"Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa.
"Mana aku tau." balas Lova "Iya juga ya masa gue cerita yang kayak begituan sama lo." ucap Elisa "Daripada mikirin yang kayak gitu mending kamu istirahat." ucap Lova "Iya." jawab Elisa sambil membaringkan tubuhnya. Di sisi lain tepatnya di sebuah kelas yang tampak hening karena seorang guru yang terkenal killer sedang mengajar. Berbanding terbalik dengan para murid yang ketakutan ada dua manusia yang sibuk dengan perdebatannya. "Lo jauhin Elisa." ucap Atlas "Lo yang harusnya ngejauhin dia." balas Samudra "Kenapa gue? " "Lo hampir lecehin dia" "Asal lo tau gue sama Elisa udah ciuman bahkan lebih." dusta Atlas "Gue gak percaya." ucap Samudra "Kenapa lo gak percaya? " tanya Atlas "Lo aja gak pernah mau sentuh dia sebelum kalian pacaran." "Shit." umpat Atlas karena kebohongannya diketahui oleh Samudra. Atlas jadi teringat akan respon Elisa, kenapa Elisa marah ketika ia mengatakan gurauan itu. Harusnya gadis itu biasa saja. Lamunan Atlas terhenti ketika mendengar suara yang melengking. "Kalian yang di belakang kalau tidak mau mendengarkan saya lebih baik keluar." marah bu Wina sang guru killer. Samudra dan Atlas pun keluar. Bu Wina yang melihat itu menghela napas karena capek dengan kelakuan mereka. Bu Wina pun kembali menjelaskan pelajaran. ****** Tidak terasa jam istirahat sudah selesai dan sekarang jam pelajaran kembali di mulai. Terlihat Elisa yang sudah kembali ke kelas, tak hanya Elisa Samudra dkk juga ada tumben sekali mereka tidak bolos. Semua tokoh novel emang sekelas, maka tak heran mereka akan bertemu setiap hari. Seorang guru memasuki kelas mereka. "Karena Bapak dan guru-guru lain akan rapat, bapak kasih kalian tugas kerjakan soal halaman 150 - 160. Bapak pergi rapat dulu jangan ada yang keluar kelas, tugas di kumpulkan hari ini." ucap Pak Bambang "Baik pak." teriak seluruh siswa semangat. Pak Bambang pun meninggalkan kelas. Semua siswa pun mengerjakan tugas. Tidak semua sih, ada yang diskusi, ada yang mengerjakan mandiri, ada yang menyontek, ada yang tidur, dan masih banyak lagi. Begini lah penampilan kelas jika sedang jamkos. Lova menatap Elisa yang sedang mengerjakan tugas, meskipun Elisa adalah seorang antagonis nyatanya ia adalah anak yang pintar. Apalagi yang memasuki tubuh Elisa adalah seorang gadis yang sudah menduduki bangku kuliah semester 4 maka tak heran Elisa terlihat semangat mengerjakan tugas. "Lisa nanti liat ya jawabannya." ucap Lova cengengesan. "Iya" ucap Elisa singkat sambil fokus mengerjakan tugas. "Kamu semangat banget ngerjain tugasnya gak pusing emang? " tanya Lova. "Enggak malahan seru tau ayo ngerjainnya bareng" ucap Elisa antusias. "Gak dulu makasih kamu aja yang ngerjain, aku mah bantu doa aja." ucap Lova. Elisa terkekeh mendengar itu. "Ih gimana ya ngerjain ini kok sulit banget." keluh Elisa. Meskipun Elisa sudah menduduki bangku kuliah, ia terkadang lupa beberapa rumus karena sudah lama tamat SMA. "Coba tanyain aja ke Samudra kan dia juara umum." ucap Lova. Elisa melirik Samudra, apakah ia harus bertanya kepada Samudra. Tertulis dalam novel meskipun Samudra terlihat nakal dan selalu bolos nyatanya ia adalah siswa paling pintar yang menjadi peringkat pertama dan juara umum bahkan Atlas pun kalah, mereka hanya berbeda satu peringkat. Elisa mendekati meja Samudra dan Atlas