Saat Zein dan Roy kembali asrama, mereka melihat Philip sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Rupanya, Philip tengah mengerjakan tugas dari dosennya di kampus. Baik Roy maupun Zein tak begitu mengerti lebih dalam mengenai ilmu arsitektur. Mereka hanya bisa melihat dan sesekali bila Philip membutuhkan bantuan kecil, mereka pun membantunya.
“Kalau bantuan kecil kayak gini kita masih bisa bantu,” ucap Zein.
“Iya, gak apa-apa. Wajar kalau kalian gak terlalu paham ilmu tentang arsitektur karena manusia punya bakat yang beda-beda,” kata Philip.
Zein dan Roy terangguk membenarkan perkataan Philip.
“Oh, iya. Masalah kalian berdua udah selesai belum?” tanya Philip.
“Anggap aja udah selesai semua,” jawab Zein.
“Ya, karena yang tadi cuma salah paham doang.” Roy membenarkan jawaban Zein.
“Ya, syukur deh kalau gitu,” kata Philip.
Sementara itu, Jaki dan kawan-kawannya sedang berada di basecamp tempat biasa mereka 
"Hei, siapa itu?" satpam penjaga menyadari ada seseorang yang mencurigakan. Satpam penjaga pun menghampiri orang itu. "Mau apa sebenarnya loe, Hah?" tanya satpam penjaga. "Penting buat gue jawab," jawab Jaki. "Kurang ajar!" ucap satpam penjaga. Akhirnya terjadi perkelahian antara mereka berdua. "Ternyata loe punya nyali juga," ujar Jaki. "Gak usah banyak omong," ujar satpam penjaga. Meskipun Jaki terus berusaha melawan, pada akhirnya Jaki berhasil dilumpuhkan. "Kena loe sekarang," kata satpam. karena takut akan tertangkap, Jaki menendang wajah satpam saat khendak membawanya. "Kurang ajar!" teriak satpam. Jaki pun pergi dengan berlari terbirit-birit. Siang hari saat tiba waktu dzuhur, para santri pun pergi ke mesjid sebagaimana biasanya. Di waktu istirahat sehabis shalat dzuhur Zein, Roy dan Philip didatangi olehUstadz Abidin. Dialah ustadz yang diberi tanggung jawab untuk me
Pukul 13:40 WIB, Jaki dan Doni datang ke tempat biasa. "Mana dia? kok gak ada?" kata Doni panik. "Sialan dia kabur, tapi kita harus tetap tenang. Lagipula, penyamaran kita pasti aman," Kata Jaki. "Iya juga. Udahlah, biarin dia kabur. Kita udah puas nyiksa dia," kata Doni. "Ya," ucap Jaki singkat. Di tempat lain, Dosen Hamid ditemukan oleh seseorang dalam keadaan tak sadarkan diri. "Ya ampun, ini harus segera dibawa ke rumah sakit," ujar orang yang menemukan Dosen Hamid. Esok pagi di hari Ahad, Zein, Roy dan Philip berencana untuk pergi berjoging bersama. Dengan cara yang sangat meyakinkan mereka berhasil mendapat izin untuk pergi berjoging keluar area Pondok Pesantren Al-Karimah. Tetapi, Ustadz Abidin memberikan batasan waktu pada mereka bertiga. Pada jam 7 tepat mereka sudah harus berada di area Pondok Pesantren Al-Karimah lagi. Dengan mengucap "Bismillah" Zein, Roy dan Philip pun memulai kegiatan joging pa
"Udah-udah, gak usah takut. Tenang aja. Bepikir positif," kata Yordansyah yang terilhat berani. "Ha..." suara misterius itu terdengar lagi. "Tuh, kedenger lagi. Udah tiga kali," kata Roy yang semakin tegang. "Wayah...!!!" terlihat wayah yang disinari cahaya senter. "Aaa...!!!" Roy beteriak. Sementara itu, Zein dan Yordansyah hanya memegangi dada karena sama terkejut. "Pak satpam, apa-apaan sih?" Zein menghelakan nafas. "Ya, kalian ngapain keluar di tengah gelap kayak gini?" tanya satpam penjaga gerbang. "Kita disuruh ngecek area di luar pondok. Ternyata benar, yang lain sama juga gelapnya," kata Yordansyah sambil melirik-lirik. "Nah, pak satpam juga apa-apaan tadi ngagetin kita?" tanya Roy. "Saya tadinya mau pergi ke mesjid buat bagiin lilin, tapi saat tahu kalian bertiga berjalan di tengah gelap kayak gini, saya mau agak usil sedikit," jelas satpam penjaga sambil tertawa. "Alah," uca
