Di ruangan dengan nuansa putih terlihat seorang gadis yang hendak tidur setelah selesai membaca novel kesukaannya. Novel itu sudah ia baca berulang kali namun ia tidak bosan karena ada tokoh favoritnya yaitu sang second male lead yang bernama Samudra Ananta Dominic. Dia melirik jam dinding, terlihat di sana sudah pukul dua dini hari.
"Gak kerasa udah jam segini, semoga malam ini mimpi ketemu Ananta. Ananta lo itu terlalu greenflag siapapun bisa suka sama lo. Ya kecuali Mira sih dia gak bisa liat cowok sebaik dan setulus Ananta. Lagian mata si Mira buta kali ya udah di selingkuhin terus selingkuhannya dilecehin sama Atlas gila sih Mira tetep mau nerima Atlas. Atlas juga redflag udah selingkuh ngelecehin pula terus cewek nya di tinggal, mana ceweknya sama lagi kayak gue namanya Elisa" gerutu Elisa Elisa mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi. Tak lama setelah itu terlihat banyak asap yang muncul. Gadis itu tetap tidur meskipun banyak asap di sekitarnya. Terasa bau asap yang mulai memasuki hidungnya. Elisa segera bangun dan berniat keluar dari kosannya. "Aduh ini pintu dimana sih kok gak ketemu-ketemu." ucap Elisa sambil melangkah tak tentu arah karena penglihatannya terhalang asap yang tebal. Karena banyak menghirup asap penyakit asmanya kambuh. Gadis itu terkulai lemas di lantai sambil memegang dadanya. Semakin lama dia mulai kehilangan kesadarannya. "Masa gue mati karena ini, ya gak bisa baca novel lagi. Semoga ayah sama bunda di Bandung gak terlalu sedih kehilangan gue." "Bye dunia, bye Ananta sayang." Elisa pun perlahan menutup matanya. Tak lama setelah itu terdengar suara dobrakkan pintu, muncul beberapa orang. Seorang wanita paruh baya mendekati Elisa yang tergeletak di lantai. Kemudian ia mengecek nadi gadis itu. "Innalillahi wa innalillahi rojiun, dia sudah meninggal." "Hubungi keluarganya di Bandung untuk segera datang ke sini." "Kasian ya masih muda tapi udah mati." "Hus gak boleh ngomong gitu." Begitulah omongan orang-orang yang sedang mengerubungi gadis yang sudah meninggal itu. Gadis itu bernama Elisa Keinna Joscelyn. Elisa merupakan seorang gadis cantik dan pintar yang sedang merantau di Jakarta untuk berkuliah di universitas bergengsi yang ada di sana. Elisa juga merupakan gadis yang suka membaca novel dan pecinta second male lead. Naasnya hidupnya hanya sebentar. Pada pagi hari terlihat cuaca yang mendung, seolah langit mengerti kesedihan yang diderita sepasang paruh baya yaitu orang tua Elisa yang menangis di depan nisan putri tercintanya. "Ayah putri kita Elisa udah gak ada. " tangis Bunda Rita pecah "Kita harus ikhlasin Elisa agar dia tenang di atas sana." ucap ayah Andra ****** Di dimensi lain, terlihat suasana ramai di sebuah kelas karena jamkos. Ada yang bernyanyi, ada yang gibah, ada yang main game, ada yang tidur, dan masih banyak lagi. Seorang gadis yang sedang tidur dengan berbantal tangan, tidak terusik dengan keramaian di sekitarnya. Sampai sebuah suara memanggilnya dan ada yang mengguncang tubuhnya. "Woy Elisa di panggil Atlas tuh suruh ke rooftop." teriak Dani yang sedang berdiri di pintu kelas. Karena tak kunjung bangun Lova selaku sahabat dan teman