"Ananta suka ya sama Elisa." tanya bunda Layla
"Gak bun." ucap Samudra "Masa sih gak suka sama Elisa, yang bunda tau kamu gak suka dekat sama cewek sedangkan sama Elisa kamu bisa." goda bunda Layla "Gak bun, Elisa tuh cuman temen Ananta." "Maksudnya teman tapi mesra kan? " "Ih bundaa." rengek Samudra Bunda Layla terkekeh melihat Samudra yang seperti anak kecil, ia begitu senang menggoda Samudra. Entah sampai kapan ia bisa tetap melihat Samudra yang seperti ini. Ia khawatir setelah kepergiannya apakah Samudra masih bisa bahagia? Tanpa mereka sadari Elisa sudah berada di depan pintu bahkan tangan Elisa sudah memegang gagang pintu. Pergerakkan Elisa yang akan membuka pintu terhenti mendengar suara rengekan Samudra. Elisa tak menyangka bahwa Samudra bisa bersikap manja di depan bundanya. Wajah sesangar itu merengek?sangat tidak bisa di bayangkan. Samudra bersikap berbeda saat bersama bundanya, sangat berbanding terbalik jika bersama teman-temannya. Elisa menyudahi lamunannya kemudian masuk ke ruangan itu. Bunda Layla dan Samudra menoleh mendengar bunyi pintu yang di buka. "Bunda ada handuk kecil? " tanya Elisa "Itu ada di atas meja kecil dekat sofa sayang." ucap bunda Layla "Elisa pinjam ya bunda." ucap Elisa setelah menemukan benda yang ia butuhkan. "Iya boleh." Elisa duduk di sofa itu. Bunda Layla juga mulai tidur mungkin karena efek setelah minum obat. Kini tersisa lah Elisa dan Samudra yang sama-sama diam, suasana pun mulai canggung. Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta sini." ucap Elisa sambil menepuk sofa di sebelahnya. "Gue di sini aja." ucap Samudra yang duduk di depannya. "Cepet duduk di sini." "Gak." "Kenapa? " "Gak papa." "Ish Ananta nyebelin cepet duduk di sebelah gue." "Hm" Samudra pun mengalah dan duduk di samping Elisa. Elisa membuka salah satu kresek yang ia bawa, terlihat sebuah es batu yang cukup besar. Elisa pun membungkus es batu itu dengan handuk kecil. Samudra yang tengah memainkan ponselnya terkejut merasakan rasa dingin di pipinya. "Sakit gak? " tanya Elisa yang sedang mengompres pipi Samudra. "Gak sshh" ringis Samudra ketika pipinya di tekan oleh Elisa "Masa gak sakit tapi meringis kayak gitu." ejek Elisa "Lo nekannya terlalu kuat." "Oh iya kah maap Ananta." ucap Elisa dengan nada yang menyebalkan. Samudra yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Setelah selesai mengompres pipi Samudra yang memerah karena di tampar oleh ayahnya. Elisa pun memakan makanan yang tadi di belinya di kantin rumah sakit. "Mau gak? " ucap Elisa sambil menyodorkan snack yang di pegangnya. "Gak" ujar Samudra yang masih pokus bermain game di ponselnya. "Buka mulutnya." ucap Elisa berniat menyuapi Samudra. Tak Elisa duga Samudra membuka mulutnya. Mereka pun menghabiskan semua makanan yang Elisa beli dengan Elisa yang menyuapi Samudra yang sedang bermain game. Tak terasa langit sudah mulai gelap. Bunda Layla pun sudah bangun. Elisa membereskan sampah makanan lalu membuangnya di tong sampah. Elisa sudah memakai kembali tas sekolahnya, ia berniat pulang karena sudah malam. "Bunda Elisa pulang dulu ya." "Iya kamu pulang pakai apa? " "Naik taksi bunda." "Udah malam bahaya naik taksi, Ananta anterin Elisa ya." "Gak usah bunda Ananta biar di sini aja jagain bunda." tolak Elisa "Bunda gak papa masih ada suster kok Elisa jangan khawatir." "Biar gue aja yang nganterin lo." ucap Samudra "Tuh Ananta aja gak keberatan Elisa mau ya? " "Iya bunda." Mereka pun berpamitan kepada bunda tak lupa menyalimi bunda. Setelah sampai di parkiran, Samudra memakaikan jaketnya di pinggang Elisa lalu memakaikannya helm. Perlakuan Samudra tak luput dari pandangan Elisa rona kemerahan terlihat di pipinya.'Aduh sweet banget kesayangan aku' batin Elisa. "Naik" "Iya" "Ananta" "Hm" "Boleh meluk? " "Ya" Mendengar jawaban Samudra, Elisa pun melingkarkan tangannya di perut Samudra. Tanpa sadar Elisa mengelus perut