Waktu terus bergulir, tibalah bulan Agustus yang sudah dinanti-nanti oleh Aizha dan Rina. Bulan ini, Aizha dan juga Rina mempunyai hal yang sangat penting bagi mereka masing-masing. Tanggal 17 Rina akan tampil sebagai pengibar bendera, sedangkan pada tanggal 23 Aizha akan mengikuti perlombaan panahan Fun Archery. Baik Aizha maupun Rina sangat bersemangat untuk bisa mencapai tujuannya masing-masing. Pada hari Kamis tanggal 2 Agustus 2001 di pukul 16:00 WIB, Aizha kembali melatih kemampuan memanahnya bersama para santri lainnya. Ini merupakan persiapan untuk berpartisipasi di Fun Archerypada tanggal 23 nanti. Tampaknya, kini Aizha sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya, baik dari segi kemampuan maupun keoptimisan.Hanya perlu sedikit latihan lagi untuk lagi untuk bisa memantapkan kemampuannya untuk bisa tampil maksimal di kategori recurve bow level advancenanti. Pagi tanggal 17, Rina tengah mempersiapkan peralatan yang dia butuhkan pagi-pag
Setelah beberapa pertandingan selesai giliran bagi Anisa yang akan bertanding dengan Arinah pun tiba. Dengan langkah kaki yang arogan, Arinah memasuki lapangan pertandingan dan bertemu Anisa. Dia tampaknya ingin menggunakan situasi ini untuk menunjukkan kemampuannya di kategori recurve advance pada Aizha. Lagi-lagi dia bermaksud untuk menghancurkan mental Aizha. “Wah, padahal gue inginnya bisa tanding sama si Aizha, tapi gak apa-apa lah soalnya kalian berdua sama-sama kampungan,” kata Arinah. “Kampungan? soal itu gak penting. Sekarang yang harus kita pikirkan itu pertandingan. Kita gak akan tahu hasilnya kalau kita belum coba,” balas Anisa. Pertandingan antara Arinah dan Anisa pun dimulai. Mereka berdua bersaing sangat ketat di rambahan pertama. Setelah beberapa kesempatan bagi mereka untuk merilis anak panah, rambahan pertama berakhir dengan nilai Arinah yang lebih tinggi dari Anisa. Arinah terlihat begitu senang. Ini yang sangat diharapkan olehnya.
Aizha dirujuk langsung ke poli tulang. Setelah menjalani pemeriksaan, hasil pemeriksaan menujukkan bahwa Aizha mengalami keretakan di tulang bahunya. Mungkin ini akibat dari benturan tiang besi yang Aizha terima kemarin. Dokter mengatakan pada pelatih bahwa Aizha harus beristirahat secara total. Dia tidak boleh menjalankan aktifitas berat yang menggunakan tangan kiri nya. Pelatih sangat menyayangkan hal ini. Aizha lolos sebagai pemenang dan berhak maju ke babak selanjutnya, tetapi dia harus berisirahat untuk penyembuhan tulang bahunya yang retak. Mungkin di babak selanjutnya Aizha tak dapat berpatisipasi sebagai peseta. Dan hal yang paling membingungkan adalah bagaimana cara menjelaskan masalah ini pada Abi Salman. Setelah mengetahui bahwa anak mereka mengalami kecelakaan, Abi Salman dan Ummi Shaqira pun pergi ke rumah sakit tempat Aizha berada. Mereka rela datang keluar kota untuk menjenguk anak sulungnya itu. Saat Abi Salman dan Ummi Shaqira tiba, mereka berdua mel
