Di ruangan dengan nuansa putih terlihat seorang gadis yang hendak tidur setelah selesai membaca novel kesukaannya. Novel itu sudah ia baca berulang kali namun ia tidak bosan karena ada tokoh favoritnya yaitu sang second male lead yang bernama Samudra Ananta Dominic. Dia melirik jam dinding, terlihat di sana sudah pukul dua dini hari.
"Gak kerasa udah jam segini, semoga malam ini mimpi ketemu Ananta. Ananta lo itu terlalu greenflag siapapun bisa suka sama lo. Ya kecuali Mira sih dia gak bisa liat cowok sebaik dan setulus Ananta. Lagian mata si Mira buta kali ya udah di selingkuhin terus selingkuhannya dilecehin sama Atlas gila sih Mira tetep mau nerima Atlas. Atlas juga redflag udah selingkuh ngelecehin pula terus cewek nya di tinggal, mana ceweknya sama lagi kayak gue namanya Elisa" gerutu Elisa Elisa mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi. Tak lama setelah itu terlihat banyak asap yang muncul. Gadis itu tetap tidur meskipun banyak asap di sekitarnya. Terasa bau asap yang mulai memasuki hidungnya. Elisa segera bangun dan berniat keluar dari kosannya. "Aduh ini pintu dimana sih kok gak ketemu-ketemu." ucap Elisa sambil melangkah tak tentu arah karena penglihatannya terhalang asap yang tebal. Karena banyak menghirup asap penyakit asmanya kambuh. Gadis itu terkulai lemas di lantai sambil memegang dadanya. Semakin lama dia mulai kehilangan kesadarannya. "Masa gue mati karena ini, ya gak bisa baca novel lagi. Semoga ayah sama bunda di Bandung gak terlalu sedih kehilangan gue." "Bye dunia, bye Ananta sayang." Elisa pun perlahan menutup matanya. Tak lama setelah itu terdengar suara dobrakkan pintu, muncul beberapa orang. Seorang wanita paruh baya mendekati Elisa yang tergeletak di lantai. Kemudian ia mengecek nadi gadis itu. "Innalillahi wa innalillahi rojiun, dia sudah meninggal." "Hubungi keluarganya di Bandung untuk segera datang ke sini." "Kasian ya masih muda tapi udah mati." "Hus gak boleh ngomong gitu." Begitulah omongan orang-orang yang sedang mengerubungi gadis yang sudah meninggal itu. Gadis itu bernama Elisa Keinna Joscelyn. Elisa merupakan seorang gadis cantik dan pintar yang sedang merantau di Jakarta untuk berkuliah di universitas bergengsi yang ada di sana. Elisa juga merupakan gadis yang suka membaca novel dan pecinta second male lead. Naasnya hidupnya hanya sebentar. Pada pagi hari terlihat cuaca yang mendung, seolah langit mengerti kesedihan yang diderita sepasang paruh baya yaitu orang tua Elisa yang menangis di depan nisan putri tercintanya. "Ayah putri kita Elisa udah gak ada. " tangis Bunda Rita pecah "Kita harus ikhlasin Elisa agar dia tenang di atas sana." ucap ayah Andra ****** Di dimensi lain, terlihat suasana ramai di sebuah kelas karena jamkos. Ada yang bernyanyi, ada yang gibah, ada yang main game, ada yang tidur, dan masih banyak lagi. Seorang gadis yang sedang tidur dengan berbantal tangan, tidak terusik dengan keramaian di sekitarnya. Sampai sebuah suara memanggilnya dan ada yang mengguncang tubuhnya. "Woy Elisa di panggil Atlas tuh suruh ke rooftop." teriak Dani yang sedang berdiri di pintu kelas. Karena tak kunjung bangun Lova selaku sahabat dan teman sebangku gadis itu, ia kemudian mengguncangkan tubuh sahabatnya. "Lisa bangun itu di panggil Atlas." "Lisa bangun woy." "ELISA" teriak Lova di dekat telinga gadis itu. "APA" teriak gadis itu sambil berdiri karena kaget. Seluruh siswa melihat kearah mereka. Sadar dengan situasi dengan cepat Lova menarik gadis itu agar duduk kembali. Melihat sekeliling gadis itu mulai merasa ada yang aneh. "Kok gue ada di sini bukannya tadi gue mati ya." bingung gadis itu. Yaps benar, gadis itu adalah Elisa Keinna Joscelyn yang mati karena kebakaran di kosannya. "Ngaco kamu, tuh di panggil Atlas suruh ke rooftop." ucap Lova "Atlas siapa? " "Atlas pacar kamu." "Gue gak punya pacar yang namanya Atlas. Tunggu ini kita di mana? " tanya Elisa "Ini di kelas XI IPA 1 kita baru aja naik kelas XI dua bulan lalu." "Lo siapa?" "Ih Sasa masa gak tau aku siapa, ini aku Davira Lovana Clarissa sahabat kamu." Elisa merasa familiar dengan nama itu, seperti nama tokoh figuran yang ada di novel kesukaannya. Untuk memastikan ia bertanya lagi kepada Lova. "Nama lengkap Atlas apa? " tanya Elisa "Atlas Reynand Fayroz, masa kamu lupa sama pacar sendiri. " "Nama gue siapa? " "Elisa Fredella Revalista. Kamu beneran gak inget? " tanya Lova cemas "Enggak gue cuman ngetes lo aja tau gak nama lengkap gue. " ujar Elisa sambil senyum terpaksa. Bagaimana ini Elisa masuk ke tubuh antagonis. 