sambil membawa bukunya. Terlihat kedua pemuda itu sedang memainkan ponselnya. Melihat kedatangan Elisa anggota inti gang Asterioz mulai memusatkan perhatian mereka ke Elisa yang mendekati meja sang mantan. Mereka kira Elisa akan meminta balikan ke Atlas dan mulai mendekati Atlas lagi, namun tidak mereka duga Elisa malah memanggil pria lain. "Ananta""Ananta" panggil Elisa. Padahal Elisa memanggil Samudra dengan nada yang biasa saja, anehnya kelas yang tadinya ramai sontak hening karena seluruh murid langsung melihat ke arah Elisa yang berada tepat di depan meja Samudra dan Atlas, tak berselang lama mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing. Tak terkecuali inti gang Asterioz mereka terus menatap Elisa tak percaya. Samudra yang merasa namanya di panggil pun menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Boleh nanya gak? " tanya Elisa"Hm" balas Samudra"Kenapa gak nanya ke gue? " tanya Atlas"Ananta lebih pinter dari lo." ucap Elisa tanpa beban. "Shit" umpat Atlas, mau menyangkal gak bisa karena itu emang fakta. "Anjir ucapan si Elisa ngejleb banget." ucap Dewa"Iya tuh bocah kayaknya beneran udah move on dari si Atlas buktinya udah bisa ngejek Atlas." timpal stevan. "Gue setuju." ucap Dewa sambil menganggukkan kepalanya. "Halah dasar cewek murahan udah bisa dapetin Atlas kini pindah ke Samudra." sinis Rafli. "E
Elisa telah menyelesaikan tugas lalu kembali ke bangkunya tak lupa berterima kasih kepada Samudra yang telah membantunya mengerjakan tugas. Baru juga duduk bukunya langsung di ambil oleh Lova. "Lisa aku liat ya." ucap Lova"Iya" balas Elisa"Makasih Lisa.""Sama-sama"Kringgg... Kringg...Bel pulang sudah berbunyi para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Elisa sedang membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, Lova sudah pulang duluan katanya ia ada urusan. Kelas sudah lumayan sepi hanya beberapa orang yang masih ada di kelas. Elisa melihat ke bangku Samudra dkk ternyata mereka sudah tidak ada, ia baru ingat mereka keluar begitu Elisa kembali ke bangkunya. Elisa berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah. Padahal Elisa berniat nebeng ke Samudra agar ia lebih dekat dengan kesayangannya. Elisa tak berharap lebih, memang tadinya ia berniat ingin menjadi pacar Samudra namun ia tidak tau apakah ia akan terus berada di tubuh Elisa atau tidak mu
"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla"Gak bun." ucap Samudra"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta.""Maksudnya teman tapi mesra kan? ""Ih bundaa." rengek SamudraBunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian mas
Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa
Tanpa di duga seseorang datang menghampiri mereka. "Elisa" panggil AtlasSamudra dan Elisa menoleh ke depan di sana berdiri Atlas memandang mereka tak suka. "Apa? " tanya Elisa malas"Ngapain lo berduaan sama Samudra." ucap Atlas cemburu"Terserah gue lah.""Gue gak suka.""Emang gue peduli.""Lo jauhin Samudra.""Siapa lo nyuruh-nyuruh gue.""Gue mantan lo.""Cuman mantan gak usah sok ngatur deh." Samudra hanya menatap datar pertikaian mereka. Sampai ia merasakan tangan mungil memegang tangannya dengan erat. Samudra rasa jantungnya berdebar, tanpa mereka sadari telinga Samudra memerah. "Ayo Ananta kita pergi." ucap Elisa sambil memegang tangan Samudra. "Hm" "Gue lapar makan dulu bubur ayam ya.""Ya"Pergerakkan mereka terhenti ketika Atlas menghalangi jalan mereka. "Gue ikut." ucap Atlas"Ck terserah." ujar ElisaMereka berjalan beriringan menuju ke tempat jualan bubur ayam. "Elisa" panggil Atlas"Apa?" tanya Elisa tanpa melihat Atlas"Gue juga mau di pegang tangannya sama lo
