Ayah Robin masih menerka-nerka penyebab putusnya Robin dan juga Karen. Langkah kakinya semakin dipercepat agar segera sampai di rumah.
Sama dengan suaminya. Lusi juga tidak habis pikir, kenapa Robin tidak memberitahu apapun.
Kedua pasangan paruh bayah itu sudah sampai di rumah mereka. Wajah Gunawan dan Lusi terlihat sangat tidak bersahabat saat melihat Robin yang sedang menikmati sarapannya.
"Robin, apa maksud Karen mengatakan bahwa hubungan kalian sudah selesai?" Nada suara Gunawan terdengar berat juga bercampur emosi.
Robin terkejut mendengar pertanyaan ayahnya itu. Ia tersendat lalu berbatuk.
Mulut Robin sedikit kaku. Ia tahu bahwa ayahnya akan sangat marah jika ia tidak jadi menikah dengan Karen.
"Jawab Robin! Jangan sampai aku mencari tahu sendiri." Gunawan membangunkan Robin dari lamunannya.
"Pa ... Darimana papa tahu?"
"Robin, tadi mama sama papa bertemu dengan Karen. Karen sendiri yang bilang jika kalian sudah putus. Tapi, Karen tidak memberitahu penyebab kalian sampai putus." Kali ini ibu Robin angkat bicara.
'Bagaimana ini? Aku tidak mungkin bilang kalau Karen menangkap basah aku dan Natalia di apartemen,' batin Robin.
"Pa, sebenarnya Karen salah paham sama Robin. Karen terpancing emosi lalu minta putus dengan Robin." Robin membuat alasan agar orangtuanya tidak menyalahkan Robin.
"Robin, kalau hanya salah paham kenapa sudah sebulan lebih kamu tidak menjelaskan pada Karen dimana letak salah paham itu."
"Pa, Karen menolak bertemu dengan Robin. Karen bilang, dia butuh waktu untuk sendiri dulu pa."
"Robin, dengarkan papa baik-baik! Bagaimanapun caranya kamu harus menikah dengan Karen, supaya semua sah--."
Gunawan mengentikan ucapannya. Ia tersadar jika ia memberitahu Robin maka semuanya akan terbongkar.
Dengan cepat-cepat Gunawan meralat ucapannya, " supaya Karen sah jadi bagian dari keluarga kita. Itu janji papa sama papanya Karen. Kamu mengerti kan Robin?"
Sejenak Robin terdiam. Pikirannya melayang entah kemana. Disatu sisi Natalia meminta ia untuk bertanggung jawab. Disisi lain ayahnya ingin menepati janji.
Perasaan Robin pada Natalia sebenarnya tidak sebesar perasaan Robin pada Karen. Namun, Robin hanya seorang laki-laki biasa.
Ada yang bilang ikan tidak akan menolak umpan. Begitulah Robin.
Selama pacaran dengan Karen, Robin bisa menahan diri. Ia ingin menjaga Karen sampai mereka menikah.
Namun, Natalia datang meruntuhkan nafsu Robin. Setiap ada waktu berdua, Natalia menggoda Robin.
Body seksi milik Natalia berhasil membuat Robin terjatuh semakin dalam. Robin seakan menikmati sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan dari Karen.
Tidak hanya sekali atau dua kali. Robin dan Natalia kerap melakukan hubungan intim setiap ada kesempatan.
Dan naasnya, saat mereka sedang bercinta di apartemen Robin, Karen menangkap basah Robin dan Natalia.
"Robin akan usahakan pa. Robin berangkat dulu ya." Robin melangkah meninggalkan kedua orangtuanya.
Didalam mobil, sebelum berangkat Robin mengirim pesan pada Karen. Setelah itu Robin menarik pedal gas lalu melajukan mobilnya menuju ke Good Fashion.
****
Karen sedang duduk disebuah kafe tidak jauh dari perusahaan Good Fashion. Robin meminta Karen untuk bertemu disana.
Karen sengaja memakai dress mini berwarna Lilac, sepatu wedges berwarna putih serta tas selempang berwarna senada dengan bajunya.