'Apes banget hidup gue masuk tubuh antagonis, tapi gak papa yang penting bisa dekat sama Ananta.' batin Elisa "Oh kirain kamu anemia." ucap Lova "Amnesia Lova." "Udah ganti ya." "Emang Amnesia dari sananya. " "Oh iya lupa, tadi kamu di panggil Atlas suruh ke rooftop. " "Anterin yu gue takut ke sana sendiri." "Gak mau Lova takut ketemu Atlas sama temen-temennya, biasanya juga kamu ke sana sendiri. " "Yaudah anterin sampai pintu rooftop aja." "Oke" Mereka pun pergi beriringan menuju rooftop. Sesampainya di pintu rooftop Lova pun berpamitan untuk kembali ke kelas. "Lova ke kelas lagi ya." ucap Lova "Lova temenin gue nyamperin Atlas ya." ujar Elisa memohon "Gak mau. " dengan cepat Lova meninggalkan Elisa di pintu rooftop Elisa memandang pintu itu ngeri. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan Atlas sang male lead di dunia novel yang berjudul "light in the midst of darkness", novel ini menceritakan tentang lika-liku hubungan sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang female lead yang bernama Mira Evania Quella merupakan sahabat masa kecil sang male lead yang bernama Atlas Reynand Fayroz yang merupakan ketua osis dan wakil ketua gang motor di sekolahnya. Benih-benih cinta yang terpendam mulai keluar. Karena tidak kuat dengan hubungan mereka yang friendzone, mereka pun berpacaran. Sampai ketika kenaikan kelas 11 Mira pindah karena mengikuti ayahnya yang bekerja di luar kota. Meskipun begitu mereka tetap pacaran meskipun LDR. Semenjak Mira pindah hubungan mereka mulai renggang. Perlahan cinta Atlas untuk Mira mulai memudar. Cerita tak akan seru jika tidak ada antagonis. Antagonis yang merusak hubungan mereka adalah Elisa Fredella Revalista. Elisa yang menyukai Atlas dari pertama masuk sekolah terus mengejar cinta Atlas. Sampai ketika ia mendengar bahwa Atlas berpacaran ia masih mengejar Atlas meskipun di tolak. Dua bulan setelah Mira pindah, Atlas pun menjadikan Elisa pacarnya tanpa sepengetahuan Mira. Elisa di jadikan sebagai pelampiasan saat hubungannya dengan Mira sedang renggang. Satu tahun kemudian tepatnya pada saat awal kelas 12 , Mira di kabarkan akan pindah lagi ke JAKARTA INTERCULTURAL SCHOOL. Mendengar kabar itu Atlas pun segera memutuskan hubungannya dengan Elisa. Sebenarnya Mira pindah lagi ke sini karena mengetahui dari sang second male lead sekaligus ketua gang motor Asterioz yang bernama Samudra Ananta Dominic bahwa Atlas berselingkuh. Samudra memberi tahu Mira kebusukan Atlas karena menurutnya Atlas seperti ayahnya yang berselingkuh. Mira yang mendengar itu memutuskan hubungannya dengan Atlas, Atlas tidak terima dengan keputusan Mira pun mengatakan bahwa Elisa yang menggoda nya dengan menyerahkan tubuhnya. Mira yang mendengar itu pun sedih karena Atlas telah mengkhianati nya tetapi Mira tetap memaafkan Atlas. Pada saat bersamaan terdengar kabar bahwa bunda Samudra meninggal dunia karena penyakit yang di deritanya. Di sana lah Samudra sangat terpuruk karena satu-satunya cahaya hidupnya pergi. Samudra duduk termenung di nisan bundanya, ia merasa ada yang mengelus bahunya terlihat Mira tersenyum dan mulai menenangkannya. Sejak saat itu Samudra mulai menyukai Mira. Mira adalah cahaya di hidupnya di saat tidak ada lagi yang ia harapkan di dunia ini. Ketika ia di siksa oleh ayahnya, Mira selalu datang mengobatinya. Atlas yang melihat itu cemburu dan menyuruh Mira agar tidak dekat-dekat dengan Samudra. Elisa yang melihat Atlas dan Mira semakin dekat mulai merencanakan sesuatu yaitu mengaku hamil anak Atlas. Mira yang mendengar itu marah dan menjauhi Atlas. Atlas yang marah karena di fitnah membunuh Elisa dengan mendorong Elisa ke jalan raya. Terlihat motor