"Karen Alexander, maukah kau menjadi ibu dari calon anak-anakku kelak?"
Terdengar suara seorang pria yang sedang melamar wanita.
Wanita itu adalah Karen, gadis cantik yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun belakangan ini dengan nya.
Dengan posisi berlutut ditengah taman yang sudah sengaja dibooking dan di hias dengan sangat indah, Robin melamar Karen.
Tak hanya mereka berdua, Robin juga sudah menyewa beberapa orang untuk menjadi saksi keseriusannya serta menyewa sebuah orkestra musik untuk melantunkan lagu-lagu romantis.
"Robin apa kau serius?" tanya Karen kaget.
"Ya, aku serius! Menikah lah denganku," Robin mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya.
Karen menganggukkan kepalanya.
Melihat anggukan Karen, Robin meraih tangan Karen seraya memakaikan sebuah cincin dijari manis gadis itu.
Semua orang yang ada disana bertepuk tangan, sayup-sayup terdengar lantunan musik yang sangat indah.
"Apa kau senang Karen?" Robin menatap Karen yang sangat bahagia.
"Ya, aku sangat senang Robin. Kau tahu aku sangat menantikan hari ini," ujar Karen dengan nada penuh semangat.
Robin tersenyum, kemudian membelai pucuk kepala Karen dengan lembut.
"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang, nanti kita akan membahas rencana pernikahan kita," ujar Robin sembari menjalankan mobilnya meninggalkan taman tempat Robin melamar Karen.
Taman ini akan menjadi tempat bersejarah bagiku, batin Karen sambil tersenyum meninggalkan taman itu.
"Hati-hati Robin! Kabari aku saat kau sudah sampai dirumah," seru Karen sambil melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan dengan kekasihnya itu. Setelah mobil Robin berlalu meninggalkan Karen, ia pun bergegas masuk kerumah.
"Aku harus menelpon Risa, ia pasti tidak akan menyangka jika hari ini Robin melamar ku," gumam Karen sambil mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Risa sahabatnya.
"Kau tidak sedang bercandakan Karen?" terdengar suara wanita dari seberang, dia adalah Risa sahabat Karen satu-satunya.
"Tidak Risa, malam tadi Robin melamar ku dengan sangat romantis di sebuah taman. Apa kau tau aku sangat malu ketika ia berlutut. Kemudian, dia mencium ku."
"Wah wah wah, aku sangat sangat senang mendengarnya. Jika aku ada disana pasti aku akan melihat wajah tomat mu."
"Risa, kau selalu saja mengejekku," protes Karen pada sahabat nya itu.
"Kapan kau akan pulang? aku sangat rindu padamu."
"Sekitar tiga Minggu lagi, bersabarlah! Nikmati hari-hari indah mu dengan Robin, sebelum aku akan menyita waktumu," ejek Risa.
"Karen, sudah dulu ya! aku akan makan malam dengan keluarga ku."
"Baiklah, nikmati liburan mu! sampai jumpa" ujar Karen menutup obrolannya dengan Risa
****
"Risa... akhirnya kau pulang juga, aku sangat rindu padamu," seru Karen sambil memeluk tubuh Risa dengan erat.
"Lepas Karen! Aku bisa mati," protes Risa sambil berusaha melepas pelukan Karen.
"Baiklah Karen, jadi kapan kau akan menikah?" tanya Risa sesudah berhasil melepas pelukan Karen.
"Hm...belum tahu," Karen menjawab dengan ragu sambil menatap cincin di jari manisnya.
"Astaga Karen, bagaimana bisa? apa Robin belum membahasnya?"
"Belum Risa, mungkin Robin sedang sibuk sekarang. Terlebih sekarang, dia diangkat jadi CEO oleh ayahnya," jawab Karen berusaha meyakinkan Risa.
Namun Risa hanya menatap Karen dengan tatapan curiga.
"Jujur padaku!!" ujar Risa dengan nada lebih tegas.
"Sejujurnya, sudah tiga minggu sejak ia melamar ku... Kami tak pernah bertemu lagi."
"Apa kau mau mendengar saran ku?" tanya Risa pada Karen, "kau harus mencari Robin" tambah Risa setelah Karen menganggukkan kepalanya.
