Share

Chapter 6 - Pesona cowok pintar

"Ananta" panggil Elisa.

Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya.

"Boleh nanya gak? " tanya Elisa

"Hm" balas Samudra

"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas

"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban.

"Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta.

"Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa

"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan.

"Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya.

"Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli.

"Emang lo pernah ngelihat gue ngejalang? sampai lo selalu ngatain gue cewek murahan." marah Elisa mendengar ucapan Rafli. Rafli hanya diam, melihat Rafli tak berkutik Elisa kembali bicara.

"Enggak kan jadi lo jangan pernah ngatain gue cewek murahan." ucap Elisa.

"Raf lo udah kelewatan." ucap Dewa

"Iya bener." ucap Stevan

"Minta maap." ucap Sean yang dari tadi hanya diam.

"Elisa gue minta maap kalau ucapan gue nyakitin lo." ucap Rafli sambil menatap Elisa.

"Karena gue baik hati dan tidak sombong jadi gue maapin lo, lain kali jangan kayak gitu lagi." ucap Elisa.

"Iya Makasih." ucap Rafli

"Sama-sama." ujar Elisa. Setelah itu mereka kembali dengan aktifitas masing-masing. Elisa lupa dengan tujuannya datang kesini, ia pun menoleh menatap Samudra tak ia sangka Samudra juga menatapnya. 'Apakah daritadi Samudra menatapnya' pikir Elisa lalu tersenyum. Tersadar akan kebodohannya ia pun bertanya. Atlas yang melihat itu menatap Samudra dengan aura permusuhan.

"Ananta kalau ngerjain soal yang ini pakai rumus apa? " tanya Elisa.

"Sini gue aja yang jelasin." saat Atlas akan kembali melanjutkan perkataannya, ponselnya berdering kemudian ia pergi keluar setelah menatap siapa yang menelponnya. Kini tinggal lah Samudra dan Elisa, melihat kursi Atlas yang kosong ia pun segera mendudukinya karena kakinya mulai terasa pegal karena daritadi ia berdiri.

"Ananta nih liat soalnya." ucap Elisa sambil menyodorkan bukunya. Setelah melihat soal Samudra pun berbicara.

"Ini mah gampang tinggal pakai rumus ini." ucap Samudra sambil memperlihat kan rumus yang di tulisnya. Samudra menjelaskan dengan sangat detail dan mudah di pahami. Elisa pun mulai paham, namun setelah beberapa menit ia gagal fokus. Elisa malah fokus memandang wajah Samudra yang sangat dekat. 'Nikmat mana lagi yang kau dustakan' batin Elisa sambil terus memandang wajah rupawan Samudra.

"Sa" ucap Samudra sambil melambaikan tangan nya di depan wajah Elisa.

"Eh iya kenapa Ta? " ucap Elisa setelah buyar dari lamunan.

"Lo ngerti gak apa yang barusan gue jelasin." ucap Samudra.

"Enggak, Eh iya ngerti." ucap Elisa.

"Gue jelasin lagi, lo dengerin jangan ngelamun sambil liatin gue" Ucap Samudra sambil menghembuskan napasnya.

"Habisnya lo ganteng banget." gumam Elisa yang masih bisa di dengar oleh Samudra. Samudra yang mendengar itu tersenyum tipis, saking tipisnya sampai gak keliatan.

"Mau ngerjain tugas atau ngeliatin gue." ucap Samudra.

"Ngerjain tugas." ucap Elisa malu karena gumaman nya terdengar oleh Samudra.

Mereka pun kembali mengerjakan tugas. Samudra yang terlebih dahulu beres mengerjakan semua padahal tadinya ia malas mengerjakan itu namun berkat Elisa ia mengerjakannya. Samudra memandang dalam Elisa yang sedang mengerjakan tugas. 'Your beauty is not just in your appearance, but in the way you carry yourself with grace and strength' batin Samudra tanpa sadar mengucapkan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status