Wajahnya sedikit ia rias dengan eyeshadow, blush-on peach serta lipstik yang ia ombre. Tak lupa Karen juga meng-churly rambutnya.
"Hai Karen! Apa kamu sudah menunggu lama?" Robin menghampiri Karen yang duduk di dekat jendela.
"Tidak. Aku baru saja sampai, sekitar lima menit yang lalu."
"Karen, kau sangat cantik sekarang." Senyum Robin terpancar saat melihat Karen.
"Hahaha, kau bisa saja. Aku udah cantik dari dulu. Hanya saja, pasangan ku dulu tidak menyadari itu dan malah memilih wanita lain."
"Karen ... Aku minta maaf. Aku hanya khilaf saat itu. Kau tau, tidak ada pria yang bisa menolak godaan."
"Robin, kau tidak akan digoda jika kau menolaknya dengan keras. Atau bahkan menghusir penggoda itu."
"Karen, aku sudah menolak nya, tapi--" Belum selesai Robin berbicara, Karen langsung memotong ucapan Robin.
"Tapi, kau tidak bisa menolak tubuhnya kan? Kau bilang kau menolaknya, tapi kenapa pintu mu terbuka untuk dia? Kau berada di apartemen mu dengan wanita jalang itu."
Emosi Karen sedikit terpancing. Karen mengepal tangannya untuk meredam kembali emosinya.
"Sudahlah Robin! Aku tidak mau membahas ini lagi. Kalau tidak ada lagi yang penting, aku akan pergi."
"Karen, papa ku marah saat mengetahui hubungan kita selesai. Papa bilang ia akan gagal menepati janjinya pada ayah mu. Papa menyuruh ku untuk mengajak mu kembali."
Karen terdiam. Ayahnya memang meminta ayah Robin untuk menjodohkan Karen dengan Robin. Namun, Robin sendiri yang membuat hubungan mereka hancur.
Karen menarik napas dalam-dalam, "Robin ... Jika orang tua ku masih ada, mereka juga akan setuju pada pilihan ku."
"Aku sudah pernah bilang berulang kali pada mu, kesalahan apapun dalam hubungan kita, bisa aku maafkan. Tapi, tidak untuk perselingkuhan."
"Karen, aku janji akan meninggalkan Natalia. Aku janji akan berubah asal kau mau kembali padaku."
"Cukup Robin! Sekali kau khianati, maka akan sulit untuk percaya lagi. Sudahlah, lagi pula kau harus menikah dengan Natalia kan? Jadi jangan cari aku lagi."
Karen melangkah masuk kedalam mobilnya. Ia membanting setir mobil untuk meluapkan amarahnya.
Bagaimana bisa Robin memintanya kembali? Karen juga manusia biasa. Ada kalanya mudah untuk memaafkan lalu melupakan kesalahan yang terjadi, dan ada kalanya sulit untuk memaafkan apalagi melupakan kesalahan.
****
James berjalan di koridor perusahaan miliknya. Tubuh yang tegap serta langkah yang tegas membuat siapapun yang di lalui James tidak akan berani menatap James.
Sebenarnya James tidak mau jika karyawannya takut padanya, ia hanya meminta supaya mereka memperlakukan James layaknya teman namun tahu batasannya.
Setelah sampai di ruangnya, James mendudukkan dirinya di sofa empuk yang ada di ruangnya.
Tok ... Tok ... Tok
Han masuk kedalam ruangan James dengan membawa beberapa map yang harus ditandatangani oleh James.
James tidak menghiraukan kedatangan Han keruangan nya. Mata James masih terfokus pada layar ponselnya.
"Selamat siang Pak James. Ini berkas yang harus anda tandatangani segera."
"Letakkan saja di meja! Nanti akan ku tandatangani."
"Pak, Nanti malam ada pesta yang diadakan oleh rekan bisnis kita di hotel Sentosa. Anda diundang kesana."
"Pesta dalam acara apa? Haruskah aku hadir disana?"
