Share

Chapter 4 - Telat

"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas

"Gak mau." balas Elisa

"Harus mau." paksa Atlas

"Dih kenapa lo maksa."

"Elisa plis aku masih say- "

"Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas.

Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan.

"Ananta" ucap Elisa

"Hm" balas Samudra

"Makasih"

"Hm"

Elisa yang mendengar Samudra hanya berdehem mendengus kesal. Lama kelamaan Elisa merasa pusing, ia baru ingat belum sarapan. Elisa pun perlahan mulai tak sadarkan diri, ia pun ambruk untung saja Samudra dengan sigap memeluknya. Samudra pun menggendong Elisa ala bridal style. Kemudian ia berjalan menuju UKS.

Di perjalanan Samudra berpapasan dengan Atlas yang baru saja keluar dari ruang osis. Atlas menghadang jalannya.

"Elisa kenapa? " tanya Atlas

"Pingsan." balas Samudra

"Sini biar gue aja yang gendong Elisa."

"Gue aja tanggung udah dekat."

"Gue aja." paksa Atlas

"Oke" Samudra pun mengalah memberikan Elisa kepada Atlas.

"Sam tolong beliin bubur buat Elisa kayaknya dia belum sarapan."

"Hm"

Mereka pun berjalan berlawanan arah. Sampailah Atlas di UKS, di sana terlihat sepi sepertinya dokter dan PMR yang berjaga belum ke sini. Dengan perlahan Atlas mulai meletakkan Elisa di brangkar. Atlas memandang wajah gadis yang selalu ada di pikirannya, Atlas menyesal karena menyetujui keputusan Elisa yang meminta putus. Atlas bukan lagi menyukai Elisa tapi mencintainya mungkin lebih?

Lama kelamaan memandang wajah Elisa terlintas pikiran gilanya. Atlas memandang bibir tipis Elisa yang pucat, ia melihat ke segala arah memastikan tidak ada orang. Dengan perlahan Atlas mendekatkan wajahnya ke wajah Elisa, sampai ketika bibir mereka hanya berjarak beberapa senti.

Bugh

"LO GILA." bentak Samudra setelah memukul wajah Atlas lalu menarik kerah seragamnya.

Samudra baru saja kembali dari kantin setelah membeli bubur untuk Elisa. Saat ia membuka pintu UKS terlihat Atlas yang hampir mencium Elisa yang masih pingsan. Atlas terkekeh sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah lalu menepis tangan Samudra yang berada di kerahnya.

"Bukan urusan lo." tekan Atlas

"Lo udah keterlaluan." balas Samudra

Elisa merasa terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Perlahan ia bangun sambil memegang kepalanya yang pusing. Elisa menatap Samudra dan Atlas bergantian.

"Gue kenapa? " tanya Elisa

"Kamu pingsan sayang." ucap Atlas mendekati Elisa

"Oh kenapa bibir lo berdarah? " tanya Elisa melihat sudut bibir Atlas berdarah.

"Dia mukul aku." jawab Atlas menunjuk Samudra.

"Atlas mau cium lo." balas Samudra sambil menatap Elisa.

"Hah lo gila ya." marah Elisa

"Iya aku tergila-gila sama kamu." ucap Atlas

"Dih sinting nih anak." sinis Elisa. Atlas mendekatkan mulutnya di telinga Elisa.

"Kamu gak perlu marah-marah sayang kita bahkan pernah lebih dari itu." bisik Atlas di telinga Elisa. Elisa yang mendengar itu merinding. Segera ia menjauhkan wajahnya dari wajah Atlas.

"Lo pergi." ucap Elisa menatap marah Atlas.

Samudra menarik Atlas agar menjauh dari Elisa. Samudra pun menyerahkan bubur yang telah dibelinya.

"Makan." ucap Samudra

"Makasih Ananta." ucap Elisa sambil tersenyum

"Kamu jangan senyum ke Samudra." ucap Atlas.

"Serah gue lah pergi lo." ujar Elisa

"Oke aku pergi tapi samudra juga pergi." ucap Atlas sambil menyeret Samudra untuk pergi.

"Gue bilangin ke guru lo sakit nanti gue panggil Lova biar lo gak sendiri." ucap Samudra di depan pintu kemudian ia di seret Atlas. Elisa menatap kepergian Samudra takjub itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Samudra ucapkan.

Setelah kepergian mereka, Elisa pun memakan bubur pemberian sang pujaan hati. Tak berselang lama datang seorang dokter yang bertugas di UKS. Dokter itu pun memeriksa tubuh Elisa.

"Kamu hanya kecapean tidak ada yang di khawatirkan lain kali sebelum berangkat sempetin sarapan." ucap dokter itu.

"Iya dok." balas Elisa

Tak lama setelah itu pintu UKS terbuka menampilkan Lova yang ngos-ngosan.

"Kamu gak papa? " tanya Lova kemudian meminum air putih yang ada di nakas samping brangkar Elisa.

"Gak papa tadi cuman pingsan." jawab Elisa

"Tau gak tadi aku kaget Samudra hampirin meja aku dia bilang kamu pingsan dan suruh aku kesini temenin kamu, tanpa di suruh pun aku mau." ucap Lova

"Wah Ananta perhatian ya." ucap Elisa sambil tersenyum bahagia.

"Kamu pindah haluan ya dari suka Atlas sekarang suka Samudra? " tanya Lova.

"Iya" balas Elisa

"Bisa-bisanya kamu suka sama orang serem kayak mereka." ucap Lova

"Eh Lova aku mau tanya." ucap Elisa tiba-tiba ingat perkataan Atlas tadi.

"tanya apa? " ucap Lova

"Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status