sebangku gadis itu, ia kemudian mengguncangkan tubuh sahabatnya. "Lisa bangun itu di panggil Atlas." "Lisa bangun woy." "ELISA" teriak Lova di dekat telinga gadis itu. "APA" teriak gadis itu sambil berdiri karena kaget. Seluruh siswa melihat kearah mereka. Sadar dengan situasi dengan cepat Lova menarik gadis itu agar duduk kembali. Melihat sekeliling gadis itu mulai merasa ada yang aneh. "Kok gue ada di sini bukannya tadi gue mati ya." bingung gadis itu. Yaps benar, gadis itu adalah Elisa Keinna Joscelyn yang mati karena kebakaran di kosannya. "Ngaco kamu, tuh di panggil Atlas suruh ke rooftop." ucap Lova "Atlas siapa? " "Atlas pacar kamu." "Gue gak punya pacar yang namanya Atlas. Tunggu ini kita di mana? " tanya Elisa "Ini di kelas XI IPA 1 kita baru aja naik kelas XI dua bulan lalu." "Lo siapa?" "Ih Sasa masa gak tau aku siapa, ini aku Davira Lovana Clarissa sahabat kamu." Elisa merasa familiar dengan nama itu, seperti nama tokoh figuran yang ada di novel kesukaannya. Untuk memastikan ia bertanya lagi kepada Lova. "Nama lengkap Atlas apa? " tanya Elisa "Atlas Reynand Fayroz, masa kamu lupa sama pacar sendiri. " "Nama gue siapa? " "Elisa Fredella Revalista. Kamu beneran gak inget? " tanya Lova cemas "Enggak gue cuman ngetes lo aja tau gak nama lengkap gue. " ujar Elisa sambil senyum terpaksa. Bagaimana ini Elisa masuk ke tubuh antagonis. 'Apes banget hidup gue masuk tubuh antagonis, tapi gak papa yang penting bisa dekat sama Ananta.' batin Elisa "Oh kirain kamu anemia." ucap Lova "Amnesia Lova." "Udah ganti ya." "Emang Amnesia dari sananya. " "Oh iya lupa, tadi kamu di panggil Atlas suruh ke rooftop. " "Anterin yu gue takut ke sana sendiri." "Gak mau Lova takut ketemu Atlas sama temen-temennya, biasanya juga kamu ke sana sendiri. " "Yaudah anterin sampai pintu rooftop aja." "Oke" Mereka pun pergi beriringan menuju rooftop. Sesampainya di pintu rooftop Lova pun berpamitan untuk kembali ke kelas. "Lova ke kelas lagi ya." ucap Lova "Lova temenin gue nyamperin Atlas ya." ujar Elisa memohon "Gak mau. " dengan cepat Lova meninggalkan Elisa di pintu rooftop Elisa memandang pintu itu ngeri. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan Atlas sang male lead di dunia novel yang berjudul "light in the midst of darkness", novel ini menceritakan tentang lika-liku hubungan sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang female lead yang bernama Mira Evania Quella merupakan sahabat masa kecil sang male lead yang bernama Atlas Reynand Fayroz yang merupakan ketua osis dan wakil ketua gang motor di sekolahnya. Benih-benih cinta yang terpendam mulai keluar. Karena tidak kuat dengan hubungan mereka yang friendzone, mereka pun berpacaran. Sampai ketika kenaikan kelas 11 Mira pindah karena mengikuti ayahnya yang bekerja di luar kota. Meskipun begitu mereka tetap pacaran meskipun LDR. Semenjak Mira pindah hubungan mereka mulai renggang. Perlahan cinta Atlas untuk Mira mulai memudar. Cerita tak akan seru jika tidak ada antagonis. Antagonis yang merusak hubungan mereka adalah Elisa Fredella Revalista. Elisa yang menyukai Atlas dari pertama masuk sekolah terus mengejar cinta Atlas. Sampai ketika