Share

Chapter 2 - Putus?

Penulis: Echa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Gue mau kita putus." ucap Elisa enteng sambil melepas genggaman Atlas.

"Gak mau." jawab Atlas kembali memegang tangan Elisa erat.

"Pokoknya harus mau."

"Kenapa tiba-tiba minta putus aku salah apa kita baru aja jadian kemarin."

"Lo gak salah apa-apa, setelah dipikir-pikir gue gak mau jadi selingkuhan."

"Yaudah aku putusin Mira kamu jadi yang satu-satunya."

"Lo gila hah kasian Mira." ucap Elisa marah

"Ini Elisa kesambet apa ya kok tiba-tiba jadi orang bener." bisik Stevan

"Entahlah mana saya tau saya kan ikan" bisik Dewa. Stevan mendengus mendengar bisikan Dewa.

Sejenak Atlas ingat bahwa Mira adalah sahabat sekaligus pacarnya. Mana mungkin ia menyakiti perasaan Mira lagi. Atlas bingung karena ia mulai menyukai Elisa. Sedangkan perasaannya terhadap Mira juga masih ada.

"Gue gak mau putus, gue udah mulai suka sama lo." ucap Atlas semakin menggenggam erat tangan Elisa terlihat kemerahan di tangan Elisa yang putih mulus.

"Lepasin tangan gue, gue tau lo cuman jadiin gue pelampiasan, gue cuman jadi pengganti di saat Mira gak ada." marah Elisa sambil mencoba melepaskan genggaman Atlas.

"Dari awal lo udah tau kan bakal jadi selingkuhan kenapa sekarang lo protes." ucap Atlas meremehkan.

'Gila bisa-bisanya Elisa suka sama cowok modelan gini' Batin Elisa.

"Jangan kasar." ucap Samudra. Atlas pun melepaskan genggaman tangannya terlihat kemerahan di tangan Elisa. Elisa menatap Samudra berbinar.'Makin cinta deh sama Ananta' batin Elisa. Elisa kembali menatap Atlas garang.

"Wah ada ya cowo sebrengsek lo."

"Tapi lo suka kan."

"Pede banget itu kemarin gue kesambet dedemit makanya suka sama cowok kayak lo, pokoknya hari ini kita putus lo gak ada hubungan lagi sama gue. "

"Okey gue tunggu lo ngemis-ngemis balikan sama gue." Atlas yakin bahwa Elisa bakal minta balikan karena ia tahu seberapa sukanya Elisa padanya.

"Gak akan."

Elisa berbalik dan mulai menjauh dari mereka. Atlas memandang punggung gadis itu yang mulai menghilang di telan pintu.

"Lo beneran suka sama tuh cewek murahan." sinis Rafli.

"Iya" balas Atlas singkat.

"Gue kira lo nerima Elisa karena kasihan." timpal Stevan

"Wah gila lo brengsek sih bro." sindir Dewa

"Brengsekan mana gue sama Stevan."

"Kok bawa-bawa gue, gue gak kayak lo ya gue macarin semua cewek setelah putus gak ada yang gue jadiin selingkuhan." ucap Stevan tak terima.

"Kalian berdua brengsek." ucap Samudra singkat.

"Sam sekali lo ngomong langsung jleb di jantung gue, udahlah lo gak usah ngomong aja kayak biasa." ucap Stevan dramatis sambil memegang dadanya.

"Daripada lo gay." ejek Atlas

"Gue normal." tekan Samudra

"Lagian lo gak pernah deket sama cewek, jadi ada rumor yang beredar bahwa lo gay." ucap Dewa

Samudra tak menghiraukan ucapan Dewa. Ia kembali sibuk memainkan ponselnya. Dewa yang di kacangin oleh Samudra mendengus sebal.

******

Elisa berjalan menuju ke kelas setelah selesai mengurus urusannya dengan Atlas. Sesampainya di kelas Elisa kemudian menghampiri Lova yang sedang memainkan ponselnya.

"Lova" panggil Elisa

"Loh tumben udah ke sini biasanya pas beres jam istirahat kamu baru ke kelas." ujar Lova

"Gue mau ngasih tau lo sesuatu."

"Apaan"

"Gue putus sama Atlas."

"Oh putus."

"APA KAMU PUTUS SAMA ATLAS." teriak Lova setelah sadar.

Seisi kelas yang mendengar teriakan Lova kini melihat ke bangku Lova dan Elisa.

"What Elisa putus sama Atlas kabar gembira nih soalnya Atlas udah sadar."

"Pasti yang mutusin Atlas."

"Kasian Elisa baru juga jadian kemarin udah putus aja."

