Sudah seminggu setelah kepergian bunda Layla. Elisa selalu menghibur Samudra namun tetap saja pemuda itu masih sedih.Elisa membuka gorden apartemennya terlihat matahari yang mulai muncul di ufuk timur. Cuaca pagi ini sangat cerah Elisa berniat mengajak Samudra untuk jogging. Elisa membersihkan terlebih dahulu apartemennya setelah itu ia mulai mandi. Elisa sudah siap dengan training serta baju crop putih tak lupa jaket dengan warna senada dan juga sepatu putihnya. Tak lupa ia mengikat semua rambutnya lalu memakai topi.Elisa berjalan menuju apartemen Samudra. Sesampainya di sana ia berdiri di pintu apartemen Samudra lalu memencet belnya. Namun tidak ada suara yang muncul Elisa pun mengetuk pintu.tok.. tok.. Elisa mengetuk pintu itu. Namun sudah lima menit tidak ada sahutan, melihat hal itu Elisa mulai gelisah pikirannya mulai memikirkan yang tidak-tidak .'Apa Ananta bunuh diri ya, gak mungkin sih ngaco pikiran gue. Apa mungkin ia makan obat lalu overdosis atau mabok minum alkohol, A
"Omaygat mata gue ternodai." ujar Dewa sambil menutup matanya. "Gue gak nyangka kalian ngelakuin itu." Sahut Stevan "Ternyata lo gak gay." celetuk Sean "Kalian mainnya terlalu jauh." seloroh Rafli "Samudra apa yang lo lakuin." marah Atlas "Kenapa lo gak terima? " jawab Samudra sambil tersenyum miring "Brengsek lo." Atlas sakit hati melihat pemandangan yang membuat hatinya panas. Ia tidak menyangka dengan kejadian ini. "Gue sama Elisa sama-sama mau kok disini gak ada unsur pemaksaan." Samudra berbicara begitu ia tahu mereka semua salah paham melihatnya dengan Elisa dalam keadaan tidur dalam kasur yang sama. Apalagi Samudra tidak memakai baju semakin membuat mereka berpikir kemana-mana."Ini gak seperti yang kalian pikirkan." ucap Elisa "Maksud lo gimana? " tanya Dewa "Kalian salah paham." sanggah Elisa. Elisa berniat bangun dari kasur untuk menjelaskan semuanya bagaimana mungkin ia menjelaskan dengan kondisi yang masih berbaring di kasur apalagi tangan Samudra yang masih en
Sudah tiga hari Elisa menjauhi Samudra. Elisa masih marah tentang kejadian waktu itu di kamar Samudra. Setiap berpapasan di lorong apartemen Elisa selalu berlari menjauhi Samudra."Elisa." panggil Samudra mengejar Elisa tapi kalah cepat karena perempuan itu langsung masuk ke dalam apartemennya.Ketika mereka berpapasan di lift. Elisa langsung menekan tombol lift agar segera menutup pintunya.Hari ini Elisa berangkat lebih pagi untuk menghindari Samudra. Terlihat kelas masih sepi hanya beberapa orang yang ada di kelas Lova pun belum datang. Elisa menelungkupkan tangannya di atas meja. Elisa mengantuk ia mau tidur dulu sebentar. Suara bising menandakan kelas sudah mulai ramai, tidur Elisa pun terganggu. Elisa merentangkan tangannya karena pegal, ia melihat ke samping bukan wajah Lova yang ia liat melainkan wajah orang yang sedang ia jauhi. "Ngapain lo di sini? " tanya Elisa dengan nada yang tak ramah. "Duduk" balas Samudra "Maksud gue ngapain lo duduk di kursi Lova." Elisa kesal deng
