Melihat Aland senyum-senyum kecil, ia semakin yakin dengan firasatnya. Pria itu cukup puas membuatnya kebingungan.
Apa, tertidur? Tentu itu akal-akalannya saja. Perjalanan panjang bisa tiba di sana, tapi ia tidak mengingat apapun? Miley yakin ada yang dirahasiakan Aland."Apa yang sudah kau lakukan padaku?"Matanya menyipit menunggu Aland mengakui semuanya.Tapi tidak mendengar apapun selain melihatnya cengengesan."Jangan pikir dengan cara murahan seperti itu, bisa mengubah rasa benciku? Tentu tidak!" pancing Miley mengetes kejujuran Aland."Cara apa, Sayang?" ejek Aland dengan mempermainkan alisnya turun naik. Pria yang lebih pantas disebut buaya ketimbang pimpinan itu, mengedipkan sebelah matanya menggoda Miley.'Sial, dia tidak lebih dari buaya kelaparan!" batinnya dengan rasa benci yang menggunung.Sambil mendengus kesal, ia terus mencari cara untuk membongkar kejujuran Aland. Otaknya berputar-putar namun tak juga menemukannya.Sampai mendengar Aland bersuara. "Ini, sayang." Mengeluarkan botol kecil dari kantong, sambil menggoyang-goyangkannya di depan wajah Miley yang mendadak mengeras setelah melihatnya.Miley menegaskan pandangannya ke benda di tangan Aland. Dahinya mengerut mengetahui tulisan di sisi botol adalah jenis obat tidur tetes."Apa kau memberikan ini padaku?" gusar Miley merampasnya kemudian mencengkeram dalam genggamannya."Kalau sudah tahu, kenapa bertanya lagi, Sayang?" jawab Aland meninggalkan Miley mematung. Dia bergeser ke sofa, dan menghempaskan tubuhnya santai.Miley tertawa getir, otaknya mulai berpikir, Aland melakukan ini karena ingin membalas dendam kepada Jenny. "Apa dengan melakukan semua ini, kau telah membalas dendammu kepada Mamaku?" tanya Miley mencampakkan botol di tangannya ke tong sampah di sampingnya. "Kami saja tidak pernah bertemu setelah hari itu!"Miley mendekatinya. Beberapa detik hanya mengamati wajahnya. Dalam hati ... pria itu sangat tampan walau dengan mata terpejam sekalipun. Tapi baginya saat ini Aland tidak lebih dari buaya kelaparan."Benar dugaanku! Kau kecewa padanya, kan?""Dendam? Kecewa? Untuk apa, Sayang? Bukankah dengan seperti ini, aku jadi bisa menikmati dirimu yang jauh lebih segar ini!" ucap Aland membuka matanya, memancing darah Miley mendidih. "Aku yakin, Jenny tidak membutuhkan pria muda sepertiku lagi menjadi suami kontraknya. Benarkan, Sayang?"'Kurang ajar sekali dia,' geramnya membatin tidak bisa menahan diri."Bangsat!! Jaga bicaramu! Jangan berpikir bisa melakukan apa yang kau rencanakan itu!""Cukup, Miley! Ingat, aku bisa melakukan apapun yang aku mau!" gertak Aland tersulut emosi. Tangannya hendak mencengkram leher Miley yang juga sedang menahan amarahnya dari mencarut Aland tadi. "Jaga bicaramu!" kecamnya berusaha meraih Miley yang mengelak gesit."Sudah kuduga, kau itu pria mesum! Selama ini kau menjerat para wanita dengan membuat tawaran gaji besar di perusahaanmu! Menjebak mereka dengan kontrak gilamu itu! Kemudian memberikan mereka obat tidur, lalu, kau pun dengan leluasa bisa mempermainkan mereka. Bodohnya ... aku mau terjebak dengan pria mesum sepertimu!" tuduh Miley tidak lagi menghormati Aland pimpinannya.Miley tetap mengangkat dagunya angkuh, meski Aland berhasil mencengkeram lehernya. Napasnya mulai tersengal akibat tekanan kuat dari jari-jari tangan Aland di lehernya, tapi tetap berusaha tenang."Kau berani meneriaki ku, hahk! Jangan buat kegilaanku ini sampai menghilangkan nyawamu!""Yahh! Kau pikir aku takut, hakh! Mati jauh lebih baik ketimbang bersama pria mesum sepertimu!"Aland kehabisan cara berdebat dengannya. Dia pun kaget tahu Miley sangat keras kepala. Namun, untuk mempertahankan egonya, Aland tidak mau mengalah.Perlahan melepaskan tangannya. "Baik. Sekarang pergilah. Anggap saja kau sudah membatalkan kontrakmu!" kata Aland tersenyum kecil.Rasanya ingin melompat tinggi-tinggi mendengarnya. Ia pun tidak perlu lagi berurusan dengan pria gila itu. Tapi Miley menahan rasa gembiranya itu ketika melihat Aland hanya senyum-senyum sendiri.Otaknya cerdasnya seolah turut bekerja keras menyelidiki hal apa yang membuat Aland sesantai itu. Padahal beberapa menit yang lalu, pria itu ngotot membahas kontrak seumur hidup.Miley terkaget dengan tas miliknya yang sejak tiba di sana tidak melihatnya. "Mana tasku?"Mustahil ia bisa pulang tanpa tas itu. "Kau menuduhku mencuri tasmu?""Lalu, kalau bukan kau, siapa lagi?" tantang Miley mengedikkan kedua bahunya. Dengan sengaja menaikkan salah satu alisnya. "Hahaha! Aku pimpinan perusahaan ternama, Miley. Tas yang tidak ada apa-apanya itu, untuk apaku?"Miley tidak mau percaya begitu saja. Ia tahu Aland-lah yang menyembunyikannya dengan alasan apapun itu."Aku mau pulang! Jadi, berikan tasku?""Silakan saja, Sayang. Pintunya terbuka, kok.""Tasku?" Miley menaikkan nada suaranya melihat Aland tidak berhenti mempermainkannya. "Aku butuh uang dan ponselku bisa pulang!""Aku bilang tidak tahu.""Kau! Jangan ---""Stop!" teriak Aland menarik tangan Miley. Gadis itupun terjatuh di dada bidangnya yang juga terduduk menahan hentakan tubuh Miley.Beberapa detik lamanya mereka saling menatap, sampai suara keras Aland siap memecah gendang telinganya."Aku sudah memperingatkan menjaga ucapanmu! Suka tidak suka, aku ini pimpinanmu! Jadi, bersikap sopan!""Sekarang berikan kunci mobilmu, aku mau mengambil tasku." Miley tidak terusik dengan ancaman Aland. Namun, ia menurunkan nada suaranya melihat dirinya masih dalam rangkulan Aland.Aland mendorong Miley, segera merapikan pakaiannya yang kusut. "Minta sama pengawal!"Sial, Miley tersadar mereka di mana saat ini.'Bagaimana jika benar ada di Paris?' batinnya.Semua uangnya ada di dalam tasnya. Mana mungkin bisa ia bisa pulang tanpa membayar tiket pesawat.Mungkin ia perlu membujuk mantan papa tirinya itu agar mau meminjamkannya uang. Tapi ... Miley ragu Aland mau memberinya, malah mungkin semakin mengejeknya nanti. Setelah memutar otak, alasan ngotot pulang akan meluluhkan hati Aland agar mau meminjamnya uang. Atau Aland akan menghentikannya, dan akhirnya membelikan tiket pesawatnya."Terserah! Kau pikir aku tidak bisa pulang, hakh!" ancamnya berjalan kearah pintu dengan menghentak-hentakkan kakinya. "Mati di luaran sana jauh lebih berharga daripada bersama pria mesum sepertimu!"Meski kaget karena Aland tidak terusik dengan ancamannya tadi, tapi egonya telah memberontak. Tangannya juga mulai ragu membuka pintu kamar.Namun, baru saja membuka pintu kamar hotel, matanya terbelalak melihat keadaan di luar yang gelap gulita dan bersalju. Miley cepat-cepat memeluk dirinya menahan dingin.Untuk mempertahankan egonya, Miley nekat ingin keluar tanpa membawa sepeserpun uang. Tapi baru saja membuka pintu lebar-lebar, niatnya pulang sekarang pun jadi bimbang. Tiba-tiba tubuhnya terpaku