Stuart terus melaju untuk menyalip Wilson lagi.
'Pembalap rendahan sepertimu takkan bisa lebih unggul dariku, Strongheart,' ucap Stuart.
"Ya, sebentar lagi para peserta harus melewati lintasan yang bernama Rock & Death path," kata komentator.
Ada beberapa orang yang tampaknya tak sanggup untuk melewati lintasan ini. Mereka terjatuh dari sepeda yang mereka kendarai yang menyebabkan kecelakaan beruntun. Karena kecelakaan ini, delapan orang peserta keluar dari arena balap. Tapi, sebagian para peserta lainnya yang masih bertahan.
"Ya, tersisa 12 orang mampu bertahan masih berusaha untuk bisa melewati lintasan Rock & Death. Apakah 12 riders ini mampu bertahan hingga akhir? mari, kita lihat," kata komentator.
Wilson terlihat masih bersusah payah untuk bisa melewati lintasan Rock & Death.
'Ini memang tak mudah, tapi aku harus bisa bertahan hingga bisa mencapai garis finish,' kata Wilson.
Di depan Wilson
Empat hari setelah pertandingan...Tampaknya Stuart masih kesal dengan kekalahannya tempo hari. Stuart berhasil dikalahkan oleh Wilson dalam pertandingan. Terlebih lagi, Stuart selalu mendapat hujatan dari beberapa pihak akibat kekalahan yang dia terima. Beberapa penggemar berat Stuart pun kini justru menjadi pembencinya.***Di kediaman keluarga Strongheart... "Assalamu'alaikum," ucap Wilson saat memasuki ruangan rumah."Wa'alaikumussalam," jawab Mrs. Hana dan Mr. Joe"Nah, akhirnya kau datang. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu di garasi, Wilson," kata Mr. Joe"Ada apa?" Wilson penasaran"Sudah, ayo ikuti saja ayahmu ke garasi rumah," kata Mrs. Hana sambil tersenyum."Baiklah," kata WilsonWilson dan Mr. Joe pun pergi ke garasi."Coba kau buka tikar itu," kata Mr. Joe"Baiklah." Wilson membuka tikar yang dimaksudTernyata yang ditutupi tikar itu adalah MTB berjeni
"Nurul, setelah kita beli gantungan kunci kita bakal langsung pulang," kata Aizha. "Yah, Kak. Padahal Nurul mau jajan dulu," kata Nurul dengan raut muka agak sedih. "Mau jajan apa lagi? ya udah, boleh. Tapi, habis itu kita langsung ke tempat Kak Ai, abi sama ummi," kata Aizha yang mengalah. "Yes." Nurul kelihatan girang.
"Don, bilangin ke yang lain besok kita gak usah berangkat," kata Jaki. "Oke, siap," kata Doni. "Gue tadi gagal," ungkap Jaki. "Lagian loe frontal banget. Coba gunain strategi. Kejahatan sekalipun harus rapi dan terencana," kata Doni. "Ya, besok gue bakal gunain strategi," kata Jaki. Tunggu dulu, semua itu dimulai dari pagi tadi. “Hei, hati-hati ntar jatuh!” teriak Zein dari kejauhan saat melihat Rina berlari. “Zein, emang loe tahu siapa dia?” tanya Philip. “Ya tahu lah, dia itu kan...” ucapan Zein terpotong. Roy menutup mulut Zein. “Ada apa ini?” tanya Philip keheranan. “Nggak ada apa-apa, ayo lanjut,” kata Roy yang ingin menutupi sesuatu. Rina yang terus berlari kini tiba di asrama. Dia bergegas masuk ke kamar dan mencari buku yang ia tinggalkan. Saat sedang dia sibuk mencari buku yang dimaksud, Ai ikut membantunya yang terlihat begitu cemas. Buku yang dimaksud baru ditemukan beberapa me
"Kira-kira cara apa yang bakal loe lakuin, Jak?" tanya Doni. "Yang pasti gue bakal bikin dia kayak perempuan lain yang jadi korban gue dulu!" tegas Jaki. Tit... Tit... Tit... Alarm berbunyi pada pukul 03:30 WIB. Di luar asrama terlihat langit yang masih berwarna gelap, suhu udara pun terasa begitu sejuk serta terdengar pula suara ayam jantan terus berkokok. Karena tak kuat dengan hawa dingin, Ai meminta Aizha, Rina dan Nurul untuk menunggunya. Dia pun kembali ke kamarnya untuk mengambil baju hangat yang dia miliki. Dia kembali keluar asrama setelah memakai baju hangatnya miliknya. Mereka berempat pun kembali melangkahkan kaki mereka menuju mesjid. Setelah melaksanakan semua agenda pagi selaku santri, seperti biasa Aizha dan Rina pun bersiap untuk berangkat ke kampus bersama. Saat berjalan mendekati gerbang, mereka diklaksoni oleh mobil hitam milik Pondok Pesantren Al-Karimah. Dari dalam mobil terlihat Abi Salman menengok keluar. Abi Salman mem
