Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
"Apa kabarmu, Miley?" Gadis yang dipanggil Miley itu berjengit sesaat, kaget karena sang pimpinan mengetahui namanya di pertemuan mereka. Miley sendiri tidak mengetahui tujuan ia dipanggil ke sini untuk apa. Ia yang melamar sebagai sekretaris pribadi bermodalkan nekad itu ketar-ketir, sedikit khawatir sang atasan memarahinya. Untuk menghormati atasan yang masih memunggunginya itu, Miley menjawab dengan tenang, "Saya baik-baik saja, Pak." "Bagus, itu yang aku harapkan, Miley.” Pimpinan itu kemudian memutar kursinya menghadap Miley. “Akhirnya aku menemukanmu setelah mencarimu berbulan-bulan.” Pria itu menunjukkan seringai di sela senyum dan tatapan tajamnya ke gadis itu. Di hadapannya, Miley nyaris melompat dari kursinya. Napasnya berhenti sesaat saat melihat sosok pria itu. ‘D-Dia ….’ Pria itu tiba-tiba bangkit dari kursinya, lalu mendekat ke arah Miley. “Jadi, kamu bersembunyi di apartemen milikku?” Refleks, gadis itu ikut berdiri guna menghindar dari tatapan buas. Hampir saja ia
Cup!Tidak berhenti di sana, Aland bahkan mendaratkan ciuman selama beberapa detik di bibir Miley yang dipulas perona merah muda.“Apa yang kamu lakukan? Menjauhlah!” Miley yang sempat membeku karena mendengar kata ‘Sayang’ keluar dari bibir Aland lantas kembali membuat jarak dengan mendorong tubuh pria itu. Ia bergidik, tidak percaya jika mantan Papa tiri yang sangat ia benci itu begitu lancang melumat bibirnya.“Bibirmu manis, aku suka.” Gilanya, pria itu malah menyeringai seraya membersihkan jejak-jejak perona yang mungkin terkena bibirnya. Setelahnya, Aland langsung berjalan menuju pintu ruangan, dan meminta Miley mengikutinya. “Ayo, ikut aku.”Gadis itu masih terpaku. Seluruh perlakuan Aland yang tiba-tiba dan berani itu terasa membuat tubuhnya terguncang. Di satu sisi ia merasa marah, tetapi di satu sisi yang lain ia juga sempat terlena.Namun, sadar hal yang baru saja ia pikirkan itu salah, Miley buru-buru mengenyahkan pikiran itu. “Tidak. Aku tidak mau ikut denganmu.” Aland ya
Melihat Aland senyum-senyum kecil, ia semakin yakin dengan firasatnya. Pria itu cukup puas membuatnya kebingungan.Apa, tertidur? Tentu itu akal-akalannya saja. Perjalanan panjang bisa tiba di sana, tapi ia tidak mengingat apapun? Miley yakin ada yang dirahasiakan Aland. "Apa yang sudah kau lakukan padaku?"Matanya menyipit menunggu Aland mengakui semuanya.Tapi tidak mendengar apapun selain melihatnya cengengesan."Jangan pikir dengan cara murahan seperti itu, bisa mengubah rasa benciku? Tentu tidak!" pancing Miley mengetes kejujuran Aland."Cara apa, Sayang?" ejek Aland dengan mempermainkan alisnya turun naik. Pria yang lebih pantas disebut buaya ketimbang pimpinan itu, mengedipkan sebelah matanya menggoda Miley.'Sial, dia tidak lebih dari buaya kelaparan!" batinnya dengan rasa benci yang menggunung.Sambil mendengus kesal, ia terus mencari cara untuk membongkar kejujuran Aland. Otaknya berputar-putar namun tak juga menemukannya.Sampai mendengar Aland bersuara. "Ini, sayang." Men
