Home / Fiksi Remaja / The Good Antagonist / Chapter 8 - Teman tapi mesra

Share

Chapter 8 - Teman tapi mesra

Author: Echa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla

"Gak bun." ucap Samudra

"Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla

"Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta."

"Maksudnya teman tapi mesra kan? "

"Ih bundaa." rengek Samudra

Bunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia?

Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya.

Elisa menyudahi lamunannya kemudian masuk ke ruangan itu. Bunda Layla dan Samudra menoleh mendengar bunyi pintu yang di buka.

"Bunda ada handuk kecil? " tanya Elisa

"Itu ada di atas meja kecil dekat sofa sayang." ucap bunda Layla

"Elisa pinjam ya bunda." ucap Elisa setelah menemukan benda yang ia butuhkan.

"Iya boleh."

Elisa duduk di sofa itu. Bunda Layla juga mulai tidur mungkin karena efek setelah minum obat. Kini tersisa lah Elisa dan Samudra yang sama-sama diam, suasana pun mulai canggung. Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini.

"Ananta sini." ucap Elisa sambil menepuk sofa di sebelahnya.

"Gue di sini aja." ucap Samudra yang duduk di depannya.

"Cepet duduk di sini."

"Gak."

"Kenapa? "

"Gak papa."

"Ish Ananta nyebelin cepet duduk di sebelah gue."

"Hm"

Samudra pun mengalah dan duduk di samping Elisa. Elisa membuka salah satu kresek yang ia bawa, terlihat sebuah es batu yang cukup besar. Elisa pun membungkus es batu itu dengan handuk kecil. Samudra yang tengah memainkan ponselnya terkejut merasakan rasa dingin di pipinya.

"Sakit gak? " tanya Elisa yang sedang mengompres pipi Samudra.

"Gak sshh" ringis Samudra ketika pipinya di tekan oleh Elisa

"Masa gak sakit tapi meringis kayak gitu." ejek Elisa

"Lo nekannya terlalu kuat."

"Oh iya kah maap Ananta." ucap Elisa dengan nada yang menyebalkan. Samudra yang mendengar itu memutar bola matanya malas.

Setelah selesai mengompres pipi Samudra yang memerah karena di tampar oleh ayahnya. Elisa pun memakan makanan yang tadi di belinya di kantin rumah sakit.

"Mau gak? " ucap Elisa sambil menyodorkan snack yang di pegangnya.

"Gak" ujar Samudra yang masih pokus bermain game di ponselnya.

"Buka mulutnya." ucap Elisa berniat menyuapi Samudra.

Tak Elisa duga Samudra membuka mulutnya. Mereka pun menghabiskan semua makanan yang Elisa beli dengan Elisa yang menyuapi Samudra yang sedang bermain game. Tak terasa langit sudah mulai gelap. Bunda Layla pun sudah bangun. Elisa membereskan sampah makanan lalu membuangnya di tong sampah. Elisa sudah memakai kembali tas sekolahnya, ia berniat pulang karena sudah malam.

"Bunda Elisa pulang dulu ya."

"Iya kamu pulang pakai apa? "

"Naik taksi bunda."

"Udah malam bahaya naik taksi, Ananta anterin Elisa ya."

"Gak usah bunda Ananta biar di sini aja jagain bunda." tolak Elisa

"Bunda gak papa masih ada suster kok Elisa jangan khawatir."

"Biar gue aja yang nganterin lo." ucap Samudra

"Tuh Ananta aja gak keberatan Elisa mau ya? "

"Iya bunda."

Mereka pun berpamitan kepada bunda tak lupa menyalimi bunda. Setelah sampai di parkiran, Samudra memakaikan jaketnya di pinggang Elisa lalu memakaikannya helm. Perlakuan Samudra tak luput dari pandangan Elisa rona kemerahan terlihat di pipinya.'Aduh sweet banget kesayangan aku' batin Elisa.

"Naik"

"Iya"

"Ananta"

"Hm"

"Boleh meluk? "

"Ya"

Mendengar jawaban Samudra, Elisa pun melingkarkan tangannya di perut Samudra. Tanpa sadar Elisa mengelus perut Samudra yang hanya memakai seragam terasa ada kotak-kotak yang keras di sana. Samudra merasa Elisa mengelus perutnya.