Saat ini Elisa dan Samudra baru saja menyelesaikan hukuman mereka yaitu hormat di tiang bendera sampai jam istirahat. Mereka sedang berjalan menuju kelas. Tadinya mereka mau ke kantin tapi Elisa ingat ia membawa bekal jadi ia ke kelas dulu untuk mengambilnya. Elisa sudah menyuruh Samudra untuk pergi duluan ke kantin tapi pemuda itu tidak mau malah ia ingin mengikuti Elisa pergi ke kelas.Di perjalanan Elisa melihat Lova sedang bersembunyi di dinding dekat tangga karena penasaran Elisa pun menghampirinya, dinding itu tepat berada di samping kelasnya. Samudra yang melihat Elisa menghampiri temannya, ia pun memilih berjalan menuju kelas. Di depan kelas ada teman-temannya."Lova" panggil Elisa sambil memegang bahu Lova. "Astaga naga." latah Lova."Hahaha kaget ya maap." Elisa tertawa melihat Lova yang terkejut. "Ih Lisa ngagetin aja kirain siapa." sahut Lova sambil memegang dadanya karena terkejut. "Lagi ngapain lo di sini? " curiga Eliss"Gak ngapa-ngapain." Lova memalingkan wajahnya
Elisa sedang memainkan ponselnya di dalam kelas. Kelas sudah mulai sepi karena bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Elisa sedang menunggu Lova yang sedang ke toilet. Namun sudah sepuluh menit perempuan itu tak kunjung datang. Elisa menelpon Lova, ternyata perempuan itu tidak membawa ponselnya. Elisa pun membereskan alat tulis Lova lalu memasukkannya ke dalam tas Lova. Elisa berjalan menuju toilet yang dekat dengan kelasnya. Di perjalanan ia bertemu dengan Samudra dkk. "Mau kemana? " tanya Samudra"Mau ke toilet." ujar Elisa"Itu tas Lova? " ucap Sean melihat Elisa memegang tas Lova"Iya gue mau nyusul tuh bocah ke toilet dari tadi gue tungguin kok gak balik-balik." khawatir Elisa. Biasanya Lova jika ke toilet tidak selama ini. Pikiran buruk mulai muncul di kepala Elisa."Gue ikut." ujar Sean. Melihat Elisa yang khawatir membuat Sean juga khawatir."Lo mau ikut ke dalam." ujar Elisa."Gue tunggu di luar." jawab Sean cepat sebelum Elisa salah paham. Mana mungkin ia mas
Elisa dan Lova baru saja keluar dari toilet. Elisa menuntun Lova untuk berjalan takut sahabatnya ini tiba-tiba pingsan. Mereka berjalan di lorong terlihat Samudra dkk di depan sana. Sekolah mulai sepi hanya terlihat beberapa siswa yang masih berkeliaran di area sekolah. Terlihat di arah sana Elisa bersama Lova yang terlihat tidak baik-baik saja, karena khawatir Sean langsung mendekati mereka yang lain juga berjalan mendekati Elisa dan Lova."Pipi lo kenapa? " setibanya di sana Sean langsung bertanya. Sebab terlihat pipi Lova merah bahkan ada bekas cap lima jari di sana yang terlihat kontras dengan pipi putih Lova."Gapapa." ucap Lova. Lova senang melihat crushnya mengkhawatirkannya ternyata ada hikmah di balik ini semua. Setidaknya dengan kejadian ini membuat Lova tau bahwa Sean mengkhawatirkannya."Di tampar siapa? " "Di tampar sama para cabe." bukan Lova yang menjawab melainkan Elisa."Para cabe siapa? " tanya Dewa penasaran karena ia tidak tau siapa yang di maksud oleh Elisa."Man
Elisa melihat sekitar, pemandangan di sini sangat indah. Air terjun yang jernih dan menyejukkan, taman dengan hamparan bunga lavender yang sangat cantik, dan langit yang biru dengan awan yang menghiasinya terlihat sangat indah. Elisa tidak tau ia sekarang sedang berada di mana. Tiba-tiba ada yang memegang bahunya, Elisa pun menoleh terlihat gadis cantik dengan gaun putih. Elisa mengenali gadis itu, ia adalah Elisa Fredella Revalista pemilik asli tubuh ini. Melihat Elisa yang mengenalinya