ia mendengar bahwa Atlas berpacaran ia masih mengejar Atlas meskipun di tolak. Dua bulan setelah Mira pindah, Atlas pun menjadikan Elisa pacarnya tanpa sepengetahuan Mira. Elisa di jadikan sebagai pelampiasan saat hubungannya dengan Mira sedang renggang. Satu tahun kemudian tepatnya pada saat awal kelas 12 , Mira di kabarkan akan pindah lagi ke JAKARTA INTERCULTURAL SCHOOL. Mendengar kabar itu Atlas pun segera memutuskan hubungannya dengan Elisa. Sebenarnya Mira pindah lagi ke sini karena mengetahui dari sang second male lead sekaligus ketua gang motor Asterioz yang bernama Samudra Ananta Dominic bahwa Atlas berselingkuh. Samudra memberi tahu Mira kebusukan Atlas karena menurutnya Atlas seperti ayahnya yang berselingkuh. Mira yang mendengar itu memutuskan hubungannya dengan Atlas, Atlas tidak terima dengan keputusan Mira pun mengatakan bahwa Elisa yang menggoda nya dengan menyerahkan tubuhnya. Mira yang mendengar itu pun sedih karena Atlas telah mengkhianati nya tetapi Mira tetap memaafkan Atlas. Pada saat bersamaan terdengar kabar bahwa bunda Samudra meninggal dunia karena penyakit yang di deritanya. Di sana lah Samudra sangat terpuruk karena satu-satunya cahaya hidupnya pergi. Samudra duduk termenung di nisan bundanya, ia merasa ada yang mengelus bahunya terlihat Mira tersenyum dan mulai menenangkannya. Sejak saat itu Samudra mulai menyukai Mira. Mira adalah cahaya di hidupnya di saat tidak ada lagi yang ia harapkan di dunia ini. Ketika ia di siksa oleh ayahnya, Mira selalu datang mengobatinya. Atlas yang melihat itu cemburu dan menyuruh Mira agar tidak dekat-dekat dengan Samudra. Elisa yang melihat Atlas dan Mira semakin dekat mulai merencanakan sesuatu yaitu mengaku hamil anak Atlas. Mira yang mendengar itu marah dan menjauhi Atlas. Atlas yang marah karena di fitnah membunuh Elisa dengan mendorong Elisa ke jalan raya. Terlihat motor yang di kendarai oleh Samudra hampir menabrak Elisa. Dengan cepat samudra membelok ke arah kanan, kemudian Samudra menabrak jembatan pembatas. Selang beberapa menit terlihat mobil yang di kendarai oleh anak buah Atlas menabrak Elisa. Samudra dan Elisa pun di nyatakan meninggal dunia. Hubungan Atlas dan Mira pun tidak ada yang mengganggu. Mereka pun hidup bahagia Tamat. Elisa yang mengingat itu pun bergidik ngeri. Elisa membuka pintu itu, terlihat enam pemuda sedang berkumpul di sana. Enam pemuda itu adalah Samudra Ananta Dominic sang ketua, Atlas Reynand Fayroz sang wakil ketua, Dewa Aster Bagasgara si pecicilan, Rafli Febian Abraham si mulut cabe, Stevan Jovin Wijaya si playboy kelas kakap, dan Arseano Edmund Pradipta si cuek. Mereka merupakan inti anggota gang motor Asterioz. Tatapan Elisa tertuju kepada pemuda yang sedang memainkan ponselnya. Dengan perlahan Elisa berjalan mendekati mereka. Enam pemuda yang fokus dengan kegiatan masing-masing terusik dengan kehadiran seorang gadis yang mendekati mereka. "El tumben datangnya telat biasanya pagi-pagi udah meluk Atlas." ucap Rafli sinis "Iya biasanya langsung datang begitu di panggil Atlas." ujar Dewa "Sini El duduk di samping aku." ucap Atlas sambil menepuk tempat yang kosong di sebelahnya. Elisa menghiraukan