"Elisa" ucap Samudra

Elisa yang mendengar itu tersadar akan tingkah bodohnya kemudian ia kembali memeluk Samudra. Terlihat wajah gadis itu memerah. Samudra yang melihat itu dari kaca spion tak bisa menahan senyumnya. Untung saja Samudra menggunakan helm fullface jadi Elisa tidak bisa melihatnya.

Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu.

"Elisa" panggil Samudra

Related chapters

  • The Good Antagonist   Chapter 9 - Jogging

    Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa

  • The Good Antagonist   Chapter 10 - Temenan ya

    Tanpa di duga seseorang datang menghampiri mereka. "Elisa" panggil AtlasSamudra dan Elisa menoleh ke depan di sana berdiri Atlas memandang mereka tak suka. "Apa? " tanya Elisa malas"Ngapain lo berduaan sama Samudra." ucap Atlas cemburu"Terserah gue lah.""Gue gak suka.""Emang gue peduli.""Lo jauhin Samudra.""Siapa lo nyuruh-nyuruh gue.""Gue mantan lo.""Cuman mantan gak usah sok ngatur deh." Samudra hanya menatap datar pertikaian mereka. Sampai ia merasakan tangan mungil memegang tangannya dengan erat. Samudra rasa jantungnya berdebar, tanpa mereka sadari telinga Samudra memerah. "Ayo Ananta kita pergi." ucap Elisa sambil memegang tangan Samudra. "Hm" "Gue lapar makan dulu bubur ayam ya.""Ya"Pergerakkan mereka terhenti ketika Atlas menghalangi jalan mereka. "Gue ikut." ucap Atlas"Ck terserah." ujar ElisaMereka berjalan beriringan menuju ke tempat jualan bubur ayam. "Elisa" panggil Atlas"Apa?" tanya Elisa tanpa melihat Atlas"Gue juga mau di pegang tangannya sama lo

  • The Good Antagonist   Chapter 11 - Murid baru

    Hari ini Elisa bangun lebih pagi karena ia tidak mau kesiangan lagi, apalagi hari ini adalah hari senin yang dimana semua sekolah mengadakan upacara bendera. Elisa sudah siap dengan seragam yang membalut tubuhnya. Ia pun memasukan buku ke dalam tas sesuai jadwal pelajaran. Elisa menuju ke dapur, ia akan memasak untung saja kemarin ia sudah belanja membeli kebutuhan pokok dan camilan. Terlihat kulkas yang kosong kini sudah penuh dengan berbagai makanan. Elisa sudah mengambil bahan-bahan lalu mulai memasak, ia berencana membuat nasi goreng seafood. Elisa yang asli mungkin tidak bisa memasak untung saja Elisa yang sekarang bisa memasak karena ia merupakan anak kos yang harus serba bisa. Mengingat masa lalunya Elisa jadi merindukan ayah dan bundanya, di sini ia tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua karena kedua orang tua Elisa yang asli sudah tiada. Semoga ayah dan bunda tidak berlarut dalam kesedihan setelah kepergiannya. Masakan Elisa kini sudah jadi ia menuangkan nasi goreng sea

  • The Good Antagonist   Chapter 12 - Pertengkaran

    'Dia kan protagonis wanita kok udah pindah lagi belum juga setahun apa alur ceritanya mulai berubah ya semenjak kedatangan gue' pikir Elisa dalam hati. Murid baru itu pun duduk di bangku yang kosong dan pelajaran pun di mulai. Sepanjang jam pelajaran Elisa tidak bisa fokus karena terus memikirkan alur cerita yang berubah. Mengapa Mira kembali begitu cepat? apakah Elisa melakukan kesalahan? bagaimana jika alur bukannya berubah melainkan bergerak cepat? jika begitu apakah kematian nya semakin dekat? memikirkan semua itu membuat Elisa pusing, Elisa terus menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Lova daritadi memperhatikan Elisa, ia melihat Elisa seperti banyak pikiran liat saja daritadi gadis itu terus menghembuskan nafasnya. Tak tahan dengan rasa penasarannya Lova pun bertanya pada Elisa."Lisa kamu kenapa? " tanya Lova"Gapapa." jawab singkat Elisa"Bohong kamu lagi mikirin sesuatu ya? ""Iya gue lagi mikirin sesuatu.""Mikirin apa? ""Masalah sepele kok lo gaus

