Home / Romansa / Tertawan Pesona Mantan Papa Tiri / Kesempatan Saat Alami Hipotermia

Share

Kesempatan Saat Alami Hipotermia

Melihat Aland senyum-senyum kecil, ia semakin yakin dengan firasatnya. Pria itu cukup puas membuatnya kebingungan.

Apa, tertidur? Tentu itu akal-akalannya saja.

Perjalanan panjang bisa tiba di sana, tapi ia tidak mengingat apapun? Miley yakin ada yang dirahasiakan Aland.

"Apa yang sudah kau lakukan padaku?"

Matanya menyipit menunggu Aland mengakui semuanya.

Tapi tidak mendengar apapun selain melihatnya cengengesan.

"Jangan pikir dengan cara murahan seperti itu, bisa mengubah rasa benciku? Tentu tidak!" pancing Miley mengetes kejujuran Aland.

"Cara apa, Sayang?" ejek Aland dengan mempermainkan alisnya turun naik. Pria yang lebih pantas disebut buaya ketimbang pimpinan itu, mengedipkan sebelah matanya menggoda Miley.

'Sial, dia tidak lebih dari buaya kelaparan!" batinnya dengan rasa benci yang menggunung.

Sambil mendengus kesal, ia terus mencari cara untuk membongkar kejujuran Aland. Otaknya berputar-putar namun tak juga menemukannya.

Sampai mendengar Aland bersuara. "Ini, sayang." Mengeluarkan botol kecil dari kantong, sambil menggoyang-goyangkannya di depan wajah Miley yang mendadak mengeras setelah melihatnya.

Miley menegaskan pandangannya ke benda di tangan Aland. Dahinya mengerut mengetahui tulisan di sisi botol adalah jenis obat tidur tetes.

"Apa kau memberikan ini padaku?" gusar Miley merampasnya kemudian mencengkeram dalam genggamannya.

"Kalau sudah tahu, kenapa bertanya lagi, Sayang?" jawab Aland meninggalkan Miley mematung. Dia bergeser ke sofa, dan menghempaskan tubuhnya santai.

Miley tertawa getir, otaknya mulai berpikir, Aland melakukan ini karena ingin membalas dendam kepada Jenny. "Apa dengan melakukan semua ini, kau telah membalas dendammu kepada Mamaku?" tanya Miley mencampakkan botol di tangannya ke tong sampah di sampingnya. "Kami saja tidak pernah bertemu setelah hari itu!"

Miley mendekatinya. Beberapa detik hanya mengamati wajahnya. Dalam hati ... pria itu sangat tampan walau dengan mata terpejam sekalipun. Tapi baginya saat ini Aland tidak lebih dari buaya kelaparan.

"Benar dugaanku! Kau kecewa padanya, kan?"

"Dendam? Kecewa? Untuk apa, Sayang? Bukankah dengan seperti ini, aku jadi bisa menikmati dirimu yang jauh lebih segar ini!" ucap Aland membuka matanya, memancing darah Miley mendidih. "Aku yakin, Jenny tidak membutuhkan pria muda sepertiku lagi menjadi suami kontraknya. Benarkan, Sayang?"

'Kurang ajar sekali dia,' geramnya membatin tidak bisa menahan diri.

"Bangsat!! Jaga bicaramu! Jangan berpikir bisa melakukan apa yang kau rencanakan itu!"

"Cukup, Miley! Ingat, aku bisa melakukan apapun yang aku mau!" gertak Aland tersulut emosi. Tangannya hendak mencengkram leher Miley yang juga sedang menahan amarahnya dari mencarut Aland tadi. "Jaga bicaramu!" kecamnya berusaha meraih Miley yang mengelak gesit.