"Anda harus hadir Pak! Pesta itu di adakan karena kerjasama kita berjalan lancar, serta wedding anniversary rekan kita."
"Jam berapa? Lalu siapa saja yang akan hadir disana?"
"Pesta itu akan dimulai jam 7. Mantan istri anda juga suaminya ada disana."
"Aline dan suaminya?" James terkejut mendengar perkataan Han.
Bagaimana bisa Aline hadir bersama suaminya, sementara ia mengaku bahwa mereka sudah bercerai?
"Karen Alexander, maukah kau menjadi ibu dari calon anak-anakku kelak?"Terdengar suara seorang pria yang sedang melamar wanita.Wanita itu adalah Karen, gadis cantik yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun belakangan ini dengan nya.Dengan posisi berlutut ditengah taman yang sudah sengaja dibooking dan di hias dengan sangat indah, Robin melamar Karen.Tak hanya mereka berdua, Robin juga sudah menyewa beberapa orang untuk menjadi saksi keseriusannya serta menyewa sebuah orkestra musik untuk melantunkan lagu-lagu romantis."Robin apa kau serius?" tanya Karen kaget."Ya, aku serius! Menikah lah denganku," Robin mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya.Karen menganggukkan kepalanya.Melihat anggukan Karen, Robin meraih tangan Karen seraya memakaikan sebuah cincin dijari manis gadis itu.Semua orang yang ada disana bertepuk tangan, sayup-sayup terdengar lantunan musik yang sangat
Dimana Robin? mengapa ia tak kunjung datang?, batin Karen yang sedari tadi menunggu kedatangan Robin.Sudah hampir jam sepuluh malam, namun Robin tak kunjung datang. Telponnya pun tidak aktif."Besok aku akan datang ke apartemennya, mungkin hari ini dia sangat sibuk. Tapi besok tidak mungkin Robin sibuk, besok adalah hari Minggu bukan?" tanya Karen pada dirinya sendiri seraya meyakinkan dirinya.****"Apa kau tidak lihat bagaimana tunangan mu itu? Beraninya dia Menghusir ku," terdengar manja suara seorang gadis dari kamar apartemen Robin."Maafkan aku sayang, aku tidak tahu jika dia akan datang," jawab Robin seraya mengelus paha mulus gadis itu."Apa kau tahu, aku lebih mengharapkan kedatangan mu kepangkuan ku daripada kedatangannya," hibur Robin."Aku tahu, karena aku bisa memuaskan mu dengan goyangan tubuh ku," ujar gadis itu sambil mencondongkan tubuhnya pada Robin."Kau benar sayang, selama tiga
"Risa .... "Karen tidak mampu membendung air matanya saat ia bertemu dengan Risa. Sesak di dada Karen terasa semakin mendalam. Tidak ada tempat terbaik untuk menumpahkan isi hatinya, selain pada Risa sahabatnya."Karen ... Kenapa?" Risa menatap Karen dengan bingung. Bagaimana tidak, Karen yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang tegar, wanita yang selalu ceria, hari ini menangis sejadi-jadinya didepan mata."Katakan Karen! Apa yang terjadi padamu?" Risa memapah tubuh Karen, membawa Karen masuk kedalam rumah.Karen tidak tahu harus memulai darimana. Ia merasa sangat malu pada Risa. Selama ini, ia selalu membanggakan Robin pada Risa. Karen selalu menceritakan bagaimana Robin memperlakukannya dengan sangat romantis. Termasuk, saat Robin melamarnya.Karen menceritakan semua yang Robin lakukan padanya. Karen memberitahu Risa perselingkuhan Robin dengan Natalia sekretarisnya sendiri. Ia tidak menyangka jika