bahkan sekarang tidak bisa menggerakkan tangannya untuk menutup pintu."Di- dingin, apa kamu bisa menutup pintu ini?" panggilnya memaksakan kepalanya menoleh ke Aland yang berjarak ke arahnya."Kenapa malah mematung di situ? Katanya mau pulang," ledek Aland menangkup wajah Miley yang dingin dan pucat, ujung kakinya menutup pintu kamar hotel.'Sial, masih sempat meledek, bukannya membantuku'. Terdengar bunyi giginya yang bergemelatukan, sesekali juga mengumpat.Aland semakin berani mempermainkan Miley, melihat mantan anak tirinya itu mendadak jadi patung es."Dinginnn," desis Miley merasakan kedua tungkai kakinya kebas, dan akhirnya roboh di dada bidang Aland.Takut dirinya mengalami hipotermia, Aland menggendongnya ke ranjang dan menutupinya dengan selimut tebal.Namun, suhu tubuh Miley tidak kunjung membaik, wajahnya tampak semakin memutih dan bibirnya membiru dengan tubuhnya yang gemetaran."Miley ...," panggil Aland mengkhawatirkannya sambil mengguncang tubuhnya yang beku."A- ku ti- dak tahan di- ngin," sahut Miley terbata dengan bibir gemetaran.Aland melepas kemejanya, dan membawa Miley dalam pelukannya. "Aku akan menghangatkan mu, Sayang," bisiknya hangat.Miley memejam, rasa dingin menggerogoti organ dalam tubuhnya, mungkin hanya menunggu detik semua organ tubuhnya pun akan membeku."Miley," panggil Aland mencemaskannya.Sebenarnya Aland memilih negara Jepang untuk merayakan kebahagiaannya telah bertemu Miley, gadis yang membuatnya jatuh hati untuk pertama kalinya di pandangan pertama dulu. Miley membuka matanya. Melihat bibir mereka bersentuhan."Apa yang kamu lakukan?" desis Miley mengerahkan kekuatannya mendorong Aland, tapi pria itu mempererat pelukannya, hingga penyatuan bibir mereka semakin erat."Aku harus melakukannya, kalau kamu tidak mau mati konyol karena kesalahanmu ini!" tegas Aland menggeram penuh damba.Kekonyolan Miley tadi mempermudahnya menaklukkan hati Miley. Tanpa perlu merayu untuk melancarkan rencananya.Miley mengerjap kesulitan. Ia pernah mendengar seseorang mati karena hipotermia. Lalu, cara cepat untuk menghangat tubuh adalah bergerak. Namun, saat ini ia terlalu kaku untuk bergerak sendiri. Jadi, ucapan Aland itu ada benarnya."Ap- apa tidak salah melakukannya?"***"Tidak salah karena kamu harus hangat, Miley." Aland mencari kesempatan melancarkan rencananya. Dia begitu beringas meraup bibir hingga leher jenjangnya. Mengecup lebih lama untuk meninggalkan kepemilikannya di sana.Tapi tubuh Miley terlalu lemah menolak serangan panas Aland. Ia hanya bisa mengepal tangannya, meski di sisi lain ia menikmati rasa hangat sentuhan kulit tubuh Aland.Tapi ... tersadar dari siapa kehangatan itu. "Hentikan kegilaan ini!" pintanya memiringkan kepala dengan susah payah, menghindari jemari Aland kembali menyentuh bibirnya."Aku bilang, kamu harus hangat, Sayang." Aland merasakan kini malah dirinya yang terbakar hasrat setelah mencium aroma tubuh Miley. Tangannya kian lancang melepas satu persatu kancing kemeja Miley. "Jangan lakukan itu," pinta Miley tidak berhenti memohon. Tapi itu tidak menghentikan aksi Aland yang telah di kuasai hasrat penuh damba, mengganti posisi badan dengan mengungkung Miley dibawah tubuhnya. Miley pasrah dibawah kungkungan tubuh A
