"James ... K-kau akhirnya datang juga." Terdengar suara wanita memanggil nama James dengan gemetar.
"Masuklah James! Aku sudah menunggu mu." Wanita itu mengajak James masuk kedalam rumahnya.
"Aline ... Aku tidak punya banyak waktu. Jika ada yang penting, maka katakanlah sekarang!"
"James, aku tidak menyangka kau akan sesukses sekarang ini. Aku bahagia melihat nya." Aline menatap James dengan tatapan kagum, " James ... Aku sudah bercerai. Kau maukan kembali lagi padaku." James terkejut mendengar ucapan Aline.
"Apa kau sudah tidak waras? Kau meninggalkanku lalu sesuka hati mu meminta ku kembali?"
"James, aku tahu kau masih sangat mencintai ku. Aku juga masih mencintai mu James." Aline mendekat tubuhnya pada James, "ayo, kita rajut kembali jalinan cinta yang sudah sempat terputus! James. Kau sekarang bukan James yang dulu, aku tidak akan meninggalkan mu lagi."
"Sudahlah Aline! Masa lalu tidak mungkin diulang lagi. Kau yang memutuskan pergi karena aku miskinkan? Lalu setelah sekarang aku memiliki semuanya, kau mau kembali lagi pada ku?"
"Aline ... Dimana kau saat aku butuh dukungan mu? Apa kau membantuku berdiri ketika aku jatuh? Apa kau menemaniku mendaki tangga kesuksesan ini? Tidak Aline, kau tidak melakukan itu. Kau malah pergi dengan selingkuhan mu itu kan." Air mata menetes dari netra James. Sesak yang selama ini ia tanggung sendiri sudah mencapai batasnya.
"James ... Setiap orang memiliki kesalahan. Aku tahu, aku salah telah meninggal kan mu. James, kau juga belum bisa melupakan ku kan? Kau masih cinta padaku. Buktinya, sudah sepuluh tahun sejak kita berpisah, kau tidak punya wanita lain disisi mu."
"Aline, aku tidak mau seperti orang bodoh, mengulang kesalahan yang sama. Sejak malam itu, aku sudah tidak mencintai mu lagi. Dan, aku sudah memiliki tunangan. Jadi tolong, jangan ganggu aku lagi."
"Tunangan ...? Kau bercandakan? Itu hanya alasan mu saja."
"Tidak, untuk apa aku bercanda. Aku akan mengenalkannya padamu. Aku harus pergi Aline, aku tidak mau membuang waktu ku lebih banyak."
James melangkahkan kakinya keluar dari rumah Aline. Tatapannya kosong. Ekspresi wajahnya datar. James tidak pernah menyangka jika Aline akan memintanya kembali.
Setelah dibuang, dengan seenak hati ingin memungutnya kembali.
*******
"Karen, apa kau yakin akan mengubah penampilan mu?" Risa menyakinkan Karen.
"Ya, aku ingin membuat Robin menyesal meninggalkan gadis yang tidak tahu fashion seperti ku." Karen menatap kaca disebuah salon dan tersenyum sinis.
Karen memutuskan untuk menyudahi kesedihannya. Ia mengubah penampilannya mulai dari gaya rambut hingga gaya berpakaiannya.
"Karen ... Lihat dirimu sekarang. Kau tidak terlihat seperti Karen yang dulu. Rambut hitam lurus yang selalu kau pertahankan, sekarang berwarna merah marun dan sedikit ikal. Alis yang begitu tegas serta bulu mata yang lentik. Pakaianmu juga menggambarkan seorang Karen yang lebih berani."
"Kau terlalu memujiku Risa, hahahaha." Karen menatap dengan lekat perubahannya. Tidak ada Karen yang dulu lemah gemulai dan kolot.
Karen menjelma menjadi gadis yang lebih fashionable. Setiap mata yang menatap, tidak akan menyangka jika ia adalah Karen Alexander.
Huh, aku terlalu cantik untuk menangisi mu Robin, bisik Karen pada dirinya sendiri.