"Sudah kuduga, kau itu pria mesum! Selama ini kau menjerat para wanita dengan membuat tawaran gaji besar di perusahaanmu! Menjebak mereka dengan kontrak gilamu itu! Kemudian memberikan mereka obat tidur, lalu, kau pun dengan leluasa bisa mempermainkan mereka. Bodohnya ... aku mau terjebak dengan pria mesum sepertimu!" tuduh Miley tidak lagi menghormati Aland pimpinannya.

Miley tetap mengangkat dagunya angkuh, meski Aland berhasil mencengkeram lehernya. Napasnya mulai tersengal akibat tekanan kuat dari jari-jari tangan Aland di lehernya, tapi tetap berusaha tenang.

"Kau berani meneriaki ku, hahk! Jangan buat kegilaanku ini sampai menghilangkan nyawamu!"

"Yahh! Kau pikir aku takut, hakh! Mati jauh lebih baik ketimbang bersama pria mesum sepertimu!"

Aland kehabisan cara berdebat dengannya. Dia pun kaget tahu Miley sangat keras kepala. Namun, untuk mempertahankan egonya, Aland tidak mau mengalah.

Perlahan melepaskan tangannya. "Baik. Sekarang pergilah. Anggap saja kau sudah membatalkan kontrakmu!" kata Aland tersenyum kecil.

Rasanya ingin melompat tinggi-tinggi mendengarnya. Ia pun tidak perlu lagi berurusan dengan pria gila itu. Tapi Miley menahan rasa gembiranya itu ketika melihat Aland hanya senyum-senyum sendiri.

Otaknya cerdasnya seolah turut bekerja keras menyelidiki hal apa yang membuat Aland sesantai itu. Padahal beberapa menit yang lalu, pria itu ngotot membahas kontrak seumur hidup.

Miley terkaget dengan tas miliknya yang sejak tiba di sana tidak melihatnya. "Mana tasku?"

Mustahil ia bisa pulang tanpa tas itu.

"Kau menuduhku mencuri tasmu?"

"Lalu, kalau bukan kau, siapa lagi?" tantang Miley mengedikkan kedua bahunya. Dengan sengaja menaikkan salah satu alisnya.

"Hahaha! Aku pimpinan perusahaan ternama, Miley. Tas yang tidak ada apa-apanya itu, untuk apaku?"

Miley tidak mau percaya begitu saja. Ia tahu Aland-lah yang menyembunyikannya dengan alasan apapun itu.

"Aku mau pulang! Jadi, berikan tasku?"

"Silakan saja, Sayang. Pintunya terbuka, kok."

"Tasku?" Miley menaikkan nada suaranya melihat Aland tidak berhenti mempermainkannya. "Aku butuh uang dan ponselku bisa pulang!"

"Aku bilang tidak tahu."

"Kau! Jangan ---"

"Stop!" teriak Aland menarik tangan Miley. Gadis itupun terjatuh di dada bidangnya yang juga terduduk menahan hentakan tubuh Miley.

Beberapa detik lamanya mereka saling menatap, sampai suara keras Aland siap memecah gendang telinganya.

"Aku sudah memperingatkan menjaga ucapanmu! Suka tidak suka, aku ini pimpinanmu! Jadi, bersikap sopan!"

"Sekarang berikan kunci mobilmu, aku mau mengambil tasku." Miley tidak terusik dengan ancaman Aland. Namun, ia menurunkan nada suaranya melihat dirinya masih dalam rangkulan Aland.

Aland mendorong Miley, segera merapikan pakaiannya yang kusut. "Minta sama pengawal!"

Sial, Miley tersadar mereka di mana saat ini.

'Bagaimana jika benar ada di Paris?' batinnya.

Semua uangnya ada di dalam tasnya. Mana mungkin bisa ia bisa pulang tanpa membayar tiket pesawat.

Mungkin ia perlu membujuk mantan papa tirinya itu agar mau meminjamkannya uang. Tapi ... Miley ragu Aland mau memberinya, malah mungkin semakin mengejeknya nanti.

