"Apa kabarmu, Miley?"
Gadis yang dipanggil Miley itu berjengit sesaat, kaget karena sang pimpinan mengetahui namanya di pertemuan mereka.Miley sendiri tidak mengetahui tujuan ia dipanggil ke sini untuk apa. Ia yang melamar sebagai sekretaris pribadi bermodalkan nekad itu ketar-ketir, sedikit khawatir sang atasan memarahinya.Untuk menghormati atasan yang masih memunggunginya itu, Miley menjawab dengan tenang, "Saya baik-baik saja, Pak.""Bagus, itu yang aku harapkan, Miley.” Pimpinan itu kemudian memutar kursinya menghadap Miley. “Akhirnya aku menemukanmu setelah mencarimu berbulan-bulan.” Pria itu menunjukkan seringai di sela senyum dan tatapan tajamnya ke gadis itu.Di hadapannya, Miley nyaris melompat dari kursinya. Napasnya berhenti sesaat saat melihat sosok pria itu. ‘D-Dia ….’Pria itu tiba-tiba bangkit dari kursinya, lalu mendekat ke arah Miley. “Jadi, kamu bersembunyi di apartemen milikku?” Refleks, gadis itu ikut berdiri guna menghindar dari tatapan buas. Hampir saja ia jatuh, jika pria tersebut tidak cepat menangkap tubuhnya. “Kamu tidak apa-apa, Miley?”"Ka ... kamu! Ma ... maaf, maksudku, Anda." Miley sangat gugup melihat sosok yang sangat ia benci selama ini, kini memeluknya sangat erat. Namun, ia pun segera tersadar, pria itu adalah pimpinannya saat ini."Iya, ini aku, Miley. Apa kamu kaget?" tanyanya berbisik dengan senyum seringainya. Dengan lancang kemudian pria itu menempelkan bibirnya di daun telinga Miley.Sadar masih berada di pelukan sang pimpinan, Miley buru-buru mendorong tubuh sang pimpinan yang bernama Aland Halton, yang tak lain adalah mantan papa tirinya. "Mana Jenny?" tanyanya menaikan suaranya, tatapannya penuh kebencian.Ia ingin tahu keberadaan Jenny- Mamanya saat ini, setelah beberapa tahun hubungan mereka tidak membaik. Ia berpikir … selama ini, Aland-lah penyebab Jenny berubah, sampai mamanya itu tega mengusirnya dari rumah.Tidak bertemu beberapa tahun, nyatanya rasa bencinya kepada Aland belum juga surut. Ia bahkan pernah berpikir ingin memisahkan pria itu dari Jenny."Kami sudah bercerai," jawab Aland melepas tubuh Miley, dan kembali ke kursi kebesarannya."Mamamu yang mengajukan perceraian kami, dan pergi diam-diam ke Paris.""Setelah Anda bosan dengannya, Anda justru menuduhnya menceraikan Anda?” Miley geram. Ia yakin, hal itu tidak mungkin terjadi, sebab ia tahu kalau mamanya begitu mencintai pria brengsek ini.‘Dia yang mencampakkan, dia juga yang membuat alasan! Dasar brengsek!’ ujar Miley dalam hati.Pria buaya memang selalu mencari pembenaran. Setelah Aland menguras habis harta kekayaan mamanya hingga menyebabkan ia diusir dari rumah … sekarang, setelah mendapatkan semua, pria itu mencari-cari alasan untuk meninggalkan mamanya.Dan, apalagi tadi … pria itu katanya mencari-carinya? Miley pikir, mereka tidak memiliki urusan apa pun untuk dibicarakan. Lagi pula, mereka juga tidak terlalu dekat untuk saling mencari tahu kabar masing-masing. Pria itu pasti tengah membual lagi untuk menarik perhatian Miley.Pandangan sinisnya mengikuti gerakan Aland yang tengah mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya. Tampak senyum mengejek terukir di bibir pria itu, seolah tahu isi kepala Miley."Apa namanya ini, Miley?" tanya Aland