Mobil Karen melaju membelah jalanan ibu kota. Sepanjang jalan ia memutar lagu jazz untuk menghiburnya. Karen sangat menyukai lagu jazz.
Mobil Karen berhenti di rumah Risa. Ia menatap rumah Risa dari dalam mobil. Karen menghembuskan nafas dengan berat. Lalu melangkah menuju rumah Risa. Karena Risa adalah tempat terbaik untuk Karen berkeluh kesah.
Tok,,, tok,,, tok
Risa membuka pintu. Ia melihat Karen. Kemudian, mengajak Karen masuk kerumahnya.
Risa membawakan segelas teh hangat untuk sahabatnya itu.
"Risa ... Coba tebak! Tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Karen memegang tangan Risa.
"Hm, tidak tahu. Emang siapa yang baru saja bertemu dengan mu?"
"Tadi, aku bertemu dengan Robin dan juga Natalia." Risa terkejut mendengar pernyataan Karen.
Semenjak putus dengan Robin, Risa melarang Karen untuk bertemu dengan Robin. Namun, Karen bersikeras ingin membalas perbuatan Robin dan juga Natalia.
Melihat ekspresi Risa, Karen tahu jika sahabatnya itu takut jika ia akan bersedih lagi. Lalu, Karen menceritakan bagaimana yang terjadi ketika mereka bertiga bertemu.
Risa tertawa mendengar cerita Karen. Risa senang karena Karen tidak selemah yang dulu lagi.
Mereka berdua sama-sama tertawa.
"Karen, orang yang dibar malam itu siapa?"
"Dia James. Orang yang membawaku pulang saat aku mabuk berat di bar," Karen menatap Risa, "kau tahu Risa, dia meminta ku jadi tunangan palsu nya."
Karen menceritakan bagaimana James memintanya menjadi tunangan palsu James. Karen juga memberitahu bahwa, James sudah pernah menikah.
"Lalu, kau setuju Karen?" Karen hanya mengangguk.
"Baiklah, itu terserah mu! Asal, kau tidak akan menangis lagi nanti." Risa memperingati Karen agar hati-hati.
Matahari telah berlalu, menyisakan malam gelap yang juga agak sedikit mendung.
Karen berpamitan pulang pada Risa. Diperjalanan, hujan turun dengan sangat lebat. Karen melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan.
Tubuh mungil Karen kini telah terbaring di kasur empuk dengan seprei berwarna ungu serta dengan bantal yang senada . Kejadian yang dialaminya hari ini, membuat Karen sedikit kelelahan.
Buktinya, tanpa menunggu lama, Karen sudah terlelap dengan sangat nyenyak.
➖➖➖➖➖
Tling ...
Bunyi telpon Karen. Karen meraba-raba kasur untuk mencari ponselnya.
Pesan yang baru saja masuk merupakan pesan dari James.
James mengajak Karen bertemu di restoran seafood. James juga memberitahu jika hari ini, ia akan mengenalkan Karen pada Aline, mantan istri James.
Namun sebelum ke restoran, James membawa Karen kesebuah toko cincin. James memilihkan cincin yang sangat indah dan cocok dipakai Karen.
Setelah memilih cincin, James memasang cincin itu di jari manis Karen.
Awalnya Karen ragu. Melihat keraguan Karen, James menjelaskan bahwa Aline akan percaya kalau Karen tunangan James.
Karen kemudian menjulurkan tangan nya, lalu James memasang cincin itu di jari Karen.
Cincin yang dipakai Karen sangat indah. James memilih sebuah cincin bermata berlian. Berlian itu berada ditengah bentuk hati.
James lalu memacu mobilnya menuju restoran tempat mereka akan bertemu dengan Aline. Tidak perlu waktu yang lama, Karen dan James sudah sampai.
James membukakan pintu untuk Karen. Lalu, menggandeng Karen masuk kedalam restoran. Karen sedikit canggung. Namun, senyum James membuat Karen menjadi lebih percaya.
