"Ananta" ucap Elisa kaget
Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa "Ya" balas Samudra singkat Setelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samudra membuka pintu. "Ngapain lo." ucap Samudra "Boleh minta nomor hp lo." ujar Elisa "Buat apa? " "Gak boleh ya? " tanya Elisa memelas Karena Samudra ingin segera beristirahat, Samudra memberikan nomor hp nya. Elisa sangat senang karena di kontak hp nya hanya ada kontak Atlas, Lova, oma dan opanya. Dengan begini ia semakin mudah mendekati Samudra. "Makasih Ananta." "Hm" Setelah itu Samudra menutup pintu. Elisa berjalan ke arah lift untuk pergi ke minimarket. Kini Elisa sudah kembali ke apartemennya dengan membawa dua kresek yang berisi mie dan camilan. Tak butuh waktu lama mie goreng pun sudah habis di makan Elisa. Elisa berjalan kearah balkon, Elisa memandang langit malam yang sangat indah dengan taburan bintang. Ketika sedang menikmati keindahan langit, tercium bau asap rokok. Elisa menoleh ke arah samping terlihat Samudra yang sedang menghisap rokok. Samudra terlihat tampan dengan kaos hitam yang di pakainya. Elisa terus memandang Samudra tanpa kedip, Merasa ada yang melihatnya Samudra pun menoleh terlihat Elisa yang sedang memandangnya. Mereka pun saling tatap untuk beberapa detik, sampai tatapan itu terputus ketika Samudra mematikan rokoknya dan kembali masuk ke dalam apartemennya. Elisa pun kembali masuk. Kini Elisa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Elisa teringat tentang kisah hidup seorang Samudra Ananta Dominic. Samudra yang merupakan anak tunggal di tuntut sempurna oleh sang ayah. Tak jarang ia mendapati kekerasan yang didapat dari sang ayah jika ia mendapat nilai yang tidak sempurna. Itu membuat Samudra tumbuh menjadi pribadi yang dingin, namun karena masih ada sang bunda yang selalu berada di sampingnya, Samudra bisa bertahan. Sampai ketika ia memasuki kelas 11 bundanya dilarikan ke rumah sakit karena penyakit jantung yang di deritanya, Samudra sedih karena bundanya kembali masuk rumah sakit. Samudra benci kepada ayahnya karena tidak mau menemani sang bunda. Kebencian Samudra semakin besar ketika sang ayah berselingkuh dengan banyak wanita, Samudra pun memutuskan untuk tinggal di apartemennya, sesekali ia menginap di markas. Ia menganggap gang motor Asterioz sebagai rumah keduanya. Samudra kembali sedih ketika sang bunda meninggalkanya. Sejak saat itu ia kadang merasa kesepian meskipun ada sahabat-sahabatnya. Sampai ketika Mira datang Samudra mulai merasa lebih baik karena Mira ada di setiap ia membutuhkan seseorang sebagai penenang. Samudra dingin kepada perempuan tapi ia tak pernah bermain kasar. Samudra kembali hancur ketika Mira mulai menjauh darinya. Pada akhirnya Samudra meninggal karena memilih mengorbankan dirinya. Mengingat itu Elisa sedih ia bertekad membuat Samudra bahagia. ****** Sinar matahari menyinari seorang gadis yang masih tertidur. Dengan perlahan mata Elisa mulai terbuka, kemudian ia melirik jam weker yang ada di nakas samping kasurnya. Mata Elisa melotot melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 kurang seperempat. Dengan cepat Elisa mandi dan bersiap-siap. Tak butuh waktu lama Elisa sudah siap dengan seragam sekolahnya. Elisa membuka pintu apartemennya, berbarengan dengan itu Samudra juga baru saja keluar. Dengan cepat Elisa memegang tangan Samudra. "Ananta bareng ya." ucap Elisa memelas "Gak" balas Samudra "Nanti gue telat." "Bukan urusan gue." "Ih Ananta plis." rengek Elisa "Gak" "Ananta jahat banget." Elisa pun pergi dengan menghentak-hentakan kakinya. Melihat itu Samudra tersenyum tipis. Menyadari tingkahnya dengan cepat raut wajahnya kembali