"Ya, besok aku akan ke kantor Robin" jawab Karen dengan tatapan kosong.
*****
Karen melangkahkan kakinya masuk kedalam perusahaan milik keluarga Robin, yaitu perusahaan Good Fashion. Sebuah perusahaan fashion wanita yang sedang naik daun, tak heran jika Robin tidak punya waktu untuk Karen.
Langkahnya terhenti ketika melihat orang yang sedang dicarinya sedang berjalan dihadapannya.
"Robin,"panggil Karen.
Si empunya nama sedang menoleh kebelakang, mencari suara yang memanggil namanya itu. Robin melihat Karen sedang berada di kantornya. Ia mengajak Karen masuk ke ruangannya.
"Ada apa Karen? Apa kau tidak punya kerjaan makanya kau datang kesini?" tanya Robin dengan tatapan dingin.
"Robin...ini?" tanya Karen sambil menunjuk kearah seorang gadis.
"Dia sekretaris ku yang baru, namanya Natalia" jelas Robin sambil memperkenalkan Natalia pada Karen.
Natalia tersenyum melihat Karen.
Apa itu? kenapa aku merasa Robin menatap gadis itu dengan tatapan yang berbeda, batin Karen sambil tersenyum membalas senyum Natalia.
"Apa kami bisa mengobrol berdua, Natalia?" ujar Karen berharap agar gadis itu mengerti maksudnya.
Dia pikir siapa dia? berani sekali menyuruh ku keluar, batin Natalia.
Ia tersenyum kemudian keluar dari ruangan Robin.
"Robin... Apa kau sangat sibuk? Kau tidak pernah lagi menelpon ku?" tanya Karen memulai percakapan mereka.
Robin hanya mengangguk, menatap bangunan dari balik jendela ruangannya.
"Robin?" Karen memanggil lagi, karena tidak suka dengan sikap Robin.
"Karen, aku tidak mau membahas ini dikantor! Aku akan menemui mu nanti," ujar Robin sambil menatap Karen, "pulanglah! Aku akan sibuk sekarang."
Karen yang tahu sikap Robin memilih untuk pulang dan menunggu Robin dirumah nya.
Karenpun melangkahkan kakinya keluar dari perusahaan Robin. Ia menarik gas mobil menuju ke rumahnya.
Brukkk...
"Sial! Sepertinya aku akan kena masalah," ujar seseorang dibalik kemudi, dan ia baru saja menabrak mobil didepannya.
"Apa kau menabrak mobil orang Han?" tanya seorang pria lain yang ada dibelakangnya,
"Lihat! Pemilik mobil itu seorang wanita, dan dia sedang menuju ke arah kita," tambah pria itu.
"Tunggu sebentar tuan, aku akan mengatasi nya," ujar Han sembari keluar dari mobil.
"Astaga! Apa kau tidak melihat mobil didepan mu?" tanya gadis itu pada Han. Gadis itu adalah Karen."M-maaf nona, saya tidak sengaja," ujar Han sambil melihat mobil Karen yang di tabraknya.
"Lagi pula... Ini bukan sepenuhnya salah saya, anda juga tid---" belum selesai berbicara Karen memotong ucapan Han.
"Apa katamu? Bahkan sekarang kau ikut-ikutan menyalahkan ku?" tanya Karen. Ia yang masih kesal saat keluar dari kantor Robin, langsung melampiaskan amarahnya.
Apa maksud wanita ini? aku bahkan tidak mengenalnya, lalu dia bilang apa tadi?i menyalahkan?, batin Han.
"Nona, bukan begitu... Saya tidak bermaksud seperti itu," dengan wajah memelas Han memilih untuk mengalah. Ia sadar, bahwa ia tidak akan menang berdebat dengan wanita.
"Baiklah, saya minta maaf. Saya akan membayar kerusakan mobil anda,"
Han mengeluarkan beberapa lembar uang, "ini nona, ambillah!" Han menyodorkan uang kepada Karen.
Sejenak Karen terdiam melihat Han, "sungguh, hari ini adalah hari yang menyebalkan." Karen mengambil uang dari tangan Han. Kemudian, berlalu masuk ke mobilnya.