mengangkat salah satu alisnya, kemudian melemparkan beberapa lembar foto di atas meja. "Masih menuduhku pria brengsek?"Lembaran foto itu menarik atensi Miley. Di foto -foto itu, terlihat Jenny yang tengah memakai gaun pernikahan begitu mesra dengan pria lain. Memang dari dulu mamanya itu suka berteman dengan pria, tapi tidak pernah sampai menikah dan sebucin ketika Jenny bersama Aland."Tidak mungkin!” desisnya menyambar foto-foto pernikahan Jenny dengan pria lain itu dan membuangnya ke tong sampah.Raut wajahnya tampak memerah menahan malu. Baru beberapa detik lalu ia menuduh Aland pria buaya, tetapi bukti yang pria itu berikan justru berkata sebaliknya. Jenny yang ia kira telah menemukan cinta, hingga sampai tega mengusirnya karena Aland, justru memutuskan menikah lagi dengan pria lain."Apa kamu masih menuduhku yang bersalah, Miley?"Aland kembali mendekat dan menyentuh kedua bahunya. Kini, keduanya berdiri berhadapan, nyaris tidak berjarak. Wajah mereka bahkan hampir bersentuhan ketika Miley mengangkat wajah dan menatapnya.Meski anggapan negatif tentang Aland yang brengsek telah dipatahkan oleh bukti pernikahan tadi, tetapi, hal tersebut tidak lantas menyurutkan rasa bencinya pada pria ituSedikitnya, ada perasaan bersalah yang dirasakan Miley, karena telah berpikiran buruk pada atasannya sendiri. Beberapa detik menimbang, Miley yang telah menandatangani kontrak kerja sebagai sekretaris Aland sebelumnya, kini telah memutuskan, "Aku mau membatalkan kontrak kerjaku.” Setelahnya, gadis itu berbalik, hendak keluar dari ruangan yang terasa menyesakkan ini.Sayang, baru saja melangkah … tangan Aland justru kembali menahannya. Tubuh mereka kembali berhimpitan, dengan Miley yang kini membelakangi tubuh sang mantan papa tiri."Kenapa, Miley? Apa nominal gajimu kurang?" kata Aland mempermainkan jari tangannya di helai rambut panjang Miley. Sesekali menyesap dalam aroma sampo yang menguar dari surainya yang hitam. "Atau, karena telah tahu mantan papa tirimu adalah pemilik perusahaan ini?"Aland semakin lancang menyembunyikan wajahnya di lebatnya rambut hitam Miley. Desahan napasnya terasa hangat, membuat tubuhnya membatu dan meremang.Anehnya, kedua tangan dan kakinya terasa kaku, sulit digerakkan untuk menghindar dari serangan nakal Aland. Mantan papa tirinya itu begitu pintar membuatnya tidak berkutik.Melihat Miley hanya terdiam dan seolah menikmati sentuhan hangat darinya, Aland semakin berani melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis itu.Besaran gaji yang ditawarkan perusahaan ini terbilang besar. Namun, jika dibandingkan dengan ketenangan diri yang harus ia korbankan jika terus berhadapan dengan sang atasan seperti Aland … ia dengan suka rela melepas dan mencari pekerjaan lain di luar sana."Apa kamu tidak sadar sedari awal, kalau perusahaan Aland Corp ini milik mantan papa tirimu ini?"Meski Miley tidak melihat mimik wajah Aland, ia menebak pria itu tengah menyeringai. Nada suaranya bahkan begitu mengejek kecerobohannya karena tidak menyadari kesamaan nama perusahaan dengan nama pria itu.‘Dasar bodoh!’ makinya pada diri sendiri.Tubuh Miley bergetar ketika bibir Aland menerkam ganas leher jenjangnya, meninggalkan tanda kepemilikannya di sana. Miley mendadak bisu.Rasa panas dari kecupan Aland itu seolah mengembalikan seluruh kekuatannya. Ia menepis tangan Aland dan mendorongnya kasar."Apa yang kamu lakukan?!" Tangan gadis itu sudah terkepal kuat. Ia ingin sekali menampar Aland sekuat tenaga, tapi ia pun mengurungkan niat, mengingat siapa dirinya di hadapan Aland saat ini. "Aku bilang, aku ingin membatalkan—"“Kamu telah menyetujui kontrak itu, Miley." potongnya mengangkat dagunya angkuh. “Dan tidak ada kontrak yang bisa dibatalkan oleh pihak kedua, kecuali kamu siap membayar pinalti.”Aland mempermainkan pandangannya di wajah cantik Miley yang memerah menahan kesal.Ia tersenyum miring seperti meremehkan Miley yang tidak bisa berkutik dalam perangkapnya kini.“Ah, apa kamu membaca dengan jelas kontrak itu?” tanya Aland masih dengan wajahnya yang angkuh. Melihat Miley yang bergeming, dengusan keluar dari bibir pria itu. “Dasar ceroboh. Kamu telah menyetujui kontrak kerja seumur hidupmu.”"K-kontrak seumur hidup?” Miley kehilangan kata-kata. Ia tidak pernah menemukan satu pun perusahaan yang pernah menawarkan kontrak seumur hidup. “Jangan mengada-ada, ya!”Namun, dalam hati, gadis itu juga mengutuk dirinya sendiri yang tidak cermat membaca kontrak meski tadi HR telah memintanya mengecek berkas itu lagi. Tidak hanya itu, ia bahkan tidak mengingat kolom apa aja yang telah ia bubuhkan tanda tangannya. Sial."Sekarang ambil map diatas meja itu dan ikut aku!" titah Aland mengubah nada suaranya, setengah mendorong tubuh Miley ke arah mejanya."I - ikut ke mana?"Aland memutar badan cepat, menghampirinya dan mencengkeram pinggang Miley. Alih-alih mengajak sang sekretaris menghadiri kerja, gestur pria itu lebih mirip buaya yang sedang ingin menerkam mangsanya. "Bukankah seharusnya kita merayakan pertemuan istimewa ini, Sayang?"***Cup!Tidak berhenti di sana, Aland bahkan mendaratkan ciuman selama beberapa detik di bibir Miley yang dipulas perona merah muda.“Apa yang kamu lakukan? Menjauhlah!” Miley yang sempat membeku karena mendengar kata ‘Sayang’ keluar dari bibir Aland lantas kembali membuat jarak dengan mendorong tubuh pria itu. Ia bergidik, tidak percaya jika mantan Papa tiri yang sangat ia benci itu begitu lancang melumat bibirnya.“Bibirmu manis, aku suka.” Gilanya, pria itu malah menyeringai seraya membersihkan jejak-jejak perona yang mungkin terkena bibirnya. Setelahnya, Aland langsung berjalan menuju pintu ruangan, dan meminta Miley mengikutinya. “Ayo, ikut aku.”Gadis itu masih terpaku. Seluruh perlakuan Aland yang tiba-tiba dan berani itu terasa membuat tubuhnya terguncang. Di satu sisi ia merasa marah, tetapi di satu sisi yang lain ia juga sempat terlena.Namun, sadar hal yang baru saja ia pikirkan itu salah, Miley buru-buru mengenyahkan pikiran itu. “Tidak. Aku tidak mau ikut denganmu.” Aland ya
Melihat Aland senyum-senyum kecil, ia semakin yakin dengan firasatnya. Pria itu cukup puas membuatnya kebingungan.Apa, tertidur? Tentu itu akal-akalannya saja. Perjalanan panjang bisa tiba di sana, tapi ia tidak mengingat apapun? Miley yakin ada yang dirahasiakan Aland. "Apa yang sudah kau lakukan padaku?"Matanya menyipit menunggu Aland mengakui semuanya.Tapi tidak mendengar apapun selain melihatnya cengengesan."Jangan pikir dengan cara murahan seperti itu, bisa mengubah rasa benciku? Tentu tidak!" pancing Miley mengetes kejujuran Aland."Cara apa, Sayang?" ejek Aland dengan mempermainkan alisnya turun naik. Pria yang lebih pantas disebut buaya ketimbang pimpinan itu, mengedipkan sebelah matanya menggoda Miley.'Sial, dia tidak lebih dari buaya kelaparan!" batinnya dengan rasa benci yang menggunung.Sambil mendengus kesal, ia terus mencari cara untuk membongkar kejujuran Aland. Otaknya berputar-putar namun tak juga menemukannya.Sampai mendengar Aland bersuara. "Ini, sayang." Men
"Tidak salah karena kamu harus hangat, Miley." Aland mencari kesempatan melancarkan rencananya. Dia begitu beringas meraup bibir hingga leher jenjangnya. Mengecup lebih lama untuk meninggalkan kepemilikannya di sana.Tapi tubuh Miley terlalu lemah menolak serangan panas Aland. Ia hanya bisa mengepal tangannya, meski di sisi lain ia menikmati rasa hangat sentuhan kulit tubuh Aland.Tapi ... tersadar dari siapa kehangatan itu. "Hentikan kegilaan ini!" pintanya memiringkan kepala dengan susah payah, menghindari jemari Aland kembali menyentuh bibirnya."Aku bilang, kamu harus hangat, Sayang." Aland merasakan kini malah dirinya yang terbakar hasrat setelah mencium aroma tubuh Miley. Tangannya kian lancang melepas satu persatu kancing kemeja Miley. "Jangan lakukan itu," pinta Miley tidak berhenti memohon. Tapi itu tidak menghentikan aksi Aland yang telah di kuasai hasrat penuh damba, mengganti posisi badan dengan mengungkung Miley dibawah tubuhnya. Miley pasrah dibawah kungkungan tubuh A
Miley tahu Aland menatap penuh amarah meski tak melihatnya."Apa semiskin itu kau sampai mencuri dompetku, Sayang?"Miley meringis ketika cengkeraman kuat menerkam tengkuknya. "Bukankah semalam aku telah menyelamatkan nyawamu?" Jarinya bergerak menyentuh tulang selangkanya dengan mencengkeram lebih kuat lagi."Atau inikah balasan kebaikanku?" bisik Aland menyeringai di telinganya.Tangannya turun, lalu, mencengkram pinggang Miley sekuatnya sebelum melemparkannya ke ranjang. Miley meringis kesakitan saat tulang rusuknya terbentur keras di sisi ranjang."Berkali-kali aku telah memperingatkanmu, Miley!" berang Aland menarik tangannya dengan sekali sentakan.Tubuhnya yang tak berdaya itu menjerit kesakitan. Merasa lengan tangannya seperti akan terpisah dari sendinya.Miley mengumpulkan kekuatannya. Bagaimanapun ia harus melawan Aland kalau tidak mau mati di sana. "Maka kembalikan tasku!" tantangnya, sikap Aland itu mengembalikan semua rasa bencinya.Tidak peduli hukuman apa yang bisa Alan
Yang tadinya berpikir akan lepas dari Aland, itu cuma ada di pikirannya. Nyatanya pria itu tetap saja mengikutinya sampai ke sana."Mengapa masih mengikuti ku kemari, hakh?" sarkasnya mengangkat dagunya sombong. Walau di beberapa detik lalu, ia melihat keempat wanita tadi sangat hormat pada Aland. Ia makin yakin kalau keempat wanita tadi itu juga orang suruhan Aland. Tadinya hanya tertawa kecil, kini Aland tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi. "Apa? Mengikutimu? Ini rumahku! Jadi, aku bisa melakukan apapun di sini. Kau kenapa ada di sini?""A-aku tidak tahu ---"Aland memangkas jarak mereka, menatap intens wajahnya yang langsung memucat itu, kemudian mendorongnya ke belakang. Hingga dirinya terhuyung namun tidak sampai terjungkal. Sial! Dia pintar sekali membuatku tak bisa berkata-kata. Miley sadar harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami hal yang sama seperti sebelumnya."Maafkan aku," ucapnya tertunduk.Mun
