Home / Fiksi Remaja / The Good Antagonist / Chapter 20 - Salah paham

Share

Chapter 20 - Salah paham

Author: Echa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Omaygat mata gue ternodai." ujar Dewa sambil menutup matanya.

"Gue gak nyangka kalian ngelakuin itu." Sahut Stevan

"Ternyata lo gak gay." celetuk Sean

"Kalian mainnya terlalu jauh." seloroh Rafli

"Samudra apa yang lo lakuin." marah Atlas

"Kenapa lo gak terima? " jawab Samudra sambil tersenyum miring

"Brengsek lo." Atlas sakit hati melihat pemandangan yang membuat hatinya panas. Ia tidak menyangka dengan kejadian ini.

"Gue sama Elisa sama-sama mau kok disini gak ada unsur pemaksaan." Samudra berbicara begitu ia tahu mereka semua salah paham melihatnya dengan Elisa dalam keadaan tidur dalam kasur yang sama. Apalagi Samudra tidak memakai baju semakin membuat mereka berpikir kemana-mana.

"Ini gak seperti yang kalian pikirkan." ucap Elisa

"Maksud lo gimana? " tanya Dewa

"Kalian salah paham." sanggah Elisa.

Elisa berniat bangun dari kasur untuk menjelaskan semuanya bagaimana mungkin ia menjelaskan dengan kondisi yang masih berbaring di kasur apalagi tangan Samudra yang masih en
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Good Antagonist   Chapter 21 - Elisa ngambek

    Sudah tiga hari Elisa menjauhi Samudra. Elisa masih marah tentang kejadian waktu itu di kamar Samudra. Setiap berpapasan di lorong apartemen Elisa selalu berlari menjauhi Samudra."Elisa." panggil Samudra mengejar Elisa tapi kalah cepat karena perempuan itu langsung masuk ke dalam apartemennya.Ketika mereka berpapasan di lift. Elisa langsung menekan tombol lift agar segera menutup pintunya.Hari ini Elisa berangkat lebih pagi untuk menghindari Samudra. Terlihat kelas masih sepi hanya beberapa orang yang ada di kelas Lova pun belum datang. Elisa menelungkupkan tangannya di atas meja. Elisa mengantuk ia mau tidur dulu sebentar. Suara bising menandakan kelas sudah mulai ramai, tidur Elisa pun terganggu. Elisa merentangkan tangannya karena pegal, ia melihat ke samping bukan wajah Lova yang ia liat melainkan wajah orang yang sedang ia jauhi. "Ngapain lo di sini? " tanya Elisa dengan nada yang tak ramah. "Duduk" balas Samudra "Maksud gue ngapain lo duduk di kursi Lova." Elisa kesal deng

  • The Good Antagonist   Chapter 22 - Rasa Sabun?

    Saat ini Elisa dan Samudra baru saja menyelesaikan hukuman mereka yaitu hormat di tiang bendera sampai jam istirahat. Mereka sedang berjalan menuju kelas. Tadinya mereka mau ke kantin tapi Elisa ingat ia membawa bekal jadi ia ke kelas dulu untuk mengambilnya. Elisa sudah menyuruh Samudra untuk pergi duluan ke kantin tapi pemuda itu tidak mau malah ia ingin mengikuti Elisa pergi ke kelas.Di perjalanan Elisa melihat Lova sedang bersembunyi di dinding dekat tangga karena penasaran Elisa pun menghampirinya, dinding itu tepat berada di samping kelasnya. Samudra yang melihat Elisa menghampiri temannya, ia pun memilih berjalan menuju kelas. Di depan kelas ada teman-temannya."Lova" panggil Elisa sambil memegang bahu Lova. "Astaga naga." latah Lova."Hahaha kaget ya maap." Elisa tertawa melihat Lova yang terkejut. "Ih Lisa ngagetin aja kirain siapa." sahut Lova sambil memegang dadanya karena terkejut. "Lagi ngapain lo di sini? " curiga Eliss"Gak ngapa-ngapain." Lova memalingkan wajahnya

  • The Good Antagonist   Chapter 23 - Para Cabe

    Elisa sedang memainkan ponselnya di dalam kelas. Kelas sudah mulai sepi karena bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Elisa sedang menunggu Lova yang sedang ke toilet. Namun sudah sepuluh menit perempuan itu tak kunjung datang. Elisa menelpon Lova, ternyata perempuan itu tidak membawa ponselnya. Elisa pun membereskan alat tulis Lova lalu memasukkannya ke dalam tas Lova. Elisa berjalan menuju toilet yang dekat dengan kelasnya. Di perjalanan ia bertemu dengan Samudra dkk. "Mau kemana? " tanya Samudra"Mau ke toilet." ujar Elisa"Itu tas Lova? " ucap Sean melihat Elisa memegang tas Lova"Iya gue mau nyusul tuh bocah ke toilet dari tadi gue tungguin kok gak balik-balik." khawatir Elisa. Biasanya Lova jika ke toilet tidak selama ini. Pikiran buruk mulai muncul di kepala Elisa."Gue ikut." ujar Sean. Melihat Elisa yang khawatir membuat Sean juga khawatir."Lo mau ikut ke dalam." ujar Elisa."Gue tunggu di luar." jawab Sean cepat sebelum Elisa salah paham. Mana mungkin ia mas

