Yang tadinya berpikir akan lepas dari Aland, itu cuma ada di pikirannya. Nyatanya pria itu tetap saja mengikutinya sampai ke sana.
"Mengapa masih mengikuti ku kemari, hakh?" sarkasnya mengangkat dagunya sombong. Walau di beberapa detik lalu, ia melihat keempat wanita tadi sangat hormat pada Aland. Ia makin yakin kalau keempat wanita tadi itu juga orang suruhan Aland.Tadinya hanya tertawa kecil, kini Aland tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi. "Apa? Mengikutimu? Ini rumahku! Jadi, aku bisa melakukan apapun di sini. Kau kenapa ada di sini?""A-aku tidak tahu ---"Aland memangkas jarak mereka, menatap intens wajahnya yang langsung memucat itu, kemudian mendorongnya ke belakang. Hingga dirinya terhuyung namun tidak sampai terjungkal.Sial! Dia pintar sekali membuatku tak bisa berkata-kata. Miley sadar harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami hal yang sama seperti sebelumnya."Maafkan aku," ucapnya tertunduk.Mungkin dengan begitu Aland bisa bersikap lebih lembut. Saat ini bisa kembali pulang hanya bergantung pada pria monster itu. Aland telah membuang ponsel dan dompetnya."Bersihkan tubuhmu! Ambil bajumu di lemari!" titah Aland. Menarik salah satu sudut bibirnya menunjuk ke arah lemari kecil di samping ranjang. Miley mengekorkan sudut matanya mengikuti petunjuk dari bibir Aland.Sepertinya Aland juga pasti gerah terus berdebat dengannya. "Cepat, karena kita harus segera pergi!"Miley mendelik, lantas menaikkan pandangannya pada Aland. Sesaat hanya memperhatikannya, tapi tidak menemukan gurauan dari ucapannya barusan. "Apa maksudmu kita pulang hari ini?" tanyanya menumpulkan pandangannya di wajah Aland yang mengeras.Miley terdiam menunggu jawabannya, tapi Aland tidak menjawab dan segera sibuk dengan ponselnya. Tapi ia yakin tujuan ucapan Aland tadi, mereka akan pulang, Miley berteriak kegirangan dalam hati. Tanpa menunggu perintah dari Aland, ia segera mengeluarkan paper bag berisi pakaiannya dari lemari, kemudian membawanya ke dalam kamar mandi."Cepat, ya, waktunya sudah mepet!" Suara khas Aland di balik pintu kamar mandi."Iya," sahutnya samar dalam kegirangannya. Ia yakin dugaannya tidak mungkin meleset lagi. Mungkin sebelumnya Aland sudah memesan jadwal penerbangan mereka.'Yahh, aku akan memutuskan kontrak dengannya. Lalu, pergi sejauh mungkin!' pikirnya merancang rencana-rencana di otaknya.Rasa sakit di sekujur tubuhnya juga turut menghilang hanya membayangkan akan segera terbebas dari Aland.Tidak ingin berlama-lama, Miley menyudahi mandinya. Setelah mengenakan pakaian dan merias tipis wajah cantiknya, ia keluar dengan langkah hati-hati."Ambil tas di dalam lemari itu. Aku tunggu di bawah," titah Aland yang memunggunginya lantas bangkit dan segera keluar.Miley tersentak, entah bagaimana Aland tahu ia berdiri di sana. Sengaja tidak menimbulkan suara saat ia keluar dari kamar mandi tadi, untuk memata-matai Aland yang duduk memunggunginya di sisi ranjang.Tidak ada perlawanan, Miley menurut saja