Aku yang seharusnya mengatakan itu, sungguh sial bertemu wanita tempramen seperti mu, batin Han sambil berlalu masuk ke mobil.
Sementara itu, seorang pria yang dipanggil Han dengan sebutan tuan, sedang tertawa menyaksikan kejadian itu. Ia merasa, baru kali ini asistennya Han berdebat dengan seorang gadis yang sangat galak.
"Apa kau sedang menertawakan ku tuan James Harison?"tanya Han dengan tatapan tajam.
➖➖➖➖➖➖➖➖
Teman-teman, ini novel karya pertamaku. Maaf, mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Bantu kasih masukan ya, supaya aku semakin bisa memperbaiki tulisan ku😊😊
Dimana Robin? mengapa ia tak kunjung datang?, batin Karen yang sedari tadi menunggu kedatangan Robin.Sudah hampir jam sepuluh malam, namun Robin tak kunjung datang. Telponnya pun tidak aktif."Besok aku akan datang ke apartemennya, mungkin hari ini dia sangat sibuk. Tapi besok tidak mungkin Robin sibuk, besok adalah hari Minggu bukan?" tanya Karen pada dirinya sendiri seraya meyakinkan dirinya.****"Apa kau tidak lihat bagaimana tunangan mu itu? Beraninya dia Menghusir ku," terdengar manja suara seorang gadis dari kamar apartemen Robin."Maafkan aku sayang, aku tidak tahu jika dia akan datang," jawab Robin seraya mengelus paha mulus gadis itu."Apa kau tahu, aku lebih mengharapkan kedatangan mu kepangkuan ku daripada kedatangannya," hibur Robin."Aku tahu, karena aku bisa memuaskan mu dengan goyangan tubuh ku," ujar gadis itu sambil mencondongkan tubuhnya pada Robin."Kau benar sayang, selama tiga
"Risa .... "Karen tidak mampu membendung air matanya saat ia bertemu dengan Risa. Sesak di dada Karen terasa semakin mendalam. Tidak ada tempat terbaik untuk menumpahkan isi hatinya, selain pada Risa sahabatnya."Karen ... Kenapa?" Risa menatap Karen dengan bingung. Bagaimana tidak, Karen yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang tegar, wanita yang selalu ceria, hari ini menangis sejadi-jadinya didepan mata."Katakan Karen! Apa yang terjadi padamu?" Risa memapah tubuh Karen, membawa Karen masuk kedalam rumah.Karen tidak tahu harus memulai darimana. Ia merasa sangat malu pada Risa. Selama ini, ia selalu membanggakan Robin pada Risa. Karen selalu menceritakan bagaimana Robin memperlakukannya dengan sangat romantis. Termasuk, saat Robin melamarnya.Karen menceritakan semua yang Robin lakukan padanya. Karen memberitahu Risa perselingkuhan Robin dengan Natalia sekretarisnya sendiri. Ia tidak menyangka jika
"James ... K-kau akhirnya datang juga." Terdengar suara wanita memanggil nama James dengan gemetar."Masuklah James! Aku sudah menunggu mu." Wanita itu mengajak James masuk kedalam rumahnya."Aline ... Aku tidak punya banyak waktu. Jika ada yang penting, maka katakanlah sekarang!""James, aku tidak menyangka kau akan sesukses sekarang ini. Aku bahagia melihat nya." Aline menatap James dengan tatapan kagum, " James ... Aku sudah bercerai. Kau maukan kembali lagi padaku." James terkejut mendengar ucapan Aline."Apa kau sudah tidak waras? Kau meninggalkanku lalu sesuka hati mu meminta ku kembali?""James, aku tahu kau masih sangat mencintai ku. Aku juga masih mencintai mu James." Aline mendekat tubuhnya pada James, "ayo, kita rajut kembali jalinan cinta yang sudah sempat terputus! James. Kau sekarang bukan James yang dulu, aku tidak akan meninggalkan mu lagi.""Sudahlah Aline! Masa lalu tidak mungkin diulang lagi. Kau yang memutus
Karen masih belum bisa menjawab pertanyaan James. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil berpikir kenapa ia begitu bodoh. Lupa kalau semalam tidur dirumah James.Karen kembali memandang James. Tergambar senyum manis di bibir mungil Karen. Otaknya masih belum bisa berhenti untuk mengagumi James."Hei! Kenapa kau malah tersenyum?" Suara James menyadarkan Karen."Aa---aku ... Kau yang salah! Kalau saja kau tidak menarik tangan ku pasti aku tidak akan tertidur disini. Aku hanya ingin membawa mu pulang, tapi malah terjebak disini.""Apa? Aku menarik tangan mu? " Giliran James yang mulai mengingat apa yang dialaminya semalam.Ahk, kenapa pesona mu sangat dahsyat? Umurmu pasti jauh lebih tua dariku. Tapi, kharisma mu mengalahkan usiamu, batin Karen memandangi James."Baiklah, aku yang salah. Terimakasih sudah membawa ku pulang." James mengembangkan senyuman hangat pada Karen.