ia pun akan berbicara namun tak ia duga gadis itu menamparnya. Plak"Anjir kenapa lo nampar gue.""Itu tamparan dari Mira gue cuman perantara, Salah lo sendiri mau-mau aja jadi selingkuhan. Asal lo tau gue di tampar di hadapan banyak orang." "Ck nyebelin harusnya gue gak milih jiwa lo buat masuk ke tubuh gue.""Eh harusnya lo bersyukur milih gue. Gue bisa nyelesain masalah lo.""Iya-iya makasih kak Elisa yang cantik.""Nah gitu dong eh btw lo udah tau belum kalau ini dunia novel? ""Ya gue udah tau
Samudra yang mendengar itu mengepalkan tangannya. 'Gak akan gue biarin Elisa balikan sama Atlas.' ucap Samudra dalam hati sambil menatap tajam Atlas. Samudra yang akan menghampiri Elisa tidak jadi karena guru yang di tunggu sudah datang. Sepanjang jam pelajaran Samudra tidak bisa fokus karena memikirkan ucapan Elisa. Untuk apa Elisa meminta bertemu dengan Atlas sepulang sekolah. Tumben sekali Elisa tidak menyapanya. Apakah Elisa ingin balikan dengan Atlas? memikirkan itu membuat Samudra marah. Samudra terus menatap Elisa yang sedang fokus mendengarkan guru. Tatapan Samudra terlihat oleh Atlas teman sebangkunya. "Ngapain lo ngeliatin Elisa kayak gitu?" tanya Atlas "Bukan urusan lo." tekan Samudra "Santai bro masih pagi udah marah aja." ledek Atlas. Atlas tahu pasti Samudra saat ini sedang gelisah karena ucapannya tadi. "Lo bakal nemuin Elisa pas pulang? " "Iya kapan lagi Elisa ngajakin gue ketemuan gak kerasa udah lama banget dia ngehindar dari gue." Atlas rasa semenjak E
Elisa dan Samudra berpindah tempat kini mereka berada di apartemen Samudra. Mereka duduk merenung di ruang tamu."Ananta kita harus gimana sekarang?""Untuk sementara waktu kamu tetap pakai HP itu, agar orang yang nyadap kamu gak curiga.""Tapi aku takut.""Jangan takut itu mungkin cuman nyadap biasa. Ada yang pernah ngirim link atau dokumen yang aneh gak? atau ada nomor yang gak di kenal? " "Gak ada HP aku aman-aman aja selama ini buktinya gak kena virus sama gak error." ucap Elisa. Emang selama ini tidak ada yang aneh dengan HP nya."Ini aneh penyadap itu gak ngambil saldo uang yang ada di HP kamu atau data pribadi." baru kali Samudra melihat hal seperti ini. Sebenarnya apa motif orang itu melakukan ini semua."Aneh setidaknya alasan orang itu nyadap HP aku karena bencikan? buktinya dia buat kesalahpahaman antara aku dan Lova." Elisa sedih mengingat itu. Awas saja jika ia tahu siapa penyadap ini akan ia tonjok sampai mampus.Terjadi keheningan diantara mereka. Samudra berpikir ada
Selama jam pelajaran banyak murid yang menatap Elisa sinis. Apalagi Lova pindah tempat duduk, ia tidak ingin sebangku dengan Elisa."Lova." panggil Elisa. Lova mengabaikannya ia lebih memilih berjalan menuju bangku belakang.Elisa menghela nafas sepertinya mulai sekarang kehidupan sekolah tidak akan berjalan lancar. Ia harus segera mencari tau siapa yang menjebaknya. Semua murid tidak ada yang mau duduk bersama Elisa, Samudra pun memutuskan untuk duduk bersama Elisa. "Ananta." "Aku duduk di sini ya.""Iya." Elisa tersenyum. Setidaknya masih ada Samudra yang akan menemaninya."Kenapa sih Samudra nemenin tuh cewek.""Samudra terlalu di butakan cinta.""Tuh cewek bakal makin menjadi nih soalnya ada backingan.""Iya nih makin ngelunjak pasti."Elisa menarik nafas lalu menghembuskannya. Ia berusaha bersikap sabar mendengar bisikan mereka. Rasanya ia ingin menyumpal mulut mereka dengan kaos kaki yang sudah tidak di cuci 3 tahun.Bel pulang akhirnya berbunyi Elisa langsung saja menarik Sa