Karen dan James melenggang masuk menuju meja Aline. Aline terkejut ketika melihat James datang dengan seorang perempuan.
Aline mengira jika James hanya bercanda ketika mengatakan jika ia sudah bertunangan. Nyatanya, James menggandeng seorang gadis cantik disebelahnya.
"Aline, perkenalkan ini tunangan ku, Karen. Karen, ini mantan istri ku, Aline." Karen menjabat tangan Aline sembari memberi sebuah senyum manis pada Aline.
"Ternyata kau tidak bercanda James? Kau benar sudah bertunangan?" Aline menatap James.
"James ... Tidak ada lagi kah kesempatan untuk ku? Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku ingin hanya kita berdua."
"Maaf nona Aline. Perkataan anda sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin anda menyuruh tunangan saya kembali lagi dengan anda. Apa anda tidak menghargai saya?" Karen mulai bereaksi ketika mendengar pernyataan Aline.
Aline menatap sinis ke arah Karen. Aline tidak terima jika Karen menjadi istri James. Aline tidak terima wanita lain yang menikmati uang James.
"James--." Belum selesai Aline berkata, James sudah memotong ucapannya.
"Cukup Aline! Aku kesini untuk mengenalkan tunangan ku. Tapi kau malah meminta ku kembali pada mu." James menunjukkan tatapan dingin namun penuh amarah pada Aline, "kalau sudah tidak ada yang dibicarakan, kami permisi dulu Aline."
James menarik tangan Karen, meninggalkan Aline yang masih diam terpaku. James tidak habis pikir pada Aline.
Mobil James melaju meninggalkan restoran tempat mereka bertemu. Tidak ada percakapan yang terdengar dari James da Karen.
"Karen ... Maaf jika aku menganggu waktu bekerja mu." James memulai percakapan diantara mereka.
"Tidak. Aku tidak bekerja. Jadi, anda tidak mengganggu waktu saya."
"Tidak bekerja? Lalu, bagaimana kebutuhan mu sehari-hari?"
"Ayah dan ibu saya memiliki asuransi yang cukup besar. Serta memiliki saham 5 persen di perusahaan Good Fashion, jadi saya tidak perlu bekerja."
"Good fashion? Milik Gunawan Prasetyo?"
"Ya. Sekarang anaknya yang mengelola perusahaan itu. Katanya ayahku memiliki saham sebesar 5 persen disana."
"5 persen? Siapa nama ayah mu? Setahuku, Good fashion didirikan oleh Gunawan Prasetyo dengan seorang sahabatnya Juna Alexander."
"Kau tahu itu kah? Juna Alexander itu ayah ku. Benar, dia sahabat Gunawan Prasetyo."
"Kau yakin saham ayahmu hanya 5 persen? Sebelum ayahmu meninggal, apa ia memberitahu tentang saham itu?"
"Tidak. Ayah ku hanya menitipkan aku pada ayah Robin. Ayah tidak sempat memberi tahu tentang saham itu, tapi om Gunawan mengatakan jika ayah punya saham disana sebesar 5 persen."
"Lalu, kau percaya begitu saja? Aku tidak ingin mengatakan apapun tentang saham ayah mu di Good fashion. Tapi kau harus mencari tahu kebenarannya."
Karen hanya terdiam setelah mendengar perkataan James.
Selama ini ia tidak pernah mempersoalkan tentang seberapa besar saham ayah nya. Yang ia tahu, sahabat ayahnya bernama Gunawan Prasetyo tidak mungkin membohonginya.
Selama ini, Robin dan juga ayahnya memperlakukan Karen dengan sangat baik. Semua kebutuhan Karen terpenuhi.
Ia nyaman dengan keluarga Robin. Sehingga tidak pernah penasaran seberapa besar sebenarnya saham ayahnya pada perusahaan Good fashion.
Karen memijit pelipisnya. Ia baru sadar kenapa ia tidak pernah mencari tahu yang sebenarnya.
James memandang ke arah Karen. Ia mengetahui apa yang sedang ada di pikiran Karen.