mengambil tas dari dalam lemari, dan terburu mengejar Aland. Takut tersesat di rumah yang katanya rumahnya pria buaya itu.Di pintu kamar, tapi ... kemana dia? Ia tidak melihatnya menunggu di depan pintu.Miley celingukan sibuk mencarinya, baru beberapa detik dia keluar, tapi sudah menghilang."Ke mana dia?" tanyanya bergumam. Ia bingung harus berteriak memanggilnya 'Aland atau Pak'. "Sial! Pria psikopat, monster, buaya. Argh! Benar-benar menyebalkan!" rutuknya mendecak kasar.Ia juga harus menyeret tas yang berat itu, mungkin diisi batu karena beratnya. Mencari tangga atau pintu yang bisa mengeluarkannya dari ruangan besar itu. Tadi ia berada di dalam kamar, tapi sekarang ia ada di ruangan lebih layak disebut aula kosong."Halo, Mbak!" panggilnya berharap para pelayan mendengarnya dan membantunya menyeret tas besar itu. Tapi ... suara tegas mengagetkannya."Kenapa masih berkeliaran di situ?" hardik Aland dari balik punggungnya.Miley yang mulai habis kesabaran namun dipaksa tetap bersabar itu, menoleh cepat.Hakh, berkeliaran katanya, apa tidak bisa melihat ia sedang mencarinya?'Damn man! Dari tadi dia di sana, tapi kenapa tidak memanggil?' batinnya mengutuk Aland dan kecerobohannya tidak mencari di bagian ruangan depan lift. Ia pun tidak perlu bertingkah seperti orang linglung tadi.Melihat wajah mengeras pria itu, Miley tidak menjawab. Ia hanya mengikutinya ke dalam lift yang menuju basemen. Di basemen yang luas hanya ada mereka dengan deretan mobil-mobil mewah."Wah, katanya tadi ini rumahnya?" Miley terperangah namun dalam hati ia tertawa kecil. Yakin Aland cuma mengada-ada, tempat itu lebih mirip sebuah hall.Aland berdiri di samping satu mobil mewah."Masuk!" titah Aland melihat Miley hanya bengong."Aland, s- sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Miley merasa takut Aland akan membawanya ke mana lagi. Pun merasa janggal karena tidak melihat ada pengawal atau keempat pelayan tadi setelah mereka keluar dari kamar. Miley dibuat kelinglungan seperti baru terbangun dari tidur panjangnya.***Namun, ia tidak mendengar jawaban apapun. Pria yang mendadak dingin itu membuka pintu mobil cepat dan mendorongnya kasar. Tubuh mungilnya pun terjungkal, dan kepalanya terbentur keras ke dashboard mobil."Aduhh, ahh ..." Miley meringis sambil memegangi puncak kepalanya. Sedetik saja lengah melindungi puncak kepalanya tadi, ia pastikan kepalanya sudah bocor, merasakan kuatnya dorongan Aland.Melihat Aland tidak peduli atau bertanya apapun, Miley tidak berhenti memakinya dalam hati. Seharusnya ia membiarkan itu tadi terjadi, seenggaknya ia bisa meminta kompensasi dari Aland. Setidaknya bisa ongkosnya pulang, atau melarikan diri saja."Aku cuma bertanya, kalau kau tidak suka, tinggal diam saja. Bukan menyakitiku begini!""Diam! Aku tidak menyuruhmu bicara!" "Hakh! Apa maumu sekarang?" tantang Miley mencari-cari perdebatan."Kau duduk diam di situ, itu sudah cukup!"Kalau aku tidak mau, kenapa? Kau mau menghukum ku seperti sebelumnya? Lalu, membawaku ke mana pun kau suka! Begitu?"Miley
