Jaki dan juga yang lainnya singgah ke kantin.
"Kemarin emang loe habis ngapain, Jak?" tanya Doni.
"Jalan-jalan pake motor, tapi motor gue malah mogok. Target gue juga gagal gue dapetin," kata Jaki.
"Jadi itu cara loe? gue bilang yang rapi jangan acak-acakan," ujar Doni.
"Terus mau gimana lagi?" tanya Jaki.
"Apanya yang acak-acakan?" tanya bu kantin.
"Ini, mesin motornya Jaki," kata Doni.
"Gimana kalau kita lakukan hal yang sama kayak tadi malam. Kita jalan-jalan pake motor bareng-bareng ke tempat yang ingin Jaki tuju." usul sesorang.
"Lakukan hal yang sama? oh, iya. Gue paham," kata Jaki.
"Tapi, ini game loe, Jak. Loe harus lakuin sendiri. Kalau loe minta bantuan ke yang lain, loe harus bagi dua hadiahnya," kata Doni dengan pelan.
"Mungkin gue bisa sendiri. Loe lihat aja nanti. Kalian gak usah terlibat," kata Jaki.
Sementara itu, ketika sedang dalam perjalanan pulang, Roy terus menatap k
Saat Zein dan Roy kembali asrama, mereka melihat Philip sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Rupanya, Philip tengah mengerjakan tugas dari dosennya di kampus. Baik Roy maupun Zein tak begitu mengerti lebih dalam mengenai ilmu arsitektur. Mereka hanya bisa melihat dan sesekali bila Philip membutuhkan bantuan kecil, mereka pun membantunya. “Kalau bantuan kecil kayak gini kita masih bisa bantu,” ucap Zein. “Iya, gak apa-apa. Wajar kalau kalian gak terlalu paham ilmu tentang arsitektur karena manusia punya bakat yang beda-beda,” kata Philip. Zein dan Roy terangguk membenarkan perkataan Philip. “Oh, iya. Masalah kalian berdua udah selesai belum?” tanya Philip. “Anggap aja udah selesai semua,” jawab Zein. “Ya, karena yang tadi cuma salah paham doang.” Roy membenarkan jawaban Zein. “Ya, syukur deh kalau gitu,” kata Philip. Sementara itu, Jaki dan kawan-kawannya sedang berada dibasecamptempat biasa mereka 
"Hei, siapa itu?" satpam penjaga menyadari ada seseorang yang mencurigakan. Satpam penjaga pun menghampiri orang itu. "Mau apa sebenarnya loe, Hah?" tanya satpam penjaga. "Penting buat gue jawab," jawab Jaki. "Kurang ajar!" ucap satpam penjaga. Akhirnya terjadi perkelahian antara mereka berdua. "Ternyata loe punya nyali juga," ujar Jaki. "Gak usah banyak omong," ujar satpam penjaga. Meskipun Jaki terus berusaha melawan, pada akhirnya Jaki berhasil dilumpuhkan. "Kena loe sekarang," kata satpam. karena takut akan tertangkap, Jaki menendang wajah satpam saat khendak membawanya. "Kurang ajar!" teriak satpam. Jaki pun pergi dengan berlari terbirit-birit. Siang hari saat tiba waktu dzuhur, para santri pun pergi ke mesjid sebagaimana biasanya. Di waktu istirahat sehabis shalat dzuhur Zein, Roy dan Philip didatangi olehUstadz Abidin. Dialah ustadz yang diberi tanggung jawab untuk me
Pukul 13:40 WIB, Jaki dan Doni datang ke tempat biasa. "Mana dia? kok gak ada?" kata Doni panik. "Sialan dia kabur, tapi kita harus tetap tenang. Lagipula, penyamaran kita pasti aman," Kata Jaki. "Iya juga. Udahlah, biarin dia kabur. Kita udah puas nyiksa dia," kata Doni. "Ya," ucap Jaki singkat. Di tempat lain, Dosen Hamid ditemukan oleh seseorang dalam keadaan tak sadarkan diri. "Ya ampun, ini harus segera dibawa ke rumah sakit," ujar orang yang menemukan Dosen Hamid. Esok pagi di hari Ahad, Zein, Roy dan Philip berencana untuk pergi berjoging bersama. Dengan cara yang sangat meyakinkan mereka berhasil mendapat izin untuk pergi berjoging keluar area Pondok Pesantren Al-Karimah. Tetapi, Ustadz Abidin memberikan batasan waktu pada mereka bertiga. Pada jam 7 tepat mereka sudah harus berada di area Pondok Pesantren Al-Karimah lagi. Dengan mengucap "Bismillah" Zein, Roy dan Philip pun memulai kegiatan joging pa
"Udah-udah, gak usah takut. Tenang aja. Bepikir positif," kata Yordansyah yang terilhat berani. "Ha..." suara misterius itu terdengar lagi. "Tuh, kedenger lagi. Udah tiga kali," kata Roy yang semakin tegang. "Wayah...!!!" terlihat wayah yang disinari cahaya senter. "Aaa...!!!" Roy beteriak. Sementara itu, Zein dan Yordansyah hanya memegangi dada karena sama terkejut. "Pak satpam, apa-apaan sih?" Zein menghelakan nafas. "Ya, kalian ngapain keluar di tengah gelap kayak gini?" tanya satpam penjaga gerbang. "Kita disuruh ngecek area di luar pondok. Ternyata benar, yang lain sama juga gelapnya," kata Yordansyah sambil melirik-lirik. "Nah, pak satpam juga apa-apaan tadi ngagetin kita?" tanya Roy. "Saya tadinya mau pergi ke mesjid buat bagiin lilin, tapi saat tahu kalian bertiga berjalan di tengah gelap kayak gini, saya mau agak usil sedikit," jelas satpam penjaga sambil tertawa. "Alah," uca