"Kita harus merayakan ini Risa. Aku akan mentraktir mu minum malam ini." Karen tersenyum lalu menarik tangan Risa keluar dari salon.
"Aku sangat senang melihat perubahan mu Karen, ini baru sahabat ku. Cheers ...." Karen dan Risa mengangkat gelas mereka, setelah itu mereka minum lalu tertawa bersama.
"Uh ... Kau tahu Risa, aku hampir saja kehilangan hidupku yang sangat berharga."
"Ya, benar Karen. Lupakan saja Robin! Masih banyak pria yang lebih baik daripada Robin yang tidak tahu malu itu."
"Aku akan memberinya sedikit pelajaran. Supaya dia tidak sesuka hatinya mempermainkan perasaan."
"Terserah mu Karen. Lakukan apa yang membuat mu bahagia. Ayo minum lagi!"
Karen dan Risa menikmati suasana didalam bar. Tidak ada lagi kesedihan di wajah Karen.
Tawa dari kedua wanita itu terdengar sangat nyaring. Sebelum akhirnya Karen melihat sosok pria yang tidak asing baginya. Pria itu sedang mabuk dan duduk sendiri.
"James, apa itu kau?"
James tidak dapat mendengar suara Karen. Musik yang sangat keras serta lampu kelap kelip yang sedikit redup membuat James susah mengenali Karen. Ditambah lagi, netranya yang sudah sangat berat karena mabuk.
"Karen, apa kau mengenal pria ini?" Karen mengangguk, dan mengatakan pada Risa bahwa James lah yang menolongnya saat mabuk dulu.
Mereka membawa James keluar dari Bar. Karen masih mengingat betul alamat rumah James dan bergegas membawa James pulang.
Risa tidak ikuta menemani Karen. Karena, ia ada urusan penting dan berpamitan pada Karen.
Sesampainya di rumah James, Karen membawa James ke kamarnya. Kemudian, mengganti pakaian James.
Aku sangat suka melihat wajah mu saat tidur, bahkan saat mabuk pun kau terlihat sangat tenang dan tampan, batin Karen.
Karen memutuskan untuk pulang setelah selesai mengganti pakaian James. Namun, James menarik tangan Karen, membuat Karen semakin dekat dalam pelukan James.
Karen yang juga masih dalam pengaruh minuman tidak kuasa melawan James. Ia mendekat semakin dalam di pelukan James.
******
Cuaca pagi ini mendung. Hujan turun dengan sangat lebat. Hawa dingin terasa sangat menusuk tulang. Selimut tebal pun tidak mampu menangkal hawa nya.
Karen yang kedinginan menarik selimut menutupi tubuhnya, tangan nya memeluk sesuatu yang sangat dapat dirasakan bentuknya.
Karen membuka mata, menatap orang yang masih tidur di sampingnya. Ia mengagumi pria itu. Tidak sekedar kagum, namun juga sudah candu pada wajah pria itu.
Apa aku terlalu mengaguminya? Sampai-sampai dia masuk dalam mimpiku?, batin Karen .
Ia menyangka dirinya saat ini sedang bermimpi. Pria yang ada disampingnya adalah James. Orang yang ditolongnya semalam.
Kenapa kau bisa masuk ke mimpiku?, Karen menyentuh lembut wajah James.
Tapi kenapa dia terasa seperti nyata, gumam Karen.
Tak henti-hentinya Karen memandang wajah pria itu. Sesekali Karen tersenyum melihat wajah didepannya.
Sempurna. Aku sangat menyukai bulu-bulu halus di wajah mu, batin Karen sambil mempermainkan bulu halus diwajah James.
Duar.... Suara petir menyadarkan Karen.
Ia sadar sekarang, bahwa dirinya tidak sedang bermimpi. James benar-benar sedang tertidur disampingnya.
"Aaahhhhh ...." Karen berteriak, membuat James terbangun.
Kedua mata Karen terbelalak, seperti ingin keluar. Ia menarik tubuhnya menjauh dari James. Kedua tangan Karen menutup tubuhnya, seolah James baru saja bercinta dengan nya.
