Samudra yang mendengar itu mengepalkan tangannya. 'Gak akan gue biarin Elisa balikan sama Atlas.' ucap Samudra dalam hati sambil menatap tajam Atlas. Samudra yang akan menghampiri Elisa tidak jadi karena guru yang di tunggu sudah datang. Sepanjang jam pelajaran Samudra tidak bisa fokus karena memikirkan ucapan Elisa. Untuk apa Elisa meminta bertemu dengan Atlas sepulang sekolah. Tumben sekali Elisa tidak menyapanya. Apakah Elisa ingin balikan dengan Atlas? memikirkan itu membuat Samudra marah. Samudra terus menatap Elisa yang sedang fokus mendengarkan guru. Tatapan Samudra terlihat oleh Atlas teman sebangkunya. "Ngapain lo ngeliatin Elisa kayak gitu?" tanya Atlas "Bukan urusan lo." tekan Samudra "Santai bro masih pagi udah marah aja." ledek Atlas. Atlas tahu pasti Samudra saat ini sedang gelisah karena ucapannya tadi. "Lo bakal nemuin Elisa pas pulang? " "Iya kapan lagi Elisa ngajakin gue ketemuan gak kerasa udah lama banget dia ngehindar dari gue." Atlas rasa semenjak E
Tak tahan dengan pemandangan itu Samudra menghampiri mereka lalu menarik tangan Elisa agar pelukan mereka terlepas. "Ananta" kaget ElisaFlashback onElisa baru saja sampai di taman belakang sekolah tempat ini cukup sepi karena ada rumor yang mengatakan bahwa di sini angker mengingat itu membuat Elisa merinding. Meski begitu nyatanya taman ini cukup asri dan sejuk karena banyak pohon yang di tanam di sini. Di kejauhan terlihat Atlas yang sedang duduk di bangku yang ada di dekat pohon sambil memainkan ponselnya. Elisa pun menghampirinya lalu duduk di sebelah Atlas. Menyadari ada yang duduk di sebelahnya Atlas mengalihkan pandangannya dari ponsel. Terlihat Elisa yang sedang menatapnya. Dengan jarak yang begitu dekat entah mengapa jantung Atlas berdebar kencang. Apakah ia akan balikan dengan Elisa? "Atlas" panggil Elisa. Mendengar suara Elisa membuyarkan lamunannya."Lo udah gak marah sama gue? " tanya Atlas dengan nada penuh penyesalan. "Gak.""Gue gak salah dengarkan? " tanya Atlas
Tak terasa telah seminggu berlalu, hubungan Samudra dan Elisa yang telah resmi pacaran. Kini kedua manusia itu sulit di pisahkan lebih tepatnya Samudra yang terus menempel kepada Elisa seperti lem. Pemandangan itu di lihat oleh semua murid. Mereka merasa iri karena idola mereka telah mempunyai kekasih. Setiap hari rasanya seperti hari patah hati. Meski begitu beberapa dari mereka menyukai couple goals itu. Mereka memandang Samudra dan Elisa yang baru saja tiba di sekolah terlihat Samudra yang melepaskan helm Elisa lalu merapihkan rambut Elisa dengan menunduk karena Elisa yang tingginya sebatas dadanya. Pemandangan itu membuat mereka gigit jari saking gemasnya. "Aduh masih pagi loh udah ada pemandangan yang bikin iri.""Gemes banget deh sama couple goals kita.""Pengen deh di posisi Elisa.""Halah palingan itu Elisa maksa sama Samudra buat ngelakuin itu.""Iya paling Elisa yang gatel."Begitulah omongan para murid ada yang suka dan ada yang iri. Samudra dan Elisa berjalan dengan berpe
Kantin terlihat ramai seperti biasanya. Elisa saat ini sedang menunggu makanannya tiba. Ia sedang berbincang dengan Lova menghiraukan enam pemuda yang menyimak perbincangan mereka. Tiba-tiba Dewa menggebrak meja cukup keras membuat banyak orang terkejut. Brak"Anjir bikin gue jantungan aja." ucap Stevan sambil mengelus dadanya. "Kenapa sih lo? " kesal Rafli"Dengerin guys ada berita hot. " ujar Dewa"Apaan? " kepo Elisa"Dia kembali." "Siapa? " tanya Samudra"Kebiasaan nih kalau ngomong suka gak jelas." Kesal Lova"Itu musuh si Atlas sama Samudra yang suka ngajak ribut." "Arthur Sky Nicolas? " tanya Atlas memastikan. "Iya dia baru aja sekolah tadi katanya hukuman skornya udah habis." "Bukannya dia di Drop out ya? " tanya Rafli"Katanya gak jadi karena kurangnya bukti." "Bukti? Bukannya udah jelas ya kan ada rekaman CCTV." ucap Samudra"CCTV nya gak membuktikan bahwa itu Arthur soalnya pelaku pakai jaket hitam dan topi jadi gak keliatan wajahnya.""Kalian ngomongin apa sih gue g
Elisa baru saja di pakaikan penyangga bahu karena ia mengalami cedera pada bahunya untung saja tidak ada yang serius, namun untuk berjaga-jaga Elisa harus menginap dulu sehari di rumah sakit. "Kalau begitu saya permisi dulu besok saya akan datang lagi kesini untuk mengecek kondisi kamu. " ucap dokter. "Iya dok." ujar Elisa. Dokter pun meninggalkan ruang inap Elisa. Kini tersisa Lova dan Samudra. "Lo pulang aja biar gue yang nemenin Elisa." ujar Samudra. "Gak bisa aku aja yang nemenin Lisa." sahut Lova"Gue pacarnya Elisa aman sama gue.""Aku sahabatnya Lisa lebih aman sama aku kalau sama kamu bahaya.""Bahaya apa nya? ""Takut kamu macam-macam sama Lisa apalagi Lisa lagi sakit.""Gue gak akan ngelakuin itu.""Udah kalian malah ribut Ananta aku sama Lova aja ya." bujuk Elisa"Tapi aku pengen nemenin kamu." ucap Samudra"Besok kan bisa kamu datang lagi ke sini.""Oke tapi kalau ada apa-apa telepon aku ya.""Iya"Samudra pun pamit. Tak lama setelah itu ada yang mengetuk pintu ternyat
