Share

Chapter 3 - Samudra Ananta Dominic

"Ananta" ucap Elisa kaget

Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini.

"Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa

"Ya" balas Samudra singkat

Setelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samudra membuka pintu.

"Ngapain lo." ucap Samudra

"Boleh minta nomor hp lo." ujar Elisa

"Buat apa? "

"Gak boleh ya? " tanya Elisa memelas

Karena Samudra ingin segera beristirahat, Samudra memberikan nomor hp nya. Elisa sangat senang karena di kontak hp nya hanya ada kontak Atlas, Lova, oma dan opanya. Dengan begini ia semakin mudah mendekati Samudra.

"Makasih Ananta."

"Hm"

Setelah itu Samudra menutup pintu. Elisa berjalan ke arah lift untuk pergi ke minimarket. Kini Elisa sudah kembali ke apartemennya dengan membawa dua kresek yang berisi mie dan camilan. Tak butuh waktu lama mie goreng pun sudah habis di makan Elisa.

Elisa berjalan kearah balkon, Elisa memandang langit malam yang sangat indah dengan taburan bintang.

Ketika sedang menikmati keindahan langit, tercium bau asap rokok. Elisa menoleh ke arah samping terlihat Samudra yang sedang menghisap rokok. Samudra terlihat tampan dengan kaos hitam yang di pakainya. Elisa terus memandang Samudra tanpa kedip, Merasa ada yang melihatnya Samudra pun menoleh terlihat Elisa yang sedang memandangnya. Mereka pun saling tatap untuk beberapa detik, sampai tatapan itu terputus ketika Samudra mematikan rokoknya dan kembali masuk ke dalam apartemennya. Elisa pun kembali masuk.

Kini Elisa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Elisa teringat tentang kisah hidup seorang Samudra Ananta Dominic. Samudra yang merupakan anak tunggal di tuntut sempurna oleh sang ayah. Tak jarang ia mendapati kekerasan yang didapat dari sang ayah jika ia mendapat nilai yang tidak sempurna. Itu membuat Samudra tumbuh menjadi pribadi yang dingin, namun karena masih ada sang bunda yang selalu berada di sampingnya, Samudra bisa bertahan. Sampai ketika ia memasuki kelas 11 bundanya dilarikan ke rumah sakit karena penyakit jantung yang di deritanya, Samudra sedih karena bundanya kembali masuk rumah sakit. Samudra benci kepada ayahnya karena tidak mau menemani sang bunda. Kebencian Samudra semakin besar ketika sang ayah berselingkuh dengan banyak wanita, Samudra pun memutuskan untuk tinggal di apartemennya, sesekali ia menginap di markas. Ia menganggap gang motor Asterioz sebagai rumah keduanya. Samudra kembali sedih ketika sang bunda meninggalkanya. Sejak saat itu ia kadang merasa kesepian meskipun ada sahabat-sahabatnya. Sampai ketika Mira datang Samudra mulai merasa lebih baik karena Mira ada di setiap ia membutuhkan seseorang sebagai penenang. Samudra dingin kepada perempuan tapi ia tak pernah bermain kasar. Samudra kembali hancur ketika Mira mulai menjauh darinya. Pada akhirnya Samudra meninggal karena memilih mengorbankan dirinya. Mengingat itu Elisa sedih ia bertekad membuat Samudra bahagia.

******

Sinar matahari menyinari seorang gadis yang masih tertidur. Dengan perlahan mata Elisa mulai terbuka, kemudian ia melirik jam weker yang ada di nakas samping kasurnya. Mata Elisa melotot melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 kurang seperempat. Dengan cepat Elisa mandi dan bersiap-siap. Tak butuh waktu lama Elisa sudah siap dengan seragam sekolahnya. Elisa membuka pintu apartemennya, berbarengan dengan itu Samudra juga baru saja keluar. Dengan cepat Elisa memegang tangan Samudra.

"Ananta bareng ya." ucap Elisa memelas

"Gak" balas Samudra

"Nanti gue telat."

"Bukan urusan gue."

"Ih Ananta plis." rengek Elisa

"Gak"

"Ananta jahat banget." Elisa pun pergi dengan menghentak-hentakan kakinya.

Melihat itu Samudra tersenyum tipis. Menyadari tingkahnya dengan cepat raut wajahnya kembali datar. Samudra berjalan menuju basement, setelah sampai Samudra segera menaiki motor sport nya kemudian menjalankan nya. Di depan apartemen terlihat Elisa yang sibuk menunggu angkutan umum namun tak kunjung ada. Karena tidak tega Samudra pun mendekati Elisa.

"Naik" ucap Samudra

"Naik apa." balas Elisa bingung.

"Naik atau gue tinggal."

"Bisa gak kalo ngomong itu yang jelas." omel Elisa

"Ck cepet naik ke motor gue."

"Gitu kek daritadi."

"Pake" ucap Samudra sambil menyodorkan helm.

"Iya"

Elisa pun naik ke jok belakang motor. Samudra menoleh ke belakang terlihat rok Elisa yang tersingkap memperlihatkan paha gadis itu. Samudra pun melepas jaket kebanggaannya dan memberikannya kepada Elisa.

"Buat apa." tanya Elisa bingung

"Buat nutupin paha lo." balas Samudra.

Mendengar itu Elisa merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya, Elisa pun memakainya. Samudra mulai menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Karena takut jatuh Elisa pun melingkarkan tangannya di perut Samudra. Samudra merasakan ada yang memeluknya.

"Jangan peluk gue." ucap Samudra

"Gak mau nanti gue jatuh." balas Elisa

Mendengar itu pun Samudra membiarkan Elisa memeluknya. Elisa yang merasa tidak ada lagi penolakan dari Samudra semakin erat memeluknya dan menyenderkan kepalanya di punggung kekar Samudra.

Tidak terasa mereka sudah sampai di sekolah. Mereka telat karena gerbang sudah di tutup dan terlihat anak osis yang sedang bertugas. Samudra berniat kembali menjalankan motornya untuk ke pintu belakang, namun pergerakkannya di hentikan oleh sang ketua osis yang tak lain dan tak bukan adalah Atlas. Atlas cemburu melihat Elisa yang sedang memeluk Samudra. Samudra yang menyadari tatapan Atlas pun melepaskan lilitan tangan Elisa.

"Lo ngapain berangkat bareng Elisa." tanya Atlas cemburu.

"Terserah gue mau berangkat sama siapa." bukannya Samudra yang menjawab melainkan Elisa.

Atlas yang mendengar itu menyuruh Elisa turun dan menyeretnya. Elisa yang tidak terima di seret memberontak untuk melepaskan cekalan Atlas. Atlas semakin erat memegang tangan Elisa. Samudra yang melihat itu melepaskan cekalan Atlas.

"Jangan kasar." ucap Samudra

"Bukan urusan lo." ucap Atlas menatap tajam Samudra.

"Ngapain lo nyeret gue." marah Elisa

"Gue cemburu lo peluk Samudra." balas Atlas

"Kita bukan siapa-siapa lagi Atlas." ucap Elisa

"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status