Saat Indonesia telah ditinggalkan matahari dan menjadi malam, berbeda soal dengan Amerika. Di sini masih ditemani indahnya mentari pagi yang bersinar terang seolah tersenyum. Pagi hari di Kota New York sangat ramai. Terutama di kawasan The Bronx. Orang-orang bepergian dengan tujuannya masing-masing. Dari suatu arah terlihat seorang pemuda tengah mendayuh sepeda gunung. Wilson, itulah namanya. Dia adalah seorang pemuda yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Kini, dia tengah berada di jenjang perkuliahan. Dia pergi ke kampusnya hanya dengan sepeda gunung kesayangannya. Butuh waktu 30 menit untuk bisa sampai ke kampus. Setelah tiba di sana, Wilson langsung menyimpan sepedanya di tempat parkir. Kemudian, dia berbegas pergi ke loker. Dia bertemu salah satu temanya yang bernama San Jacky di sana. San Jacky juga pemuda yang menggemari MTB. Kali ini, dia mengajak Wilson untuk berlatih bersama sore hari nanti. Setelah mengobrol,mereka bergegas pergi ke kelas masing-m
"Iya, kurasa kita perlu berpartisipasi dalam event perlombaan ini," kata San Jacky. "Di mana perlombaan ini diselenggarakan?" Wilson terlihat semangat. "Di Washington D.C.. Ini akan sangat menyenangkan kurasa," ungkap San Jacky. "Ya, aku juga berpikir sama," kata Wilson. "Baiklah, kurasa aku tak ingin mengganggu malammu. Aku hanya ingin menyampaikan informasi itu saja," ucap San Jacky. "Baik, terima kasih untuk informasi yang kau berikan," ucap Wilson. "Ya, sama-sama," kata San Jacky. San Jacky pun mengakhiri telponnya dengan Wilson. "Wilson, siapa tadi?" tanya Mrs. Hana. "Itu tadi San Jacky," kata Wilson. "Kau berteman baik dengannya?" tanya Mrs. Hana. "Iya, dia orang yang baik. Kita berkenalan sudah lama sejak event pertandingan di New Jersey," jelas Wilson. "Ayahmu selalu khawatir kau akan terbawa pergaulan negatif yang ada di negara ini," ujar Mrs. Hana. "Ten
Empat hari setelah pertandingan...Tampaknya Stuart masih kesal dengan kekalahannya tempo hari. Stuart berhasil dikalahkan oleh Wilson dalam pertandingan. Terlebih lagi, Stuart selalu mendapat hujatan dari beberapa pihak akibat kekalahan yang dia terima. Beberapa penggemar berat Stuart pun kini justru menjadi pembencinya.***Di kediaman keluarga Strongheart... "Assalamu'alaikum," ucap Wilson saat memasuki ruangan rumah."Wa'alaikumussalam," jawab Mrs. Hana dan Mr. Joe"Nah, akhirnya kau datang. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu di garasi, Wilson," kata Mr. Joe"Ada apa?" Wilson penasaran"Sudah, ayo ikuti saja ayahmu ke garasi rumah," kata Mrs. Hana sambil tersenyum."Baiklah," kata WilsonWilson dan Mr. Joe pun pergi ke garasi."Coba kau buka tikar itu," kata Mr. Joe"Baiklah." Wilson membuka tikar yang dimaksudTernyata yang ditutupi tikar itu adalah MTB berjeni
Stuart terus melaju untuk menyalip Wilson lagi. 'Pembalap rendahan sepertimu takkan bisa lebih unggul dariku, Strongheart,' ucap Stuart. "Ya, sebentar lagi para peserta harus melewati lintasan yang bernama Rock & Death path," kata komentator. Ada beberapa orang yang tampaknya tak sanggup untuk melewati lintasan ini. Mereka terjatuh dari sepeda yang mereka kendarai yang menyebabkan kecelakaan beruntun.Karena kecelakaan ini, delapan orang peserta keluar dari arena balap. Tapi, sebagian para peserta lainnya yang masih bertahan. "Ya, tersisa 12 orang mampu bertahan masih berusaha untuk bisa melewati lintasan Rock & Death. Apakah 12 riders ini mampu bertahan hingga akhir? mari, kita lihat," kata komentator. Wilson terlihat masih bersusah payah untuk bisa melewati lintasan Rock & Death. 'Ini memang tak mudah, tapi aku harus bisa bertahan hingga bisa mencapai garis finish,' kata Wilson. Di depan Wilson
