Karen masih belum bisa menjawab pertanyaan James. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil berpikir kenapa ia begitu bodoh. Lupa kalau semalam tidur dirumah James.
Karen kembali memandang James. Tergambar senyum manis di bibir mungil Karen. Otaknya masih belum bisa berhenti untuk mengagumi James.
"Hei! Kenapa kau malah tersenyum?" Suara James menyadarkan Karen.
"Aa---aku ... Kau yang salah! Kalau saja kau tidak menarik tangan ku pasti aku tidak akan tertidur disini. Aku hanya ingin membawa mu pulang, tapi malah terjebak disini."
"Apa? Aku menarik tangan mu? " Giliran James yang mulai mengingat apa yang dialaminya semalam.
Ahk, kenapa pesona mu sangat dahsyat? Umurmu pasti jauh lebih tua dariku. Tapi, kharisma mu mengalahkan usiamu, batin Karen memandangi James.
"Baiklah, aku yang salah. Terimakasih sudah membawa ku pulang." James mengembangkan senyuman hangat pada Karen.
Pandangan Karen masih belum berpaling dari James.
Hm, apa aku meminta bantuan gadis ini? Apa dia mau jadi tunangan palsu ku? Ahk ... Tidak mungkin, batin James.
"Nona, siapa nama mu?" Terdengar sedikit canggung.
"Karen ... Karen Alexander."
"Baiklah nona Karen. Mungkin ini sangat gila tapi bisakah anda membantu saya?" Terdengar ragu. Namun, James meyakinkan dirinya, "maukah nona menjadi tunangan palsu saya?".
Karen sontak terkejut. Bagaimana bisa James memintanya menjadi tunangan palsu? Apa laki-laki ini sudah tidak waras. Begitulah isi pikiran Karen.
Melihat tatapan dan ekspresi Karen, James tahu jika Karen sedang memikirkan hal aneh tentangnya.
"Tolong jangan salah paham Karen. Mantan istri saya meminta saya kembali padanya, dan saya menolak. Saya berkata bahwa, saya sudah punya tunangan."
Sejenak Karen terdiam. Ia tidak tahu jika lelaki didepannya sudah pernah menikah sebelumnya. Namun, James begitu mempesona, sehingga tidak terlihat sebagai seorang duda.
"Lalu, Kenapa harus saya? Anda kan sudah punya tunangan. Ajak saja tunangan anda." James menggelengkan kepalanya. Ia memberi isyarat bahwa ia tidak memiliki tunangan.
"Saya mohon Karen. Hanya sampai mantan istri saya berhenti menganggu saya." James memohon pada Karen. Lalu, menceritakan masa lalunya.
"Baiklah, saya setuju." James senang mendengar persetujuan Karen.
➖➖➖➖➖
Diperjalanan pulang, Karen masih bertanya-tanya kenapa ia tertarik pada seorang duda? Padahal selama ini dia sangat tidak menyukai pria yang sudah pernah menikah.
Karen menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa semua tidak mungkin. Nalarnya sudah tidak beres.
Sesampainya dirumah, Karen langsung menuju kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya. Kemudian, berendam di bathtub yang sudah dipenuhi busa dan sedikit minyak penenang.
Pikirannya masih melayang-layang pada perkataan James yang memintanya jadi tunangan palsu.
Tidak terasa Karen sudah hampir satu jam berendam. Perutnya kini mengeluarkan bunyi khas orang yang sedang kelaparan. Ia bergegas menuju sebuah restoran.
Karen memakai mini dres berwarna merah. Lipstik berwarna nude. Tak lupa, ia juga menyapukan sedikit blush-on pada pipinya. Serta memakai sepatu hills dan tas selempang berwarna hitam untuk menyempurnakan penampilan.
Sempurna. Kau begitu cantik Karen, kata Karen pada dirinya yang sedang berdiri didepan kaca.
"Selamat datang nona. Boleh saya tahu apa yang akan anda pesan?" ujar seorang pelayan pada Karen. Pelayan itu memberikan senyum manis pada pelanggannya.
"Saya mau steak, serta beberapa makanan penutup lainnya." Pelayan itu mengangguk lalu permisi meninggalkan Karen.