"Kalau kau mau aku bisa membantu mu mencari tahu tentang ini," ujar James pada Karen.
Karen hanya diam. Ia belum tahu harus bagaimana.
Jika ia mencari tahu, ia takut jika ayah Robin akan tersinggung atas perbuatan karena. Namun, ia juga ingin tahu kebenaran tentang peninggalan milik ayahnya.
"Hm, baiklah aku setuju," jawab Karen pada James.
Mobil James berhenti disebuah taman. Ia mengajak Karen untuk singgah di taman. Karena hari ini adalah hari kerja, jadi taman itu tidak terlalu ramai.James turun dari mobil. Ia membuka pintu Karen. Mata Karen terbelalak melihat tempat itu.Taman yang sebulan lalu menjadi tempat bahagianya, sebelum Robin selingkuh dari dirinya.Kenangan itu kembali lagi dalam ingatan Karen. Wajah Robin saat melamar dirinya kembali hadir dalam bayangan Karen.Karen menghela napas dengan dalam. Kedua netranya ia pejamkan, mencoba untuk melupakan semua kenangan sebulan yang lalu itu."Karen ... Kau tidak apa-apa kan?" James tidak tahu apa yang dialami Karen di taman itu.Karen menggelengkan kepalanya, lalu melangkah turun dari mobil James. Mereka pun berjalan menuju taman."Karen, kau tidak suka dengan taman ini?"Karen tidak mendengar apa yang dikatakan oleh James. Hatinya kembali sakit, namun ia mencoba untuk tidak menunjukkan
Ayah Robin masih menerka-nerka penyebab putusnya Robin dan juga Karen. Langkah kakinya semakin dipercepat agar segera sampai di rumah.Sama dengan suaminya. Lusi juga tidak habis pikir, kenapa Robin tidak memberitahu apapun.Kedua pasangan paruh bayah itu sudah sampai di rumah mereka. Wajah Gunawan dan Lusi terlihat sangat tidak bersahabat saat melihat Robin yang sedang menikmati sarapannya."Robin, apa maksud Karen mengatakan bahwa hubungan kalian sudah selesai?" Nada suara Gunawan terdengar berat juga bercampur emosi.Robin terkejut mendengar pertanyaan ayahnya itu. Ia tersendat lalu berbatuk.Mulut Robin sedikit kaku. Ia tahu bahwa ayahnya akan sangat marah jika ia tidak jadi menikah dengan Karen."Jawab Robin! Jangan sampai aku mencari tahu sendiri." Gunawan membangunkan Robin dari lamunannya."Pa ... Darimana papa tahu?""Robin, tadi mama sama papa bertemu dengan Karen. Karen sendiri yang bilang jika kalian sudah putus. Ta
"Karen Alexander, maukah kau menjadi ibu dari calon anak-anakku kelak?"Terdengar suara seorang pria yang sedang melamar wanita.Wanita itu adalah Karen, gadis cantik yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun belakangan ini dengan nya.Dengan posisi berlutut ditengah taman yang sudah sengaja dibooking dan di hias dengan sangat indah, Robin melamar Karen.Tak hanya mereka berdua, Robin juga sudah menyewa beberapa orang untuk menjadi saksi keseriusannya serta menyewa sebuah orkestra musik untuk melantunkan lagu-lagu romantis."Robin apa kau serius?" tanya Karen kaget."Ya, aku serius! Menikah lah denganku," Robin mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya.Karen menganggukkan kepalanya.Melihat anggukan Karen, Robin meraih tangan Karen seraya memakaikan sebuah cincin dijari manis gadis itu.Semua orang yang ada disana bertepuk tangan, sayup-sayup terdengar lantunan musik yang sangat