"Mam, Mam!" panggilnya mencari Jenny di sekitar parkiran mobil. Namun, Jenny sudah tidak ada di sana. "Untuk apa berlarian seperti orang gila di situ?" teriak Aland berdiri berkacak pinggang, wajahnya tampak mengeras."Orang gila? Kau yang gila! Apa yang sudah kau rencanakan padaku, hakh? Kau pikir aku tidak mendengar semua percakapanmu dengannya tadi?" sahut Miley berteriak dari jarak mereka yang tidak dekat. Suara teriakan keduanya menggaung dari pantulan bunyi suara di dinding basemen yang tertutup."Hahaa, lucu sekali, Sayang. Tapi kenapa tadi kau diam saja di dalam mobil?" ejek Aland mendekati Miley yang gusar di balik salah satu mobil mewahnya, lalu, berhenti nyaris tidak berjarak dengannya. Aland merentangkan kedua tangannya di mobil tempat Miley menyandar, hingga gadis itu terkurung di kedua tangannya. "Kenapa tidak bisa menjawab, Sayang? Apa kau begitu cinta padaku hingga mamamu saja kau abaikan?""Tutup mulutmu itu!" berangn
Aland gugup, tidak tahu harus menjawab apa pada Miley. Bahkan dia sendiri juga sempat kaget ketika Jenny tiba-tiba menelepon sudah ada di Jepang, dan ingin bertemu dengannya.Memang sebelum mereka bercerai, Aland pernah berjanji kepadanya untuk mencari keberadaan Miley. Dan, setelah dia bertemu dengan Miley, dia pun seolah lupa janjinya dulu kepada Jenny.Rasa rindu dan cintanya kepada Miley yang semakin besar, membuatnya melakukan segala cara untuk membuat Miley tetap bersamanya. Dia bahkan berjanji tidak akan pernah melepas Miley lagi. "Aku tidak menyuruhnya kemari, Sayang."Siapa juga yang bisa percaya itu. Miley bisa melihat sendiri pertemuan Aland dan Jenny tadi bukan cuma kebetulan, tapi sudah di rencanakan. Bukankah Jenny mendatangi rumah Aland?"Tunggu, tadi kamu bilang itu rumahmu?" tanya Miley penuh selidik. Dan dijawab anggukan cepat dari Aland. "Lalu, kenapa selama ini kau membawaku tinggal di hotel?" Lagi tanyanya merasa aneh saja harus menginap di hotel padahal punya rum
Aland membatu. Pertanyaannya tadi sama saja membunuh dirinya. "Eh, m- maksudnya apa ada orang yang tahu kamu bekerja padaku?"Miley menggeleng lemah. Selama ini ia menyembunyikan lamaran kerjanya ke perusahaan Aland Corp dari teman-temannya. Ia malu karena modal nekat saja menjatuhkan lamarannya ke sana- yang kebetulan menawarkan gaji yang fantastis.Ia malu berkali-kali gagal diterima di perusahaan lain. Juga ia tidak yakin akan diterima bekerja di perusahaan Aland Corp, karena sama sekali tidak berpengalaman sebagai sekretaris pribadi."Kekasihmu mungkin?" tanya Aland menaikkan alisnya, bukan seperti bertanya tapi lebih ingin menyelidiki kehidupan pribadi Miley."Aku tidak punya kekasih," jawab Miley memang selalu miris dalam masalah percintaan. "Ohh, benarkah?" Melihat hanya Miley mengangguk, Aland tersenyum manis. Tapi Miley tidak peduli Aland akan mengejeknya karena itu. Miley mengikuti Aland masuk ke sebuah restoran, ia juga tidak menolak saat Aland merangkul mesra pundaknya.