yang di kendarai oleh Samudra hampir menabrak Elisa. Dengan cepat samudra membelok ke arah kanan, kemudian Samudra menabrak jembatan pembatas. Selang beberapa menit terlihat mobil yang di kendarai oleh anak buah Atlas menabrak Elisa. Samudra dan Elisa pun di nyatakan meninggal dunia. Hubungan Atlas dan Mira pun tidak ada yang mengganggu. Mereka pun hidup bahagia Tamat. Elisa yang mengingat itu pun bergidik ngeri. Elisa membuka pintu itu, terlihat enam pemuda sedang berkumpul di sana. Enam pemuda itu adalah Samudra Ananta Dominic sang ketua, Atlas Reynand Fayroz sang wakil ketua, Dewa Aster Bagasgara si pecicilan, Rafli Febian Abraham si mulut cabe, Stevan Jovin Wijaya si playboy kelas kakap, dan Arseano Edmund Pradipta si cuek. Mereka merupakan inti anggota gang motor Asterioz. Tatapan Elisa tertuju kepada pemuda yang sedang memainkan ponselnya. Dengan perlahan Elisa berjalan mendekati mereka. Enam pemuda yang fokus dengan kegiatan masing-masing terusik dengan kehadiran seorang gadis yang mendekati mereka. "El tumben datangnya telat biasanya pagi-pagi udah meluk Atlas." ucap Rafli sinis "Iya biasanya langsung datang begitu di panggil Atlas." ujar Dewa "Sini El duduk di samping aku." ucap Atlas sambil menepuk tempat yang kosong di sebelahnya. Elisa menghiraukan omongan mereka. Dia dengan perlahan mendekati Atlas. Elisa berencana memutuskan hubungan mereka karena mana mau dia jadi yang kedua, mending sama Samudra alias Ananta my luv. "Gue mau ngomong sesuatu. " ucap Elisa setelah duduk di samping Atlas "Tumben gak pake aku-kamu, mau ngomong apa sayang? " ucap Atlas lembut sambil memegang tangan Elisa. "Gue mau kita putus.""Gue mau kita putus." ucap Elisa enteng sambil melepas genggaman Atlas. "Gak mau." jawab Atlas kembali memegang tangan Elisa erat. "Pokoknya harus mau.""Kenapa tiba-tiba minta putus aku salah apa kita baru aja jadian kemarin.""Lo gak salah apa-apa, setelah dipikir-pikir gue gak mau jadi selingkuhan.""Yaudah aku putusin Mira kamu jadi yang satu-satunya." "Lo gila hah kasian Mira." ucap Elisa marah"Ini Elisa kesambet apa ya kok tiba-tiba jadi orang bener." bisik Stevan "Entahlah mana saya tau saya kan ikan" bisik Dewa. Stevan mendengus mendengar bisikan Dewa. Sejenak Atlas ingat bahwa Mira adalah sahabat sekaligus pacarnya. Mana mungkin ia menyakiti perasaan Mira lagi. Atlas bingung karena ia mulai menyukai Elisa. Sedangkan perasaannya terhadap Mira juga masih ada. "Gue gak mau putus, gue udah mulai suka sama lo." ucap Atlas semakin menggenggam erat tangan Elisa terlihat kemerahan di tangan Elisa yang putih mulus. "Lepasin tangan gue, gue tau lo cuman jadiin gue pelampiasan,
"Ananta" ucap Elisa kaget Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa"Ya" balas Samudra singkatSetelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samud
"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Gak mau." balas Elisa"Harus mau." paksa Atlas"Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- ""Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa"Hm" balas Samudra "Makasih""Hm"Elisa yang mendengar S
"Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa. "Mana aku tau." balas Lova"Iya juga ya masa gue cerita yang kayak begituan sama lo." ucap Elisa"Daripada mikirin yang kayak gitu mending kamu istirahat." ucap Lova"Iya." jawab Elisa sambil membaringkan tubuhnya. Di sisi lain tepatnya di sebuah kelas yang tampak hening karena seorang guru yang terkenal killer sedang mengajar. Berbanding terbalik dengan para murid yang ketakutan ada dua manusia yang sibuk dengan perdebatannya. "Lo jauhin Elisa." ucap Atlas"Lo yang harusnya ngejauhin dia." balas Samudra"Kenapa gue? ""Lo hampir lecehin dia""Asal lo tau gue sama Elisa udah ciuman bahkan lebih." dusta Atlas"Gue gak percaya." ucap Samudra"Kenapa lo gak percaya? " tanya Atlas"Lo aja gak pernah mau sentuh dia sebelum kalian pacaran.""Shit." umpat Atlas karena kebohongannya diketahui oleh Samudra. Atlas jadi teringat akan respon Elisa, kenapa Elisa marah ketika ia mengatakan gurauan itu. Harusnya gadis itu b