  • The Good Antagonist   Chapter 13 - Es yang mencair

    Elisa mulai memakan bekalnya sambil melamun, tiba-tiba terdengar suara kursi di sampingnya berdenyit. Elisa menoleh ke samping terlihat seseorang duduk di kursi Lova. "Ananta" ucap Elisa"Masih sakit? " ujar Samudra"Iya masih sakit ini juga susah makan soalnya linu.""Sini gue kompres."Samudra mengompres pipi Elisa menggunakan es batu yang sudah di balut handuk. Jarak di antara mereka sangat dekat. Elisa memandang Samudra lekat. 'Ananta perhatian banget jadi makin sayang deh' batin Elisa. Dengan jarak sedekat ini Elisa merasa jantungnya terus berdetak kencang. apakah Samudra bisa mendengar suara detak jantungnya di jarak yang sedekat ini? Elisa harap Samudra tidak bisa mendengarnya."Udah mendingan? " ucapan Samudra membuyarkan lamunannya."Iya.""Kenapa lo tadi bilang gitu ke Mira? ""Bilang apa?maksud lo gue yang bilang selingkuhan Atlas? " tanya balik Elisa."Hm""Gue cuman bilang kebenarannya aja daripada Mira dengar dari Atlas mending gue yang bilang duluan sekalian minta maaf

  • The Good Antagonist   Chapter 14 - Minus poin

    Tak terasa sudah seminggu semenjak kedatangan Mira, hari-hari yang Elisa lewati sangat menyebalkan. Di mulai dari Aiza yang selalu mengganggunya, dia menggunakan berbagai cara agar Elisa di benci oleh semua orang. Aiza juga selalu mendekati Samudra dengan bantuan Mira, tapi pemuda itu tidak peduli dan mengabaikannya. Para fans fanatik Samudra juga selalu mengganggunya lebih tepatnya membully karena sang pujaan hati mereka semakin dekat dengan Elisa. Untung saja bullyan mereka tak parah jadi Elisa masih bisa melawannya. Namun anehnya hari ini mereka tidak mengganggunya, sepertinya mereka merencanakan sesuatu atau mereka kapok karena Elisa terus membuat mereka babak belur. Entahlah Elisa malas memikirkan itu. Elisa baru saja keluar dari toilet tadinya ia ingin menahan saja panggilan alam ini karena sebentar lagi jam pulang, namun karena sudah tak tahan ia pun berlari secepat kilat ke toilet. Kini Elisa sedang berjalan di lorong, langkahnya terhenti ketika melihat Samudra yang sedang di

  • The Good Antagonist   Chapter 15 - Makin dekat

    Elisa dan Samudra sudah sampai di gedung apartemen. Kini mereka sedang berjalan menuju unit apartemen. Sesampainya di unit apartemennya, mereka pun berpisah. Elisa memasuki unit apartemennya dan mulai menyalakan semua lampu. Namun di bagian ruang tamu lampunya mati. Elisa mengambil lampu cadangan dan menggeserkan kursi, karena gelap ia pun membuka pintu apartemennya. Elisa menaiki kursi itu, karena masih tidak sampai ia pun berjinjit. Elisa berusaha menggapai lampu itu, tidak di duga kursi itu bergoyang Elisa pun jatuh. Elisa memejamkan matanya bersiap merasakan sakit hantaman lantai, setelah beberapa detik Elisa tidak merasakan sakit malahan ia merasakan ada yang memegang pinggangnya. Elisa pun membuka mata. "Ananta" "Ck ceroboh." "Hehe makasih Ananta." Samudra pun menurunkan Elisa dari gendongannya. Untung saja Samudra datang tepat waktu kalau tidak mungkin entah apa yang terjadi kepada Elisa. Samudra mendengar suara berisik di unit apartemen Elisa jadi ia memutuskan untuk