"James ... K-kau akhirnya datang juga." Terdengar suara wanita memanggil nama James dengan gemetar."Masuklah James! Aku sudah menunggu mu." Wanita itu mengajak James masuk kedalam rumahnya."Aline ... Aku tidak punya banyak waktu. Jika ada yang penting, maka katakanlah sekarang!""James, aku tidak menyangka kau akan sesukses sekarang ini. Aku bahagia melihat nya." Aline menatap James dengan tatapan kagum, " James ... Aku sudah bercerai. Kau maukan kembali lagi padaku." James terkejut mendengar ucapan Aline."Apa kau sudah tidak waras? Kau meninggalkanku lalu sesuka hati mu meminta ku kembali?""James, aku tahu kau masih sangat mencintai ku. Aku juga masih mencintai mu James." Aline mendekat tubuhnya pada James, "ayo, kita rajut kembali jalinan cinta yang sudah sempat terputus! James. Kau sekarang bukan James yang dulu, aku tidak akan meninggalkan mu lagi.""Sudahlah Aline! Masa lalu tidak mungkin diulang lagi. Kau yang memutus
Karen masih belum bisa menjawab pertanyaan James. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil berpikir kenapa ia begitu bodoh. Lupa kalau semalam tidur dirumah James.Karen kembali memandang James. Tergambar senyum manis di bibir mungil Karen. Otaknya masih belum bisa berhenti untuk mengagumi James."Hei! Kenapa kau malah tersenyum?" Suara James menyadarkan Karen."Aa---aku ... Kau yang salah! Kalau saja kau tidak menarik tangan ku pasti aku tidak akan tertidur disini. Aku hanya ingin membawa mu pulang, tapi malah terjebak disini.""Apa? Aku menarik tangan mu? " Giliran James yang mulai mengingat apa yang dialaminya semalam.Ahk, kenapa pesona mu sangat dahsyat? Umurmu pasti jauh lebih tua dariku. Tapi, kharisma mu mengalahkan usiamu, batin Karen memandangi James."Baiklah, aku yang salah. Terimakasih sudah membawa ku pulang." James mengembangkan senyuman hangat pada Karen.
Mobil Karen melaju membelah jalanan ibu kota. Sepanjang jalan ia memutar lagu jazz untuk menghiburnya. Karen sangat menyukai lagu jazz.Mobil Karen berhenti di rumah Risa. Ia menatap rumah Risa dari dalam mobil. Karen menghembuskan nafas dengan berat. Lalu melangkah menuju rumah Risa. Karena Risa adalah tempat terbaik untuk Karen berkeluh kesah.Tok,,, tok,,, tokRisa membuka pintu. Ia melihat Karen. Kemudian, mengajak Karen masuk kerumahnya.Risa membawakan segelas teh hangat untuk sahabatnya itu."Risa ... Coba tebak! Tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Karen memegang tangan Risa."Hm, tidak tahu. Emang siapa yang baru saja bertemu dengan mu?""Tadi, aku bertemu dengan Robin dan juga Natalia." Risa terkejut mendengar pernyataan Karen.Semenjak putus dengan Robin, Risa melarang Karen untuk bertemu dengan Robin. Namun, Karen bersikeras ingin membalas perbuatan Robin dan juga Natal
Mobil James berhenti disebuah taman. Ia mengajak Karen untuk singgah di taman. Karena hari ini adalah hari kerja, jadi taman itu tidak terlalu ramai.James turun dari mobil. Ia membuka pintu Karen. Mata Karen terbelalak melihat tempat itu.Taman yang sebulan lalu menjadi tempat bahagianya, sebelum Robin selingkuh dari dirinya.Kenangan itu kembali lagi dalam ingatan Karen. Wajah Robin saat melamar dirinya kembali hadir dalam bayangan Karen.Karen menghela napas dengan dalam. Kedua netranya ia pejamkan, mencoba untuk melupakan semua kenangan sebulan yang lalu itu."Karen ... Kau tidak apa-apa kan?" James tidak tahu apa yang dialami Karen di taman itu.Karen menggelengkan kepalanya, lalu melangkah turun dari mobil James. Mereka pun berjalan menuju taman."Karen, kau tidak suka dengan taman ini?"Karen tidak mendengar apa yang dikatakan oleh James. Hatinya kembali sakit, namun ia mencoba untuk tidak menunjukkan