Hari ini Elisa sudah siap sekolah, meski masih menggunakan penyangga bahu. Ia sedang berjalan bersama Samudra menuju basement. "Kamu yakin mau sekolah? ""Iya lagian aku udah gapapa.""Gapapa gimana bahu kamu masih cedera sayang.""Kalau gak sekolah bosan tau di apartemen.""Oke tapi nanti kalau sakit bilang sama aku ya.""Siap kapten." ucap Elisa sambil memberikan hormat kepada Samudra yang membuat Samudra tertawa. Elisa yang melihat itu di buat takjub Samudra terlihat berkali lipat lebih tampan saat tertawa. "Lucu banget pacar siapa sih? ""Pacar Ananta."Samudra yang mendengar itu tersenyum. Tak terasa kini mereka sudah berada di basement. Namun Elisa heran kenapa Samudra mendekati mobil bukan motornya. "Gak naik motor? ""Gak selama kamu sakit kita berangkat naik mobil."Setelah mengatakan itu Samudra berjalan menuju mobilnya, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Elisa. Setelah Elisa masuk, Samudra pun masuk ke mobil. Sebelum menjalankan mobil Samudra mendekati Elisa. Saat
Tidak terasa sudah tiga hari berlalu kini kini cedera di bahu Elisa sudah sembuh. Hari ini adalah hari minggu hari yang cocok untuk bermalas-malasan setelah menjalani hari yang melelahkan karena mengerjakan tugas. Namun hari ini sama saja karena Elisa akan mengerjakan tugas bedanya tugas ini berkelompok. Mereka akan kerja kelompok di apartemen nya. Elisa sedang menyiapkan makanan dan cemilan agar mereka tidak kelaparan. Terdengar suara bel pintu, Elisa pun segera membukanya langsung tanpa melihat siapa yang datang ia kira Samudra yang datang namun perkiraan nya salah. "Arthur" kaget ElisaFlashback onSebentar lagi jam pelajaran hampir selesai. Para murid tak sabar menunggu bel berbunyi. "Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas tapi sebelum itu ibu akan bagi kelompok.""Untuk kelompok 1 ada Mira, Atlas, stevan, Aiza, Bintang, dan Bunga.""Kelompok 2 ada Elisa, Lova, Samudra, Sean, dan Arthur."Dan seterusnya. Elisa tak menyangka akan sekelompok dengan Arthur. "Kita sekelompok sama
Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen
"Arthur." "Rafli." "Kenapa kalian bertengkar? " "Tuh bocah nyenggol gue bukannya minta maaf malah nyelonong pergi." ucap Rafli kesal. "Gue udah minta maaf lo aja yang budeg." "Halah gak usah ngelak deh." "Udah-udah kalian gak malu apa di liatin orang lain." Elisa melerai pertengkaran mereka. Mereka melihat sekitar dan benar semua orang menatap pertengkaran mereka. Bahkan terdengar bisik-bisik. "Btw lo ngapain di sini ngikutin gue sama Ananta ya? " Elisa memicingkan matanya. "Dih geer lo, gak ada kerjaan gue ngikutin lo." ucap Rafli. "Terus lo ngapain di sini? " "Gue janjian sama anak-anak tuh Atlas sama Sean." Rafli menunjuk ke arah Atlas dan Sean yang mendekati mereka. Arthur yang merasa di abaikan memilih pergi tanpa pamit. Elisa melihat kepergian Arthur dengan tatapan sulit di artikan. Rafli melihat Elisa yang menatap Arthur yang sudah pergi jauh. "Natapnya gitu amat awas lo suka." "Gak lah di hati gue cuman ada Anantayang." Elisa bergelayut manja di tangan Samudra.
Mereka baru saja keluar dari bioskop. Samudra masih setia menggenggam tangan Elisa. Sepanjang berjalan banyak mata yang menatap mereka. "Iri banget pengen deh di posisi ceweknya.""Masih gantengan gue.""Serasi banget ceweknya cantik cowoknya ganteng.""Pasangan setara.""Merasa tenang kalau cocok gini.""Gak cocok masih cocok kan sama aku."Begitulah celotehan orang-orang yang melihat Elisa dan Samudra. Sedangkan orang yang di bicarakan memilih mengabaikan itu."Masih marah? " Samudra menatap Elisa lembut."Siapa juga yang marah." Elisa menatap ke arah lain. Samudra senang akhirnya Elisa tak marah lagi."Sekarang kita mau kemana? ""Terserah.""Kita ke restoran aja ya aku gak mau pacar aku kelaparan." semburat merah muncul di pipi Elisa mendengar itu."Apa katanya, pacar aku? p-a-c-a-r a-k-u? PACAR AKU?? bisa apa? bisa gila aku.""Iya." untuk menutup kegugupannya Elisa bersikap biasa saja.Sesampainya di restoran mereka langsung duduk di meja yang kosong. Restoran ini sedang ramai u
Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga
Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa
Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m
Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru
Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B
Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap
Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen