"Tidak salah karena kamu harus hangat, Miley."
Aland mencari kesempatan melancarkan rencananya. Dia begitu beringas meraup bibir hingga leher jenjangnya. Mengecup lebih lama untuk meninggalkan kepemilikannya di sana.Tapi tubuh Miley terlalu lemah menolak serangan panas Aland. Ia hanya bisa mengepal tangannya, meski di sisi lain ia menikmati rasa hangat sentuhan kulit tubuh Aland.Tapi ... tersadar dari siapa kehangatan itu. "Hentikan kegilaan ini!" pintanya memiringkan kepala dengan susah payah, menghindari jemari Aland kembali menyentuh bibirnya."Aku bilang, kamu harus hangat, Sayang."Aland merasakan kini malah dirinya yang terbakar hasrat setelah mencium aroma tubuh Miley. Tangannya kian lancang melepas satu persatu kancing kemeja Miley."Jangan lakukan itu," pinta Miley tidak berhenti memohon. Tapi itu tidak menghentikan aksi Aland yang telah di kuasai hasrat penuh damba, mengganti posisi badan dengan mengungkung Miley dibawah tubuhnya.Miley pasrah dibawah kungkungan tubuh Aland. Matanya liar mengeksplor bebas wajah tampan dan dada bidang berotot dan liat itu.Lama memandangi manik matanya, baru kali ini Miley bisa menyelami kedua iris coklat pekat Aland. Hidungnya mancung dengan sorotan mata yang tegas, dia bukan hanya gagah, tapi sangat tampan.Memang Aland papa tirinya, tapi usia mereka tidak begitu jauh. Miley mengagumi keahlian mamanya menggaet pria tampan yang lebih cocok putranya itu menjadi suaminya.'Dia tampan sekali,' batinnya terhipnotis dengan pesona tampan Aland.Melihatnya hanya diam dan melotot, Aland semakin berani dengan aksinya. Dalam sekejap dia berhasil menyisakan cawat dan bra nya saja."Aland ..." desisnya lebih terdengar seperti desahan.Seumur-umur baru ini memanggil nama mantan papa tirinya itu."Iya, Sayang," sahut Aland mempererat pelukannya di tubuh Miley yang masih menggigil. "Aku mencintaimu."Seperti tersadar telah larut dengan sentuhan Aland, Miley menjauhkan pandangannya. "Hentikan! Sekarang lepaskan, aku sudah merasa hangat," ucapnya dengan nada bergetar."Belum, Sayang. Aku masih perlu menghangatkan tubuhmu lagi."Miley yang terlanjur menikmati kehangatan itu, hanya menurut saja saat Aland melakukan penyatuan bibir lagi.Hasrat dalam dirinya ikut bergejolak, tanpa sadar Miley melingkarkan tangannya di leher Aland, membuat Aland sempat kaget. Beberapa saat keduanya saling beradu pandang sebelum kembali saling berpagut mesra."Aku menginginkanmu, Miley," sungguh Aland mengecup bibirnya lebih beringas. Dia tidak lagi bisa menahan hasrat dirinya."Hentikanlah! Karena tak mungkin melakukannya denganku. Kamu sudah pernah melakukannya dengan Mamaku? Sementara ..." Miley menjeda ucapannya sambil menarik napas panjang, ia menatap tegas kedua iris coklat Aland. Seolah memaksa Aland mengetahui isi kepalanya."Aku hanya suami kontrak Jenny, Miley. Kami tidak pernah melakukannya."Miley kaget, tapi tidak langsung mudah percaya. Ia belum lupa mengapa ia mengatainya 'buaya kelaparan'."Yah, aku akui aku hanya menyelamatkan Jenny dari keluarga ayahmu, Miley. Pernikahanku dengan Jenny itu hanya berdasarkan bisnis. Yah, Jenny membayarku dengan menyelamatkan namaku juga."Antara senang dan tidak mendengarnya. Ia akui rasa bencinya tiba-tiba hilang setelah menatap iris coklat Aland tadi.Miley tahu sejak kematian ayahnya, keluarga ayahnya selalu memperlakukannya dan Mamanya tidak baik. Mereka juga merampas perusahaan dari tangan Jenny. Terlebih dengan Jason, pamannya."Lalu, apa Jenny menikah lagi dengan pria lain untuk menyelamatkannya juga?" sindir Miley belum sepenuhnya bisa memaafkan Jenny."Lupakan dia! Aku tidak ingin membahasnya!"Miley mendorong Aland dari atas tubuhnya. Kemudian memunggungi Aland, seraya menutupi tubuhnya dengan selimut. "Berikan ongkosku pulang besok pagi."Meski yakin Aland tidak akan menolak permintaannya setelah merasakan kehangatan mereka barusan. Namun, ia juga khawatir bisa-bisa saja Aland kembali dengan sikapnya yang kasar."Untuk sementara kita harus tinggal di sini, Miley. Musim hujan salju membuat penerbangan ke luar negeri ditiadakan.""Jadi?" protes Miley memutar badan cepat. "Jangan bilang kamu sengaja melakukan ini?"Tuduhan Miley itu benar. Aland memang sengaja melakukannya. Tapi tidak mungkin mengakui itu kepada Miley."Tidak, Sayang. Kita kemari karena urusan pekerjaan. Besok kita ada pertemuan dengan para kolega perusahaan luar negeri.""Itu kamu! Lalu, kenapa membawaku?"Aland memberikan senyum smirk seperti merendahkan. Sikap Miley itu memancing emosinya kembali."Kamu sekretaris pribadiku. Apa kamu lupa, Sayang?"Miley terdiam."Nah, minumlah dulu agar pikiranmu segar, Sayang."Aland meraih botol minuman kemasan plastik dari atas nakas.Miley yang memang kehausan lantas menyambar dan meneguk habis isi botol kemasan itu, tanpa berpikir larutan yang tercampur di minuman bening tersebut.***Pagi sekali Miley terbangun, ia mendapati dirinya terkurung dalam pelukan Aland.Kepalanya juga terasa berat seperti kemarin-kemarin. Namun, berpikir itu mungkin karena mengalami hipotermia semalam. Sekujur tubuhnya terasa sakit, seperti baru di gebukin. Meski telah mengguyur tubuhnya, tapi rasa sakit itu tak juga berkurang."Iya, minggu depan pulang. Untuk sementara HR Aland Corp yang meng-handle perusahaan."Miley terburu-buru mematikan shower.Dengan berjingkat-jingkat ia menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi, menguping percakapan Aland di dalam ruangan."Di Jepang masih musim salju. Kamu kirim lewat email saja.""Jepang?" gumam Miley merasa tidak seperti di Jepang. "Apa sekarang musim salju di Jepang?""Miley, kamu sudah selesai?" Terdengar suara Aland. Disusul suara ketukan di pintu kamar mandi, menyentakkannya yang masih menempelkan daun telinganya di pintu.Miley berlari ke wastafel dan menyalakan keran sebelum menjawab."Sebentar aku lagi mandi."Beberapa detik, ia menjerit, "Ahh!"Melihat tubuhnya yang polos di depan cermin, sekujur tubuhnya penuh bercak-bercak merah."Ada apa, Miley?" panggil Aland menggedor pintu kamar mandi."Tidak apa-apa, handukku terjatuh," sahutnya menahan emosinya yang membuncah."Apa semalam dia mencekokiku obat tidur lagi?" gumamnya tidak merasakan apa-apa sepanjang malam. Kemudian menggeram kesal karena ia mau saja diperlakukan seperti itu.Mendengar suara gedoran di pintu kamar mandi, Miley terburu-buru mengenakan pakaiannya. Untungnya ia sudah membawa bajunya ke dalam kamar mandi."Maaf, kebiasaanku selalu mandi lama," ucapnya melintas didepan Aland. Tiba-tiba bergidik dan malu bertatapan dengannya, membayangkan bagaimana Aland mencumbuinya semalam. Tapi ia juga tidak ingin membahasnya.Melihat Aland menutup pintu kamar mandi, dan juga dompet dan ponselnya terletak begitu saja diatas nakas. Timbul niatnya untuk mengambil uangnya, lalu, melarikan diri.Namun, belum sempat membukanya, "Miley, ambilkan handuk," panggil Aland dari dalam kamar mandi.Miley terburu meletakan dompet belum berhasil mengambil uangnya. 'Kenapa dia tidak bawa handuknya!' rutuknya dalam hati."Iya, sebentar," sahutnya menyambar handuk, memberikannya dari celah pintu yang terbuka sedikit.Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya melarikan diri, apalagi saat ini mereka sedang ada di Jepang. Sedikit banyaknya ia udah tahu seluk-beluk kota-kota di sana.Cepat-cepat mengambil dompet Aland dan berlari keluar. Ia tidak menghiraukan panggilan Aland yang menyuruhnya menyiapkan pakaiannya dari dalam kamar mandi.Namun, baru saja membuka pintu kama hotel, ia hanya bisa mengumpat. "Sial!" Cuaca di luar tidak lebih baik dari semalamIa pun pasrah tubuhnya kembali membeku di depan pintu kamar. Kini seluruh syaraf-syaraf tubuhnya pun seperti lumpuh."Miley!! Apa kamu tuli!"Suara menggelegar dari dalam kamar, membuat tubuhnya yang membeku itu semakin ketakutan.Disusul pintu kamar mandi dibuka dengan menghempas kasar. Miley berusaha menarik kakinya, tapi telapak kakinya seperti telah menyatu dengan lantai kamar.Pun dompet di tangannya terjatuh di ujung kakinya. Detak jantungnya seketika berhenti ketika Aland mulai mendekatinya. ***Miley tahu Aland menatap penuh amarah meski tak melihatnya."Apa semiskin itu kau sampai mencuri dompetku, Sayang?"Miley meringis ketika cengkeraman kuat menerkam tengkuknya. "Bukankah semalam aku telah menyelamatkan nyawamu?" Jarinya bergerak menyentuh tulang selangkanya dengan mencengkeram lebih kuat lagi."Atau inikah balasan kebaikanku?" bisik Aland menyeringai di telinganya.Tangannya turun, lalu, mencengkram pinggang Miley sekuatnya sebelum melemparkannya ke ranjang. Miley meringis kesakitan saat tulang rusuknya terbentur keras di sisi ranjang."Berkali-kali aku telah memperingatkanmu, Miley!" berang Aland menarik tangannya dengan sekali sentakan.Tubuhnya yang tak berdaya itu menjerit kesakitan. Merasa lengan tangannya seperti akan terpisah dari sendinya.Miley mengumpulkan kekuatannya. Bagaimanapun ia harus melawan Aland kalau tidak mau mati di sana. "Maka kembalikan tasku!" tantangnya, sikap Aland itu mengembalikan semua rasa bencinya.Tidak peduli hukuman apa yang bisa Alan
Yang tadinya berpikir akan lepas dari Aland, itu cuma ada di pikirannya. Nyatanya pria itu tetap saja mengikutinya sampai ke sana."Mengapa masih mengikuti ku kemari, hakh?" sarkasnya mengangkat dagunya sombong. Walau di beberapa detik lalu, ia melihat keempat wanita tadi sangat hormat pada Aland. Ia makin yakin kalau keempat wanita tadi itu juga orang suruhan Aland. Tadinya hanya tertawa kecil, kini Aland tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi. "Apa? Mengikutimu? Ini rumahku! Jadi, aku bisa melakukan apapun di sini. Kau kenapa ada di sini?""A-aku tidak tahu ---"Aland memangkas jarak mereka, menatap intens wajahnya yang langsung memucat itu, kemudian mendorongnya ke belakang. Hingga dirinya terhuyung namun tidak sampai terjungkal. Sial! Dia pintar sekali membuatku tak bisa berkata-kata. Miley sadar harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami hal yang sama seperti sebelumnya."Maafkan aku," ucapnya tertunduk.Mun
Namun, ia tidak mendengar jawaban apapun. Pria yang mendadak dingin itu membuka pintu mobil cepat dan mendorongnya kasar. Tubuh mungilnya pun terjungkal, dan kepalanya terbentur keras ke dashboard mobil."Aduhh, ahh ..." Miley meringis sambil memegangi puncak kepalanya. Sedetik saja lengah melindungi puncak kepalanya tadi, ia pastikan kepalanya sudah bocor, merasakan kuatnya dorongan Aland.Melihat Aland tidak peduli atau bertanya apapun, Miley tidak berhenti memakinya dalam hati. Seharusnya ia membiarkan itu tadi terjadi, seenggaknya ia bisa meminta kompensasi dari Aland. Setidaknya bisa ongkosnya pulang, atau melarikan diri saja."Aku cuma bertanya, kalau kau tidak suka, tinggal diam saja. Bukan menyakitiku begini!""Diam! Aku tidak menyuruhmu bicara!" "Hakh! Apa maumu sekarang?" tantang Miley mencari-cari perdebatan."Kau duduk diam di situ, itu sudah cukup!"Kalau aku tidak mau, kenapa? Kau mau menghukum ku seperti sebelumnya? Lalu, membawaku ke mana pun kau suka! Begitu?"Miley
"Mam, Mam!" panggilnya mencari Jenny di sekitar parkiran mobil. Namun, Jenny sudah tidak ada di sana. "Untuk apa berlarian seperti orang gila di situ?" teriak Aland berdiri berkacak pinggang, wajahnya tampak mengeras."Orang gila? Kau yang gila! Apa yang sudah kau rencanakan padaku, hakh? Kau pikir aku tidak mendengar semua percakapanmu dengannya tadi?" sahut Miley berteriak dari jarak mereka yang tidak dekat. Suara teriakan keduanya menggaung dari pantulan bunyi suara di dinding basemen yang tertutup."Hahaa, lucu sekali, Sayang. Tapi kenapa tadi kau diam saja di dalam mobil?" ejek Aland mendekati Miley yang gusar di balik salah satu mobil mewahnya, lalu, berhenti nyaris tidak berjarak dengannya. Aland merentangkan kedua tangannya di mobil tempat Miley menyandar, hingga gadis itu terkurung di kedua tangannya. "Kenapa tidak bisa menjawab, Sayang? Apa kau begitu cinta padaku hingga mamamu saja kau abaikan?""Tutup mulutmu itu!" berangn
Aland gugup, tidak tahu harus menjawab apa pada Miley. Bahkan dia sendiri juga sempat kaget ketika Jenny tiba-tiba menelepon sudah ada di Jepang, dan ingin bertemu dengannya.Memang sebelum mereka bercerai, Aland pernah berjanji kepadanya untuk mencari keberadaan Miley. Dan, setelah dia bertemu dengan Miley, dia pun seolah lupa janjinya dulu kepada Jenny.Rasa rindu dan cintanya kepada Miley yang semakin besar, membuatnya melakukan segala cara untuk membuat Miley tetap bersamanya. Dia bahkan berjanji tidak akan pernah melepas Miley lagi. "Aku tidak menyuruhnya kemari, Sayang."Siapa juga yang bisa percaya itu. Miley bisa melihat sendiri pertemuan Aland dan Jenny tadi bukan cuma kebetulan, tapi sudah di rencanakan. Bukankah Jenny mendatangi rumah Aland?"Tunggu, tadi kamu bilang itu rumahmu?" tanya Miley penuh selidik. Dan dijawab anggukan cepat dari Aland. "Lalu, kenapa selama ini kau membawaku tinggal di hotel?" Lagi tanyanya merasa aneh saja harus menginap di hotel padahal punya rum
Aland membatu. Pertanyaannya tadi sama saja membunuh dirinya. "Eh, m- maksudnya apa ada orang yang tahu kamu bekerja padaku?"Miley menggeleng lemah. Selama ini ia menyembunyikan lamaran kerjanya ke perusahaan Aland Corp dari teman-temannya. Ia malu karena modal nekat saja menjatuhkan lamarannya ke sana- yang kebetulan menawarkan gaji yang fantastis.Ia malu berkali-kali gagal diterima di perusahaan lain. Juga ia tidak yakin akan diterima bekerja di perusahaan Aland Corp, karena sama sekali tidak berpengalaman sebagai sekretaris pribadi."Kekasihmu mungkin?" tanya Aland menaikkan alisnya, bukan seperti bertanya tapi lebih ingin menyelidiki kehidupan pribadi Miley."Aku tidak punya kekasih," jawab Miley memang selalu miris dalam masalah percintaan. "Ohh, benarkah?" Melihat hanya Miley mengangguk, Aland tersenyum manis. Tapi Miley tidak peduli Aland akan mengejeknya karena itu. Miley mengikuti Aland masuk ke sebuah restoran, ia juga tidak menolak saat Aland merangkul mesra pundaknya.
Aland mengulum senyum. "Aku baik-baik saja, Miley! Tidak perlu khawatir." Miley menikmati sentuhan lembut tangannya di lengan berbulu halus Aland, perasaannya begitu mudah berubah-ubah. Entah bagaimana perasaannya bisa begitu peka hanya dengan kulit tangannya yang bersentuhan kulit tangan pria- yang ia katai psikopat, pria gila, dan buaya itu."Tentang Jenny tadi?" tanya Miley mulai berani mempermainkan jemari lentiknya di bulu-bulu halus yang menutupi kulit tangan kekar Aland."Tidak ada apa-apa, Sayang. Mungkin Jenny hanya salah paham saja." Sepertinya, Aland masih peduli pada Jenny. Padahal tadi ia juga mendengar jelas, Jenny tengah mengancam Aland dari pengakuan kedua pengawal tadi. Apa dia masih menyimpan perasaan sama Jenny? Tiba-tiba saja hatinya terasa dongkol dengan rasa campur aduk yang sulit ia gambarkan.Sepanjang perjalanan Miley banyak membisu. Aland juga seolah larut dengan pikirannya. "Apa kamu ingin sesuatu sebelum pulang?" tanya Aland tanpa melepas pandangannya da
Bukannya menjawab. Bibirnya yang sibuk memberikan kecupan di kedua pipi Miley, bergerak cepat menerkam bibir merah jambunya, lantas menguncinya. Miley dengan kesadaran masih separuh itu, antara masih dalam mimpi atau terbangun dari tidur. Empot-empotan sampai kesulitan bernapas. Ia memukul-mukul dada Aland agar pria nakal itu memberinya ruang untuk mengisi oksigen ke dalam paru-parunya. "L- lepaskan! Aku kesulitan bernapas! Hah, hah, hah," pinta Miley saat memiliki ruang untuk bersuara dengan napasnya terengah-engah."Sayang ... aku tidak bisa menahannya lagi," desisnya memelas di sela napasnya yang masih memburu. Wajahnya juga tampak memerah menahan hasrat liarnya. Namun, segera dijawab sarkas. "Apa yang sudah kau lakukan?" berang Miley bergerak cepat menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya, sesaat setelah menyadari tubuh bagian atasnya terpampang tanpa penutup. Wajahnya memerah antara merasa malu dan marah, tetapi tatapan nakal A