Share

Si Caper

Penulis: Pesawat Kertas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 22:07:02

"Ayo, gue gendong. Ini jam pertama udah mau mulai." Abin tiba-tiba merangkul Anya dari samping, lalu mencubit pipi gemas gadis itu.

"Ish, kak Bima apaan sih."

Lana mengalihkan pandangan, jengah. Entah mengapa kehadiran Bima membuatnya kesal, pemuda itu pun melangkah cepat meninggalkan Anya yang tengah sibuk naik ke punggung Bima untuk digendong.

'Halah, sok baik banget,' batin Lana. 'Caper.'

Sementara Anya terkikik gemas berada di gendongan Bima. Sudah sangat lama sejak sepupu nya itu menggendongnya di belakang.

"Kak, kamu ga bilang ke Papa kan tentang luka di lutut ku ini?" tanya Anya.

"Engga. Sebenernya gue mau ngomong langsung sama Elsa buat ga ganggu lu, tapi ternyata keduluan si Lana."

Anya mengeratkan pelukannya di punggung Bima, lalu berbisik. "Kak, kayaknya luka di kaki Kak Elsa parah, ya. Aku jadi merasa bersalah."

"Lah, ngapain merasa bersalah. Lu harusnya bersyukur ada orang yang mau ngelindungi lu. Ada orang yang perduli sama lu. Emangnya selama ini selain gue, paman, sama bibi ada orang lain yang perduli sama lu?"

Bima berujar dengan santainya bukan berarti hatinya tak terasa ngilu. Ia juga ingin dipandang berarti oleh Anya. Dipandang sebagai seseorang yang memperdulikannya, lebih dari status — sepupu.

"Bener juga. Makasih ya Kak Bima, udah gendong aku sampe kelas."

Bima mengangguk, lalu menurunkan Anya di depan kelas satu dan langsung pergi ke kelasnya sendiri.

****

Elsa dengan lebai-nya menangis, ia memegangi kaki nya yang di perban sambil menatap sendu pada beberapa murid yang mengelilingi bangku nya.

"Hiks, ini sakit banget. Gue di seret di jalanan sama geng motor itu. Gue dibawa ke gudang buat di siksa sama mereka. Gue trauma," ujar gadis itu melebih-lebihkan.

"Hush, jangan ngomong kayak gitu, El. Lu itu kan cuma di dorong sama mereka, gue yakin luka lu juga ga separah itu," ujar salah satu teman sekelas Elsa.

Perempuan anak dari kepala sekolah itu memang memiliki perangai yang buruk. Tak heran jika banyak yang membencinya. Namun, tentu juga banyak mahkluk caper yang berteman baik dengannya untuk memanfaatkan.

"Siapa yang bilang itu gue," ujar Elsa. "Gue cuma ceritain film geng motor yang baru gue tonton, kok."

"Elsa, yang benar dong ceritanya, kita cemas tau sama keadaan kamu," ujar salah satu temannya.

"Tapi ... Hiks, bener ini semu gara-gara si Anya itu." Elsa berpura-pura mengusap air mata. "Karna dia udah rebut pangeran gue, Kak Lana."

"Ish, Kak Lana tuh cocok nya sama kamu, Elsa. Kamu tuh putri di sekolah kita, sementara Kak Lana tuh pangeran."

"Tuh, kalian juga sadar, kan?" Elsa berujar dengan bangga. Gadis itu mengeluarkan cermin dari tas, lalu menatap puas pantulan wajahnya.

"Gue gak bakal biarin anak pendek itu rebut pangeran gue, gue bakal bikin dia nyesel!"

****

"Anya, lu gak ke kantin?" tanya salah satu temannya saat jam istirahat di mulai.

"Iya, aku mau ke kantin juga."

Belum sampai Anya melangkah keluar kelas, Elsa dan geng nya sudah datang dengan seringai mengejek.