  • The Good Antagonist   Chapter 16 - Bully

    Hari ini sepertinya hari sial bagi Elisa. Elisa yang baru saja keluar dari toilet di seret oleh Mira dkk menuju taman belakang sekolah. Elisa tentu saja tidak diam ia terus meronta agar mereka melepaskannya namun tetap saja cukup susah karena mereka memegang tangannya sangat erat. "Ngapain lo bawa gue ke sini? " ucap Elisa "Kita mau kasih pelajaran buat kamu." ucap Mira "Iya lo itu gatel dekat-dekat gang Asterioz terus." ujar Aiza "Kalian juga kan dekat mereka." ucap Elisa. Apakah mereka tak sadar mereka yang gatel terus ingin dekat dengan gang Asterioz. Mereka bahkan seperti jailangkung datang tak di undang pulang tak di antar. "Tapi mereka lebih nyaman sama kamu." ucap Fara cemberut ia sangat iri kepada Elisa. "Jelaslah semua orang pasti nyaman sama gue." angkuh Elisa ia berucap sambil mengibaskan rambutnya. "Kita gak terima." ucap Mira dengan wajah yang memerah seperti ia kesal atau marah. "Itu artinya mereka gak suka sama lo." ujar Elisa sambil menatap Mira dari atas sampa

Latest chapter

  • The Good Antagonist   Chapter 39 - Nonton Bioskop

    Hari yang begitu di tunggu oleh Elisa akhirnya tiba. Hari ini Elisa akan menghabiskan waktunya berdua dengan Samudra. Kamar yang semula rapi menjadi berantakan. Elisa sibuk memilih baju yang akan ia kenakan. Jika menurutnya baju itu tidak cocok Elisa melemparnya ke kasur, begitu lah seterusnya sampai kamarnya terlihat berantakan. Elisa memegang baju sambil melihat ke cermin full body. "Ini gak cocok." "Terlalu terang." "Terlalu terbuka." "Ck norak." Begitulah gerutuan Elisa ketika memilih baju. Beberapa menit kemudian akhirnya ada yang cocok, pilihan Elisa jatuh kepada dress berwarna putih. Elisa memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat lalu menggerai surai indahnya. Tidak lupa membawa sling bag berwarna putih. Elisa berjalan menuju keluar apartemen, ponselnya berdering menandakan ada yang menelepon. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Samudra dengan segera Elisa mengangkat panggilan itu. "Halo." "Aku udah di depan." "Iya aku ke sana sekarang." Elisa menga

  • The Good Antagonist   Chapter 38 - Hilang Ponsel

    Setelah acara camping beberapa hari lalu kini para murid di sibukkan dengan belajar karena seminggu lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Elisa dan Lova sedang belajar di perpustakaan karena di kelas tidak ada guru jadi mereka memutuskan untuk belajar di perpustakaan daripada di kelas berisik.Keheningan terjadi di antara mereka, sampai ketika Elisa menutup bukunya cukup keras membuat Lova menatap Elisa sekilas."Udah beres belajarnya? " tanya Lova dengan pandangan yang masih tertuju ke buku."Udah." Elisa membuka buku novel yang sudah ia beli kemarin.Lova menatap Elisa takjub."Cepet banget beda ya kalau orang pinter sekali baca langsung nempel di otak.""Jelaslah gue gitu loh." Elisa mengibaskan rambutnya ke belakang. 'Gimana gak langsung tau materi yang di pelajari udah gue kuasain tinggal baca aja sekilas langsung ingat.' batin Elisa. Jangan lupa bahwa sebenarnya Elisa sudah kuliah jadi materi ini mudah baginya. Apalagi di kehidupan sebelumnya ia mendapatkan peringkat pertama siswa