Aland mengulum senyum. "Aku baik-baik saja, Miley! Tidak perlu khawatir." Miley menikmati sentuhan lembut tangannya di lengan berbulu halus Aland, perasaannya begitu mudah berubah-ubah. Entah bagaimana perasaannya bisa begitu peka hanya dengan kulit tangannya yang bersentuhan kulit tangan pria- yang ia katai psikopat, pria gila, dan buaya itu."Tentang Jenny tadi?" tanya Miley mulai berani mempermainkan jemari lentiknya di bulu-bulu halus yang menutupi kulit tangan kekar Aland."Tidak ada apa-apa, Sayang. Mungkin Jenny hanya salah paham saja." Sepertinya, Aland masih peduli pada Jenny. Padahal tadi ia juga mendengar jelas, Jenny tengah mengancam Aland dari pengakuan kedua pengawal tadi. Apa dia masih menyimpan perasaan sama Jenny? Tiba-tiba saja hatinya terasa dongkol dengan rasa campur aduk yang sulit ia gambarkan.Sepanjang perjalanan Miley banyak membisu. Aland juga seolah larut dengan pikirannya. "Apa kamu ingin sesuatu sebelum pulang?" tanya Aland tanpa melepas pandangannya da
Bukannya menjawab. Bibirnya yang sibuk memberikan kecupan di kedua pipi Miley, bergerak cepat menerkam bibir merah jambunya, lantas menguncinya. Miley dengan kesadaran masih separuh itu, antara masih dalam mimpi atau terbangun dari tidur. Empot-empotan sampai kesulitan bernapas. Ia memukul-mukul dada Aland agar pria nakal itu memberinya ruang untuk mengisi oksigen ke dalam paru-parunya. "L- lepaskan! Aku kesulitan bernapas! Hah, hah, hah," pinta Miley saat memiliki ruang untuk bersuara dengan napasnya terengah-engah."Sayang ... aku tidak bisa menahannya lagi," desisnya memelas di sela napasnya yang masih memburu. Wajahnya juga tampak memerah menahan hasrat liarnya. Namun, segera dijawab sarkas. "Apa yang sudah kau lakukan?" berang Miley bergerak cepat menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya, sesaat setelah menyadari tubuh bagian atasnya terpampang tanpa penutup. Wajahnya memerah antara merasa malu dan marah, tetapi tatapan nakal A
"Lepaskan! Sakit, Aland!" Miley meringis ketika kepalanya dengan sengaja diapit dikedua lutut kaki Aland. Suara berdengung keras terasa di gendang telinganya, rasanya kepalanya seperti akan meledak karena itu. Miley tidak berani mengangkat wajahnya, sebenarnya ia tahu apa yang direncanakan Aland, dengan mengapit kepalanya di sana. Ia yakin dengan mengangkat wajahnya saja, bibirnya akan bersentuhan dengan aset pribadi Aland."Arghh! Brengsek!" geram Aland mendorong Miley dengan lututnya.Miley terus menyurut mundur menjaga jarak dari Aland. Hatinya sedikit lega terlepas dari rasa takut dalam pikirannya tadi.Namun, pria itu kembali berjalan santai dengan tubuhnya yang masih bertelanjang bulat. Tanpa merasa risih kendati Miley terus menjauhkan pandangan dari aset pribadinya yang menegang itu. "Mungkin kau lebih menginginkan ini, Sayang?" kata Aland menyerempet dirinya yang mentok di sudut ruangan. Seraya menunjukkan botol kecil yang
Miley tidak lagi memikirkan Aland yang bisa saja merendahkannya karena itu. Rasa aneh itu terus berkejaran dalam dirinya, memaksanya ingin mengulang aktivitas mereka tadi."Miley!" hardik Aland memutar dengan menepis tangannya. "Jaga sikap murahanmu itu!" Aland mendorongnya ke belakang. "Aku tidak mau melihatmu bersikap begitu lagi!" Lagi marahnya menatapnya dengan kebencian."Apa yang salah? Kau bilang sudah biasa melakukannya? Sekarang kau tidak perlu mencekoki minumanku dengan obat tidurmu itu. Kau bisa melakukannya sekarang denganku." "Shit, aku bilang hentikan kegilaanmu itu, Gadis bodoh! Kau tahu Miley, saat ini aku tidak punya waktu berdebat denganmu!" Aland memunggunginya. "Segera tutupi tubuhmu itu!""Hahaa! Apa kau takut membuktikan ucapanmu tadi, Aland?" tantang Miley mendekat, dan berhenti saat mereka sudah berhadapan. Ia semakin berani mempermainkan dasi Aland di sela kerah kemejanya. Jemari lentiknya perlahan turun menye