omongan mereka. Dia dengan perlahan mendekati Atlas. Elisa berencana memutuskan hubungan mereka karena mana mau dia jadi yang kedua, mending sama Samudra alias Ananta my luv. "Gue mau ngomong sesuatu. " ucap Elisa setelah duduk di samping Atlas "Tumben gak pake aku-kamu, mau ngomong apa sayang? " ucap Atlas lembut sambil memegang tangan Elisa. "Gue mau kita putus.""Gue mau kita putus." ucap Elisa enteng sambil melepas genggaman Atlas. "Gak mau." jawab Atlas kembali memegang tangan Elisa erat. "Pokoknya harus mau.""Kenapa tiba-tiba minta putus aku salah apa kita baru aja jadian kemarin.""Lo gak salah apa-apa, setelah dipikir-pikir gue gak mau jadi selingkuhan.""Yaudah aku putusin Mira kamu jadi yang satu-satunya." "Lo gila hah kasian Mira." ucap Elisa marah"Ini Elisa kesambet apa ya kok tiba-tiba jadi orang bener." bisik Stevan "Entahlah mana saya tau saya kan ikan" bisik Dewa. Stevan mendengus mendengar bisikan Dewa. Sejenak Atlas ingat bahwa Mira adalah sahabat sekaligus pacarnya. Mana mungkin ia menyakiti perasaan Mira lagi. Atlas bingung karena ia mulai menyukai Elisa. Sedangkan perasaannya terhadap Mira juga masih ada. "Gue gak mau putus, gue udah mulai suka sama lo." ucap Atlas semakin menggenggam erat tangan Elisa terlihat kemerahan di tangan Elisa yang putih mulus. "Lepasin tangan gue, gue tau lo cuman jadiin gue pelampiasan,
"Ananta" ucap Elisa kaget Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa"Ya" balas Samudra singkatSetelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samud
"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Gak mau." balas Elisa"Harus mau." paksa Atlas"Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- ""Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa"Hm" balas Samudra "Makasih""Hm"Elisa yang mendengar S
"Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa. "Mana aku tau." balas Lova"Iya juga ya masa gue cerita yang kayak begituan sama lo." ucap Elisa"Daripada mikirin yang kayak gitu mending kamu istirahat." ucap Lova"Iya." jawab Elisa sambil membaringkan tubuhnya. Di sisi lain tepatnya di sebuah kelas yang tampak hening karena seorang guru yang terkenal killer sedang mengajar. Berbanding terbalik dengan para murid yang ketakutan ada dua manusia yang sibuk dengan perdebatannya. "Lo jauhin Elisa." ucap Atlas"Lo yang harusnya ngejauhin dia." balas Samudra"Kenapa gue? ""Lo hampir lecehin dia""Asal lo tau gue sama Elisa udah ciuman bahkan lebih." dusta Atlas"Gue gak percaya." ucap Samudra"Kenapa lo gak percaya? " tanya Atlas"Lo aja gak pernah mau sentuh dia sebelum kalian pacaran.""Shit." umpat Atlas karena kebohongannya diketahui oleh Samudra. Atlas jadi teringat akan respon Elisa, kenapa Elisa marah ketika ia mengatakan gurauan itu. Harusnya gadis itu b
"Ananta" panggil Elisa. Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Boleh nanya gak? " tanya Elisa"Hm" balas Samudra"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban. "Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta. "Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan. "Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya. "Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli. "E