Waktu terus bergulir, tibalah bulan Agustus yang sudah dinanti-nanti oleh Aizha dan Rina. Bulan ini, Aizha dan juga Rina mempunyai hal yang sangat penting bagi mereka masing-masing. Tanggal 17 Rina akan tampil sebagai pengibar bendera, sedangkan pada tanggal 23 Aizha akan mengikuti perlombaan panahan Fun Archery. Baik Aizha maupun Rina sangat bersemangat untuk bisa mencapai tujuannya masing-masing. Pada hari Kamis tanggal 2 Agustus 2001 di pukul 16:00 WIB, Aizha kembali melatih kemampuan memanahnya bersama para santri lainnya. Ini merupakan persiapan untuk berpartisipasi di Fun Archerypada tanggal 23 nanti. Tampaknya, kini Aizha sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya, baik dari segi kemampuan maupun keoptimisan.Hanya perlu sedikit latihan lagi untuk lagi untuk bisa memantapkan kemampuannya untuk bisa tampil maksimal di kategori recurve bow level advancenanti. Pagi tanggal 17, Rina tengah mempersiapkan peralatan yang dia butuhkan pagi-pag
Setelah beberapa pertandingan selesai giliran bagi Anisa yang akan bertanding dengan Arinah pun tiba. Dengan langkah kaki yang arogan, Arinah memasuki lapangan pertandingan dan bertemu Anisa. Dia tampaknya ingin menggunakan situasi ini untuk menunjukkan kemampuannya di kategori recurve advance pada Aizha. Lagi-lagi dia bermaksud untuk menghancurkan mental Aizha. “Wah, padahal gue inginnya bisa tanding sama si Aizha, tapi gak apa-apa lah soalnya kalian berdua sama-sama kampungan,” kata Arinah. “Kampungan? soal itu gak penting. Sekarang yang harus kita pikirkan itu pertandingan. Kita gak akan tahu hasilnya kalau kita belum coba,” balas Anisa. Pertandingan antara Arinah dan Anisa pun dimulai. Mereka berdua bersaing sangat ketat di rambahan pertama. Setelah beberapa kesempatan bagi mereka untuk merilis anak panah, rambahan pertama berakhir dengan nilai Arinah yang lebih tinggi dari Anisa. Arinah terlihat begitu senang. Ini yang sangat diharapkan olehnya.
Aizha dirujuk langsung ke poli tulang. Setelah menjalani pemeriksaan, hasil pemeriksaan menujukkan bahwa Aizha mengalami keretakan di tulang bahunya. Mungkin ini akibat dari benturan tiang besi yang Aizha terima kemarin. Dokter mengatakan pada pelatih bahwa Aizha harus beristirahat secara total. Dia tidak boleh menjalankan aktifitas berat yang menggunakan tangan kiri nya. Pelatih sangat menyayangkan hal ini. Aizha lolos sebagai pemenang dan berhak maju ke babak selanjutnya, tetapi dia harus berisirahat untuk penyembuhan tulang bahunya yang retak. Mungkin di babak selanjutnya Aizha tak dapat berpatisipasi sebagai peseta. Dan hal yang paling membingungkan adalah bagaimana cara menjelaskan masalah ini pada Abi Salman. Setelah mengetahui bahwa anak mereka mengalami kecelakaan, Abi Salman dan Ummi Shaqira pun pergi ke rumah sakit tempat Aizha berada. Mereka rela datang keluar kota untuk menjenguk anak sulungnya itu. Saat Abi Salman dan Ummi Shaqira tiba, mereka berdua mel
Saat Indonesia telah ditinggalkan matahari dan menjadi malam, berbeda soal dengan Amerika. Di sini masih ditemani indahnya mentari pagi yang bersinar terang seolah tersenyum. Pagi hari di Kota New York sangat ramai. Terutama di kawasan The Bronx. Orang-orang bepergian dengan tujuannya masing-masing. Dari suatu arah terlihat seorang pemuda tengah mendayuh sepeda gunung. Wilson, itulah namanya. Dia adalah seorang pemuda yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Kini, dia tengah berada di jenjang perkuliahan. Dia pergi ke kampusnya hanya dengan sepeda gunung kesayangannya. Butuh waktu 30 menit untuk bisa sampai ke kampus. Setelah tiba di sana, Wilson langsung menyimpan sepedanya di tempat parkir. Kemudian, dia berbegas pergi ke loker. Dia bertemu salah satu temanya yang bernama San Jacky di sana. San Jacky juga pemuda yang menggemari MTB. Kali ini, dia mengajak Wilson untuk berlatih bersama sore hari nanti. Setelah mengobrol,mereka bergegas pergi ke kelas masing-m