Ketua kelas mencoba menghentikan mereka. "Kak jangan ribut di kelas kami, dong. Nanti jadi berantakan," ujar ketua kelas memperingati. Namun, Elsa justru mendorongnya dan menghampiri Anya.

"Anya, gue mau minta maaf." Elsa mengulurkan tangan pada Anya.

Tanpa curiga, Anya meraih tangan Elsa. Satu teman Elsa lainnya menepuk pundak Anya dari belakang, menempelkan kertas bertuliskan, 'Gue Gobl0q ga ada obat.'

Setelah itu mereka pergi dengan memberi kode pada teman-teman Anya agar tidak memberitahu Anya tentang kertas itu. Mereka hanya cekikikan sambil keluar kelas.

"Eh, Anya ayo ke kantin," ujar Reni yang datang menghampiri Anya dengan raut bersalah.

Sebenarnya Reni ingin memberitahu Anya tentang tulisan itu, tetapi ia juga tidak bisa menentang Elsa. Perempuan itu tak segan merundung siapapun yang menghancurkan rencana nya.

Mereka bicara sambil bercanda seperti tak ada apapun yang terjadi. Anya juga sudah merasa lega karen Elsa sudah meminta maaf padanya.

"Apaan nih!" Bima mengambil kertas yang tertempel di punggung Anya.

Pemuda yang baru tiba di koridor dan melihat kertas itu dengan cepat mengambilnya, merobek-robek lalu membuang kasar.

"Siapa yang naruh ini di punggung Anya!" marah pemuda itu.

"Eh, a- aku ... aku ga tau kak. Aku juga baru ketemu Anya," ujar Reni takut.

"Lu tadi jalan bareng sama dia, kenapa ga lepas kertas itu, hah!"

Reni menunduk, dengan air mata berair. Siapa yang tak takut, melihat pria dengan tatapan malas itu marah padanya. Bima itu santai, tapi sekali marah, ia benar-benar menyebarkan aura menakutkan.

"Kak Bima! Udah, jangan salahin Reni. Kayaknya ini ulah Kak Elsa sama teman-teman nya. Tadi mereka minta maaf sama aku di kelas," jelas Anya.

Dari arah lain, Lana berjalan cepat, sengaja menyenggol lengan Bima. Pemuda itu tampak kesal. "Caper banget perasaan, paling lu sendiri yang pura-pura taruh di punggung Anya."

Setelah berucap, Lana langsung pergi. Bima yang terprovokasi hampir mengejar Lana, tetapi Anya menahannya. "Kak, jangan! Jangan ribut sama Kak Lana."

"Dia itu yang caper! Pake sengaja senggol orang, terus bilang kayak gitu. Gue gak terima," ujar Bima.

"Kak, Anya gak mau Papa punya masalah sama keluarga Kak Lana. Jadi kakak jangan buat masalah sama Kak Lana!"

Sedari tadi Reni mendengarkan dengan bingung. Tak hanya dirinya, tetapi semua orang di sekolah ini juga tidak tau apa hubungan Lana dengan Anya. Lantas mengapa menyebut-nyebut keluarga?

"Kamu ada hubungan apa sama Kak Lana?" tanya Reni.

"Ah, cuma kerja sama orang tua," jawab Anya. "Makanya aku selalu nempelin Kak Lana."

Reni mengangguk paham. Anak-anak lain juga menempel pada Lana atas tuntutan orang tuanya yang ingin mereka dekat dengan Lana. Namun, sebenarnya Anya tidak begitu.

"Berarti orang tua lu kaya, dong?" tanya Reni.

"Gak." Yang menjawab justru Bima. "Dia mah rumahnya cuma kayak gubuk, Mama sama Papa nya juga cuma punya butik yang gak laku."

Sejak awal Bima memang diharuskan menjaga Anya selama di sekolah ini, dan Papa Anya sendiri tak mau jika ketahuan sebagai anak orang terkaya di kota. Mereka tak mau Anya dirundung atau justru dimanfaatkan mereka.