"Orang terdekat lo, Elisa." Aiza menunjuk Elisa. Semua orang menatap tak percaya apa yang barusan di ucapkan oleh Aiza. "Gue gak ngelakuin itu." bela Elisa. Semua orang menatap ke arah Elisa. Termasuk Lova ia memasang wajah kecewa. Elisa bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa malah jadi dirinya yang terseret? Apa yang sebenarnya terjadi? Lova menatap Elisa."Lisa apa bener yang di ucapin Aiza? " "Itu gak bener, mana mungkin gue tega ngelakuin itu sama lo." "Halah ngaku aja." ujar Aiza. "Emang lo ada bukti gue yang ngelakuin itu? " tanya Elisa. "Beraninya lo ngeremehin gue. Gue gak mungkin ngomong gini kalau gak ada bukti. Fara tunjukkin isi chattingan lo sama Elisa." Aiza tersenyum miring. "Dengan senang hati." Fara membuka ponselnya dan menunjukkan ke semua orang chattingan nya bersama Elisa. "Liat ini nomor lo kan? " Fara menatap remeh Elisa. Elisa menarik ponsel itu dan membaca dengan seksama. Itu memang bener nomornya. unknown Send a picture Gue mau lo tempel poto
Samudra dkk terlihat baru saja datang, mereka penasaran apa yang terjadi. Di depan sana terlihat Elisa yang masih syok dan Lova yang menangis. Mereka melihat ke arah poto itu dan terkejut begitu melihatnya."Itu Lova? " tanya Dewa dengan tatapan tidak percaya."Mata gue gak salah liat kan." ujar Stevan."Lova." ucapan Sean membuat semua orang menatap ke arah pemuda itu."I-ini g-gak se-seperti- " lidah Lova terasa kelu untuk menjelaskan semuanya. Lova sedih melihat Sean yang seperti enggan melihatnya."Sean kamu udah liat kan kelakuan jalang tuh cewek. Mending kamu putusin deh daripada nama kamu jadi tercoreng karena tuh cewek." ucap Fara."Iya Sean mending kamu pacaran sama Fara." timpal Mira. Fara mengangguk setuju dengan perkataan Mira."Kita ketipu guys cewek yang polos ini ternyata kelakuannya sama aja kayak jalang di club." ujar Aiza membuat suasana semakin panas."Wajah cowok yang di poto gak jelas tapi kayaknya om-om deh." timpal Fara.Para murid langsung menyahuti apa yang di
Satu tahun kemudian...Tidak terasa Elisa sudah satu tahun lebih menempati dunia novel ini. Banyak perubahan yang telah ia buat. Beberapa bulan lagi ia akan lulus sekolah. Elisa sudah melewati alur dimana ia dan Samudra meninggal. Semoga saja tidak ada yang berubah. Elisa masih tak menyangka ia bisa bertahan sejauh ini dari takdir kematian tragis Elisa. Kehidupan Elisa selama setahun ini tidak begitu damai. Meski begitu sampai detik ini ia masih belum mengetahui siapa antagonis pria di novel ini. Entah itu Rafli atau Arthur, Elisa hanya mencurigai mereka karena selalu bertingkah aneh."Lisa liat deh di kolong meja kamu ada bunga mawar lagi." ujar Lova. Membuyarkan lamunan Elisa.Elisa menghela nafas, memang sudah setahun ini ada yang menjadi pengagum rahasianya. Dia selalu menyimpan setangkai bunga mawar di kolong mejanya."Siapa sih nih orang gak bosen apa ngasih gue bunga terus.""Dia suka sama kamu.""Dia pasti tau kan kalau gue udah punya pacar.""Mungkin dia nunggu kamu putus.""