Namun, ia tidak mendengar jawaban apapun. Pria yang mendadak dingin itu membuka pintu mobil cepat dan mendorongnya kasar. Tubuh mungilnya pun terjungkal, dan kepalanya terbentur keras ke dashboard mobil."Aduhh, ahh ..." Miley meringis sambil memegangi puncak kepalanya. Sedetik saja lengah melindungi puncak kepalanya tadi, ia pastikan kepalanya sudah bocor, merasakan kuatnya dorongan Aland.Melihat Aland tidak peduli atau bertanya apapun, Miley tidak berhenti memakinya dalam hati. Seharusnya ia membiarkan itu tadi terjadi, seenggaknya ia bisa meminta kompensasi dari Aland. Setidaknya bisa ongkosnya pulang, atau melarikan diri saja."Aku cuma bertanya, kalau kau tidak suka, tinggal diam saja. Bukan menyakitiku begini!""Diam! Aku tidak menyuruhmu bicara!" "Hakh! Apa maumu sekarang?" tantang Miley mencari-cari perdebatan."Kau duduk diam di situ, itu sudah cukup!"Kalau aku tidak mau, kenapa? Kau mau menghukum ku seperti sebelumnya? Lalu, membawaku ke mana pun kau suka! Begitu?"Miley
"Mam, Mam!" panggilnya mencari Jenny di sekitar parkiran mobil. Namun, Jenny sudah tidak ada di sana. "Untuk apa berlarian seperti orang gila di situ?" teriak Aland berdiri berkacak pinggang, wajahnya tampak mengeras."Orang gila? Kau yang gila! Apa yang sudah kau rencanakan padaku, hakh? Kau pikir aku tidak mendengar semua percakapanmu dengannya tadi?" sahut Miley berteriak dari jarak mereka yang tidak dekat. Suara teriakan keduanya menggaung dari pantulan bunyi suara di dinding basemen yang tertutup."Hahaa, lucu sekali, Sayang. Tapi kenapa tadi kau diam saja di dalam mobil?" ejek Aland mendekati Miley yang gusar di balik salah satu mobil mewahnya, lalu, berhenti nyaris tidak berjarak dengannya. Aland merentangkan kedua tangannya di mobil tempat Miley menyandar, hingga gadis itu terkurung di kedua tangannya. "Kenapa tidak bisa menjawab, Sayang? Apa kau begitu cinta padaku hingga mamamu saja kau abaikan?""Tutup mulutmu itu!" berangn
Aland gugup, tidak tahu harus menjawab apa pada Miley. Bahkan dia sendiri juga sempat kaget ketika Jenny tiba-tiba menelepon sudah ada di Jepang, dan ingin bertemu dengannya.Memang sebelum mereka bercerai, Aland pernah berjanji kepadanya untuk mencari keberadaan Miley. Dan, setelah dia bertemu dengan Miley, dia pun seolah lupa janjinya dulu kepada Jenny.Rasa rindu dan cintanya kepada Miley yang semakin besar, membuatnya melakukan segala cara untuk membuat Miley tetap bersamanya. Dia bahkan berjanji tidak akan pernah melepas Miley lagi. "Aku tidak menyuruhnya kemari, Sayang."Siapa juga yang bisa percaya itu. Miley bisa melihat sendiri pertemuan Aland dan Jenny tadi bukan cuma kebetulan, tapi sudah di rencanakan. Bukankah Jenny mendatangi rumah Aland?"Tunggu, tadi kamu bilang itu rumahmu?" tanya Miley penuh selidik. Dan dijawab anggukan cepat dari Aland. "Lalu, kenapa selama ini kau membawaku tinggal di hotel?" Lagi tanyanya merasa aneh saja harus menginap di hotel padahal punya rum