"Heh, pantesan Kak Elsa sampe ngebuli Anya segitunya. Mending jangan deket-deket Kak Lana lagi deh," ujar Reni.

Mereka bertiga pun berjalan beriringan, tak menyadari Elsa menatap dengan kesal. "Gak Kak Lana, gak Kak Bima, semua digaet sama anak si4lan itu! Gue gak bisa diem aja!"

"Lu kenapa gak kepikiran sama Eliyah. Lu inget kan sama dia?" seorang perempuan menepuk pundak Elsa. "Gue tau Eliyah baru pulang dari Amerika. Kenapa lu gak coba ketemu Eliyah?"

"Seriusan Lu?" Elsa seketika tersenyum senang. "Gue bakal manfaatin Eliyah buat dapatin perhatian Kak Lana! Sekarang lu tau di mana Eliyah tinggal, kan?"

"Iya gue tau. Masalahnya bukan cuma Eliyah doang yang tinggal di sono, tapi Anya sama Bima pun kayak nya tinggal di kompleks itu."

"Aish! Emang Anya si4lan! Tapi gue gak bakal diem, gue tetep bakal datang ke sana dan cari kesempatan buat deketin Eliyah! Setelah itu ... Gue bakal dapat informasi yang bisa gue kasih ke my prince Lana."

Bab terkait

  • Tertangkap Stalker Manis   Ingin Tau Semua

    Selepas bel pulang sekolah berbunyi, semua murid menghambur keluar sekolah, begitupun Anya yang celingukan mencari sopir nya.Sejak kaki nya terluka, ia tak memiliki alasan untuk pergi mengikuti Lana. Kedua orang tua asuhnya meminta agar Anya langsung pulang tanpa bermain dulu."Ck, padahal mau liat Kak Lana dulu," lirih gadis itu. "Mana sih pak Sopir. Kalau ga ada ya udah, aku cari Kak Lana aja."Dengan senyum sumringah Anya menoleh ke sana kemari. Lana biasa jalan kaki sepulang sekolah, pasti tak sulit menemukannya dengan memperhatikan sekitar. Namun, bulannya Lana, yang dia dapati justru sosok perempuan yang malam itu bertemu dengannya dan Lana di zebracross.Perempuan dengan rambut panjang dan lurus, wajahnya sangat cantik, dan tubuhnya gemulai feminim."Aneh. Padahal waktu itu Kak Lana nanya perempuan yang mirip ciri-ciri nya kayak dia, tapi pas ditanya kenal atau engga, justru bilang engga," gumam Anya, masih memperhatikan Eliyah yang berada sedikit jauh darinya.Eliyah yang mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Tertangkap Stalker Manis   Lana Ditolak?

    Lana melangkah pelan memasuki sebuah restoran yang telah ditentukan oleh Jefran - papa dari Anya.Dengan sopan ia menunduk pada pria paruh baya itu. Lana tampak menoleh ke sekitar, rupanya mereka telah memesan semua tempat untuk mereka, pantas saja tidak ada siapapun kecuali mereka dan pelayan."Loh, Anya ga datang juga?" tanya Lana. "Pasti masih shock sama kejadian tadi."Jefran menggeleng. "Dia datang kok, itu ...."Arah jemari Jefran menunjuk pada putrinya yang berjalan mendekat. Beberapa saat lalu Anya memang minta ijin ke kamar mandi dulu untuk memperbaiki riasannya saya mendengar Lana hampir sampai ke restoran.Untuk beberapa saat Lana terpana pada penampilan Anya yang berbeda dari biasanya. Di sekolah, gadis itu terlihat polos dan manis, tapi sosok dihadapannya ini sungguh berbeda.'Lah, baru tau gue. Anya bisa cantik gitu kalo pake dress terus rambutnya di ikat rapi.'"Eh, ada yang aneh? Kak Lana kenapa liatin aku?" tanya Anya sembari meraih ponselnya, membuka kamera depan unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Tertangkap Stalker Manis   Apa Akan Bahagia?