Hari ini Elisa bangun lebih pagi karena ia tidak mau kesiangan lagi, apalagi hari ini adalah hari senin yang dimana semua sekolah mengadakan upacara bendera. Elisa sudah siap dengan seragam yang membalut tubuhnya. Ia pun memasukan buku ke dalam tas sesuai jadwal pelajaran. Elisa menuju ke dapur, ia akan memasak untung saja kemarin ia sudah belanja membeli kebutuhan pokok dan camilan. Terlihat kulkas yang kosong kini sudah penuh dengan berbagai makanan. Elisa sudah mengambil bahan-bahan lalu mulai memasak, ia berencana membuat nasi goreng seafood. Elisa yang asli mungkin tidak bisa memasak untung saja Elisa yang sekarang bisa memasak karena ia merupakan anak kos yang harus serba bisa. Mengingat masa lalunya Elisa jadi merindukan ayah dan bundanya, di sini ia tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua karena kedua orang tua Elisa yang asli sudah tiada. Semoga ayah dan bunda tidak berlarut dalam kesedihan setelah kepergiannya. Masakan Elisa kini sudah jadi ia menuangkan nasi goreng sea
'Dia kan protagonis wanita kok udah pindah lagi belum juga setahun apa alur ceritanya mulai berubah ya semenjak kedatangan gue' pikir Elisa dalam hati. Murid baru itu pun duduk di bangku yang kosong dan pelajaran pun di mulai. Sepanjang jam pelajaran Elisa tidak bisa fokus karena terus memikirkan alur cerita yang berubah. Mengapa Mira kembali begitu cepat? apakah Elisa melakukan kesalahan? bagaimana jika alur bukannya berubah melainkan bergerak cepat? jika begitu apakah kematian nya semakin dekat? memikirkan semua itu membuat Elisa pusing, Elisa terus menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Lova daritadi memperhatikan Elisa, ia melihat Elisa seperti banyak pikiran liat saja daritadi gadis itu terus menghembuskan nafasnya. Tak tahan dengan rasa penasarannya Lova pun bertanya pada Elisa."Lisa kamu kenapa? " tanya Lova"Gapapa." jawab singkat Elisa"Bohong kamu lagi mikirin sesuatu ya? ""Iya gue lagi mikirin sesuatu.""Mikirin apa? ""Masalah sepele kok lo gaus
Di ruangan dengan nuansa putih terlihat seorang gadis yang hendak tidur setelah selesai membaca novel kesukaannya. Novel itu sudah ia baca berulang kali namun ia tidak bosan karena ada tokoh favoritnya yaitu sang second male lead yang bernama Samudra Ananta Dominic. Dia melirik jam dinding, terlihat di sana sudah pukul dua dini hari. "Gak kerasa udah jam segini, semoga malam ini mimpi ketemu Ananta. Ananta lo itu terlalu greenflag siapapun bisa suka sama lo. Ya kecuali Mira sih dia gak bisa liat cowok sebaik dan setulus Ananta. Lagian mata si Mira buta kali ya udah di selingkuhin terus selingkuhannya dilecehin sama Atlas gila sih Mira tetep mau nerima Atlas. Atlas juga redflag udah selingkuh ngelecehin pula terus cewek nya di tinggal, mana ceweknya sama lagi kayak gue namanya Elisa" gerutu ElisaElisa mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi. Tak lama setelah itu terlihat banyak asap yang muncul. Gadis itu tetap tidur meskipun banyak asap di sekitarnya. Terasa bau asap yang mulai m