawatanmu adalah urusan perawat. Aku hanya bertugas untuk mengarahkan mereka."

   "Apa ada masalah?"

   Semua kompak menoleh saat sebuah suara milik seorang pria tiba-tiba muncul. Di ambang pintu tampak seorang pria paruh baya berpakaian rapi tengah berdiri sambil tersenyum. Ia membawa sebuket bunga dan sekeranjang buah yang tampak segar.

   "Tuan Albert? Wah senang bertemu denganmu lagi." Louis adalah orang pertama yang bereaksi. Ia berjabat tangan dengan pria yang bernama Albert itu.

   "Direktur?"tanya Hana pelan. Ia menatap bingung pada Albert yang datang secara tiba-tiba.

   "Halo, Pak direktur. Sudah lama bukan?"tanya Dallas saat Tn. Albert tiba di sebelahnya.

   "Benar, tuan Wheeler. Sudah lama sekali sejak pertemuan terakhir kita. Yang aku ingat sekitar ... 1tahun yang lalu? Kalau tidak salah saat ulang tahun Wheeler company, bukan?"

   Dallas menganggukkan kepalanya. "Ternyata ingatanmu cukup bagus untuk usia lanjut sepertimu."

   Tn. Albert tertawa mendengar ucapan Dallas. Ia sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.

   "Aku membawa beberapa buah tangan kecil untukmu. Aku harap kau bisa menerimanya, Tn. Wheeler."ucap Albert seraya meletakkan bingkisan yang ia bawa tadi di atas nakas.

   Dallas tersenyum. "Ah terima kasih Tn. Albert. Kenapa berdiri saja? Duduklah. Terlalu lama berdiri tidaklah baik untuk seseorang dengan usia lanjut sepertimu."

   Louis dan Hana menghela napasnya kasar. Dallas benar-benar pria yang tidak kenal sopan santun. Bahkan dengan orangtua sekalipun.

   "Jadi, bagaimana kabarmu Tn. Wheeler? Aku turut merasa prihatin dengan kecelakaan yang menimpa dirimu."

   Mendengar pertanyaan Tn. Albert membuat Dallas tiba-tiba menyeringai. Pria itu menatap Hana sekilas lalu, sebuah ide licik muncul begitu saja di pikirannya.

   "Seperti yang kau lihat. Keadaanku sudah cukup baik. Rumah sakit ini melayaniku dengan sangat baik. Namun ..."ucap Dallas dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

   "Namun? Apa terjadi sesuatu tuan?"tanya Tn. Albert penasaran.

   Dallas melirik Hana sekali lagi. Kemudian melanjutkan, "Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini. Tapi, karena aku mempercayaimu aku akan mengatakannya ..."

   Dallas menarik napasnya. Sementara Tn. Albert mendengarkan. "Jujur saja, aku sedikit kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter Hana. Bukan berarti aku mengatakan pekerjaannya buruk. Hanya saja, aku ingin segala hal yang menyangkut kesehatanku langsung ia kerjakan dengan tangannya sendiri ..."

   "Ah maafkan aku. Aku tidak bermaksut mengatakan bahwa dokter Hana itu lalai atau semacamnya. Tapi, kau pasti mengerti. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kesembuhanku. Kau pasti paham, Tn. Albert. Aku juga tipe orang yang sulit mempercayai seseorang. Bukan berarti aku mengatakan pekerjaanmu tidak baik, kawan." Dallas mengatakan kalimat terakhirnya kepada perawat yang datang bersama Hana.

   Hana sontak terkejut. Sejak tadi, wanita itu diam saja tidak berniat mencampuri urusan antara Dallas dan direktur rumah sakit. Namun, tiba-tiba saja pasiennya itu menyebutkan nama Hana dalam daftar keluhan yang ia buat.

   Wanita itu menatap Dallas tajam. Mencoba memperingarinya agar tidak bertindak lebih jauh lagi. Namun, bukannya takut Dallas malah semakin senang melihat Hana kesal karena ulahnya.

   "Ah jadi, begitu. Baiklah, nanti aku akan mencoba berbicara dengan dokter Hana."ujar Tn. Albert.

   Dallas sontak memasang ekspresi tidak enak yang dibuat-buat olehnya. "Tidak perlu begitu, Tn. Albert. Dokter Hana sudah melakukan tugasnya dengan baik. Tidak apa-apa biarkan saja seperti ini."

   Hana memutar bola matanya malas. Sungguh, Dallas sangat ahli dalam berpura-pura. Seharusnya dia mendaftar sebagai seorang aktor atau semacamnya. Selain mempunyai wajah yang cocok untuk profesi itu, ia juga lihai dalam berakting.

   "Tidak, Tn. Wheeler. Kenyamanan setiap pasien di rumah sakit ini adalah prioritas kami. Sudah menjadi tanggung jawab kami memastikan keadaan pasien dengan sebaik-baiknya hingga pasien tersebut benar-benar sembuh. Aku berjanji, kau tidak akan merasa kecewa lagi setelah ini."

   "Ah terimakasih banyak, Tn. Albert. Tidak sia-sia kau menjadi direktur rumah sakit ini."ucap Dallas.

   Pria itu menatap Hana yang langsung membuang mukanya. Dallas menyeringai lalu berucap dengan sangat pelan nyaris tanpa suara, "Aku menang, dokter Hana."

   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status