"K-kau ... Kenapa kau ada dikamar ku?" Karen menatap James dengan tatapan seolah ingin menerkam, "apa yang sudah kau lakukan padaku, hah."
"Apa aku tidak salah dengar? Ini kamar ku! Aku yang harusnya bertanya padamu. Kenapa kau bisa tidur dikamar ku?" James menatap Karen yang berdiri disamping ranjangnya.
Karen masih belum bisa menjawab pertanyaan James. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil berpikir kenapa ia begitu bodoh. Lupa kalau semalam tidur dirumah James.Karen kembali memandang James. Tergambar senyum manis di bibir mungil Karen. Otaknya masih belum bisa berhenti untuk mengagumi James."Hei! Kenapa kau malah tersenyum?" Suara James menyadarkan Karen."Aa---aku ... Kau yang salah! Kalau saja kau tidak menarik tangan ku pasti aku tidak akan tertidur disini. Aku hanya ingin membawa mu pulang, tapi malah terjebak disini.""Apa? Aku menarik tangan mu? " Giliran James yang mulai mengingat apa yang dialaminya semalam.Ahk, kenapa pesona mu sangat dahsyat? Umurmu pasti jauh lebih tua dariku. Tapi, kharisma mu mengalahkan usiamu, batin Karen memandangi James."Baiklah, aku yang salah. Terimakasih sudah membawa ku pulang." James mengembangkan senyuman hangat pada Karen.
Mobil Karen melaju membelah jalanan ibu kota. Sepanjang jalan ia memutar lagu jazz untuk menghiburnya. Karen sangat menyukai lagu jazz.Mobil Karen berhenti di rumah Risa. Ia menatap rumah Risa dari dalam mobil. Karen menghembuskan nafas dengan berat. Lalu melangkah menuju rumah Risa. Karena Risa adalah tempat terbaik untuk Karen berkeluh kesah.Tok,,, tok,,, tokRisa membuka pintu. Ia melihat Karen. Kemudian, mengajak Karen masuk kerumahnya.Risa membawakan segelas teh hangat untuk sahabatnya itu."Risa ... Coba tebak! Tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Karen memegang tangan Risa."Hm, tidak tahu. Emang siapa yang baru saja bertemu dengan mu?""Tadi, aku bertemu dengan Robin dan juga Natalia." Risa terkejut mendengar pernyataan Karen.Semenjak putus dengan Robin, Risa melarang Karen untuk bertemu dengan Robin. Namun, Karen bersikeras ingin membalas perbuatan Robin dan juga Natal
Mobil James berhenti disebuah taman. Ia mengajak Karen untuk singgah di taman. Karena hari ini adalah hari kerja, jadi taman itu tidak terlalu ramai.James turun dari mobil. Ia membuka pintu Karen. Mata Karen terbelalak melihat tempat itu.Taman yang sebulan lalu menjadi tempat bahagianya, sebelum Robin selingkuh dari dirinya.Kenangan itu kembali lagi dalam ingatan Karen. Wajah Robin saat melamar dirinya kembali hadir dalam bayangan Karen.Karen menghela napas dengan dalam. Kedua netranya ia pejamkan, mencoba untuk melupakan semua kenangan sebulan yang lalu itu."Karen ... Kau tidak apa-apa kan?" James tidak tahu apa yang dialami Karen di taman itu.Karen menggelengkan kepalanya, lalu melangkah turun dari mobil James. Mereka pun berjalan menuju taman."Karen, kau tidak suka dengan taman ini?"Karen tidak mendengar apa yang dikatakan oleh James. Hatinya kembali sakit, namun ia mencoba untuk tidak menunjukkan