Setelah memutar otak, alasan ngotot pulang akan meluluhkan hati Aland agar mau meminjamnya uang. Atau Aland akan menghentikannya, dan akhirnya membelikan tiket pesawatnya.

"Terserah! Kau pikir aku tidak bisa pulang, hakh!" ancamnya berjalan kearah pintu dengan menghentak-hentakkan kakinya. "Mati di luaran sana jauh lebih berharga daripada bersama pria mesum sepertimu!"

Meski kaget karena Aland tidak terusik dengan ancamannya tadi, tapi egonya telah memberontak. Tangannya juga mulai ragu membuka pintu kamar.

Namun, baru saja membuka pintu kamar hotel, matanya terbelalak melihat keadaan di luar yang gelap gulita dan bersalju. Miley cepat-cepat memeluk dirinya menahan dingin.

Untuk mempertahankan egonya, Miley nekat ingin keluar tanpa membawa sepeserpun uang. Tapi baru saja membuka pintu lebar-lebar, niatnya pulang sekarang pun jadi bimbang. Tiba-tiba tubuhnya terpaku bahkan sekarang tidak bisa menggerakkan tangannya untuk menutup pintu.

"Di- dingin, apa kamu bisa menutup pintu ini?" panggilnya memaksakan kepalanya menoleh ke Aland yang berjarak ke arahnya.

"Kenapa malah mematung di situ? Katanya mau pulang," ledek Aland menangkup wajah Miley yang dingin dan pucat, ujung kakinya menutup pintu kamar hotel.

'Sial, masih sempat meledek, bukannya membantuku'. Terdengar bunyi giginya yang bergemelatukan, sesekali juga mengumpat.

Aland semakin berani mempermainkan Miley, melihat mantan anak tirinya itu mendadak jadi patung es.

"Dinginnn," desis Miley merasakan kedua tungkai kakinya kebas, dan akhirnya roboh di dada bidang Aland.

Takut dirinya mengalami hipotermia, Aland menggendongnya ke ranjang dan menutupinya dengan selimut tebal.

Namun, suhu tubuh Miley tidak kunjung membaik, wajahnya tampak semakin memutih dan bibirnya membiru dengan tubuhnya yang gemetaran.

"Miley ...," panggil Aland mengkhawatirkannya sambil mengguncang tubuhnya yang beku.

"A- ku ti- dak tahan di- ngin," sahut Miley terbata dengan bibir gemetaran.

Aland melepas kemejanya, dan membawa Miley dalam pelukannya. "Aku akan menghangatkan mu, Sayang," bisiknya hangat.

Miley memejam, rasa dingin menggerogoti organ dalam tubuhnya, mungkin hanya menunggu detik semua organ tubuhnya pun akan membeku.

"Miley," panggil Aland mencemaskannya.

Sebenarnya Aland memilih negara Jepang untuk merayakan kebahagiaannya telah bertemu Miley, gadis yang membuatnya jatuh hati untuk pertama kalinya di pandangan pertama dulu.

Miley membuka matanya. Melihat bibir mereka bersentuhan.

"Apa yang kamu lakukan?" desis Miley mengerahkan kekuatannya mendorong Aland, tapi pria itu mempererat pelukannya, hingga penyatuan bibir mereka semakin erat.

"Aku harus melakukannya, kalau kamu tidak mau mati konyol karena kesalahanmu ini!" tegas Aland menggeram penuh damba.

Kekonyolan Miley tadi mempermudahnya menaklukkan hati Miley. Tanpa perlu merayu untuk melancarkan rencananya.

Miley mengerjap kesulitan. Ia pernah mendengar seseorang mati karena hipotermia. Lalu, cara cepat untuk menghangat tubuh adalah bergerak. Namun, saat ini ia terlalu kaku untuk bergerak sendiri. Jadi, ucapan Aland itu ada benarnya.

"Ap- apa tidak salah melakukannya?"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status