    Pagi ini Lana datang ke sekolah dengan wajah murung, membuat Ardiaz menatap keheranan. Kenapa lagi sahabatnya ini."Lah, napa lu udah monyong aja pagi-pagi gini," sapa Ardiaz yang merangkul pundak sahabatnya itu, lalu berjalan bersama menuju gerbang."Lu percaya ga sih kalo orang seganteng gue ini bisa ditolak cewek?"Ardiaz menatap Lana dengan tatapan tajam, menelisik. "Lu ditolak? Emang lu nembak siapa cuy, kok ga koordinasi sama anak-anak, kan bisa kita kasih kejutan biar acara lu makin romantis.""Stress." Lana mendorong Ardiaz menjauh darinya. "Itu, si Anya."Dapat terlihat jelas raut kaget di wajah Ardiaz. Pemuda itu menatap dengan mata terbelalak. "Lu ditolak Anya?"Setelahnya pemuda itu tertawa kencang seolah puas melihat pangeran sekolah yang di tolak cewek cupu. Anya itu biasa saja, tidak secantik Elsa atau Eliyah. Hanya saja, Anya itu manis dan tingkah nya selalu saja mengundang tawa."Seriusan lu nembak Anya? Demi apa? Lu serius kan sama dia?""Ga."Kali ini langkah Lana t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Tertangkap Stalker Manis   Sweet 16th

    "Kak Lana, aku suka kakak!" Lana sudah menduga adegan klaise ini. Sosok mungil dengan hoodie oversize berwarna biru muda itu menatapnya dengan manik mata berbinar. Jemarinya mengantup, memegang sebuah gelang handmade kasual. Entah sudah beberapa kalinya Lana menerima ungkapan perasaan selama seminggu ini. Beberapa membawakannya coklat, kue, gelang, cincin, ini sudah bukan hal yang menarik bagi pemuda dengan tatapan tajam itu. Ia bahkan tak melirik sedikitpun pada sosok di hadapannya. "Kenapa suka gue? Karna gue ganteng? Kalo cuma itu, lu bisa cari cowok ganteng yang lain. "Bu- bukan!" Gadis itu menggeleng kasar. Kedua tangannya bertaut, menggenggam erat gelang buatannya itu dengan sedikit bergetar. "Karena Kak Lana kelihatan keren di jam olahraga di sekolah." "Oh, jadi maksudmu di jam pelajaran lainnya gw gak keren?" Lana tersenyum miring, ia suka melihat wajah gadis yang terpojok karena tak bisa menjawab pertanyaan nya. Seperti kucing kecil yang kehilangan arah, manik mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Tertangkap Stalker Manis   Tantangan Memacari Si Bonchel

    “Hah, gue emang sekeren ini kalo jam olahraga.” Lana sengaja menyugar rambutnya ke belakang dengan jemari tangan, melirik sosok manis yang menatapnya hampir tak berkedip di bangku tribun, sendirian, berada cukup jauh dari kerumunan perempuan-perempuan lain yang memang datang untuk melihatnya. Lapangan lari maraton outdoor itu seketika ricuh karena teriakan murid-murid perempuan di tribun. Lana sama sekali tak memperdulikannya, sesekali tatapannya tertuju pada Anya yang masih duduk di tempat, menatapnya. “Cie, yang lihatin Anya mulu, suka, ya?” goda Ardiaz. “Dih, siapa juga yang suka si boncel itu, udah pendek, stalker lagi. Liat aja pembalasan gue. berani dia malu-maluin gue.” Suara peluit guru olahraga menandakan jam pelajaran telah berakhir, semua murid mulai menepi dari lapangan panas itu, begitu juga Lana dan Ardiaz yang juga melihat Anya bangun dari duduknya, mengikuti mereka. “Tuh, kan. Stress emang tuh anak. Lihat, kan? Kita mau ganti baju, malah diikutin,” keluh Lana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Tertangkap Stalker Manis   Pelajaran Buat Si Bonchel