  • The Good Antagonist   Chapter 37 - Merenung

    Malam terakhir camping panitia mengadakan api unggun, semua murid berkumpul mengelilingi api unggun. Kini mereka semua sedang merenung dengan pak Bagas yang memberikan nasihat. "Kalian bayangkan sepulangnya kalian dari camping ini bagaimana kalau orang tua kalian sudah tidak ada, sedangkan kalian belum menghargai setiap momen yang kalian punya bersama keluarga. Kalian tidak pernah tahu kapan akan merasa kehilangan." terang pak Bagas memberi nasihat. Semua murid tampak sedih apalagi para perempuan sudah menangis sedari tadi. "Perasaan setiap camping pas merenungkan diri selalu ngebahas ini gak sih? " tanya Elisa kepada Lova yang sudah menangis. "Iya juga ya tapi tetep aja bikin nangis kamu kok gak nangis ngebayangin orang tua kamu udah gak ada." Lova heran kenapa Elisa tidak menangis. "Orang tua gue emang udah gak ada kan." Elisa mengucapkan dengan santai. Lova mendadak diam.'Aduh aku lupa orang tua Elisa kan emang udah gak ada.' batin Lova ia merasa tak enak. "Aduh gelap ya m

  • The Good Antagonist   Chapter 36 - Tersesat

    Elisa dan Lova pun berjalan ke arah yang sesuai dengan petunjuk jalan. Tanpa mengetahui bahwa itu telah di tukar.Sepanjang perjalanan mereka tidak melihat Mira dkk. Pohon yang menjulang tinggi dan suara serangga dan binatang lainnya terdengar di kesunyian menambah kesan seram. "Lisa kok mereka gak ada ya? " Lova memegang tangan Elisa sangat erat karena takut."Mereka ninggalin kita.""Yah semoga mereka gak tersesat."******Satu persatu kelompok sudah keluar dari hutan yang menyeramkan. Mereka terlihat kelelahan, apalagi para perempuan daritadi tidak berhenti mengeluh. Seluruh murid sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sediakan begitu pun juga dengan Samudra dkk. Samudra daritadi terus melihat ke sekitar seperti mencari seseorang. Dewa yang menyadari itu pun bertanya."Nyari siapa Sam? " tanya Dewa."Masa lo gak tau udah jelaslah nyariin pacarnya." goda Stevan. Ucapan Stevan tepat sasaran Samudra sedang mencari Elisa."Hm.""Elisa ada di tenda panitia." ujar Atlas yang baru

  • The Good Antagonist   Chapter 35 - Jurit Malam

    Elisa sangat lelah seharian ini, ia ingin beristirahat sebentar sebelum nanti melanjutkan kegiatan lainnya. Elisa sudah berusaha memejamkan matanya tetapi suara berisik di sekitarnya membuat ia tidak bisa tidur."Gue gak mau tidur di sini." "Aku juga gak mau di sini dingin.""Ih gak bisa gue kalau gini."Sudah taukan siapa yang sedari tadi terus berbicara? Ya kalian benar Mira dkk. Mereka terus mengeluh tidak bisa tidur di tenda.Elisa menatap mereka kesal."Bisa gak kalian jangan berisik.""Apaan sih siapa juga yang berisik." jawab Aiza ketus."Gak nyadar diri lo." Elisa menatap sinis Aiza.Lova yang melihat akan ada lagi pertengkaran segera menghentikannya."Udah jangan berantem."Mereka pun kembali kegiatan masing-masing.Tidak terasa sudah malam semua murid di kumpulkan sesuai dengan arahan guru. Para panitia membantu dengan mengumpulkan murid-murid yang masih ada di tenda. Setelah mereka semua sudah berkumpul guru yang bertanggung jawab mulai berbicara."Selamat malam anak-anak. B

  • The Good Antagonist   Chapter 34 - Tenda

    Mereka baru saja tiba di hutan yang biasa di pakai untuk camping. Semua murid langsung berkumpul bersama timnya untuk membangun tenda. Begitu juga dengan Elisa dan Lova akan membangun tenda. Namun sepertinya nasib buruk berpihak pada mereka karena setim dengan Mira dkk. Bukannya ikut membantu mereka hanya diam saja. "Woy bantuin." ucap Elisa"Gue gak mau." ujar Aiza"Kalau lo gak bantu lo gak boleh tidur di tenda." ancam Elisa"Ck bantuin apa gue." ucap Aiza dengan nada tidak ikhlas nya. "Lo sama Mira urus bagian belakang tenda gue sama Lova bagian depan.""Iya"Aiza dan Mira mengurus bagian belakang tenda sedangkan Elisa dan Lova bagian depan. Walaupun awalnya agak susah membangun tenda apalagi dengan Mira dkk yang terus menggerutu membuat Elisa muak dengan ocehan mereka. Meskipun begitu akhirnya tenda mereka bisa berdiri dengan kokoh. Elisa cukup puas dengan tenda itu, ia pun duduk di dekat pohon. Kejadian menyebalkan di depan nya baru saja terjadi. Elisa langsung berdiri menatap