"Tidak salah karena kamu harus hangat, Miley." Aland mencari kesempatan melancarkan rencananya. Dia begitu beringas meraup bibir hingga leher jenjangnya. Mengecup lebih lama untuk meninggalkan kepemilikannya di sana.Tapi tubuh Miley terlalu lemah menolak serangan panas Aland. Ia hanya bisa mengepal tangannya, meski di sisi lain ia menikmati rasa hangat sentuhan kulit tubuh Aland.Tapi ... tersadar dari siapa kehangatan itu. "Hentikan kegilaan ini!" pintanya memiringkan kepala dengan susah payah, menghindari jemari Aland kembali menyentuh bibirnya."Aku bilang, kamu harus hangat, Sayang." Aland merasakan kini malah dirinya yang terbakar hasrat setelah mencium aroma tubuh Miley. Tangannya kian lancang melepas satu persatu kancing kemeja Miley. "Jangan lakukan itu," pinta Miley tidak berhenti memohon. Tapi itu tidak menghentikan aksi Aland yang telah di kuasai hasrat penuh damba, mengganti posisi badan dengan mengungkung Miley dibawah tubuhnya. Miley pasrah dibawah kungkungan tubuh A
Miley tahu Aland menatap penuh amarah meski tak melihatnya."Apa semiskin itu kau sampai mencuri dompetku, Sayang?"Miley meringis ketika cengkeraman kuat menerkam tengkuknya. "Bukankah semalam aku telah menyelamatkan nyawamu?" Jarinya bergerak menyentuh tulang selangkanya dengan mencengkeram lebih kuat lagi."Atau inikah balasan kebaikanku?" bisik Aland menyeringai di telinganya.Tangannya turun, lalu, mencengkram pinggang Miley sekuatnya sebelum melemparkannya ke ranjang. Miley meringis kesakitan saat tulang rusuknya terbentur keras di sisi ranjang."Berkali-kali aku telah memperingatkanmu, Miley!" berang Aland menarik tangannya dengan sekali sentakan.Tubuhnya yang tak berdaya itu menjerit kesakitan. Merasa lengan tangannya seperti akan terpisah dari sendinya.Miley mengumpulkan kekuatannya. Bagaimanapun ia harus melawan Aland kalau tidak mau mati di sana. "Maka kembalikan tasku!" tantangnya, sikap Aland itu mengembalikan semua rasa bencinya.Tidak peduli hukuman apa yang bisa Alan
Yang tadinya berpikir akan lepas dari Aland, itu cuma ada di pikirannya. Nyatanya pria itu tetap saja mengikutinya sampai ke sana."Mengapa masih mengikuti ku kemari, hakh?" sarkasnya mengangkat dagunya sombong. Walau di beberapa detik lalu, ia melihat keempat wanita tadi sangat hormat pada Aland. Ia makin yakin kalau keempat wanita tadi itu juga orang suruhan Aland. Tadinya hanya tertawa kecil, kini Aland tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi. "Apa? Mengikutimu? Ini rumahku! Jadi, aku bisa melakukan apapun di sini. Kau kenapa ada di sini?""A-aku tidak tahu ---"Aland memangkas jarak mereka, menatap intens wajahnya yang langsung memucat itu, kemudian mendorongnya ke belakang. Hingga dirinya terhuyung namun tidak sampai terjungkal. Sial! Dia pintar sekali membuatku tak bisa berkata-kata. Miley sadar harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami hal yang sama seperti sebelumnya."Maafkan aku," ucapnya tertunduk.Mun
Namun, ia tidak mendengar jawaban apapun. Pria yang mendadak dingin itu membuka pintu mobil cepat dan mendorongnya kasar. Tubuh mungilnya pun terjungkal, dan kepalanya terbentur keras ke dashboard mobil."Aduhh, ahh ..." Miley meringis sambil memegangi puncak kepalanya. Sedetik saja lengah melindungi puncak kepalanya tadi, ia pastikan kepalanya sudah bocor, merasakan kuatnya dorongan Aland.Melihat Aland tidak peduli atau bertanya apapun, Miley tidak berhenti memakinya dalam hati. Seharusnya ia membiarkan itu tadi terjadi, seenggaknya ia bisa meminta kompensasi dari Aland. Setidaknya bisa ongkosnya pulang, atau melarikan diri saja."Aku cuma bertanya, kalau kau tidak suka, tinggal diam saja. Bukan menyakitiku begini!""Diam! Aku tidak menyuruhmu bicara!" "Hakh! Apa maumu sekarang?" tantang Miley mencari-cari perdebatan."Kau duduk diam di situ, itu sudah cukup!"Kalau aku tidak mau, kenapa? Kau mau menghukum ku seperti sebelumnya? Lalu, membawaku ke mana pun kau suka! Begitu?"Miley
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.