    Saat Ardiaz tau, tentu saja pemuda itu tertawa paling keras diantara teman-temannya yang lain. Bukan karena dia benci Lana, tapi sungguh lucu melihat ekspresi kesal Lana yang biasa hanya memasang wajah datar. "Jadi gimana?" tanya Dio yang duduk di samping Lana. Malam itu Ardiaz merencanakan pertemuan di sebuah cafe bersama beberapa anak yang memiliki hubungan kedekatan dengan mereka karena bisnis orang tua. "Sumpah, si Bima itu bikin gue kesel." "Lah, nambah lagi daftar orang yang bikin lu kesel selain Anya?" tanya Ardiaz. Lana sama sekali tak membalas, pemuda itu hanya tersenyum miring, memikirkan sebuah cara untuk membuat Anya menyerah menguntitnya. Untuk sementara, hanya itu yang ingin ia lakukan. Setelah nya, barulah mengurus si Bima. "Lho, Lan. Itu yang di seberang jalan kayak Anya," ujar Dimas sembari menunjuk ke kaca cafe. Posisi duduk mereka yang berada di bagian outdoor menampilkan jelas pantulan tubuh mungil Anya yang berdiri di seberang sambil menatap ke arah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Tertangkap Stalker Manis   Sebuah Hobi Baru

    Merasa menang dan berhasil membuat Anya menangis, Lana merayakan hari ini dengan membuat pesta kecil di rumahnya bersama empat temannya itu, termasuk Ardiaz. Semula, Ardiaz masih mengecek keadaan Anya beberapa kali, gadis itu masih menangis. Namun, entah sejak kapan ia mulai ikut duduk di kursi santai samping Lana, menikmati jus sambil memejam, merasakan momen ketenangan itu. "Lu udah lama gak main ke sini," ujar Lana. "Emang lu gak kangen apa sama rumah gue? Padahal dulu pas SMP gue udah berasa tinggal sama lu, tiap hari tiap jam lu ada di rumah ini." "Gak kangen, gue. Lu aja paling yang kangen sama gue," ujar Ardiaz. Sementara itu Dio, Dimas dan Riki tengah asik bermain game di tepi kolam renang, sambil membiarkan kaki mereka menggelayut di tepian. "Heh, Riki main curang!" Dio tak terima melihat Riki tertawa lebar dengan kemenangan game nya. Diantara mereka berempat, Dio memang penggemar berat game online. "Apaan, orang gue emang jago kok mainnya." Riki menjulurkan lidah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Tertangkap Stalker Manis   Mengancam Stalker Manis

    Lana menyeret Anya ke dalam kamarnya, membuat pelayan yang tengah menyiapkan makan malam itu menatap heran pada majikannya yang tak biasa membawa anak perempuan ke rumah.“Itu siapa, Den?” tanya si pelayan berumur paruh baya yang menghampiri Lana.Untuk sementara Anya merasa terselamatkan, tetapi pegangan di telapak tangannya semakin mengerat ketika Si bibi pelayan itu hampir meraih tangannya yang lain. Lana menariknya, membuat tubuh mereka begitu dekat satu sama lain.Anya tau, ada yang aneh dari Lana. Dia menatap nyalang pada pelayan itu, lalu menepuk pelan kepala Anya dari atas, begitu lembut, seolah menunjukkan bahwa ia membawanya dengan baik-baik.“Ini Anya, Papa yang suruh Lana bawa dia ke sini. Bibi gak usah ganggu acara Lana!”“Tapi, Den—"“Gue bilang jangan ganggu!!!”Pemuda itu melangkah cepat, membuat Anya sedikit terseret mengikuti langkahnya. Begitu sampai di kamar, ia menghempaskan tubuh Anya ke atas ranjang, sementara ia berdiri berkacak pinggang dengan tatapan tajam.S

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26

Bab terbaru

  • Tertangkap Stalker Manis   Apa Akan Bahagia?