"Ngapain kasian sama Elisa di itu jahat mau aja dijadiin selingkuhan."

"Cewek murahan kayak Elisa gak pantes sama Atlas."

Begitulah bisikkan dari mereka. Elisa yang mendengar itu ingin marah tapi di sini emang Elisa yang salah.

"Jangan didengerin." ucap Lova sambil menutup telinga Elisa dengan kedua tangannya.

"Iya." balas Elisa sambil tersenyum simpul.'Lo beruntung Elisa punya sahabat setulus Lova.' batin Elisa.

Kringg.. Kringg..

Bel istirahat berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas.

"Lisa ayo ke kantin." ujar Lova

"Ayo" jawab Elisa

Mereka pun pergi beriringan menuju kantin. Sepanjang di perjalanan banyak sekali siswa yang membisikkan dan melirik ke Elisa.

"Kayaknya kabar kamu putus sama Atlas udah tersebar deh." ucap Lova

"Oh bagus deh biar seisi sekolah tahu gue bukan selingkuhan lagi." ucap Elisa

Lova yang mendengar itu bingung mau mengucapkan apa. Sesampainya mereka di kantin, Lova menggandeng tangan Elisa menuju meja dipojok.

"Lisa mau makan apa? "

"Mie ayam sama es teh."

"Oke"

Lova pun beranjak menuju stan penjual mie ayam. Sembari menunggu Elisa memainkan ponselnya. Kantin yang damai tiba-tiba berisik setelah ke datangan gang motor Asterioz.

"Samudra ketampanan mu menyilaukan mataku."

"Atlas tipe gue banget good boy."

"Mending Samudra aura badboy nya terpancar banget."

"Sean kamu very very handsome."

"Omaygat Dewa kalo senyum manisnya ngalahin gula."

"Kalo lagi gak bicara rafli ganteng ya."

"Stevan aku mau jadi pacar mu yang ke sekian."

Begitulah teriakkan kaum hawa saat Asterioz datang ke kantin. Mereka duduk di meja yang sudah biasa mereka tempatin. Mereka tidak terusik dengan ke berisikan para fans nya. Mereka makan sambil berbincang.

Di meja lain Lova datang membawa nampan berisi dua mie ayam dan es teh.

"Pesanan datang." ucap Lova

"Makasih Lova."

"Sama-sama Lisa."

Mereka pun makan dengan sesekali mengobrol. Sambil makan sesekali Elisa memandang Samudra cukup lama. Tanpa Elisa sadari ada seseorang di meja itu melihat Elisa memandang Samudra.

******

Tidak terasa bel pulang sudah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar untuk pulang. Tidak terkecuali Lova dan Elisa yang baru saja sampai di gerbang sekolah. Tak lama setelah itu terlihat mobil mendekati mereka.

"Lisa aku pulang dulu ya." ucap Lova

"Lova bisa anterin gue gak ke apartemen. " mohon Elisa

"Boleh."

Mereka pun masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan mereka mengobrol. Tak terasa mereka sudah sampai di depan apartemen Elisa.

"Makasih ya Lova."

"Iya"

Elisa pun masuk kemudian berjalan ke arah lift apartemen Elisa terletak pada lantai 5. Sesampainya di apartemen Elisa langsung ke kamar dan membaringkan tubuhnya lelah.

"Jadi bener ini nyata gue masuk ke dunia novel."

Elisa memandang langit-langit kamarnya. Ia mencoba mengingat kehidupan Elisa dalam novel. Elisa adalah seorang yatim piatu karena orang tuanya meninggal 2 tahun lalu. Sebenarnya opa dan oma Elisa menyuruh Elisa untuk tinggal bersamanya di Jepang. Namun Elisa menolak karena lebih suka tinggal di Indonesia. Dengan berat hati opa dan oma Elisa pun menyetujui. Mereka rutin mengirimkan uang setiap bulannya jadi Elisa tidak khawatir tentang uang. Elisa menyukai Atlas karena dia membantu Elisa yang waktu itu di bully waktu SMP. Saat itu Elisa hanya bisa mengagumi dalam diam, namun saat masuk SMA Elisa mulai mencintai Atlas secara ugal-ugalan sampai mau-mau aja jadi selingkuhan dan lebih parahnya sempat dilecehkan oleh Atlas. Untungnya kejadian itu belum terjadi jadi Elisa lega.

"Tapi kenapa ya kok gue masuk novel ini apa doa gue jadi pacar Ananta terkabul."

"Ini juga Elisa tubuh ini kok gak datang kayak novel-novel transmigrasi."

