Beranda / Romansa / The Jerk / Chapter 1: insiden

Share

The Jerk
The Jerk
Penulis: Chocolatte

Chapter 1: insiden

   Sebuah tempat dengan pencahayaan remang-remang. Diisi oleh orang-orang yang bergerak tidak beraturan mengikuti irama musik dari disk jokey yang menggelegar hingga menggetarkan lantai. Beberapa pelayan berseragam juga tampak sibuk mondar-mandir membawa minuman beralkohol entah itu dari kasta bir, wine hingga tequila.

    Kondisi yang jauh dari ketenangan. Jika tidak terbiasa mungkin seseorang bisa saja pingsan dengan keadaan di dalam ruangan seperti ini. Belum lagi beberapa pasangan yang dengan tidak tahu malu berciuman bahkan melakukan hal yang lebih.

   Sepasang kaki jenjang yang dibalut dengan sehelai celana mewah melangkah kedalam ruangan itu. Bagai disihir, kehadirannya mampu membelah lautan manusia yang tadinya sedang menggila. Mereka kompak memberikan jalan pada sosok yang dengan tenang melangkah penuh percaya diri.

   Sebagian orang mulai berbisik-bisik. Sebagian pria menatap tak suka ada pula yang menatap penuh hormat. Sedangkan para wanita menatap kagum bak singa kelaparan yang tengah mengincar mangsanya. Mereka ingin mendekat namun, tidak mempunyai cukup keberanian.

   "Selamat datang tuan Dallas Wheeler. Aku akan mengantarkanmu ke ruangan VIP."sambut seorang pria berbadan sedikit pendek. Perutnya buncit dan kepalanya plontos. Pria itu mengenakan stelan jas bewarna hitam dan kemeja bewarna putih yang beberapa kancing teratasnya telah terbuka. Ia adalah Tyresse, pemilik tempat itu.

   Dallas menganggukkan kepalanya. Pria tampan itu mengikuti Tyresse  sambil sesekali melemparkan senyum manis kepada para wanita yang tak henti-henti memandangnya. 

   Perjalanan yang begitu singkat. Tidak lebih dari 1 menit Dallas dan Tyresse tiba di sebuah ruangan. Sebuah ruangan yang didesign mewah dan tertutup. Sama seperti ruangan utama bar, ruangan ini memiliki lampu yang bercahaya remang-remang. Bahkan bisa dibilang lebih redup. Namun, Dallas tampaknya tidak terganggu dengan hal tersebut.

   Di dalam ruangan tersebut telah tersedia beberapa minuman beralkohol yang harganya setara dengan sebuah mobil. Dan jangan lupakan ada seorang wanita cantik berpakaian minim tengah menunggu untuk menuangkan minuman tersebut untuk tamu istimewa bar ini.

   "Selamat menikmati, tuan Wheeler. Saya permisi."ucap Tyresse.

   Dallas tidak membalas. Pria itu sepertinya lebih memilih memasuki ruangan VIP tersebut dibandingkan membalas ucapan Tyresse yang tidak terlalu penting baginya.

   Pria yang berusia 27 tahun itu mendaratkan pantatnya di sebuah sofa panjang bewarna hitam. Ia duduk tepat di sebelah wanita berpakaian ketat yang tersenyum menggoda. 

   "Bagaimana kabarmu, tuan Wheeler?"tanya wanita itu seraya memberikan Dallas segelas wine.

   Dallas tersenyum tipis. Pria itu menerima segelas cairan pekat yang diberikan wanita penghibur itu lalu menyesapnya sedikit.

   "Bagaimana menurutmu? Apa aku terlihat baik-baik saja?"tanya Dallas.

   "Kau terlihat seperti biasanya. Tampan dan menggoda. Selalu luar biasa."

   Dallas menyeringai. Pria itu menuangkan sebotol wine pada gelas kaca lalu memberikannya pada wanita yang duduk di sebelahnya. "Lalu, apa kau juga seperti biasanya, Jane?"

   Wanita yang bernama Jane tersebut menatap Dallas dengan senyum menggoda. Ia kemudian bangkit lalu duduk di pangkuan pria itu. Tangan lentiknya mengelus lembut rahang Dallas lalu menggit kecil ujung telinga pria tampan itu.

   "Aku akan menjadi luar biasa untukmu malam ini, tuan Wheeler."bisiknya sensual.

   Dallas menyeringai. "Kau bisa membuktikannya nanti."

***

   Drrtt ... Drrttt...

   Getaran ponsel di atas nakas membangunkan Dallas. Pria tampan itu mengerjapkan matanya berulangkali lalu memperhatikan sekelilingnya.