    Pagi ini Lana datang ke sekolah dengan wajah murung, membuat Ardiaz menatap keheranan. Kenapa lagi sahabatnya ini."Lah, napa lu udah monyong aja pagi-pagi gini," sapa Ardiaz yang merangkul pundak sahabatnya itu, lalu berjalan bersama menuju gerbang."Lu percaya ga sih kalo orang seganteng gue ini bisa ditolak cewek?"Ardiaz menatap Lana dengan tatapan tajam, menelisik. "Lu ditolak? Emang lu nembak siapa cuy, kok ga koordinasi sama anak-anak, kan bisa kita kasih kejutan biar acara lu makin romantis.""Stress." Lana mendorong Ardiaz menjauh darinya. "Itu, si Anya."Dapat terlihat jelas raut kaget di wajah Ardiaz. Pemuda itu menatap dengan mata terbelalak. "Lu ditolak Anya?"Setelahnya pemuda itu tertawa kencang seolah puas melihat pangeran sekolah yang di tolak cewek cupu. Anya itu biasa saja, tidak secantik Elsa atau Eliyah. Hanya saja, Anya itu manis dan tingkah nya selalu saja mengundang tawa."Seriusan lu nembak Anya? Demi apa? Lu serius kan sama dia?""Ga."Kali ini langkah Lana t

  • Tertangkap Stalker Manis   Lana Ditolak?

    Lana melangkah pelan memasuki sebuah restoran yang telah ditentukan oleh Jefran - papa dari Anya.Dengan sopan ia menunduk pada pria paruh baya itu. Lana tampak menoleh ke sekitar, rupanya mereka telah memesan semua tempat untuk mereka, pantas saja tidak ada siapapun kecuali mereka dan pelayan."Loh, Anya ga datang juga?" tanya Lana. "Pasti masih shock sama kejadian tadi."Jefran menggeleng. "Dia datang kok, itu ...."Arah jemari Jefran menunjuk pada putrinya yang berjalan mendekat. Beberapa saat lalu Anya memang minta ijin ke kamar mandi dulu untuk memperbaiki riasannya saya mendengar Lana hampir sampai ke restoran.Untuk beberapa saat Lana terpana pada penampilan Anya yang berbeda dari biasanya. Di sekolah, gadis itu terlihat polos dan manis, tapi sosok dihadapannya ini sungguh berbeda.'Lah, baru tau gue. Anya bisa cantik gitu kalo pake dress terus rambutnya di ikat rapi.'"Eh, ada yang aneh? Kak Lana kenapa liatin aku?" tanya Anya sembari meraih ponselnya, membuka kamera depan unt

  • Tertangkap Stalker Manis   Ingin Tau Semua

    Selepas bel pulang sekolah berbunyi, semua murid menghambur keluar sekolah, begitupun Anya yang celingukan mencari sopir nya.Sejak kaki nya terluka, ia tak memiliki alasan untuk pergi mengikuti Lana. Kedua orang tua asuhnya meminta agar Anya langsung pulang tanpa bermain dulu."Ck, padahal mau liat Kak Lana dulu," lirih gadis itu. "Mana sih pak Sopir. Kalau ga ada ya udah, aku cari Kak Lana aja."Dengan senyum sumringah Anya menoleh ke sana kemari. Lana biasa jalan kaki sepulang sekolah, pasti tak sulit menemukannya dengan memperhatikan sekitar. Namun, bulannya Lana, yang dia dapati justru sosok perempuan yang malam itu bertemu dengannya dan Lana di zebracross.Perempuan dengan rambut panjang dan lurus, wajahnya sangat cantik, dan tubuhnya gemulai feminim."Aneh. Padahal waktu itu Kak Lana nanya perempuan yang mirip ciri-ciri nya kayak dia, tapi pas ditanya kenal atau engga, justru bilang engga," gumam Anya, masih memperhatikan Eliyah yang berada sedikit jauh darinya.Eliyah yang mer