"Yaudah lah kalo emang ini takdir gue, gue terima sih soalnya bisa pacaran sama Ananta. "

"Semangat Elisa ngedeketin Ananta." ucap Elisa semangat.

Perlahan mata Elisa mulai menutup karena mengantuk dan lelah. Elisa tidur masih menggunakan seragam. Setelah beberapa jam kemudian Elisa bangun dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Elisa keluar dari kamar mandi terlihat wajahnya lebih fresh.Elisa memakai piyama pink yang sangat cocok di tubuh mungilnya. Saat di kamar mandi Elisa sempat terkejut melihat wajahnya yang sangat cantik dengan bulu mata yang lentik dengan iris mata berwarna hazel, hidung kecil mancung, alis yang rapi, pipi yang chubby, jangan lupakan bibir tipis dengan warna pink alami. Elisa ini di gambarkan seperti seorang dewi.

Elisa memegang perutnya karena lapar. Elisa berjalan kearah dapur lalu menuju kulkas terlihat di sana kosong karena belum belanja. Elisa pun berjalan keluar apartemen karena ia mau ke minimarket.

"Aduh lapar banget beli mie aja lah ke minimarket."

Elisa pun berjalan menuju lift. Elisa menunggu karena sepertinya ada orang di dalam. Perlahan pintu lift terbuka menampilkan seorang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah. Elisa yang melihat itu terkejut.

"Ananta"

Bab terkait

  • The Good Antagonist   Chapter 3 - Samudra Ananta Dominic

    "Ananta" ucap Elisa kaget Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa"Ya" balas Samudra singkatSetelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samud

  • The Good Antagonist   Chapter 4 - Telat

    "Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Gak mau." balas Elisa"Harus mau." paksa Atlas"Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- ""Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa"Hm" balas Samudra "Makasih""Hm"Elisa yang mendengar S

  • The Good Antagonist   Chapter 5 - Kebohongan Atlas

    "Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa. "Mana aku tau." balas Lova"Iya juga ya masa gue cerita yang kayak begituan sama lo." ucap Elisa"Daripada mikirin yang kayak gitu mending kamu istirahat." ucap Lova"Iya." jawab Elisa sambil membaringkan tubuhnya. Di sisi lain tepatnya di sebuah kelas yang tampak hening karena seorang guru yang terkenal killer sedang mengajar. Berbanding terbalik dengan para murid yang ketakutan ada dua manusia yang sibuk dengan perdebatannya. "Lo jauhin Elisa." ucap Atlas"Lo yang harusnya ngejauhin dia." balas Samudra"Kenapa gue? ""Lo hampir lecehin dia""Asal lo tau gue sama Elisa udah ciuman bahkan lebih." dusta Atlas"Gue gak percaya." ucap Samudra"Kenapa lo gak percaya? " tanya Atlas"Lo aja gak pernah mau sentuh dia sebelum kalian pacaran.""Shit." umpat Atlas karena kebohongannya diketahui oleh Samudra. Atlas jadi teringat akan respon Elisa, kenapa Elisa marah ketika ia mengatakan gurauan itu. Harusnya gadis itu b

  • The Good Antagonist   Chapter 6 - Pesona cowok pintar

    "Ananta" panggil Elisa. Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Boleh nanya gak? " tanya Elisa"Hm" balas Samudra"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban. "Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta. "Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan. "Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya. "Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli. "E

  • The Good Antagonist   Chapter 7 - Rumah Sakit

    Elisa telah menyelesaikan tugas lalu kembali ke bangkunya tak lupa berterima kasih kepada Samudra yang telah membantunya mengerjakan tugas. Baru juga duduk bukunya langsung di ambil oleh Lova. "Lisa aku liat ya." ucap Lova"Iya" balas Elisa"Makasih Lisa.""Sama-sama"Kringgg... Kringg...Bel pulang sudah berbunyi para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Elisa sedang membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, Lova sudah pulang duluan katanya ia ada urusan. Kelas sudah lumayan sepi hanya beberapa orang yang masih ada di kelas. Elisa melihat ke bangku Samudra dkk ternyata mereka sudah tidak ada, ia baru ingat mereka keluar begitu Elisa kembali ke bangkunya. Elisa berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah. Padahal Elisa berniat nebeng ke Samudra agar ia lebih dekat dengan kesayangannya. Elisa tak berharap lebih, memang tadinya ia berniat ingin menjadi pacar Samudra namun ia tidak tau apakah ia akan terus berada di tubuh Elisa atau tidak mu

  • The Good Antagonist   Chapter 8 - Teman tapi mesra

    "Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla"Gak bun." ucap Samudra"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta.""Maksudnya teman tapi mesra kan? ""Ih bundaa." rengek SamudraBunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian mas