Dimana Robin? mengapa ia tak kunjung datang?, batin Karen yang sedari tadi menunggu kedatangan Robin.Sudah hampir jam sepuluh malam, namun Robin tak kunjung datang. Telponnya pun tidak aktif."Besok aku akan datang ke apartemennya, mungkin hari ini dia sangat sibuk. Tapi besok tidak mungkin Robin sibuk, besok adalah hari Minggu bukan?" tanya Karen pada dirinya sendiri seraya meyakinkan dirinya.****"Apa kau tidak lihat bagaimana tunangan mu itu? Beraninya dia Menghusir ku," terdengar manja suara seorang gadis dari kamar apartemen Robin."Maafkan aku sayang, aku tidak tahu jika dia akan datang," jawab Robin seraya mengelus paha mulus gadis itu."Apa kau tahu, aku lebih mengharapkan kedatangan mu kepangkuan ku daripada kedatangannya," hibur Robin."Aku tahu, karena aku bisa memuaskan mu dengan goyangan tubuh ku," ujar gadis itu sambil mencondongkan tubuhnya pada Robin."Kau benar sayang, selama tiga
"Risa .... "Karen tidak mampu membendung air matanya saat ia bertemu dengan Risa. Sesak di dada Karen terasa semakin mendalam. Tidak ada tempat terbaik untuk menumpahkan isi hatinya, selain pada Risa sahabatnya."Karen ... Kenapa?" Risa menatap Karen dengan bingung. Bagaimana tidak, Karen yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang tegar, wanita yang selalu ceria, hari ini menangis sejadi-jadinya didepan mata."Katakan Karen! Apa yang terjadi padamu?" Risa memapah tubuh Karen, membawa Karen masuk kedalam rumah.Karen tidak tahu harus memulai darimana. Ia merasa sangat malu pada Risa. Selama ini, ia selalu membanggakan Robin pada Risa. Karen selalu menceritakan bagaimana Robin memperlakukannya dengan sangat romantis. Termasuk, saat Robin melamarnya.Karen menceritakan semua yang Robin lakukan padanya. Karen memberitahu Risa perselingkuhan Robin dengan Natalia sekretarisnya sendiri. Ia tidak menyangka jika
"James ... K-kau akhirnya datang juga." Terdengar suara wanita memanggil nama James dengan gemetar."Masuklah James! Aku sudah menunggu mu." Wanita itu mengajak James masuk kedalam rumahnya."Aline ... Aku tidak punya banyak waktu. Jika ada yang penting, maka katakanlah sekarang!""James, aku tidak menyangka kau akan sesukses sekarang ini. Aku bahagia melihat nya." Aline menatap James dengan tatapan kagum, " James ... Aku sudah bercerai. Kau maukan kembali lagi padaku." James terkejut mendengar ucapan Aline."Apa kau sudah tidak waras? Kau meninggalkanku lalu sesuka hati mu meminta ku kembali?""James, aku tahu kau masih sangat mencintai ku. Aku juga masih mencintai mu James." Aline mendekat tubuhnya pada James, "ayo, kita rajut kembali jalinan cinta yang sudah sempat terputus! James. Kau sekarang bukan James yang dulu, aku tidak akan meninggalkan mu lagi.""Sudahlah Aline! Masa lalu tidak mungkin diulang lagi. Kau yang memutus
Karen masih belum bisa menjawab pertanyaan James. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil berpikir kenapa ia begitu bodoh. Lupa kalau semalam tidur dirumah James.Karen kembali memandang James. Tergambar senyum manis di bibir mungil Karen. Otaknya masih belum bisa berhenti untuk mengagumi James."Hei! Kenapa kau malah tersenyum?" Suara James menyadarkan Karen."Aa---aku ... Kau yang salah! Kalau saja kau tidak menarik tangan ku pasti aku tidak akan tertidur disini. Aku hanya ingin membawa mu pulang, tapi malah terjebak disini.""Apa? Aku menarik tangan mu? " Giliran James yang mulai mengingat apa yang dialaminya semalam.Ahk, kenapa pesona mu sangat dahsyat? Umurmu pasti jauh lebih tua dariku. Tapi, kharisma mu mengalahkan usiamu, batin Karen memandangi James."Baiklah, aku yang salah. Terimakasih sudah membawa ku pulang." James mengembangkan senyuman hangat pada Karen.