  • Tertangkap Stalker Manis   Si Caper

    "Ayo, gue gendong. Ini jam pertama udah mau mulai." Abin tiba-tiba merangkul Anya dari samping, lalu mencubit pipi gemas gadis itu."Ish, kak Bima apaan sih."Lana mengalihkan pandangan, jengah. Entah mengapa kehadiran Bima membuatnya kesal, pemuda itu pun melangkah cepat meninggalkan Anya yang tengah sibuk naik ke punggung Bima untuk digendong.'Halah, sok baik banget,' batin Lana. 'Caper.'Sementara Anya terkikik gemas berada di gendongan Bima. Sudah sangat lama sejak sepupu nya itu menggendongnya di belakang."Kak, kamu ga bilang ke Papa kan tentang luka di lutut ku ini?" tanya Anya."Engga. Sebenernya gue mau ngomong langsung sama Elsa buat ga ganggu lu, tapi ternyata keduluan si Lana."Anya mengeratkan pelukannya di punggung Bima, lalu berbisik. "Kak, kayaknya luka di kaki Kak Elsa parah, ya. Aku jadi merasa bersalah.""Lah, ngapain merasa bersalah. Lu harusnya bersyukur ada orang yang mau ngelindungi lu. Ada orang yang perduli sama lu. Emangnya selama ini selain gue, paman, sama

  • Tertangkap Stalker Manis   Harus Mau

    Lana langsung menuju ke kelas 2-A di mana Elsa sedang duduk sambil merias wajahnya lagi. Beberapa anak menghampiri Elsa sambil berbisik, "El, itu Kak Lana datang."Dengan panik Elsa langsung menutup kotak make up nya saat Lana datang dan duduk di sampingnya dengan tatapan tajam."Kenapa?" tanya Elsa dengan malu-malu."Lu ngapain dorong Anya? Ada masalah?""Oh, itu." Elsa langsung memalingkan wajah, malas. "Pagi tadi aku liat Kak Lana jalan bareng sama Anya. Kak, kakak sadar kan kalo aku suka sama kakak, aku cinta sama kakak. Kakak harus hargain perasaan aku," ujar perempuan itu."Gak."Jawaban singkat dari Lana membuat perempuan itu merengut kesal. Ia juga termasuk perempuan yang banyak diinginkan murid laki-laki. Selain terkenal karena pintar, Elsa juga sangat menawan.'Gue gak tau kenapa Kak Lana ga bisa suka sama gue. Gue gak percaya. Pasti ada cara buta Kak Lana suka sama gue,' batin perempuan itu."Gue datang buat peringati lu, jangan ganggu Anya. Atau orang gue bakal ganggu lu j

  • Tertangkap Stalker Manis   Jangan Ganggu Anya

    Anya menggeleng kasar. Ia menatap ponselnya. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Bima pasti tau lokasi ku ada di sini, jadi gak masalah kalau aku pingsan. Pasti Kak Bima tau," bisik Anya dalam kesendirian.Perempuan itu memanjat tembok samping gerbang sekolah, lalu memasuki bangunan yang sudah sepi dan gelap itu. Ia menyalakan senter hp dan menutup telinganya dengan kedua tangan.Air mata mengalir basahi pipi. Ia tak bisa berpikir apapun lagi selain berjalan melewati lorong-lorong sepi. Air mata mengalir deras basahi pipi, diikuti suara isak tangis yang terdengar jelas dalam kesunyian."Kenapa rasanya lorong itu jauh banget," tangis Anya.Sementara itu di dalam gudang, samar-samar Lana mendengar tangis perempuan yang sangat nyata. Pemuda itu sesekali menepuk nyamuk yang mengigit lengannya. Ia semakin mendekat ke pintu, memperjelas pendengaran."4njir, itu beneran suara kuntilanak? Gak, gue gak percaya hantu. Ini pasti ulah Bima." Meski berkata demikian, sebenarnya Lana sudah berkerin