"Ananta" panggil Elisa. Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Boleh nanya gak? " tanya Elisa"Hm" balas Samudra"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban. "Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta. "Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan. "Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya. "Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli. "E
Elisa telah menyelesaikan tugas lalu kembali ke bangkunya tak lupa berterima kasih kepada Samudra yang telah membantunya mengerjakan tugas. Baru juga duduk bukunya langsung di ambil oleh Lova. "Lisa aku liat ya." ucap Lova"Iya" balas Elisa"Makasih Lisa.""Sama-sama"Kringgg... Kringg...Bel pulang sudah berbunyi para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Elisa sedang membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, Lova sudah pulang duluan katanya ia ada urusan. Kelas sudah lumayan sepi hanya beberapa orang yang masih ada di kelas. Elisa melihat ke bangku Samudra dkk ternyata mereka sudah tidak ada, ia baru ingat mereka keluar begitu Elisa kembali ke bangkunya. Elisa berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah. Padahal Elisa berniat nebeng ke Samudra agar ia lebih dekat dengan kesayangannya. Elisa tak berharap lebih, memang tadinya ia berniat ingin menjadi pacar Samudra namun ia tidak tau apakah ia akan terus berada di tubuh Elisa atau tidak mu
"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla"Gak bun." ucap Samudra"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta.""Maksudnya teman tapi mesra kan? ""Ih bundaa." rengek SamudraBunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian mas
Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa
Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga
Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa
Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m
Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru
Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B
Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap
Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen
Tidak terasa sudah tiga hari berlalu kini kini cedera di bahu Elisa sudah sembuh. Hari ini adalah hari minggu hari yang cocok untuk bermalas-malasan setelah menjalani hari yang melelahkan karena mengerjakan tugas. Namun hari ini sama saja karena Elisa akan mengerjakan tugas bedanya tugas ini berkelompok. Mereka akan kerja kelompok di apartemen nya. Elisa sedang menyiapkan makanan dan cemilan agar mereka tidak kelaparan. Terdengar suara bel pintu, Elisa pun segera membukanya langsung tanpa melihat siapa yang datang ia kira Samudra yang datang namun perkiraan nya salah. "Arthur" kaget ElisaFlashback onSebentar lagi jam pelajaran hampir selesai. Para murid tak sabar menunggu bel berbunyi. "Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas tapi sebelum itu ibu akan bagi kelompok.""Untuk kelompok 1 ada Mira, Atlas, stevan, Aiza, Bintang, dan Bunga.""Kelompok 2 ada Elisa, Lova, Samudra, Sean, dan Arthur."Dan seterusnya. Elisa tak menyangka akan sekelompok dengan Arthur. "Kita sekelompok sama
Hari ini Elisa sudah siap sekolah, meski masih menggunakan penyangga bahu. Ia sedang berjalan bersama Samudra menuju basement. "Kamu yakin mau sekolah? ""Iya lagian aku udah gapapa.""Gapapa gimana bahu kamu masih cedera sayang.""Kalau gak sekolah bosan tau di apartemen.""Oke tapi nanti kalau sakit bilang sama aku ya.""Siap kapten." ucap Elisa sambil memberikan hormat kepada Samudra yang membuat Samudra tertawa. Elisa yang melihat itu di buat takjub Samudra terlihat berkali lipat lebih tampan saat tertawa. "Lucu banget pacar siapa sih? ""Pacar Ananta."Samudra yang mendengar itu tersenyum. Tak terasa kini mereka sudah berada di basement. Namun Elisa heran kenapa Samudra mendekati mobil bukan motornya. "Gak naik motor? ""Gak selama kamu sakit kita berangkat naik mobil."Setelah mengatakan itu Samudra berjalan menuju mobilnya, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Elisa. Setelah Elisa masuk, Samudra pun masuk ke mobil. Sebelum menjalankan mobil Samudra mendekati Elisa. Saat