datar. Samudra berjalan menuju basement, setelah sampai Samudra segera menaiki motor sport nya kemudian menjalankan nya. Di depan apartemen terlihat Elisa yang sibuk menunggu angkutan umum namun tak kunjung ada. Karena tidak tega Samudra pun mendekati Elisa. "Naik" ucap Samudra "Naik apa." balas Elisa bingung. "Naik atau gue tinggal." "Bisa gak kalo ngomong itu yang jelas." omel Elisa "Ck cepet naik ke motor gue." "Gitu kek daritadi." "Pake" ucap Samudra sambil menyodorkan helm. "Iya" Elisa pun naik ke jok belakang motor. Samudra menoleh ke belakang terlihat rok Elisa yang tersingkap memperlihatkan paha gadis itu. Samudra pun melepas jaket kebanggaannya dan memberikannya kepada Elisa. "Buat apa." tanya Elisa bingung "Buat nutupin paha lo." balas Samudra. Mendengar itu Elisa merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya, Elisa pun memakainya. Samudra mulai menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Karena takut jatuh Elisa pun melingkarkan tangannya di perut Samudra. Samudra merasakan ada yang memeluknya. "Jangan peluk gue." ucap Samudra "Gak mau nanti gue jatuh." balas Elisa Mendengar itu pun Samudra membiarkan Elisa memeluknya. Elisa yang merasa tidak ada lagi penolakan dari Samudra semakin erat memeluknya dan menyenderkan kepalanya di punggung kekar Samudra. Tidak terasa mereka sudah sampai di sekolah. Mereka telat karena gerbang sudah di tutup dan terlihat anak osis yang sedang bertugas. Samudra berniat kembali menjalankan motornya untuk ke pintu belakang, namun pergerakkannya di hentikan oleh sang ketua osis yang tak lain dan tak bukan adalah Atlas. Atlas cemburu melihat Elisa yang sedang memeluk Samudra. Samudra yang menyadari tatapan Atlas pun melepaskan lilitan tangan Elisa. "Lo ngapain berangkat bareng Elisa." tanya Atlas cemburu. "Terserah gue mau berangkat sama siapa." bukannya Samudra yang menjawab melainkan Elisa. Atlas yang mendengar itu menyuruh Elisa turun dan menyeretnya. Elisa yang tidak terima di seret memberontak untuk melepaskan cekalan Atlas. Atlas semakin erat memegang tangan Elisa. Samudra yang melihat itu melepaskan cekalan Atlas. "Jangan kasar." ucap Samudra "Bukan urusan lo." ucap Atlas menatap tajam Samudra. "Ngapain lo nyeret gue." marah Elisa "Gue cemburu lo peluk Samudra." balas Atlas "Kita bukan siapa-siapa lagi Atlas." ucap Elisa "Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Gak mau." balas Elisa"Harus mau." paksa Atlas"Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- ""Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa"Hm" balas Samudra "Makasih""Hm"Elisa yang mendengar S
"Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa. "Mana aku tau." balas Lova"Iya juga ya masa gue cerita yang kayak begituan sama lo." ucap Elisa"Daripada mikirin yang kayak gitu mending kamu istirahat." ucap Lova"Iya." jawab Elisa sambil membaringkan tubuhnya. Di sisi lain tepatnya di sebuah kelas yang tampak hening karena seorang guru yang terkenal killer sedang mengajar. Berbanding terbalik dengan para murid yang ketakutan ada dua manusia yang sibuk dengan perdebatannya. "Lo jauhin Elisa." ucap Atlas"Lo yang harusnya ngejauhin dia." balas Samudra"Kenapa gue? ""Lo hampir lecehin dia""Asal lo tau gue sama Elisa udah ciuman bahkan lebih." dusta Atlas"Gue gak percaya." ucap Samudra"Kenapa lo gak percaya? " tanya Atlas"Lo aja gak pernah mau sentuh dia sebelum kalian pacaran.""Shit." umpat Atlas karena kebohongannya diketahui oleh Samudra. Atlas jadi teringat akan respon Elisa, kenapa Elisa marah ketika ia mengatakan gurauan itu. Harusnya gadis itu b