Miley tahu Aland menatap penuh amarah meski tak melihatnya."Apa semiskin itu kau sampai mencuri dompetku, Sayang?"Miley meringis ketika cengkeraman kuat menerkam tengkuknya. "Bukankah semalam aku telah menyelamatkan nyawamu?" Jarinya bergerak menyentuh tulang selangkanya dengan mencengkeram lebih kuat lagi."Atau inikah balasan kebaikanku?" bisik Aland menyeringai di telinganya.Tangannya turun, lalu, mencengkram pinggang Miley sekuatnya sebelum melemparkannya ke ranjang. Miley meringis kesakitan saat tulang rusuknya terbentur keras di sisi ranjang."Berkali-kali aku telah memperingatkanmu, Miley!" berang Aland menarik tangannya dengan sekali sentakan.Tubuhnya yang tak berdaya itu menjerit kesakitan. Merasa lengan tangannya seperti akan terpisah dari sendinya.Miley mengumpulkan kekuatannya. Bagaimanapun ia harus melawan Aland kalau tidak mau mati di sana. "Maka kembalikan tasku!" tantangnya, sikap Aland itu mengembalikan semua rasa bencinya.Tidak peduli hukuman apa yang bisa Alan
Yang tadinya berpikir akan lepas dari Aland, itu cuma ada di pikirannya. Nyatanya pria itu tetap saja mengikutinya sampai ke sana."Mengapa masih mengikuti ku kemari, hakh?" sarkasnya mengangkat dagunya sombong. Walau di beberapa detik lalu, ia melihat keempat wanita tadi sangat hormat pada Aland. Ia makin yakin kalau keempat wanita tadi itu juga orang suruhan Aland. Tadinya hanya tertawa kecil, kini Aland tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi. "Apa? Mengikutimu? Ini rumahku! Jadi, aku bisa melakukan apapun di sini. Kau kenapa ada di sini?""A-aku tidak tahu ---"Aland memangkas jarak mereka, menatap intens wajahnya yang langsung memucat itu, kemudian mendorongnya ke belakang. Hingga dirinya terhuyung namun tidak sampai terjungkal. Sial! Dia pintar sekali membuatku tak bisa berkata-kata. Miley sadar harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami hal yang sama seperti sebelumnya."Maafkan aku," ucapnya tertunduk.Mun
Namun, ia tidak mendengar jawaban apapun. Pria yang mendadak dingin itu membuka pintu mobil cepat dan mendorongnya kasar. Tubuh mungilnya pun terjungkal, dan kepalanya terbentur keras ke dashboard mobil."Aduhh, ahh ..." Miley meringis sambil memegangi puncak kepalanya. Sedetik saja lengah melindungi puncak kepalanya tadi, ia pastikan kepalanya sudah bocor, merasakan kuatnya dorongan Aland.Melihat Aland tidak peduli atau bertanya apapun, Miley tidak berhenti memakinya dalam hati. Seharusnya ia membiarkan itu tadi terjadi, seenggaknya ia bisa meminta kompensasi dari Aland. Setidaknya bisa ongkosnya pulang, atau melarikan diri saja."Aku cuma bertanya, kalau kau tidak suka, tinggal diam saja. Bukan menyakitiku begini!""Diam! Aku tidak menyuruhmu bicara!" "Hakh! Apa maumu sekarang?" tantang Miley mencari-cari perdebatan."Kau duduk diam di situ, itu sudah cukup!"Kalau aku tidak mau, kenapa? Kau mau menghukum ku seperti sebelumnya? Lalu, membawaku ke mana pun kau suka! Begitu?"Miley
"Mam, Mam!" panggilnya mencari Jenny di sekitar parkiran mobil. Namun, Jenny sudah tidak ada di sana. "Untuk apa berlarian seperti orang gila di situ?" teriak Aland berdiri berkacak pinggang, wajahnya tampak mengeras."Orang gila? Kau yang gila! Apa yang sudah kau rencanakan padaku, hakh? Kau pikir aku tidak mendengar semua percakapanmu dengannya tadi?" sahut Miley berteriak dari jarak mereka yang tidak dekat. Suara teriakan keduanya menggaung dari pantulan bunyi suara di dinding basemen yang tertutup."Hahaa, lucu sekali, Sayang. Tapi kenapa tadi kau diam saja di dalam mobil?" ejek Aland mendekati Miley yang gusar di balik salah satu mobil mewahnya, lalu, berhenti nyaris tidak berjarak dengannya. Aland merentangkan kedua tangannya di mobil tempat Miley menyandar, hingga gadis itu terkurung di kedua tangannya. "Kenapa tidak bisa menjawab, Sayang? Apa kau begitu cinta padaku hingga mamamu saja kau abaikan?""Tutup mulutmu itu!" berangn