  • The Good Antagonist   Chapter 9 - Jogging

    Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa

  • The Good Antagonist   Chapter 10 - Temenan ya

    Tanpa di duga seseorang datang menghampiri mereka. "Elisa" panggil AtlasSamudra dan Elisa menoleh ke depan di sana berdiri Atlas memandang mereka tak suka. "Apa? " tanya Elisa malas"Ngapain lo berduaan sama Samudra." ucap Atlas cemburu"Terserah gue lah.""Gue gak suka.""Emang gue peduli.""Lo jauhin Samudra.""Siapa lo nyuruh-nyuruh gue.""Gue mantan lo.""Cuman mantan gak usah sok ngatur deh." Samudra hanya menatap datar pertikaian mereka. Sampai ia merasakan tangan mungil memegang tangannya dengan erat. Samudra rasa jantungnya berdebar, tanpa mereka sadari telinga Samudra memerah. "Ayo Ananta kita pergi." ucap Elisa sambil memegang tangan Samudra. "Hm" "Gue lapar makan dulu bubur ayam ya.""Ya"Pergerakkan mereka terhenti ketika Atlas menghalangi jalan mereka. "Gue ikut." ucap Atlas"Ck terserah." ujar ElisaMereka berjalan beriringan menuju ke tempat jualan bubur ayam. "Elisa" panggil Atlas"Apa?" tanya Elisa tanpa melihat Atlas"Gue juga mau di pegang tangannya sama lo

Bab terbaru

  • The Good Antagonist   Chapter 39 - Nonton Bioskop

    Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga

  • The Good Antagonist   Chapter 38 - Hilang Ponsel

    Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa

  • The Good Antagonist   Chapter 37 - Merenung

    Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m

  • The Good Antagonist   Chapter 36 - Tersesat

    Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru

  • The Good Antagonist   Chapter 35 - Jurit Malam

    Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B

  • The Good Antagonist   Chapter 34 - Tenda

    Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap

  • The Good Antagonist   Chapter 33 - Bus

    Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen

  • The Good Antagonist   Chapter 32 - Kerja Kelompok

    Tidak terasa sudah tiga hari berlalu kini kini cedera di bahu Elisa sudah sembuh. Hari ini adalah hari minggu hari yang cocok untuk bermalas-malasan setelah menjalani hari yang melelahkan karena mengerjakan tugas. Namun hari ini sama saja karena Elisa akan mengerjakan tugas bedanya tugas ini berkelompok. Mereka akan kerja kelompok di apartemen nya. Elisa sedang menyiapkan makanan dan cemilan agar mereka tidak kelaparan. Terdengar suara bel pintu, Elisa pun segera membukanya langsung tanpa melihat siapa yang datang ia kira Samudra yang datang namun perkiraan nya salah. "Arthur" kaget ElisaFlashback onSebentar lagi jam pelajaran hampir selesai. Para murid tak sabar menunggu bel berbunyi. "Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas tapi sebelum itu ibu akan bagi kelompok.""Untuk kelompok 1 ada Mira, Atlas, stevan, Aiza, Bintang, dan Bunga.""Kelompok 2 ada Elisa, Lova, Samudra, Sean, dan Arthur."Dan seterusnya. Elisa tak menyangka akan sekelompok dengan Arthur. "Kita sekelompok sama

  • The Good Antagonist   Chapter 31 - Minta cium

    Hari ini Elisa sudah siap sekolah, meski masih menggunakan penyangga bahu. Ia sedang berjalan bersama Samudra menuju basement. "Kamu yakin mau sekolah? ""Iya lagian aku udah gapapa.""Gapapa gimana bahu kamu masih cedera sayang.""Kalau gak sekolah bosan tau di apartemen.""Oke tapi nanti kalau sakit bilang sama aku ya.""Siap kapten." ucap Elisa sambil memberikan hormat kepada Samudra yang membuat Samudra tertawa. Elisa yang melihat itu di buat takjub Samudra terlihat berkali lipat lebih tampan saat tertawa. "Lucu banget pacar siapa sih? ""Pacar Ananta."Samudra yang mendengar itu tersenyum. Tak terasa kini mereka sudah berada di basement. Namun Elisa heran kenapa Samudra mendekati mobil bukan motornya. "Gak naik motor? ""Gak selama kamu sakit kita berangkat naik mobil."Setelah mengatakan itu Samudra berjalan menuju mobilnya, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Elisa. Setelah Elisa masuk, Samudra pun masuk ke mobil. Sebelum menjalankan mobil Samudra mendekati Elisa. Saat

DMCA.com Protection Status