  • The Good Antagonist   Chapter 33 - Bus

    Atlas jarang ada di kelas karena sedang mempersiapkan camping yang akan di adakan besok. Para murid pun di pulangkan cepat agar bisa mempersiapkan barang-barang yang di bawa besok. Elisa dan Lova sedang beberes mempersiapkan barang yang mereka bawa. "Lova gak salah? kamu mau bawa semua boneka itu. " tanya Elisa melihat Lova banyak memasukkan boneka ke tasnya. "Iya kenapa emang gak boleh? " ucap Lova. "Ya gak boleh lah tas itu penuh dengan boneka. Baju kamu dan peralatan yang harus di bawa belum kamu masukin." "Yah tapi aku gak bisa tidur tanpa boneka.""Bawa satu aja.""Iya."******Cuaca yang sangat cerah dan indah mendukung kegiatan camping yang ada di sekolah Jakarta Intercultural School. Mereka berangkat menggunakan bus. Pembagian bus sesuai dengan kelas. Elisa duduk di samping Lova dengan Elisa yang berada di samping kaca. "Aku gak sabar deh pengen cepat sampai biar bisa liat pemandangan hutan yang tenang." ucap Lova"Iya pasti sejuk ya." ujar Elisa"Aku senang banget karen

  • The Good Antagonist   Chapter 32 - Kerja Kelompok

    Tidak terasa sudah tiga hari berlalu kini kini cedera di bahu Elisa sudah sembuh. Hari ini adalah hari minggu hari yang cocok untuk bermalas-malasan setelah menjalani hari yang melelahkan karena mengerjakan tugas. Namun hari ini sama saja karena Elisa akan mengerjakan tugas bedanya tugas ini berkelompok. Mereka akan kerja kelompok di apartemen nya. Elisa sedang menyiapkan makanan dan cemilan agar mereka tidak kelaparan. Terdengar suara bel pintu, Elisa pun segera membukanya langsung tanpa melihat siapa yang datang ia kira Samudra yang datang namun perkiraan nya salah. "Arthur" kaget ElisaFlashback onSebentar lagi jam pelajaran hampir selesai. Para murid tak sabar menunggu bel berbunyi. "Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas tapi sebelum itu ibu akan bagi kelompok.""Untuk kelompok 1 ada Mira, Atlas, stevan, Aiza, Bintang, dan Bunga.""Kelompok 2 ada Elisa, Lova, Samudra, Sean, dan Arthur."Dan seterusnya. Elisa tak menyangka akan sekelompok dengan Arthur. "Kita sekelompok sama

  • The Good Antagonist   Chapter 31 - Minta cium

    Hari ini Elisa sudah siap sekolah, meski masih menggunakan penyangga bahu. Ia sedang berjalan bersama Samudra menuju basement. "Kamu yakin mau sekolah? ""Iya lagian aku udah gapapa.""Gapapa gimana bahu kamu masih cedera sayang.""Kalau gak sekolah bosan tau di apartemen.""Oke tapi nanti kalau sakit bilang sama aku ya.""Siap kapten." ucap Elisa sambil memberikan hormat kepada Samudra yang membuat Samudra tertawa. Elisa yang melihat itu di buat takjub Samudra terlihat berkali lipat lebih tampan saat tertawa. "Lucu banget pacar siapa sih? ""Pacar Ananta."Samudra yang mendengar itu tersenyum. Tak terasa kini mereka sudah berada di basement. Namun Elisa heran kenapa Samudra mendekati mobil bukan motornya. "Gak naik motor? ""Gak selama kamu sakit kita berangkat naik mobil."Setelah mengatakan itu Samudra berjalan menuju mobilnya, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Elisa. Setelah Elisa masuk, Samudra pun masuk ke mobil. Sebelum menjalankan mobil Samudra mendekati Elisa. Saat

DMCA.com Protection Status