Mobil Karen melaju membelah jalanan ibu kota. Sepanjang jalan ia memutar lagu jazz untuk menghiburnya. Karen sangat menyukai lagu jazz.Mobil Karen berhenti di rumah Risa. Ia menatap rumah Risa dari dalam mobil. Karen menghembuskan nafas dengan berat. Lalu melangkah menuju rumah Risa. Karena Risa adalah tempat terbaik untuk Karen berkeluh kesah.Tok,,, tok,,, tokRisa membuka pintu. Ia melihat Karen. Kemudian, mengajak Karen masuk kerumahnya.Risa membawakan segelas teh hangat untuk sahabatnya itu."Risa ... Coba tebak! Tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Karen memegang tangan Risa."Hm, tidak tahu. Emang siapa yang baru saja bertemu dengan mu?""Tadi, aku bertemu dengan Robin dan juga Natalia." Risa terkejut mendengar pernyataan Karen.Semenjak putus dengan Robin, Risa melarang Karen untuk bertemu dengan Robin. Namun, Karen bersikeras ingin membalas perbuatan Robin dan juga Natal
Mobil James berhenti disebuah taman. Ia mengajak Karen untuk singgah di taman. Karena hari ini adalah hari kerja, jadi taman itu tidak terlalu ramai.James turun dari mobil. Ia membuka pintu Karen. Mata Karen terbelalak melihat tempat itu.Taman yang sebulan lalu menjadi tempat bahagianya, sebelum Robin selingkuh dari dirinya.Kenangan itu kembali lagi dalam ingatan Karen. Wajah Robin saat melamar dirinya kembali hadir dalam bayangan Karen.Karen menghela napas dengan dalam. Kedua netranya ia pejamkan, mencoba untuk melupakan semua kenangan sebulan yang lalu itu."Karen ... Kau tidak apa-apa kan?" James tidak tahu apa yang dialami Karen di taman itu.Karen menggelengkan kepalanya, lalu melangkah turun dari mobil James. Mereka pun berjalan menuju taman."Karen, kau tidak suka dengan taman ini?"Karen tidak mendengar apa yang dikatakan oleh James. Hatinya kembali sakit, namun ia mencoba untuk tidak menunjukkan
Ayah Robin masih menerka-nerka penyebab putusnya Robin dan juga Karen. Langkah kakinya semakin dipercepat agar segera sampai di rumah.Sama dengan suaminya. Lusi juga tidak habis pikir, kenapa Robin tidak memberitahu apapun.Kedua pasangan paruh bayah itu sudah sampai di rumah mereka. Wajah Gunawan dan Lusi terlihat sangat tidak bersahabat saat melihat Robin yang sedang menikmati sarapannya."Robin, apa maksud Karen mengatakan bahwa hubungan kalian sudah selesai?" Nada suara Gunawan terdengar berat juga bercampur emosi.Robin terkejut mendengar pertanyaan ayahnya itu. Ia tersendat lalu berbatuk.Mulut Robin sedikit kaku. Ia tahu bahwa ayahnya akan sangat marah jika ia tidak jadi menikah dengan Karen."Jawab Robin! Jangan sampai aku mencari tahu sendiri." Gunawan membangunkan Robin dari lamunannya."Pa ... Darimana papa tahu?""Robin, tadi mama sama papa bertemu dengan Karen. Karen sendiri yang bilang jika kalian sudah putus. Ta