"Ananta" panggil Elisa. Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Boleh nanya gak? " tanya Elisa"Hm" balas Samudra"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban. "Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta. "Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan. "Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya. "Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli. "E
Elisa telah menyelesaikan tugas lalu kembali ke bangkunya tak lupa berterima kasih kepada Samudra yang telah membantunya mengerjakan tugas. Baru juga duduk bukunya langsung di ambil oleh Lova. "Lisa aku liat ya." ucap Lova"Iya" balas Elisa"Makasih Lisa.""Sama-sama"Kringgg... Kringg...Bel pulang sudah berbunyi para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Elisa sedang membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, Lova sudah pulang duluan katanya ia ada urusan. Kelas sudah lumayan sepi hanya beberapa orang yang masih ada di kelas. Elisa melihat ke bangku Samudra dkk ternyata mereka sudah tidak ada, ia baru ingat mereka keluar begitu Elisa kembali ke bangkunya. Elisa berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah. Padahal Elisa berniat nebeng ke Samudra agar ia lebih dekat dengan kesayangannya. Elisa tak berharap lebih, memang tadinya ia berniat ingin menjadi pacar Samudra namun ia tidak tau apakah ia akan terus berada di tubuh Elisa atau tidak mu
"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla"Gak bun." ucap Samudra"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta.""Maksudnya teman tapi mesra kan? ""Ih bundaa." rengek SamudraBunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian mas
Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa
Tanpa di duga seseorang datang menghampiri mereka. "Elisa" panggil AtlasSamudra dan Elisa menoleh ke depan di sana berdiri Atlas memandang mereka tak suka. "Apa? " tanya Elisa malas"Ngapain lo berduaan sama Samudra." ucap Atlas cemburu"Terserah gue lah.""Gue gak suka.""Emang gue peduli.""Lo jauhin Samudra.""Siapa lo nyuruh-nyuruh gue.""Gue mantan lo.""Cuman mantan gak usah sok ngatur deh." Samudra hanya menatap datar pertikaian mereka. Sampai ia merasakan tangan mungil memegang tangannya dengan erat. Samudra rasa jantungnya berdebar, tanpa mereka sadari telinga Samudra memerah. "Ayo Ananta kita pergi." ucap Elisa sambil memegang tangan Samudra. "Hm" "Gue lapar makan dulu bubur ayam ya.""Ya"Pergerakkan mereka terhenti ketika Atlas menghalangi jalan mereka. "Gue ikut." ucap Atlas"Ck terserah." ujar ElisaMereka berjalan beriringan menuju ke tempat jualan bubur ayam. "Elisa" panggil Atlas"Apa?" tanya Elisa tanpa melihat Atlas"Gue juga mau di pegang tangannya sama lo
Hari ini Elisa bangun lebih pagi karena ia tidak mau kesiangan lagi, apalagi hari ini adalah hari senin yang dimana semua sekolah mengadakan upacara bendera. Elisa sudah siap dengan seragam yang membalut tubuhnya. Ia pun memasukan buku ke dalam tas sesuai jadwal pelajaran. Elisa menuju ke dapur, ia akan memasak untung saja kemarin ia sudah belanja membeli kebutuhan pokok dan camilan. Terlihat kulkas yang kosong kini sudah penuh dengan berbagai makanan. Elisa sudah mengambil bahan-bahan lalu mulai memasak, ia berencana membuat nasi goreng seafood. Elisa yang asli mungkin tidak bisa memasak untung saja Elisa yang sekarang bisa memasak karena ia merupakan anak kos yang harus serba bisa. Mengingat masa lalunya Elisa jadi merindukan ayah dan bundanya, di sini ia tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua karena kedua orang tua Elisa yang asli sudah tiada. Semoga ayah dan bunda tidak berlarut dalam kesedihan setelah kepergiannya. Masakan Elisa kini sudah jadi ia menuangkan nasi goreng sea