Pertandingan pun dimulai, para partisipan mendayuh sepeda gunungnya masing-masing. Dengan penuh tenaga Stuart pun melaju cepat di depan para peserta yang lain. Melihat hal ini, San Jacky pun segera menambahkan kecepatan dayuhan kakinya. Tanpa disangka oleh San Jacky, Wilson ternyata sudah berada di sampingnya. Wilson memberi isyarat kepada San Jacky bahwa dia juga takkan mengalah begitu saja. "Ya aksi saling salip telah dimulai. Untuk sementara ini, Stuart tampak sedang memimpin," ucap komentator. "Ayo, Stuart pertahankan posisimu," sorak Felicia. "Ya, ini dia Snake Twist, sebuah lintasan yang penuh tikungan yang berbelit-belit. Mari kita lihat sekuat apa kemampuan para peserta untuk melewati rintangan ini." Komentator kembali berbicara. "Ini dia," kata Stuart dengan penuh percaya diri. Stuart tampaknya bisa mentolelir lintasan tersebut karena sudah terbiasa. "Apa ini? Aaaa..." San Jacky kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.
"Apa?" Wilson agak terkejut. "Aku tak ingin bertemu dengan orang seperti kalian. Sebaiknya, kalian segera pergi dari sini!" tegas Dave seraya pergi. "Tunggu dulu, kenapa kau membenci kami?" tanya Junie. "Sudahlah, Junie. Biarkan dia pergi. Dia hanya seorang anak-anak," jelas Wilson. "Maaf atas perlakuannya. Aku tahu niat kalian datang ke sini itu baik. Tapi, sepertinya dia benar-benar tidak ingin bertemu kalian," ucap suster. "Tak apa, kami paham kenapa dia bisa begitu," kata Wilson. "Tapi, dengan kelembutan dan kasih sayang, mungkin kita bisa membuatnya berpikir bahwa kita tidak sejahat apa dikatakan orang-orang," kata Tamara. "Iya, kurasa itu benar," kata McRossa. Tamara memiliki gagasan untuk melakukan sesuatu, tapi hal tersebut dia simpan dalam benaknya. Sementara itu di Mesjid Ath-Thaharah. "Sangat disayangkan semua barang-barang itu harus diambil kembali," kata Yusuf. "Iya, padahal kita seb
Saat Wilson tiba di rumah, ibunya menyampaikan suatu pesan. "Wilson, tadi ada San Jacky datang ke sini," kata Mrs. Hana. "Oh, iya? tapi, dia tidak memberi tahuku lewat SMS terlebih," ujar Wilson. "Ibu tak tahu, tapi dia tadi datang kemari bersama adik perempuannya," jelas Mrs. Hana. "San Carina? apa mereka berdua membawa sepeda gunung?" tanya Wilson. "Iya, San Jacky membonceng adiknya," jawab Mrs. Hana. "Oh," kata Wilson. "Ya sudah, ayo cepat masuk!" ajak Mrs. Hana. Wilson baru ingat bahwa dia ingin menyampaikan sesuatu pada YMC. Dia sangat menyayangkan akan kelupaan yang dia lakukan. Hal yang dia ingin sampaikan berkaitan dengan kondisi New York sekarang ini. Luka duka atas kejadian tragedi kemarin mungkin masih terasa. Malam hari pada pukul 08:30 PM, Mrs. Hana sedang membereskan sesuatu. Dia melihat sebuah kotak yang tak asing baginya. Dia pun mengambil kotak itu dan kemudian membukanya. Isi dari kotak itu ada
