Beranda / Fiksi Remaja / The Good Antagonist / Chapter 13 - Es yang mencair

Share

Chapter 13 - Es yang mencair

Penulis: Echa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Elisa mulai memakan bekalnya sambil melamun, tiba-tiba terdengar suara kursi di sampingnya berdenyit. Elisa menoleh ke samping terlihat seseorang duduk di kursi Lova.

"Ananta" ucap Elisa

"Masih sakit? " ujar Samudra

"Iya masih sakit ini juga susah makan soalnya linu."

"Sini gue kompres."

Samudra mengompres pipi Elisa menggunakan es batu yang sudah di balut handuk. Jarak di antara mereka sangat dekat. Elisa memandang Samudra lekat. 'Ananta perhatian banget jadi makin sayang deh' batin Elisa. Dengan jarak sedekat ini Elisa merasa jantungnya terus berdetak kencang. apakah Samudra bisa mendengar suara detak jantungnya di jarak yang sedekat ini? Elisa harap Samudra tidak bisa mendengarnya.

"Udah mendingan? " ucapan Samudra membuyarkan lamunannya.

"Iya."

"Kenapa lo tadi bilang gitu ke Mira? "

"Bilang apa?maksud lo gue yang bilang selingkuhan Atlas? " tanya balik Elisa.

"Hm"

"Gue cuman bilang kebenarannya aja daripada Mira dengar dari Atlas mending gue yang bilang duluan sekalian minta maaf
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Good Antagonist   Chapter 14 - Minus poin

    Tak terasa sudah seminggu semenjak kedatangan Mira, hari-hari yang Elisa lewati sangat menyebalkan. Di mulai dari Aiza yang selalu mengganggunya, dia menggunakan berbagai cara agar Elisa di benci oleh semua orang. Aiza juga selalu mendekati Samudra dengan bantuan Mira, tapi pemuda itu tidak peduli dan mengabaikannya. Para fans fanatik Samudra juga selalu mengganggunya lebih tepatnya membully karena sang pujaan hati mereka semakin dekat dengan Elisa. Untung saja bullyan mereka tak parah jadi Elisa masih bisa melawannya. Namun anehnya hari ini mereka tidak mengganggunya, sepertinya mereka merencanakan sesuatu atau mereka kapok karena Elisa terus membuat mereka babak belur. Entahlah Elisa malas memikirkan itu. Elisa baru saja keluar dari toilet tadinya ia ingin menahan saja panggilan alam ini karena sebentar lagi jam pulang, namun karena sudah tak tahan ia pun berlari secepat kilat ke toilet. Kini Elisa sedang berjalan di lorong, langkahnya terhenti ketika melihat Samudra yang sedang di

  • The Good Antagonist   Chapter 15 - Makin dekat

    Elisa dan Samudra sudah sampai di gedung apartemen. Kini mereka sedang berjalan menuju unit apartemen. Sesampainya di unit apartemennya, mereka pun berpisah. Elisa memasuki unit apartemennya dan mulai menyalakan semua lampu. Namun di bagian ruang tamu lampunya mati. Elisa mengambil lampu cadangan dan menggeserkan kursi, karena gelap ia pun membuka pintu apartemennya. Elisa menaiki kursi itu, karena masih tidak sampai ia pun berjinjit. Elisa berusaha menggapai lampu itu, tidak di duga kursi itu bergoyang Elisa pun jatuh. Elisa memejamkan matanya bersiap merasakan sakit hantaman lantai, setelah beberapa detik Elisa tidak merasakan sakit malahan ia merasakan ada yang memegang pinggangnya. Elisa pun membuka mata. "Ananta" "Ck ceroboh." "Hehe makasih Ananta." Samudra pun menurunkan Elisa dari gendongannya. Untung saja Samudra datang tepat waktu kalau tidak mungkin entah apa yang terjadi kepada Elisa. Samudra mendengar suara berisik di unit apartemen Elisa jadi ia memutuskan untuk

  • The Good Antagonist   Chapter 16 - Bully

    Hari ini sepertinya hari sial bagi Elisa. Elisa yang baru saja keluar dari toilet di seret oleh Mira dkk menuju taman belakang sekolah. Elisa tentu saja tidak diam ia terus meronta agar mereka melepaskannya namun tetap saja cukup susah karena mereka memegang tangannya sangat erat. "Ngapain lo bawa gue ke sini? " ucap Elisa "Kita mau kasih pelajaran buat kamu." ucap Mira "Iya lo itu gatel dekat-dekat gang Asterioz terus." ujar Aiza "Kalian juga kan dekat mereka." ucap Elisa. Apakah mereka tak sadar mereka yang gatel terus ingin dekat dengan gang Asterioz. Mereka bahkan seperti jailangkung datang tak di undang pulang tak di antar. "Tapi mereka lebih nyaman sama kamu." ucap Fara cemberut ia sangat iri kepada Elisa. "Jelaslah semua orang pasti nyaman sama gue." angkuh Elisa ia berucap sambil mengibaskan rambutnya. "Kita gak terima." ucap Mira dengan wajah yang memerah seperti ia kesal atau marah. "Itu artinya mereka gak suka sama lo." ujar Elisa sambil menatap Mira dari atas sampa