“Rin, kayaknya itu Jaki,” ucap Aizha sambil menunjuk ke seseorang. Tampaknya Aizha mulai menyadari ada yang membuntuti mereka. “Apa? Jaki? di mana?” tanya Rina. “Itu yang lagi naik motor,” jawab Aizha. “Apa kamu yakin kalau itu Jaki? mungkin aja itu orang lain yang motornya sama kayak motor Jaki,” ujar Rina. “Nggak, Rin. Aku yakin itu Jaki,” kata Aizha mulai cemas. “Ada apa, Neng?” tanya sopir angkot. “Itu orang yang waktu kemarin ganggu kita. Sekarang dia juga mungkin mau ganggu kita lagi,” jawab Aizha. “Ya udah, tenang, Neng. Abang bakal cari cara agar bisa ngehindar dari dia,” kata sopir angkot. Jaki juga tampaknya mengetahui kehadirannya mulai disadari Aizha. Hal ini dibuktikan dengan mobil angkot itu mempercepat lajunya. Jaki tak ingin dirinya tertinggal oleh mobil angkot itu. Dia pun mengemudikan motornya untuk bisa mendekati pintu depan. “Woy, berhenti, loe!” kata Jaki pada sopir angkot sambil men
Zein merasa telah dipermalukan oleh orang-orang itu. Mereka semua menertawakannya karena tendangan yang meleset itu. Sudah dua kali Zein ditertawakan akibat kemampuannya yang tidak bagus. Pertama kalinya adalah waktu shubuh pagi tadi. Pukul 04:35 WIB. Adzan shubuh kali ini dikumandangkan oleh Zein. Suaranya yang terdengar pas-pasan membuat orang yang mendengarkan ingin tertawa. Namun, melihat keberanian Zein orang-orang berusaha untuk menahan tawa mereka. Lagipula, suara adzan bukan suara yang tidak patut ditertawakan siapa pun muadzinnya. Setelah Zein selesai mengumandangkan adzan, dia hanya duduk dan tertunduk karena malu. Dia mendengar ada beberapa santri awwaliyah putra yang duduk di dekatnya menertawakan dirinya. Tiga menit menjelang iqamah semua santri melantukan syair shalawat bersama. Zein hanya terdiam karena dia tak mau hal ini sama ketika mengumandangkan adzan tadi. Pagi pukul 05:30 WIB, Jaki masih tertidur pulas di kam
Jaki dan juga yang lainnya singgah ke kantin. "Kemarin emang loe habis ngapain, Jak?" tanya Doni. "Jalan-jalan pake motor, tapi motor gue malah mogok. Target gue juga gagal gue dapetin," kata Jaki. "Jadi itu cara loe? gue bilang yang rapi jangan acak-acakan," ujar Doni. "Terus mau gimana lagi?" tanya Jaki. "Apanya yang acak-acakan?" tanya bu kantin. "Ini, mesin motornya Jaki," kata Doni. "Gimana kalau kita lakukan hal yang sama kayak tadi malam. Kita jalan-jalan pake motor bareng-bareng ke tempat yang ingin Jaki tuju." usul sesorang. "Lakukan hal yang sama? oh, iya. Gue paham," kata Jaki. "Tapi, ini game loe, Jak. Loe harus lakuin sendiri. Kalau loe minta bantuan ke yang lain, loe harus bagi dua hadiahnya," kata Doni dengan pelan. "Mungkin gue bisa sendiri. Loe lihat aja nanti. Kalian gak usah terlibat," kata Jaki. Sementara itu, ketika sedang dalam perjalanan pulang, Roy terus menatap k
Saat Zein dan Roy kembali asrama, mereka melihat Philip sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Rupanya, Philip tengah mengerjakan tugas dari dosennya di kampus. Baik Roy maupun Zein tak begitu mengerti lebih dalam mengenai ilmu arsitektur. Mereka hanya bisa melihat dan sesekali bila Philip membutuhkan bantuan kecil, mereka pun membantunya. “Kalau bantuan kecil kayak gini kita masih bisa bantu,” ucap Zein. “Iya, gak apa-apa. Wajar kalau kalian gak terlalu paham ilmu tentang arsitektur karena manusia punya bakat yang beda-beda,” kata Philip. Zein dan Roy terangguk membenarkan perkataan Philip. “Oh, iya. Masalah kalian berdua udah selesai belum?” tanya Philip. “Anggap aja udah selesai semua,” jawab Zein. “Ya, karena yang tadi cuma salah paham doang.” Roy membenarkan jawaban Zein. “Ya, syukur deh kalau gitu,” kata Philip. Sementara itu, Jaki dan kawan-kawannya sedang berada dibasecamptempat biasa mereka