  • The Good Antagonist   Chapter 24 - Ada ketampanan

    Elisa dan Lova baru saja keluar dari toilet. Elisa menuntun Lova untuk berjalan takut sahabatnya ini tiba-tiba pingsan. Mereka berjalan di lorong terlihat Samudra dkk di depan sana. Sekolah mulai sepi hanya terlihat beberapa siswa yang masih berkeliaran di area sekolah. Terlihat di arah sana Elisa bersama Lova yang terlihat tidak baik-baik saja, karena khawatir Sean langsung mendekati mereka yang lain juga berjalan mendekati Elisa dan Lova."Pipi lo kenapa? " setibanya di sana Sean langsung bertanya. Sebab terlihat pipi Lova merah bahkan ada bekas cap lima jari di sana yang terlihat kontras dengan pipi putih Lova."Gapapa." ucap Lova. Lova senang melihat crushnya mengkhawatirkannya ternyata ada hikmah di balik ini semua. Setidaknya dengan kejadian ini membuat Lova tau bahwa Sean mengkhawatirkannya."Di tampar siapa? " "Di tampar sama para cabe." bukan Lova yang menjawab melainkan Elisa."Para cabe siapa? " tanya Dewa penasaran karena ia tidak tau siapa yang di maksud oleh Elisa."Man

  • The Good Antagonist   Chapter 25 - Bertemu Elisa asli

    Elisa melihat sekitar, pemandangan di sini sangat indah. Air terjun yang jernih dan menyejukkan, taman dengan hamparan bunga lavender yang sangat cantik, dan langit yang biru dengan awan yang menghiasinya terlihat sangat indah. Elisa tidak tau ia sekarang sedang berada di mana. Tiba-tiba ada yang memegang bahunya, Elisa pun menoleh terlihat gadis cantik dengan gaun putih. Elisa mengenali gadis itu, ia adalah Elisa Fredella Revalista pemilik asli tubuh ini. Melihat Elisa yang mengenalinya ia pun akan berbicara namun tak ia duga gadis itu menamparnya. Plak"Anjir kenapa lo nampar gue.""Itu tamparan dari Mira gue cuman perantara, Salah lo sendiri mau-mau aja jadi selingkuhan. Asal lo tau gue di tampar di hadapan banyak orang." "Ck nyebelin harusnya gue gak milih jiwa lo buat masuk ke tubuh gue.""Eh harusnya lo bersyukur milih gue. Gue bisa nyelesain masalah lo.""Iya-iya makasih kak Elisa yang cantik.""Nah gitu dong eh btw lo udah tau belum kalau ini dunia novel? ""Ya gue udah tau

  • The Good Antagonist   Chapter 26 - Balikan?

    Samudra yang mendengar itu mengepalkan tangannya. 'Gak akan gue biarin Elisa balikan sama Atlas.' ucap Samudra dalam hati sambil menatap tajam Atlas. Samudra yang akan menghampiri Elisa tidak jadi karena guru yang di tunggu sudah datang. Sepanjang jam pelajaran Samudra tidak bisa fokus karena memikirkan ucapan Elisa. Untuk apa Elisa meminta bertemu dengan Atlas sepulang sekolah. Tumben sekali Elisa tidak menyapanya. Apakah Elisa ingin balikan dengan Atlas? memikirkan itu membuat Samudra marah. Samudra terus menatap Elisa yang sedang fokus mendengarkan guru. Tatapan Samudra terlihat oleh Atlas teman sebangkunya. "Ngapain lo ngeliatin Elisa kayak gitu?" tanya Atlas "Bukan urusan lo." tekan Samudra "Santai bro masih pagi udah marah aja." ledek Atlas. Atlas tahu pasti Samudra saat ini sedang gelisah karena ucapannya tadi. "Lo bakal nemuin Elisa pas pulang? " "Iya kapan lagi Elisa ngajakin gue ketemuan gak kerasa udah lama banget dia ngehindar dari gue." Atlas rasa semenjak E

  • The Good Antagonist   Chapter 27 - Gak akan nolak

    Tak tahan dengan pemandangan itu Samudra menghampiri mereka lalu menarik tangan Elisa agar pelukan mereka terlepas. "Ananta" kaget ElisaFlashback onElisa baru saja sampai di taman belakang sekolah tempat ini cukup sepi karena ada rumor yang mengatakan bahwa di sini angker mengingat itu membuat Elisa merinding. Meski begitu nyatanya taman ini cukup asri dan sejuk karena banyak pohon yang di tanam di sini. Di kejauhan terlihat Atlas yang sedang duduk di bangku yang ada di dekat pohon sambil memainkan ponselnya. Elisa pun menghampirinya lalu duduk di sebelah Atlas. Menyadari ada yang duduk di sebelahnya Atlas mengalihkan pandangannya dari ponsel. Terlihat Elisa yang sedang menatapnya. Dengan jarak yang begitu dekat entah mengapa jantung Atlas berdebar kencang. Apakah ia akan balikan dengan Elisa? "Atlas" panggil Elisa. Mendengar suara Elisa membuyarkan lamunannya."Lo udah gak marah sama gue? " tanya Atlas dengan nada penuh penyesalan. "Gak.""Gue gak salah dengarkan? " tanya Atlas