  • The Good Antagonist   Chapter 17 - Olahraga

    Semenjak kejadian itu mereka sudah tidak membully atau mengganggu Elisa lagi karena mereka takut dengan ancaman Samudra yang tidak pernah bercanda dengan perkataannya. Samudra juga jadi selalu mengikuti Elisa kemana pun ia pergi. Elisa merasa Samudra mengkhawatirkannya. Itu membuat Elisa merasa sangat senang karena bisa dekat terus dengan sang crush. Hari yang cerah sangat cocok untuk melakukan aktifitas di luar kelas. Saat ini kelas mereka sedang bersiap untuk olahraga. Semua murid kelas XI IPA-1 sudah berkumpul di lapangan lalu mulai melakukan pemanasan yang di pimpin oleh sang ketua kelas. Para siswi melakukan pemanasan dengan malas karena mereka sangat tidak suka berolahraga apalagi cuaca yang cerah membuat beberapa siswi merasa kepanasan dan takut make up mereka luntur. Pemanasan telah selesai di lakukan. "Baik anak-anak untuk pelajaran olahraga hari ini mari kita mulai dengan lari 10 putaran ." ucap pak Danu "Pak masa sepuluh keliling yang bener aja." ucap Mira tidak terima.

  • The Good Antagonist   Chapter 18 - Hari Duka

    "Gue harus pergi." ucap Samudra. Setelah menerima telepon dari seseorang. Hal itu membuat Elisa bertanya-tanya siapa yang menelepon Samudra sehingga membuatnya panik."Kemana? " tanya Elisa"Rumah sakit.""Gue ikut." begitu mendengar kata rumah sakit Elisa langsung teringat tentang bunda Layla."Ya" Samudra tidak melarang Elisa untuk ikut dengannya.Elisa dan Samudra pun izin ke piket untuk pergi ke rumah sakit. Meski cukup susah tapi akhirnya mereka di izinkan. Setelah mendapatkan izin mereka pun pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit mereka segera ke ruang IGD di sana terlihat ayah Samudra dan selingkuhannya. Melihat itu Samudra tidak bisa menahan amarahnya ia menarik kerah kemeja ayahnya. "Lo apain bunda bangsat." Marah Samudra sambil mencengkram kuat kerah kemeja ayahnya."Samudra jaga sikap kamu saya ini orang tua kamu." ucap Bima-ayah Samudra. Berusaha melepas tangan Samudra dari kerahnya. Namun cukup susah entah mengapa tenaga Samudra jauh lebih kuat mungkin karena m

  • The Good Antagonist   Chapter 19 - Sakit

    Sudah seminggu setelah kepergian bunda Layla. Elisa selalu menghibur Samudra namun tetap saja pemuda itu masih sedih.Elisa membuka gorden apartemennya terlihat matahari yang mulai muncul di ufuk timur. Cuaca pagi ini sangat cerah Elisa berniat mengajak Samudra untuk jogging. Elisa membersihkan terlebih dahulu apartemennya setelah itu ia mulai mandi. Elisa sudah siap dengan training serta baju crop putih tak lupa jaket dengan warna senada dan juga sepatu putihnya. Tak lupa ia mengikat semua rambutnya lalu memakai topi.Elisa berjalan menuju apartemen Samudra. Sesampainya di sana ia berdiri di pintu apartemen Samudra lalu memencet belnya. Namun tidak ada suara yang muncul Elisa pun mengetuk pintu.tok.. tok.. Elisa mengetuk pintu itu. Namun sudah lima menit tidak ada sahutan, melihat hal itu Elisa mulai gelisah pikirannya mulai memikirkan yang tidak-tidak .'Apa Ananta bunuh diri ya, gak mungkin sih ngaco pikiran gue. Apa mungkin ia makan obat lalu overdosis atau mabok minum alkohol, A

  • The Good Antagonist   Chapter 20 - Salah paham

    "Omaygat mata gue ternodai." ujar Dewa sambil menutup matanya. "Gue gak nyangka kalian ngelakuin itu." Sahut Stevan "Ternyata lo gak gay." celetuk Sean "Kalian mainnya terlalu jauh." seloroh Rafli "Samudra apa yang lo lakuin." marah Atlas "Kenapa lo gak terima? " jawab Samudra sambil tersenyum miring "Brengsek lo." Atlas sakit hati melihat pemandangan yang membuat hatinya panas. Ia tidak menyangka dengan kejadian ini. "Gue sama Elisa sama-sama mau kok disini gak ada unsur pemaksaan." Samudra berbicara begitu ia tahu mereka semua salah paham melihatnya dengan Elisa dalam keadaan tidur dalam kasur yang sama. Apalagi Samudra tidak memakai baju semakin membuat mereka berpikir kemana-mana."Ini gak seperti yang kalian pikirkan." ucap Elisa "Maksud lo gimana? " tanya Dewa "Kalian salah paham." sanggah Elisa. Elisa berniat bangun dari kasur untuk menjelaskan semuanya bagaimana mungkin ia menjelaskan dengan kondisi yang masih berbaring di kasur apalagi tangan Samudra yang masih en