Samudra yang hanya memakai seragam terasa ada kotak-kotak yang keras di sana. Samudra merasa Elisa mengelus perutnya. "Elisa" ucap Samudra Elisa yang mendengar itu tersadar akan tingkah bodohnya kemudian ia kembali memeluk Samudra. Terlihat wajah gadis itu memerah. Samudra yang melihat itu dari kaca spion tak bisa menahan senyumnya. Untung saja Samudra menggunakan helm fullface jadi Elisa tidak bisa melihatnya. Sesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil SamudraSesampainya di basement apartemen Elisa langsung berlari menuju gedung apartemen untuk kabur karena malu. "Elisa" panggil Samudra "Apa? " tanya Elisa sambil menoleh dan berhenti berlari. "Jaketnya" "Nih" ucap Elisa malu sambil berjalan menuju Samudra dan menyerahkan jaketnya lalu Elisa berbalik untuk masuk ke gedung apartemen. "Elisa" "APA" "Helm" Elisa memegang kepalanya dan benar saja ia masih memakai helm. Betapa malunya Elisa sekarang bahkan wajahnya sudah memerah. "Nih"ucap Elisa sambil menyodorkan helm ke Samudra lalu secepat kilat masuk ke gedung apartemen. 'Gemes banget' batin Samudra melihat tingkah Elisa. Samudra pun menyalakan motornya dengan kecepatan rata-rata untuk kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di apartemennya Elisa merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue malu banget gimana besok ketemu Ananta." "Eh iya besok kan hari libur gak akan ketemu Ananta tapi kita kan tetanggaan." "Gimana ini plis mau ditaruh di mana muka gue." Begitulah gerutuan Elisa
Tanpa di duga seseorang datang menghampiri mereka. "Elisa" panggil AtlasSamudra dan Elisa menoleh ke depan di sana berdiri Atlas memandang mereka tak suka. "Apa? " tanya Elisa malas"Ngapain lo berduaan sama Samudra." ucap Atlas cemburu"Terserah gue lah.""Gue gak suka.""Emang gue peduli.""Lo jauhin Samudra.""Siapa lo nyuruh-nyuruh gue.""Gue mantan lo.""Cuman mantan gak usah sok ngatur deh." Samudra hanya menatap datar pertikaian mereka. Sampai ia merasakan tangan mungil memegang tangannya dengan erat. Samudra rasa jantungnya berdebar, tanpa mereka sadari telinga Samudra memerah. "Ayo Ananta kita pergi." ucap Elisa sambil memegang tangan Samudra. "Hm" "Gue lapar makan dulu bubur ayam ya.""Ya"Pergerakkan mereka terhenti ketika Atlas menghalangi jalan mereka. "Gue ikut." ucap Atlas"Ck terserah." ujar ElisaMereka berjalan beriringan menuju ke tempat jualan bubur ayam. "Elisa" panggil Atlas"Apa?" tanya Elisa tanpa melihat Atlas"Gue juga mau di pegang tangannya sama lo
Hari ini Elisa bangun lebih pagi karena ia tidak mau kesiangan lagi, apalagi hari ini adalah hari senin yang dimana semua sekolah mengadakan upacara bendera. Elisa sudah siap dengan seragam yang membalut tubuhnya. Ia pun memasukan buku ke dalam tas sesuai jadwal pelajaran. Elisa menuju ke dapur, ia akan memasak untung saja kemarin ia sudah belanja membeli kebutuhan pokok dan camilan. Terlihat kulkas yang kosong kini sudah penuh dengan berbagai makanan. Elisa sudah mengambil bahan-bahan lalu mulai memasak, ia berencana membuat nasi goreng seafood. Elisa yang asli mungkin tidak bisa memasak untung saja Elisa yang sekarang bisa memasak karena ia merupakan anak kos yang harus serba bisa. Mengingat masa lalunya Elisa jadi merindukan ayah dan bundanya, di sini ia tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua karena kedua orang tua Elisa yang asli sudah tiada. Semoga ayah dan bunda tidak berlarut dalam kesedihan setelah kepergiannya. Masakan Elisa kini sudah jadi ia menuangkan nasi goreng sea