   Dallas menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita tengah tertidur di sebelahnya. Tubuh wanita itu hanya dibalut sehelai selimut yang ia pakai bersama Dallas.

   Dallas menguap. Getaran ponsel di atas nakas masih belum berhenti. Pria itu mengambil benda pipih berharga fantastis itu. Ada nama Louis tertera di sana. 

   "Hm ... Good morning, dude."ucap Dallas dengan suara khas baru bangun tidur.

   "Kau di mana?"

   "Kenapa? Kau merindukanku?"tanya Dallas.

   "Dasar bodoh! Kau ada rapat pagi ini. Apa kau lupa?"

   Dallas memutar bola matanya malas. "Yayaya aku tidak lupa. Aku akan tiba di sana beberapa menit lagi."

   Pria itu mematikan ponselnya. Lalu bangkit dari ranjang menuju ke kamar mandi. Ia membersihkan dirinya sejenak lalu keluar darisana dengan penampilan yang jauh lebih rapi.

   Dallas meraih ponselnya lalu mengirimkan pesan kepada Louis. 'Sepertinya jasku sedikit kotor. Apa kau bisa meminta sekretarisku yang sexy menyiapkannya, Lou? Terimakasih'

   Setelah mengetikkan itu, ia memasukkan ponsel pintarnya kedalam saku jas. Kemudian terdiam sebentar menatap seorang wanita yang masih tertidur di atas ranjang. Selimut yang dikenakan wanita itu sedikit tersingkap sehingga menampakkan paha mulusnya.

   Dallas mengambil dompetnya. Mengeluarkan sebuah cek dengan nominal besar yang telah ia siapkan sebelumnya. Pria  itu kemudian meletakkan cek itu di atas nakas lalu beranjak darisana.

   Di depan hotel telah terparkir Porsche 911 Careera 4 MT milik Dallas. Pria itu mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya kepada seorang petugas yang telah memarkirkan mobilnya.

   "Terimakasih, tuan Wheeler."ucap pria itu.

   Dallas tidak menjawab. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya. Ia mendekati kendaraan mewah miliknya lalu masuk kedalamnya.

    Kondisi lalu lintas pagi ini tampak normal. Dallas dapat mengendarai mobilnya dengan santai walaupun beberapa waktu yang lalu Louis mengatakan bahwa ia harus menghadiri sebuah rapat. 

   Lampu lalu lintas bertukar warna menjadi merah. Pria itu menghentikan mobilnya. Ia memperhatikan pejalan kaki yang menyeberang di depannya. Sesekali Dallas tersenyum saat beberapa wanita melihat ke arahnya. Senyum khas pria cassanova.

   Lampu lalu lintas kembali bertukar warna menjadi hijau. Dallaspun kembali melajukan kendaraan mewahnya dengan kecepatan stabil. 

   Semuanya tampak baik-baik saja hingga saat sebuah mobil sedan bewarna hitam menerobos lampu merah. Bak hilang kendali,  mobil hitam tersebut melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya. Dallas membanting stir kekanan namun sialnya ada sebuah truck yang sepertinya tak sempat menghindari hingga ... 

   'Brakkkk ...'

   Tabrakan tidak bisa dihindari. Terdengar bunyi dentuman yang begitu kuat. Dallas dapat melihat bagian depan mobilnya hancur.

   Kepala pria itu terbentur. Darah segar mengalir deras di dahinya. Dallas dapat merasakan rasa sakit bercampur pusing pada kepalanya. Sekujur tubuhnya merasa ngilu. Namun, pria itu masih kuat untuk bergerak.

   Dengan mengumpulkan sisa tenaganya, Dallas keluar dari mobil sambil memegangi kepalanya yang berdarah. Pria itu berjalan terseok-seok mencoba meminta bantuan orang-orang di sekitarnya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena penglihatan Dallas perlahan memudar. Segala hal di sekitarnya tak bisa ia lihat dengan jelas hingga akhirnya pria itu jatuh tidak sadarkan diri.

    Kepalanya semakin terasa sakit. Telinganya berdengung. Klakson mobil mobil yang terdengar saling bersahutan semakin memperburuk keadaan. Orang-orang mulai mengerubunginya. Walau tidak terlalu jelas, Dallas dapat mendengar beberapa orang berbisik-bisik tentangnya. Ada yang menatap tidak percaya, ada pula yang mengeluarkan ponsel untuk memotretnya. 

   "Tuan, kau baik-baik saja?"

   Samar-samar Dallas mendengar seorang pria bertanya kepadanya. Ada beberapa orang yang juga terlihat mendekatinya. Itulah hal terakhir yang Dallas lihat sebelum ia jatuh tidak sadarkan diri.

 

   

   

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aldrich Candra
Perhatikan penulisannya, Kak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status