Beranda / Romansa / Terpikat Pesona CEO Duda / Bab 3 barisan orang patah hati

Share

Bab 3 barisan orang patah hati

"Risa .... "

Karen tidak mampu membendung air matanya saat ia bertemu dengan Risa. Sesak di dada Karen terasa semakin mendalam. Tidak ada tempat terbaik untuk menumpahkan isi hatinya, selain pada Risa sahabatnya.

"Karen ... Kenapa?" Risa menatap Karen dengan bingung. Bagaimana tidak, Karen yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang tegar, wanita yang selalu ceria, hari ini menangis sejadi-jadinya didepan mata.

"Katakan Karen! Apa yang terjadi padamu?" Risa memapah tubuh Karen, membawa Karen masuk kedalam rumah.

Karen tidak tahu harus memulai darimana. Ia merasa sangat malu pada Risa. Selama ini, ia selalu membanggakan Robin pada Risa. Karen selalu menceritakan bagaimana Robin memperlakukannya dengan sangat romantis. Termasuk, saat Robin melamarnya.

Karen menceritakan semua yang Robin lakukan padanya. Karen memberitahu Risa perselingkuhan Robin dengan Natalia sekretarisnya sendiri. Ia tidak menyangka jika Robin akan sejahat itu pada dirinya.

Tangis Karen sangat menyayat hati Risa. Risa tahu betul, bagaimana rasa sakit yang kembali dirasakan sahabat, Karen.

"Karen ... Hapus air matamu! Pria jalang seperti Robin, tidak pantas mendapatkan wanita seperti mu Karen." Risa menatap Karen dengan sendu. Dirinya sendiri juga ingin menangis melihat sahabatnya itu. Tapi, ia tidak ingin melihat Karen semakin lemah.

"Risa ... Apa yang harus aku lakukan? Robin ...? Untuk apa dia melamar ku, jika dia akan seperti ini?" Suara Karen terdengar seperti suara orang yang frustasi. Bayang-bayang Robin kembali hadir di ingatannya.

"Karen ... Satu hal yang pasti. Robin dan selingkuhannya harus mendapatkan balasan." Sorot mata Risa terlihat sangat tajam, kebencian sangat terasa dari kedua netranya.

Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, berakhir dengan sekejap mata. Karen selama ini sudah berusaha memperjuangkan hubungannya dengan Robin. Namun hasilnya, perjuangan Karen sia-sia.

Bukankah suatu hubungan itu dijalani sepasang manusia yang saling mencintai? 

Bukankah hubungan juga harus diperjuangkan kedua belah pihak? Jika salah satu pihak sudah tidak mau berjuang bersama, lantas untuk apa mempertahankan hubungan itu lagi.

Hanya akan ada sakit hati. Begitulah yang dirasakan Karen.

Robin adalah orang yang datang ketika Karen mengalami patah hati untuk pertama kalinya. Kehangatan yang ditawarkan Robin mampu membuat Karen kembali percaya dengan suatu hubungan.

Robin yang datang menyembuhkan luka Karen, bak pahlawan ditengah kehancuran. Namun, hari ini Robin jugalah yang kembali membawa luka itu pada Karen.

Sakit hati terbesar datang dari orang yang paling dekat dengan kita. Itulah yang dialami Karen.

Karen menegakkan kembali pandangannya. Menghapus lembut sisa bulir-bulir air mata di pipinya. Pandangannya kembali lurus. Risa benar. Orang seperti Robin, tidak pantas mendapatkan air matanya.

*****

"Tuan ... Apa anda sedang memikirkan sesuatu? Tuan ... " Han memanggil James berulang kali, namun James tidak menghiraukan panggilan dari Han. James masih asik sendiri dengan pikirannya.

"James Harison ..." Han merasa geram melihat James.

"Han? Sejak kapan kau ada disini?" James menatap Han yang berdiri dibelakangnya, "apa kau tadi memanggil namaku?" James menatap Han dengan sangat tajam.

"Ayolah James. Kau tak mengacuhkan ku. Aku ini teman mu, apa salahnya jika sesekali memanggil namamu yang indah itu."

"Han, apa kau tahu nama gadis yang bertengkar dengan mu tempo hari?" 

"Tidak. Aku tidak kenal dan aku tidak mau mengenal wanita galak seperti dia." Han merasa merinding ketika James mengingatkan kejadian itu.