  • The Good Antagonist   Chapter 21 - Elisa ngambek

    Sudah tiga hari Elisa menjauhi Samudra. Elisa masih marah tentang kejadian waktu itu di kamar Samudra. Setiap berpapasan di lorong apartemen Elisa selalu berlari menjauhi Samudra."Elisa." panggil Samudra mengejar Elisa tapi kalah cepat karena perempuan itu langsung masuk ke dalam apartemennya.Ketika mereka berpapasan di lift. Elisa langsung menekan tombol lift agar segera menutup pintunya.Hari ini Elisa berangkat lebih pagi untuk menghindari Samudra. Terlihat kelas masih sepi hanya beberapa orang yang ada di kelas Lova pun belum datang. Elisa menelungkupkan tangannya di atas meja. Elisa mengantuk ia mau tidur dulu sebentar. Suara bising menandakan kelas sudah mulai ramai, tidur Elisa pun terganggu. Elisa merentangkan tangannya karena pegal, ia melihat ke samping bukan wajah Lova yang ia liat melainkan wajah orang yang sedang ia jauhi. "Ngapain lo di sini? " tanya Elisa dengan nada yang tak ramah. "Duduk" balas Samudra "Maksud gue ngapain lo duduk di kursi Lova." Elisa kesal deng

Bab terbaru

  • The Good Antagonist   Chapter 40 - Restoran

    Mereka baru saja keluar dari bioskop. Samudra masih setia menggenggam tangan Elisa. Sepanjang berjalan banyak mata yang menatap mereka. "Iri banget pengen deh di posisi ceweknya.""Masih gantengan gue.""Serasi banget ceweknya cantik cowoknya ganteng.""Pasangan setara.""Merasa tenang kalau cocok gini.""Gak cocok masih cocok kan sama aku."Begitulah celotehan orang-orang yang melihat Elisa dan Samudra. Sedangkan orang yang di bicarakan memilih mengabaikan itu."Masih marah? " Samudra menatap Elisa lembut."Siapa juga yang marah." Elisa menatap ke arah lain. Samudra senang akhirnya Elisa tak marah lagi."Sekarang kita mau kemana? ""Terserah.""Kita ke restoran aja ya aku gak mau pacar aku kelaparan." semburat merah muncul di pipi Elisa mendengar itu."Apa katanya, pacar aku? p-a-c-a-r a-k-u? PACAR AKU?? bisa apa? bisa gila aku.""Iya." untuk menutup kegugupannya Elisa bersikap biasa saja.Sesampainya di restoran mereka langsung duduk di meja yang kosong. Restoran ini sedang ramai u

  • The Good Antagonist   Chapter 39 - Nonton Bioskop

    Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga

  • The Good Antagonist   Chapter 38 - Hilang Ponsel

    Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa

  • The Good Antagonist   Chapter 37 - Merenung

    Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m

  • The Good Antagonist   Chapter 36 - Tersesat

    Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru

  • The Good Antagonist   Chapter 35 - Jurit Malam

    Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B

  • The Good Antagonist   Chapter 34 - Tenda

    Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap

  • The Good Antagonist   Chapter 33 - Bus

    Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen

  • The Good Antagonist   Chapter 32 - Kerja Kelompok

    Tidak terasa sudah tiga hari berlalu kini kini cedera di bahu Elisa sudah sembuh. Hari ini adalah hari minggu hari yang cocok untuk bermalas-malasan setelah menjalani hari yang melelahkan karena mengerjakan tugas. Namun hari ini sama saja karena Elisa akan mengerjakan tugas bedanya tugas ini berkelompok. Mereka akan kerja kelompok di apartemen nya. Elisa sedang menyiapkan makanan dan cemilan agar mereka tidak kelaparan. Terdengar suara bel pintu, Elisa pun segera membukanya langsung tanpa melihat siapa yang datang ia kira Samudra yang datang namun perkiraan nya salah. "Arthur" kaget ElisaFlashback onSebentar lagi jam pelajaran hampir selesai. Para murid tak sabar menunggu bel berbunyi. "Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas tapi sebelum itu ibu akan bagi kelompok.""Untuk kelompok 1 ada Mira, Atlas, stevan, Aiza, Bintang, dan Bunga.""Kelompok 2 ada Elisa, Lova, Samudra, Sean, dan Arthur."Dan seterusnya. Elisa tak menyangka akan sekelompok dengan Arthur. "Kita sekelompok sama

DMCA.com Protection Status