Elisa telah menyelesaikan tugas lalu kembali ke bangkunya tak lupa berterima kasih kepada Samudra yang telah membantunya mengerjakan tugas. Baru juga duduk bukunya langsung di ambil oleh Lova. "Lisa aku liat ya." ucap Lova"Iya" balas Elisa"Makasih Lisa.""Sama-sama"Kringgg... Kringg...Bel pulang sudah berbunyi para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Elisa sedang membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, Lova sudah pulang duluan katanya ia ada urusan. Kelas sudah lumayan sepi hanya beberapa orang yang masih ada di kelas. Elisa melihat ke bangku Samudra dkk ternyata mereka sudah tidak ada, ia baru ingat mereka keluar begitu Elisa kembali ke bangkunya. Elisa berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah. Padahal Elisa berniat nebeng ke Samudra agar ia lebih dekat dengan kesayangannya. Elisa tak berharap lebih, memang tadinya ia berniat ingin menjadi pacar Samudra namun ia tidak tau apakah ia akan terus berada di tubuh Elisa atau tidak mu
"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla"Gak bun." ucap Samudra"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta.""Maksudnya teman tapi mesra kan? ""Ih bundaa." rengek SamudraBunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian mas
Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa
Elisa dan Samudra berpindah tempat kini mereka berada di apartemen Samudra. Mereka duduk merenung di ruang tamu."Ananta kita harus gimana sekarang?""Untuk sementara waktu kamu tetap pakai HP itu, agar orang yang nyadap kamu gak curiga.""Tapi aku takut.""Jangan takut itu mungkin cuman nyadap biasa. Ada yang pernah ngirim link atau dokumen yang aneh gak? atau ada nomor yang gak di kenal? " "Gak ada HP aku aman-aman aja selama ini buktinya gak kena virus sama gak error." ucap Elisa. Emang selama ini tidak ada yang aneh dengan HP nya."Ini aneh penyadap itu gak ngambil saldo uang yang ada di HP kamu atau data pribadi." baru kali Samudra melihat hal seperti ini. Sebenarnya apa motif orang itu melakukan ini semua."Aneh setidaknya alasan orang itu nyadap HP aku karena bencikan? buktinya dia buat kesalahpahaman antara aku dan Lova." Elisa sedih mengingat itu. Awas saja jika ia tahu siapa penyadap ini akan ia tonjok sampai mampus.Terjadi keheningan diantara mereka. Samudra berpikir ada
Selama jam pelajaran banyak murid yang menatap Elisa sinis. Apalagi Lova pindah tempat duduk, ia tidak ingin sebangku dengan Elisa."Lova." panggil Elisa. Lova mengabaikannya ia lebih memilih berjalan menuju bangku belakang.Elisa menghela nafas sepertinya mulai sekarang kehidupan sekolah tidak akan berjalan lancar. Ia harus segera mencari tau siapa yang menjebaknya. Semua murid tidak ada yang mau duduk bersama Elisa, Samudra pun memutuskan untuk duduk bersama Elisa. "Ananta." "Aku duduk di sini ya.""Iya." Elisa tersenyum. Setidaknya masih ada Samudra yang akan menemaninya."Kenapa sih Samudra nemenin tuh cewek.""Samudra terlalu di butakan cinta.""Tuh cewek bakal makin menjadi nih soalnya ada backingan.""Iya nih makin ngelunjak pasti."Elisa menarik nafas lalu menghembuskannya. Ia berusaha bersikap sabar mendengar bisikan mereka. Rasanya ia ingin menyumpal mulut mereka dengan kaos kaki yang sudah tidak di cuci 3 tahun.Bel pulang akhirnya berbunyi Elisa langsung saja menarik Sa