Tidak jauh dari mejanya, Karen melihat sepasang manusia yang sedang menikmati makanan mereka dengan romantis.
Karen menyipitkan kedua netranya, untuk memperjelas siapa kedua orang itu.
Sepertinya, aku mengenali kedua orang itu. Cih, ternyata mereka masih bersama. Baiklah, tanpa perlu jauh-jauh menemui mu. Ternyata, alam pun mendukung ku untuk memberi sedikit pelajaran berharga bagi mu, batin Karen sambil tersenyum sinis.
Karen perlahan mendekat pada meja kedua orang itu. Dengan percaya diri dia melenggang menghampiri mereka.
"Halo Robin, halo Natalia. Apa aku bisa bergabung dengan kalian? " sapa Karen sambil membawa makanan miliknya, membuat mata Robin dan Natalia terbelalak.
"Karen ... Apakah itu kau?" Robin mengedipkan matanya merasa tidak percaya. Karen hanya mengangguk lalu tersenyum dengan sangat manis.
"Untuk apa kau disini Karen? Apa kau ingin menggoda Robin?" Natalia yang tidak suka akan kehadiran Karen menunjukkan wajah masam dan tatapan yang melotot.
"Natalia, jangan mempermalukan dirimu. Nanti orang-orang disini mengetahui siapa dirimu sebenarnya." Karen tersenyum sinis sambil meminum segelas wine.
Robin masih terdiam melihat perubahan Karen. Wanita yang dulu tidak tau berdandan, berubah menjadi wanita yang fashionable dan cantik.
Kedua netra Robin masih melotot pada wajah dan tubuh Karen. Natalia yang melihat ekspresi Robin menjadi sangat marah.
"Robin, jangan melihat ku seperti itu! Aku jadi malu. Natalia juga bisa marah nanti," goda Karen dengan nada manja.
"Tt---tidak Karen. Ayo duduk! Aku dan Natalia tidak akan terganggu." Robin tersenyum manis pada Karen.
"Karen ... Kau sangat cantik sekarang. Hampir saja aku tidak mengenali mu tadi."
"Kau terlalu berlebihan Robin. Aku jadi malu."
'Karen, kau sangat cantik. Natalia bahkan tidak ada apa-apanya dengan mu. Aku harus bisa memiliki mu lagi Karen. Kau hanya akan menjadi milikku,' batin Robin sambil terus memandangi Karen.
Natalia menatap sinis pada Karen. Sementara Karen menunjukkan senyum sinis pada Natalia.
"Kk-Karen ... Kejadian waktu itu ...."
"Sudahlah Robin, jangan mengungkit masa lalu. Aku sudah melupakan itu," ujar Karen ketika Robin mengungkit perselingkuhannya dengan Natalia.
"Apa kalian akan segera menikah?" tanya Karen pada Natalia dan Robin.
"Tidak" "Iya"
Robin dan Natalia sama-sama menjawab namun jawaban mereka berdua berbeda membuat Karen tertawa.
"Apa maksudmu mengatakan tidak Robin?" Natalia bertanya pada Robin dengan sedikit emosi, "dengar Karen! Aku dan Robin akan segera menikah. Jadi jangan harap kau bisa kembali pada Robin lagi. Aku akan mengirimkan undangan padamu."
Karen tersenyum mendengar perkataan Natalia, "kau terlalu curiga pada ku Natalia. Apa kau takut, kalau aku akan melakukan hal yang sama pada mu?"
"Sudahlah! Aku sudah kenyang. Senang bertemu dengan kalian. Oh iya, aku akan menunggu undangan pernikahan kalian berdua," ujar Karen sambil berlalu meninggalkan Robin dan juga Natalia.
Karen keluar dari restoran dengan senyum yang menggambarkan sebuah kepuasan. Tidak disangka jika ia dan Robin akan bertemu di restoran itu.
Tidak ada lagi rasa cinta Karen untuk Robin. Bak bunga yang sudah gugur. Hanya ada sebuah rasa benci, yang membuat Karen berubah menjadi seperti sekarang ini.