Samudra mendekatkan mulutnya di telinga Elisa."Asal kamu tau aku selama ini nahan obsesi aku ke kamu. Rasanya aku ingin mengurungmu di kamarku agar tidak ada cowok lain yang bisa melihat kecantikanmu. Bahkan pernah terlintas dalam benakku menjadikanmu milikku seutuhnya. Tapi aku gak ngelakuin itu karena takut kamu menjauh. Jadi jangan menjauhiku lagi ya sayang."Elisa merinding mendengar itu."Lo bercanda kan? ""Apakah wajahku terlihat bercanda sayang? " Samudra menatap lekat Elisa.Dalam pikiran Elisa sekarang, ia berusaha mencari cara agar bisa kabur dari Samudra. Sebuah ide terlintas di benaknya."Ananta." Samudra menaikkan sebelah alisnya bertanya. Merasa Samudra mulai lengah, Elisa menginjak kakinya lalu mendorong tubuh Samudra. Samudra mundur beberapa langkah. Dengan secepat kilat Elisa berlari menjauhi Samudra. Sebelum itu Elisa sempat berbicara."Jangan deketin gue."Samudra menatap kepergian Elisa. Sebenarnya injakkan kaki dari Elisa tidak sakit, ia terdorong pun karena leng
Samudra sudah berulang kali menghela nafas. Seingatnya terakhir kali ia dan Elisa masih baik-baik saja. Tapi sudah seminggu ini Elisa terlihat menjauhinya. Dewa terlihat kesal melihat Samudra yang sedari tadi menghela nafas."Lo kenapa sih Sam? " tanya Dewa"Gak.""Singkat amat jawabnya hebat sih Elisa mah pacaran sama lo."Ketika Dewa menyebutkan nama Elisa, Samudra menatap teman-temannya."Gue mau nanya.""Nanya apaan? " sahut Stevan yang masih fokus memainkan ponselnya. Ia sedang membalas pesan pacar barunya padahal Stevan baru putus dua hari lalu dari mantannya."Kenapa Elisa ngejauhin gue? " Mereka yang tadinya fokus ke kegiatan masing-masing mendadak berhenti dan menatap Samudra. Ternyata alasan Samudra terus menghela nafas karena Elisa menjauhinya."Lo buat salah kali." ujar Stevan."Elisa gak tahan sama sikap dingin lo." sahut Dewa"Dia udah gak mau sama lo mungkin." ucap Rafli"Cuek." ucap Sean."Lo gak seromantis gue." ujar Atlas."Mana mungkin gue kalah romantis sama lo." k
Elisa saat ini sedang berbaring di kasur empuknya. Ia baru saja selesai membersihkan diri. Ia menatap langit-langit kamarnya."Udah beberapa bulan gue di sini.""Sampai detik ini gue belum tau siapa antagonis pria di novel ini.""Masalahnya yang mencurigakannya ada dua orang.""Apa itu Rafli ya tapi masa sih dia.""Atau Arthur ya soalnya sikap dia aneh banget.""Tau ah pusing gue."Elisa berguling-guling ke kiri dan ke kanan. Mencari posisi yang enak untuk tidur. Sudah beberapa menit matanya tak kunjung terpejam. Elisa mendudukkan dirinya di kasur lalu mengambil ponsel yang berada di nakas. Ia ingin menelepon pacarnya. "Hallo.""Ada apa sayang? " Mendengar suara Samudra yang soft spoken membuat jantungnya berdebar kencang."Lagi ngapain? ""Lagi mikir.""Mikir? ""Mikirin kamu." Meski sudah sering Samudra melontarkan kata-kata manis tetap saja Elisa masih belum terbiasa."Aku susah tidur." Elisa mengalihkan pembicaraan."Coba keluar terus buka pintu apart.""Ngapain gak mau ah males.
Elisa baru saja keluar dari kelas. Hari ini adalah hari terakhir ujian. Elisa bisa bernafas lega karena ujian telah usai, itu artinya ia bisa bersantai. Elisa menunggu Lova selesai ujian, ia berdiri di depan kelas sambil memainkan ponselnya.Saat sedang bermain ponsel tiba-tiba Elisa teringat kejadian waktu itu, ketika ia memegang perut kotak-kotak Samudra. Semburat merah muncul di pipinya, Elisa tersenyum mengingat itu.Suara gaduh di depannya membuat ia mengalihkan pandanganya ke depan, lebih tepatnya kelas sebelah di sana ada Samudra, Sean, Stevan, Rafli dan cewek yang waktu itu. Senyum Elisa memudar melihat cewek itu bergelayut manja di tangan Samudra dan Sean. Kedua pemuda itu terlihat ingin menepis namun cukup susah karena cewek itu terlihat memegang tangan mereka erat."Maruk banget tuh cewek.""Ananta." panggil Elisa. Ia mendekat ke arah mereka. Lalu melepas tangan cewek itu yang berada di tangan Samudra dan Sean. Ia tak akan membiarkan cewek itu merebut pacarnya dan calon pac