"Orang terdekat lo, Elisa." Aiza menunjuk Elisa. Semua orang menatap tak percaya apa yang barusan di ucapkan oleh Aiza. "Gue gak ngelakuin itu." bela Elisa. Semua orang menatap ke arah Elisa. Termasuk Lova ia memasang wajah kecewa. Elisa bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa malah jadi dirinya yang terseret? Apa yang sebenarnya terjadi? Lova menatap Elisa."Lisa apa bener yang di ucapin Aiza? " "Itu gak bener, mana mungkin gue tega ngelakuin itu sama lo." "Halah ngaku aja." ujar Aiza. "Emang lo ada bukti gue yang ngelakuin itu? " tanya Elisa. "Beraninya lo ngeremehin gue. Gue gak mungkin ngomong gini kalau gak ada bukti. Fara tunjukkin isi chattingan lo sama Elisa." Aiza tersenyum miring. "Dengan senang hati." Fara membuka ponselnya dan menunjukkan ke semua orang chattingan nya bersama Elisa. "Liat ini nomor lo kan? " Fara menatap remeh Elisa. Elisa menarik ponsel itu dan membaca dengan seksama. Itu memang bener nomornya. unknown Send a picture Gue mau lo tempel poto
Samudra dkk terlihat baru saja datang, mereka penasaran apa yang terjadi. Di depan sana terlihat Elisa yang masih syok dan Lova yang menangis. Mereka melihat ke arah poto itu dan terkejut begitu melihatnya."Itu Lova? " tanya Dewa dengan tatapan tidak percaya."Mata gue gak salah liat kan." ujar Stevan."Lova." ucapan Sean membuat semua orang menatap ke arah pemuda itu."I-ini g-gak se-seperti- " lidah Lova terasa kelu untuk menjelaskan semuanya. Lova sedih melihat Sean yang seperti enggan melihatnya."Sean kamu udah liat kan kelakuan jalang tuh cewek. Mending kamu putusin deh daripada nama kamu jadi tercoreng karena tuh cewek." ucap Fara."Iya Sean mending kamu pacaran sama Fara." timpal Mira. Fara mengangguk setuju dengan perkataan Mira."Kita ketipu guys cewek yang polos ini ternyata kelakuannya sama aja kayak jalang di club." ujar Aiza membuat suasana semakin panas."Wajah cowok yang di poto gak jelas tapi kayaknya om-om deh." timpal Fara.Para murid langsung menyahuti apa yang di
Satu tahun kemudian...Tidak terasa Elisa sudah satu tahun lebih menempati dunia novel ini. Banyak perubahan yang telah ia buat. Beberapa bulan lagi ia akan lulus sekolah. Elisa sudah melewati alur dimana ia dan Samudra meninggal. Semoga saja tidak ada yang berubah. Elisa masih tak menyangka ia bisa bertahan sejauh ini dari takdir kematian tragis Elisa. Kehidupan Elisa selama setahun ini tidak begitu damai. Meski begitu sampai detik ini ia masih belum mengetahui siapa antagonis pria di novel ini. Entah itu Rafli atau Arthur, Elisa hanya mencurigai mereka karena selalu bertingkah aneh."Lisa liat deh di kolong meja kamu ada bunga mawar lagi." ujar Lova. Membuyarkan lamunan Elisa.Elisa menghela nafas, memang sudah setahun ini ada yang menjadi pengagum rahasianya. Dia selalu menyimpan setangkai bunga mawar di kolong mejanya."Siapa sih nih orang gak bosen apa ngasih gue bunga terus.""Dia suka sama kamu.""Dia pasti tau kan kalau gue udah punya pacar.""Mungkin dia nunggu kamu putus.""