Aland gugup, tidak tahu harus menjawab apa pada Miley. Bahkan dia sendiri juga sempat kaget ketika Jenny tiba-tiba menelepon sudah ada di Jepang, dan ingin bertemu dengannya.Memang sebelum mereka bercerai, Aland pernah berjanji kepadanya untuk mencari keberadaan Miley. Dan, setelah dia bertemu dengan Miley, dia pun seolah lupa janjinya dulu kepada Jenny.Rasa rindu dan cintanya kepada Miley yang semakin besar, membuatnya melakukan segala cara untuk membuat Miley tetap bersamanya. Dia bahkan berjanji tidak akan pernah melepas Miley lagi. "Aku tidak menyuruhnya kemari, Sayang."Siapa juga yang bisa percaya itu. Miley bisa melihat sendiri pertemuan Aland dan Jenny tadi bukan cuma kebetulan, tapi sudah di rencanakan. Bukankah Jenny mendatangi rumah Aland?"Tunggu, tadi kamu bilang itu rumahmu?" tanya Miley penuh selidik. Dan dijawab anggukan cepat dari Aland. "Lalu, kenapa selama ini kau membawaku tinggal di hotel?" Lagi tanyanya merasa aneh saja harus menginap di hotel padahal punya rum
Aland membatu. Pertanyaannya tadi sama saja membunuh dirinya. "Eh, m- maksudnya apa ada orang yang tahu kamu bekerja padaku?"Miley menggeleng lemah. Selama ini ia menyembunyikan lamaran kerjanya ke perusahaan Aland Corp dari teman-temannya. Ia malu karena modal nekat saja menjatuhkan lamarannya ke sana- yang kebetulan menawarkan gaji yang fantastis.Ia malu berkali-kali gagal diterima di perusahaan lain. Juga ia tidak yakin akan diterima bekerja di perusahaan Aland Corp, karena sama sekali tidak berpengalaman sebagai sekretaris pribadi."Kekasihmu mungkin?" tanya Aland menaikkan alisnya, bukan seperti bertanya tapi lebih ingin menyelidiki kehidupan pribadi Miley."Aku tidak punya kekasih," jawab Miley memang selalu miris dalam masalah percintaan. "Ohh, benarkah?" Melihat hanya Miley mengangguk, Aland tersenyum manis. Tapi Miley tidak peduli Aland akan mengejeknya karena itu. Miley mengikuti Aland masuk ke sebuah restoran, ia juga tidak menolak saat Aland merangkul mesra pundaknya.
Aland mengulum senyum. "Aku baik-baik saja, Miley! Tidak perlu khawatir." Miley menikmati sentuhan lembut tangannya di lengan berbulu halus Aland, perasaannya begitu mudah berubah-ubah. Entah bagaimana perasaannya bisa begitu peka hanya dengan kulit tangannya yang bersentuhan kulit tangan pria- yang ia katai psikopat, pria gila, dan buaya itu."Tentang Jenny tadi?" tanya Miley mulai berani mempermainkan jemari lentiknya di bulu-bulu halus yang menutupi kulit tangan kekar Aland."Tidak ada apa-apa, Sayang. Mungkin Jenny hanya salah paham saja." Sepertinya, Aland masih peduli pada Jenny. Padahal tadi ia juga mendengar jelas, Jenny tengah mengancam Aland dari pengakuan kedua pengawal tadi. Apa dia masih menyimpan perasaan sama Jenny? Tiba-tiba saja hatinya terasa dongkol dengan rasa campur aduk yang sulit ia gambarkan.Sepanjang perjalanan Miley banyak membisu. Aland juga seolah larut dengan pikirannya. "Apa kamu ingin sesuatu sebelum pulang?" tanya Aland tanpa melepas pandangannya da