"Semalam aku bertemu dengannya ... Di bar." James menatap kearah Han.

"Bar? Apa kau---" James memotong omongan Han. Ia tahu jika Han akan berburuk sangka padanya.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh Han. Aku kasihan melihat gadis itu, sepertinya dia sedang patah hati."

"Lalu? Kau mau mengobati patah hatinya tuan James?"

"Aku akan memenggal kepalamu Han. Berhentilah membuat ku jengkel."

"James, sudah waktunya kau membuka hati mu! Tidak semua perempuan seperti Aline."

"Aku masih ragu Han. Akhir-akhir ini, aku bertemu orang-orang yang patah hati. Aku tidak mau masa lalu yang kejam itu kembali lagi."

"James ... Tidak ada orang yang benar-benar berhasil dalam suatu hubungan. Pertengkaran pasti akan terjadi. Namun, cara mengatasi pertengkaran itu berbeda-beda."

Han menatap James dengan ragu-ragu, "James ... Mantan istri mu sudah kembali dari Belanda. Dia ingin mengundang mu makan malam." 

Ucapan Han sontak membuat James terkejut. Netranya masih menatap gedung-gedung pencakar langit dari balik jendela kantornya. Tanpa berkata apa-apa, ia menyuruh Han keluar.

Kenangan sepuluh tahun  yang lalu kembali menghampiri James. Istri yang sangat  ia cintai memilih pergi bersama pria lain. Alasannya, hanya karena James tidak memiliki apa-apa.

Miskin, adalah alasan James mengalami patah hati. Rasa sakit hati tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Bagaimana tidak, Aline adalah cinta pertama James sekaligus patah hati pertama James.

Sudah sepuluh tahun sejak ia bercerai dengan Aline. Namun, sepertinya trauma masa lalu James, membuatnya enggan untuk kembali membuka hati. Banyak wanita yang tergila-gila pada James. Namun, satu pun tidak ada yang mampu menaklukkan hatinya.

Bercerai? Apakah jalan keluar suatu rumah tangga? Bukankah suami-istri harus saling mendukung? Tapi tidak dengan James. Ia yang masih berusaha mendaki terjalnya jalan kesuksesan malah ditinggalkan istrinya ditengah jalan.

Benar kata pria itu pada James. Jika uang mampu membeli segalanya. Termasuk, istrinya, Aline. 

Delapan tahun bukan waktu yang singkat. Ia menjalin hubungan rumah tangga selama delapan tahun dengan Aline. Namun, cinta tidak menjadi penjamin hubungan keduanya.

Selama delapan tahun, Aline menolak untuk memiliki anak. Kemiskinan, menjadi alasan Aline. Namun, James tidak terlalu miskin untuk memiliki anak. Alasan utama Aline adalah, karena ia tidak mau hidupnya selalu terikat pada James setelah punya anak.

Tling ... Tling ...

[James, aku baru saja pulang dari Belanda. Aku ingin mengajak mu bertemu. Aku tidak mau menerima penolakan dari mu! Sampai jumpa.]

Isi pesan Aline memalingkan pandangan James. Tidak pernah sekalipun ia membayangkan jika ia, akan bertemu lagi dengan Aline, mantan istrinya.

James tidak tahu, apakah ia akan datang atau tidak. Sejujurnya, James belum bisa melupakan Aline. Bagaimanapun, Aline adalah cinta pertama James.

Kenyataan memang selalu pahit. Namun, harus diterima. James masih ingat betul, bagaimana Aline mengecup keningnya manja. Wajah Aline yang selalu ia lihat setiap kali bangun di pagi hari maupun saat akan terlelap di malam hari.

Kehangatan yang dulu Aline berikan, membuat James terlena. James tidak pernah sekalipun menaruh curiga pada istrinya itu. Hingga, suatu ketika Aline terang-terangan membawa pria selingkuhannya menemui James, Aline meminta cerai dari James.

Tling ... Tling ...

[Aku akan mengirimkan alamat apartemen ku, kita bertemu disana.] Pesan dari Aline kembali membuyarkan lamunan James.

Untuk apa wanita itu kembali? Bukankah dia sudah bahagia dengan pria pilihannya?, batin James dengan tatapan kosong

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Keraza Henny
lanjut... semoga ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Junaidi Aries
ngikuti acara selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status