Dari dalam mobilnya Karen bisa melihat dengan jelas pertengkaran antara Natalia dan juga mantan kekasihnya Robin.
Setelah puas melihat pertengkaran yang terjadi pada sepasang kekasih itu, Karen memakai kaca mata hitam miliknya. Menghidupkan mesin mobil. Lalu pergi meninggalkan Robin dan Natalia yang masih berdebat.
Ini belum seberapa untuk mu Natalia. Aku akan membuat kalian membayar air mata yang sudah pernah aku teteskan, gumam Karen dengan senyum sedikit miring.
Mobil Karen melaju membelah jalanan ibu kota. Sepanjang jalan ia memutar lagu jazz untuk menghiburnya. Karen sangat menyukai lagu jazz.Mobil Karen berhenti di rumah Risa. Ia menatap rumah Risa dari dalam mobil. Karen menghembuskan nafas dengan berat. Lalu melangkah menuju rumah Risa. Karena Risa adalah tempat terbaik untuk Karen berkeluh kesah.Tok,,, tok,,, tokRisa membuka pintu. Ia melihat Karen. Kemudian, mengajak Karen masuk kerumahnya.Risa membawakan segelas teh hangat untuk sahabatnya itu."Risa ... Coba tebak! Tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Karen memegang tangan Risa."Hm, tidak tahu. Emang siapa yang baru saja bertemu dengan mu?""Tadi, aku bertemu dengan Robin dan juga Natalia." Risa terkejut mendengar pernyataan Karen.Semenjak putus dengan Robin, Risa melarang Karen untuk bertemu dengan Robin. Namun, Karen bersikeras ingin membalas perbuatan Robin dan juga Natal
Mobil James berhenti disebuah taman. Ia mengajak Karen untuk singgah di taman. Karena hari ini adalah hari kerja, jadi taman itu tidak terlalu ramai.James turun dari mobil. Ia membuka pintu Karen. Mata Karen terbelalak melihat tempat itu.Taman yang sebulan lalu menjadi tempat bahagianya, sebelum Robin selingkuh dari dirinya.Kenangan itu kembali lagi dalam ingatan Karen. Wajah Robin saat melamar dirinya kembali hadir dalam bayangan Karen.Karen menghela napas dengan dalam. Kedua netranya ia pejamkan, mencoba untuk melupakan semua kenangan sebulan yang lalu itu."Karen ... Kau tidak apa-apa kan?" James tidak tahu apa yang dialami Karen di taman itu.Karen menggelengkan kepalanya, lalu melangkah turun dari mobil James. Mereka pun berjalan menuju taman."Karen, kau tidak suka dengan taman ini?"Karen tidak mendengar apa yang dikatakan oleh James. Hatinya kembali sakit, namun ia mencoba untuk tidak menunjukkan
Ayah Robin masih menerka-nerka penyebab putusnya Robin dan juga Karen. Langkah kakinya semakin dipercepat agar segera sampai di rumah.Sama dengan suaminya. Lusi juga tidak habis pikir, kenapa Robin tidak memberitahu apapun.Kedua pasangan paruh bayah itu sudah sampai di rumah mereka. Wajah Gunawan dan Lusi terlihat sangat tidak bersahabat saat melihat Robin yang sedang menikmati sarapannya."Robin, apa maksud Karen mengatakan bahwa hubungan kalian sudah selesai?" Nada suara Gunawan terdengar berat juga bercampur emosi.Robin terkejut mendengar pertanyaan ayahnya itu. Ia tersendat lalu berbatuk.Mulut Robin sedikit kaku. Ia tahu bahwa ayahnya akan sangat marah jika ia tidak jadi menikah dengan Karen."Jawab Robin! Jangan sampai aku mencari tahu sendiri." Gunawan membangunkan Robin dari lamunannya."Pa ... Darimana papa tahu?""Robin, tadi mama sama papa bertemu dengan Karen. Karen sendiri yang bilang jika kalian sudah putus. Ta