Menjelang sore, Wilson pun bermaksud untuk melaksanakan agenda kumpulan bersama YMC. Seperti biasa, Wilson selalu menggunakan sepeda gunung miliknya sebagai alat transportasi untuk pergi ke manapun. Beberapa menit kemudian, dia pun sampai di mesjid tempat biasa berkumpul dengan para YMC lainnya. Ada beberapa orang anggota YMC yang sudah tiba di mesjid ini. Diantaranya, ada Astra dan juga saudari kembarnya Astrid, Junie, Bobby dan Ali. "Assalamu'alaikum. Hei, kalian cepat sekali datang ke sini. Apa Syeikh Alim sudah datang?" tanya Wilson. "Wa'alaikum salam," jawab semua bersamaan. "Ya, aku datang ke sini lebih cepat karena di rumah tidak sedang ada kerjaan," kata Astra. "Iya, benar." Astrid mendukung ucapan Astra. "Kalian saudara kembar memang sangat kompak," kata Bobby. "Belum, Syeikh Alim belum datang," kata Ali. "Hei, lihat! itu McRossa dan juga Tamara," kata Astrid menunjuk ke arah mereka yang berboncengan dengan
Anna kehilangan keseimbangan dan terjatuh. "Kakak!" teriak Bill. Pria yang menembak Anna langsung kabur. "Bill..." ucap Anna dengan nada bicara yang sudah tidak jelas. Anna tertembak di bagian perut sebelah kiri. Kini, Anna yang tergeletak hanya berusaha menahan rasa sakit akibat peluru yang menembusnya. Dia sangat sulit sekali untuk berbicara dengan kondisi yang seperti ini, tapi dia terlihat ingin mengatakan sesuatu. Dalam hatinya, dia ingin sekali mengucapkan kalimat syahadat. Akhirnya, ada satu kata yang bisa dia ucapkan oleh mulutnya. "Allah," itulah yang bisa dia ucapkannya. Tak lama setelah itu, Anna yang semula tangannya memegang pipi Bill pun kini tergeletak di bawah tanah. Tubuhnya mendingin, detak jantungnya sudah berhenti. Bill yang melihat hal ini hanya bisa menangis dan berteriak untuk meminta pertolongan. Siang hari pukul 12:30 PM, Wilson dibuat terkejut dengan kabar duka dari keluarga White. Kabar duka
Tak terasa waktu istirahat telah usai, semua mahasiswa di kampus pun kembali memasuki kelasnya masing-masing. Wilson segera kembali ke kelasnya untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan di mata kuliah keduanya pada hari ini. Tak lama setelah Wilson tiba di kelas, datanglah dosen yang khendak mengajar di kelasnya. Sementara itu, Syeikh Alim yang sudah selesai mengurusi usulannya terkait perizinanYMC ke Departemen Keagamaan segera kembali ke kediamannya. Tadi, usulan dari Syeikh Alim direspon dengan baik oleh pihak Departemen Keagamaan. Pihak Departemen Keagamaan akan mempertimbangkan usulan dari Syeikh Alim. Segera setelah itu, mungkin YMC akan menjadi organisasi yang berada di bawah naungan Departemen Keagamaan. Di sore hari, kawan-kawan yang satu kelompok dengan Wilson mulai berdatangan ke kediaman keluarga Strongheart. Yang pertama kali tiba di kediaman keluarga Strongheart adalah Felicia. Felicia adalah seorang perempuan yang berasal dari Manhattan. Manhattan
Syeikh Alim segera berangkat menuju mesjid saat waktu maghrib hampir tiba.Dia pun ditemani ajudan yang setia kepadanya. Dalam perjalanan menuju mesjid, mereka berdua berpapasan dengan Ali. Lantas, Ali pun bersalaman dengan mereka berdua. Setelah itu, mereka pun bersama-sama melangkahkan kaki menuju mesjid. Kali ini, Junie mulai terbiasa dengan tugasnya sebagai muadzin. Dia secara inisiatif mengumandangkan adzan saat waktu maghrib tiba. Dari kejauhan, Syeikh Alim mendengar dengan jelas suaranya yang tengah melantunan adzan. Syeikh Alim merasa senang dengan apa yang dilakukannya sekarang. Esok pagi masih hari libur bagi Wilson. Di hari ini, Wilson mengajak Junie, Yusuf dan Ali untuk menyebarkan pamflet ke sekitaran wilayah The Bronx yang tidak terlalu jauh dari tinggal mereka. Mereka datang ke tempat yang memang ditempati oleh orang-orang muslim. Mereka menyebar pamflet tersebut dengan harapan ada banyak orang yang akan bergabung dengan komunitas bentukan mereka.