  • Tertangkap Stalker Manis   Takut Hantu

    “Den Lana darimana, ini kenapa kakinya di perban seperti ini,” ujar si pelayan yang segeraa menghampiri Lana.Si pemuda tak menghiraukannya, masih berjalan masuk ke dalam mansion itu dengan sedikit pincang. “Jangan pegang gue!”Lana menghempaskan pegengan tangan si pelayan yang ingin melihat keadaannya. Nyonya Gramantha keluar dengan tatapan serius. Lana menghela nafas, kejadian tadi sudah membuatunya cukup jengkel, lalu ditambah sikap orang rumah yang berkebihan ini membuatnya semakin muak.“Lana, bicara yang sopan dengan Bi Ani, bibi ini yang jaga kamu dari kecil, jangan jadi anak kurang ajar. Mama gak pernah ngajarin kamu—”Sebuah guci melesat dari tangan Lana, di lempar ke tembok hingga remuk tak berbentuk bersamaan dengan bunyi nyaring yang membuat kedua perempuan itu terdiam.Entah mengapa mengingat kejadian dengan Anya tadi membuat amarahnya kembali terbakar. Pertama ia melihat Eliyah, lalu mengejarnya sampai ke rumah Anya. Apa itu hanya sebuah kebetulan? Lalu ucapa aneh Anya y

  • Tertangkap Stalker Manis   Libur Jadi Stalker

    Sedetik tatapan Lana bertemu dengan Anya. Tanpa pikir panjang Lana melompat ke dalam kolam, meraih pinggang gadis itu, membawanya menepi. Wajah tirus itu terlihat pucat dengan nafas yang terengah-engah. “Kak Lana! Aku hampir mati,” kesal gadis itu sambil memukul lengan Lana. Sementara Lana terdiam, menatap Anya yang memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan. Rasanya dejavu, seolah hari itu kembali terulang. Perlahan wajah Anya memudar, tergantikan wajah familiar bagi Lana, wajah ketakutan yang membuat dadanya terasa sesak. “Den Lana! Apa yang Den Lana lakukan ke Non Anya.” Lana sama sekali tak bergerak ketika Bibi pelayan menarik paksa tangan Lana, begitu pula Nyonya Gramantha yang datang dengan raut serius, langung menghampiri Anya. Tentu Anya mengerti situasi ini, tepat seperti yang dikatakan Riki, bahwa semua orang di rumah mewah itu mewaspadai setiap hal yang dilakukan Lana. Dalam beberapa detik, Anya sempat melihat raut putus asa pada wajah Lana, sebelum tergantikan kebencian. “S

  • Tertangkap Stalker Manis   Setidaknya Harus Jago Bersembunyi

    "Bu, bukan Kak Lana yang ngurung saya di gudang."Lana sama sekali tak menoleh meski mendengar suara lirih itu mencoba menjelaskan dengan susah payah. Yang masih bisa Lana syukuri adalah fakta bahwa Anya ini bodoh dan gila, bahkan jika ia merundungnya, akan terus membelanya—bucin."Lalu siapa, Anya? Dari rekaman kamera dekat situ, hanya Lana dan teman-temannya yang datang ke sana membawamu. Dan lagi, jika bukan Lana yang memerintah teman-teman nya itu, mereka tidak akan repot mengurung mu di sana.""Saya, Bu!"Tak hanya guru bk, Anya pun seketika menoleh dengan tatapan tak percaya melihat Riki memasuki ruangan bk dengan cengiran aneh. Tanpa diperintah pemuda itu duduk di samping Lana."Saya yang membuat rencana ini," ujar Riki."Selalu saja begini! Jangan kira ibu tidak tau, kamu hanya menutupi setiap masalah Lana!"Anya sama sekali tak tau permasalahan anak kelas 12 ini, ia baru masuk di sekolah ini sebagai siswa baru, juga tak terlalu perduli pada gosip sekolah—sampai ketika ia meny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status