Ayah Robin masih menerka-nerka penyebab putusnya Robin dan juga Karen. Langkah kakinya semakin dipercepat agar segera sampai di rumah.Sama dengan suaminya. Lusi juga tidak habis pikir, kenapa Robin tidak memberitahu apapun.Kedua pasangan paruh bayah itu sudah sampai di rumah mereka. Wajah Gunawan dan Lusi terlihat sangat tidak bersahabat saat melihat Robin yang sedang menikmati sarapannya."Robin, apa maksud Karen mengatakan bahwa hubungan kalian sudah selesai?" Nada suara Gunawan terdengar berat juga bercampur emosi.Robin terkejut mendengar pertanyaan ayahnya itu. Ia tersendat lalu berbatuk.Mulut Robin sedikit kaku. Ia tahu bahwa ayahnya akan sangat marah jika ia tidak jadi menikah dengan Karen."Jawab Robin! Jangan sampai aku mencari tahu sendiri." Gunawan membangunkan Robin dari lamunannya."Pa ... Darimana papa tahu?""Robin, tadi mama sama papa bertemu dengan Karen. Karen sendiri yang bilang jika kalian sudah putus. Ta
"Karen Alexander, maukah kau menjadi ibu dari calon anak-anakku kelak?"Terdengar suara seorang pria yang sedang melamar wanita.Wanita itu adalah Karen, gadis cantik yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun belakangan ini dengan nya.Dengan posisi berlutut ditengah taman yang sudah sengaja dibooking dan di hias dengan sangat indah, Robin melamar Karen.Tak hanya mereka berdua, Robin juga sudah menyewa beberapa orang untuk menjadi saksi keseriusannya serta menyewa sebuah orkestra musik untuk melantunkan lagu-lagu romantis."Robin apa kau serius?" tanya Karen kaget."Ya, aku serius! Menikah lah denganku," Robin mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya.Karen menganggukkan kepalanya.Melihat anggukan Karen, Robin meraih tangan Karen seraya memakaikan sebuah cincin dijari manis gadis itu.Semua orang yang ada disana bertepuk tangan, sayup-sayup terdengar lantunan musik yang sangat
Dimana Robin? mengapa ia tak kunjung datang?, batin Karen yang sedari tadi menunggu kedatangan Robin.Sudah hampir jam sepuluh malam, namun Robin tak kunjung datang. Telponnya pun tidak aktif."Besok aku akan datang ke apartemennya, mungkin hari ini dia sangat sibuk. Tapi besok tidak mungkin Robin sibuk, besok adalah hari Minggu bukan?" tanya Karen pada dirinya sendiri seraya meyakinkan dirinya.****"Apa kau tidak lihat bagaimana tunangan mu itu? Beraninya dia Menghusir ku," terdengar manja suara seorang gadis dari kamar apartemen Robin."Maafkan aku sayang, aku tidak tahu jika dia akan datang," jawab Robin seraya mengelus paha mulus gadis itu."Apa kau tahu, aku lebih mengharapkan kedatangan mu kepangkuan ku daripada kedatangannya," hibur Robin."Aku tahu, karena aku bisa memuaskan mu dengan goyangan tubuh ku," ujar gadis itu sambil mencondongkan tubuhnya pada Robin."Kau benar sayang, selama tiga
"Risa .... "Karen tidak mampu membendung air matanya saat ia bertemu dengan Risa. Sesak di dada Karen terasa semakin mendalam. Tidak ada tempat terbaik untuk menumpahkan isi hatinya, selain pada Risa sahabatnya."Karen ... Kenapa?" Risa menatap Karen dengan bingung. Bagaimana tidak, Karen yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang tegar, wanita yang selalu ceria, hari ini menangis sejadi-jadinya didepan mata."Katakan Karen! Apa yang terjadi padamu?" Risa memapah tubuh Karen, membawa Karen masuk kedalam rumah.Karen tidak tahu harus memulai darimana. Ia merasa sangat malu pada Risa. Selama ini, ia selalu membanggakan Robin pada Risa. Karen selalu menceritakan bagaimana Robin memperlakukannya dengan sangat romantis. Termasuk, saat Robin melamarnya.Karen menceritakan semua yang Robin lakukan padanya. Karen memberitahu Risa perselingkuhan Robin dengan Natalia sekretarisnya sendiri. Ia tidak menyangka jika