'Dia kan protagonis wanita kok udah pindah lagi belum juga setahun apa alur ceritanya mulai berubah ya semenjak kedatangan gue' pikir Elisa dalam hati. Murid baru itu pun duduk di bangku yang kosong dan pelajaran pun di mulai. Sepanjang jam pelajaran Elisa tidak bisa fokus karena terus memikirkan alur cerita yang berubah. Mengapa Mira kembali begitu cepat? apakah Elisa melakukan kesalahan? bagaimana jika alur bukannya berubah melainkan bergerak cepat? jika begitu apakah kematian nya semakin dekat? memikirkan semua itu membuat Elisa pusing, Elisa terus menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Lova daritadi memperhatikan Elisa, ia melihat Elisa seperti banyak pikiran liat saja daritadi gadis itu terus menghembuskan nafasnya. Tak tahan dengan rasa penasarannya Lova pun bertanya pada Elisa."Lisa kamu kenapa? " tanya Lova"Gapapa." jawab singkat Elisa"Bohong kamu lagi mikirin sesuatu ya? ""Iya gue lagi mikirin sesuatu.""Mikirin apa? ""Masalah sepele kok lo gaus
Di ruangan dengan nuansa putih terlihat seorang gadis yang hendak tidur setelah selesai membaca novel kesukaannya. Novel itu sudah ia baca berulang kali namun ia tidak bosan karena ada tokoh favoritnya yaitu sang second male lead yang bernama Samudra Ananta Dominic. Dia melirik jam dinding, terlihat di sana sudah pukul dua dini hari. "Gak kerasa udah jam segini, semoga malam ini mimpi ketemu Ananta. Ananta lo itu terlalu greenflag siapapun bisa suka sama lo. Ya kecuali Mira sih dia gak bisa liat cowok sebaik dan setulus Ananta. Lagian mata si Mira buta kali ya udah di selingkuhin terus selingkuhannya dilecehin sama Atlas gila sih Mira tetep mau nerima Atlas. Atlas juga redflag udah selingkuh ngelecehin pula terus cewek nya di tinggal, mana ceweknya sama lagi kayak gue namanya Elisa" gerutu ElisaElisa mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi. Tak lama setelah itu terlihat banyak asap yang muncul. Gadis itu tetap tidur meskipun banyak asap di sekitarnya. Terasa bau asap yang mulai m
"Gue mau kita putus." ucap Elisa enteng sambil melepas genggaman Atlas. "Gak mau." jawab Atlas kembali memegang tangan Elisa erat. "Pokoknya harus mau.""Kenapa tiba-tiba minta putus aku salah apa kita baru aja jadian kemarin.""Lo gak salah apa-apa, setelah dipikir-pikir gue gak mau jadi selingkuhan.""Yaudah aku putusin Mira kamu jadi yang satu-satunya." "Lo gila hah kasian Mira." ucap Elisa marah"Ini Elisa kesambet apa ya kok tiba-tiba jadi orang bener." bisik Stevan "Entahlah mana saya tau saya kan ikan" bisik Dewa. Stevan mendengus mendengar bisikan Dewa. Sejenak Atlas ingat bahwa Mira adalah sahabat sekaligus pacarnya. Mana mungkin ia menyakiti perasaan Mira lagi. Atlas bingung karena ia mulai menyukai Elisa. Sedangkan perasaannya terhadap Mira juga masih ada. "Gue gak mau putus, gue udah mulai suka sama lo." ucap Atlas semakin menggenggam erat tangan Elisa terlihat kemerahan di tangan Elisa yang putih mulus. "Lepasin tangan gue, gue tau lo cuman jadiin gue pelampiasan,
"Ananta" ucap Elisa kaget Seorang pemuda yang sedang memainkan ponselnya menoleh mendengar seseorang memanggilnya dengan nama panggilan sayang dari bundanya. Samudra menatap gadis itu datar, Elisa yang di tatap oleh sang pujaan hati tidak bisa menahan salting nya. Samudra yang melihat itu menatap gadis itu aneh. Sadar dengan kebodohannya Elisa berdehem untuk menghentikan kecanggungan ini. "Ananta lo tinggal di sini? " tanya Elisa"Ya" balas Samudra singkatSetelah mengatakan itu Samudra melengos pergi. Elisa yang melihat itu mengekori Samudra. Samudra membiarkan saja Elisa berjalan di sampingnya mungkin gadis itu mau ke unit apartemen miliknya. Sesampainya di unit apartemen milik Samudra, Elisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui bahwa mereka tetanggaan. Samudra mengabaikan Elisa yang masih berdiri di sampingnya sambil tersenyum, ia membuka pintu apartemennya setelah memencet kata sandi. Saat akan menutup pintunya terlihat ada kaki yang menahan, karena tak tega Samud
"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas"Gak mau." balas Elisa"Harus mau." paksa Atlas"Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- ""Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa"Hm" balas Samudra "Makasih""Hm"Elisa yang mendengar S