"Karen Alexander, maukah kau menjadi ibu dari calon anak-anakku kelak?"Terdengar suara seorang pria yang sedang melamar wanita.Wanita itu adalah Karen, gadis cantik yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun belakangan ini dengan nya.Dengan posisi berlutut ditengah taman yang sudah sengaja dibooking dan di hias dengan sangat indah, Robin melamar Karen.Tak hanya mereka berdua, Robin juga sudah menyewa beberapa orang untuk menjadi saksi keseriusannya serta menyewa sebuah orkestra musik untuk melantunkan lagu-lagu romantis."Robin apa kau serius?" tanya Karen kaget."Ya, aku serius! Menikah lah denganku," Robin mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya.Karen menganggukkan kepalanya.Melihat anggukan Karen, Robin meraih tangan Karen seraya memakaikan sebuah cincin dijari manis gadis itu.Semua orang yang ada disana bertepuk tangan, sayup-sayup terdengar lantunan musik yang sangat
Dimana Robin? mengapa ia tak kunjung datang?, batin Karen yang sedari tadi menunggu kedatangan Robin.Sudah hampir jam sepuluh malam, namun Robin tak kunjung datang. Telponnya pun tidak aktif."Besok aku akan datang ke apartemennya, mungkin hari ini dia sangat sibuk. Tapi besok tidak mungkin Robin sibuk, besok adalah hari Minggu bukan?" tanya Karen pada dirinya sendiri seraya meyakinkan dirinya.****"Apa kau tidak lihat bagaimana tunangan mu itu? Beraninya dia Menghusir ku," terdengar manja suara seorang gadis dari kamar apartemen Robin."Maafkan aku sayang, aku tidak tahu jika dia akan datang," jawab Robin seraya mengelus paha mulus gadis itu."Apa kau tahu, aku lebih mengharapkan kedatangan mu kepangkuan ku daripada kedatangannya," hibur Robin."Aku tahu, karena aku bisa memuaskan mu dengan goyangan tubuh ku," ujar gadis itu sambil mencondongkan tubuhnya pada Robin."Kau benar sayang, selama tiga
"Risa .... "Karen tidak mampu membendung air matanya saat ia bertemu dengan Risa. Sesak di dada Karen terasa semakin mendalam. Tidak ada tempat terbaik untuk menumpahkan isi hatinya, selain pada Risa sahabatnya."Karen ... Kenapa?" Risa menatap Karen dengan bingung. Bagaimana tidak, Karen yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang tegar, wanita yang selalu ceria, hari ini menangis sejadi-jadinya didepan mata."Katakan Karen! Apa yang terjadi padamu?" Risa memapah tubuh Karen, membawa Karen masuk kedalam rumah.Karen tidak tahu harus memulai darimana. Ia merasa sangat malu pada Risa. Selama ini, ia selalu membanggakan Robin pada Risa. Karen selalu menceritakan bagaimana Robin memperlakukannya dengan sangat romantis. Termasuk, saat Robin melamarnya.Karen menceritakan semua yang Robin lakukan padanya. Karen memberitahu Risa perselingkuhan Robin dengan Natalia sekretarisnya sendiri. Ia tidak menyangka jika
"James ... K-kau akhirnya datang juga." Terdengar suara wanita memanggil nama James dengan gemetar."Masuklah James! Aku sudah menunggu mu." Wanita itu mengajak James masuk kedalam rumahnya."Aline ... Aku tidak punya banyak waktu. Jika ada yang penting, maka katakanlah sekarang!""James, aku tidak menyangka kau akan sesukses sekarang ini. Aku bahagia melihat nya." Aline menatap James dengan tatapan kagum, " James ... Aku sudah bercerai. Kau maukan kembali lagi padaku." James terkejut mendengar ucapan Aline."Apa kau sudah tidak waras? Kau meninggalkanku lalu sesuka hati mu meminta ku kembali?""James, aku tahu kau masih sangat mencintai ku. Aku juga masih mencintai mu James." Aline mendekat tubuhnya pada James, "ayo, kita rajut kembali jalinan cinta yang sudah sempat terputus! James. Kau sekarang bukan James yang dulu, aku tidak akan meninggalkan mu lagi.""Sudahlah Aline! Masa lalu tidak mungkin diulang lagi. Kau yang memutus