Samudra mendekatkan mulutnya di telinga Elisa."Asal kamu tau aku selama ini nahan obsesi aku ke kamu. Rasanya aku ingin mengurungmu di kamarku agar tidak ada cowok lain yang bisa melihat kecantikanmu. Bahkan pernah terlintas dalam benakku menjadikanmu milikku seutuhnya. Tapi aku gak ngelakuin itu karena takut kamu menjauh. Jadi jangan menjauhiku lagi ya sayang."Elisa merinding mendengar itu."Lo bercanda kan? ""Apakah wajahku terlihat bercanda sayang? " Samudra menatap lekat Elisa.Dalam pikiran Elisa sekarang, ia berusaha mencari cara agar bisa kabur dari Samudra. Sebuah ide terlintas di benaknya."Ananta." Samudra menaikkan sebelah alisnya bertanya. Merasa Samudra mulai lengah, Elisa menginjak kakinya lalu mendorong tubuh Samudra. Samudra mundur beberapa langkah. Dengan secepat kilat Elisa berlari menjauhi Samudra. Sebelum itu Elisa sempat berbicara."Jangan deketin gue."Samudra menatap kepergian Elisa. Sebenarnya injakkan kaki dari Elisa tidak sakit, ia terdorong pun karena leng
Samudra sudah berulang kali menghela nafas. Seingatnya terakhir kali ia dan Elisa masih baik-baik saja. Tapi sudah seminggu ini Elisa terlihat menjauhinya. Dewa terlihat kesal melihat Samudra yang sedari tadi menghela nafas."Lo kenapa sih Sam? " tanya Dewa"Gak.""Singkat amat jawabnya hebat sih Elisa mah pacaran sama lo."Ketika Dewa menyebutkan nama Elisa, Samudra menatap teman-temannya."Gue mau nanya.""Nanya apaan? " sahut Stevan yang masih fokus memainkan ponselnya. Ia sedang membalas pesan pacar barunya padahal Stevan baru putus dua hari lalu dari mantannya."Kenapa Elisa ngejauhin gue? " Mereka yang tadinya fokus ke kegiatan masing-masing mendadak berhenti dan menatap Samudra. Ternyata alasan Samudra terus menghela nafas karena Elisa menjauhinya."Lo buat salah kali." ujar Stevan."Elisa gak tahan sama sikap dingin lo." sahut Dewa"Dia udah gak mau sama lo mungkin." ucap Rafli"Cuek." ucap Sean."Lo gak seromantis gue." ujar Atlas."Mana mungkin gue kalah romantis sama lo." k
Elisa saat ini sedang berbaring di kasur empuknya. Ia baru saja selesai membersihkan diri. Ia menatap langit-langit kamarnya."Udah beberapa bulan gue di sini.""Sampai detik ini gue belum tau siapa antagonis pria di novel ini.""Masalahnya yang mencurigakannya ada dua orang.""Apa itu Rafli ya tapi masa sih dia.""Atau Arthur ya soalnya sikap dia aneh banget.""Tau ah pusing gue."Elisa berguling-guling ke kiri dan ke kanan. Mencari posisi yang enak untuk tidur. Sudah beberapa menit matanya tak kunjung terpejam. Elisa mendudukkan dirinya di kasur lalu mengambil ponsel yang berada di nakas. Ia ingin menelepon pacarnya. "Hallo.""Ada apa sayang? " Mendengar suara Samudra yang soft spoken membuat jantungnya berdebar kencang."Lagi ngapain? ""Lagi mikir.""Mikir? ""Mikirin kamu." Meski sudah sering Samudra melontarkan kata-kata manis tetap saja Elisa masih belum terbiasa."Aku susah tidur." Elisa mengalihkan pembicaraan."Coba keluar terus buka pintu apart.""Ngapain gak mau ah males.
Elisa baru saja keluar dari kelas. Hari ini adalah hari terakhir ujian. Elisa bisa bernafas lega karena ujian telah usai, itu artinya ia bisa bersantai. Elisa menunggu Lova selesai ujian, ia berdiri di depan kelas sambil memainkan ponselnya.Saat sedang bermain ponsel tiba-tiba Elisa teringat kejadian waktu itu, ketika ia memegang perut kotak-kotak Samudra. Semburat merah muncul di pipinya, Elisa tersenyum mengingat itu.Suara gaduh di depannya membuat ia mengalihkan pandanganya ke depan, lebih tepatnya kelas sebelah di sana ada Samudra, Sean, Stevan, Rafli dan cewek yang waktu itu. Senyum Elisa memudar melihat cewek itu bergelayut manja di tangan Samudra dan Sean. Kedua pemuda itu terlihat ingin menepis namun cukup susah karena cewek itu terlihat memegang tangan mereka erat."Maruk banget tuh cewek.""Ananta." panggil Elisa. Ia mendekat ke arah mereka. Lalu melepas tangan cewek itu yang berada di tangan Samudra dan Sean. Ia tak akan membiarkan cewek itu merebut pacarnya dan calon pac