  • The Good Antagonist   Chapter 28 - Basket

    Tak terasa telah seminggu berlalu, hubungan Samudra dan Elisa yang telah resmi pacaran. Kini kedua manusia itu sulit di pisahkan lebih tepatnya Samudra yang terus menempel kepada Elisa seperti lem. Pemandangan itu di lihat oleh semua murid. Mereka merasa iri karena idola mereka telah mempunyai kekasih. Setiap hari rasanya seperti hari patah hati. Meski begitu beberapa dari mereka menyukai couple goals itu. Mereka memandang Samudra dan Elisa yang baru saja tiba di sekolah terlihat Samudra yang melepaskan helm Elisa lalu merapihkan rambut Elisa dengan menunduk karena Elisa yang tingginya sebatas dadanya. Pemandangan itu membuat mereka gigit jari saking gemasnya. "Aduh masih pagi loh udah ada pemandangan yang bikin iri.""Gemes banget deh sama couple goals kita.""Pengen deh di posisi Elisa.""Halah palingan itu Elisa maksa sama Samudra buat ngelakuin itu.""Iya paling Elisa yang gatel."Begitulah omongan para murid ada yang suka dan ada yang iri. Samudra dan Elisa berjalan dengan berpe

Latest chapter

  • The Good Antagonist   Chapter 41 - Video Call

    "Arthur." "Rafli." "Kenapa kalian bertengkar? " "Tuh bocah nyenggol gue bukannya minta maaf malah nyelonong pergi." ucap Rafli kesal. "Gue udah minta maaf lo aja yang budeg." "Halah gak usah ngelak deh." "Udah-udah kalian gak malu apa di liatin orang lain." Elisa melerai pertengkaran mereka. Mereka melihat sekitar dan benar semua orang menatap pertengkaran mereka. Bahkan terdengar bisik-bisik. "Btw lo ngapain di sini ngikutin gue sama Ananta ya? " Elisa memicingkan matanya. "Dih geer lo, gak ada kerjaan gue ngikutin lo." ucap Rafli. "Terus lo ngapain di sini? " "Gue janjian sama anak-anak tuh Atlas sama Sean." Rafli menunjuk ke arah Atlas dan Sean yang mendekati mereka. Arthur yang merasa di abaikan memilih pergi tanpa pamit. Elisa melihat kepergian Arthur dengan tatapan sulit di artikan. Rafli melihat Elisa yang menatap Arthur yang sudah pergi jauh. "Natapnya gitu amat awas lo suka." "Gak lah di hati gue cuman ada Anantayang." Elisa bergelayut manja di tangan Samudra.

  • The Good Antagonist   Chapter 40 - Restoran

    Mereka baru saja keluar dari bioskop. Samudra masih setia menggenggam tangan Elisa. Sepanjang berjalan banyak mata yang menatap mereka. "Iri banget pengen deh di posisi ceweknya.""Masih gantengan gue.""Serasi banget ceweknya cantik cowoknya ganteng.""Pasangan setara.""Merasa tenang kalau cocok gini.""Gak cocok masih cocok kan sama aku."Begitulah celotehan orang-orang yang melihat Elisa dan Samudra. Sedangkan orang yang di bicarakan memilih mengabaikan itu."Masih marah? " Samudra menatap Elisa lembut."Siapa juga yang marah." Elisa menatap ke arah lain. Samudra senang akhirnya Elisa tak marah lagi."Sekarang kita mau kemana? ""Terserah.""Kita ke restoran aja ya aku gak mau pacar aku kelaparan." semburat merah muncul di pipi Elisa mendengar itu."Apa katanya, pacar aku? p-a-c-a-r a-k-u? PACAR AKU?? bisa apa? bisa gila aku.""Iya." untuk menutup kegugupannya Elisa bersikap biasa saja.Sesampainya di restoran mereka langsung duduk di meja yang kosong. Restoran ini sedang ramai u

  • The Good Antagonist   Chapter 39 - Nonton Bioskop

    Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga

  • The Good Antagonist   Chapter 38 - Hilang Ponsel

    Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa

  • The Good Antagonist   Chapter 37 - Merenung

    Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m

  • The Good Antagonist   Chapter 36 - Tersesat

    Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru

  • The Good Antagonist   Chapter 35 - Jurit Malam

    Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B

  • The Good Antagonist   Chapter 34 - Tenda

    Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap

  • The Good Antagonist   Chapter 33 - Bus

    Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen

DMCA.com Protection Status