Home / Rumah Tangga / Terpesona Papa Mertua / Menghadapi Pria Tantrum

Share

Menghadapi Pria Tantrum

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-04-29 06:46:35

Citra menatap ke sekeliling rumah. Rumah besar bernuansa warna serba putih dengan perabotan yang dominan warna putih membuatnya sedikit terkesan.

"Ini rumahku, kamu boleh tinggal di sini selama kamu merawat putraku," ucap Dokter Rini.

"Dia mengalami lumpuh akibat kecelakaan yang di alaminya. Karena ia sering marah-marah dan tidak mau menjalani terapi dengan benar. Mengakibatkan sulit sembuh."

"Aku harap kamu bersabar dengannya. Kamu akan sering mendengar dia mengucapkan kata-kata kasar. Tapi itu hanya penampiasan emosinya."

"Ingat, kamu tidak bisa keluar dari sini. Sebelum kamu menyelesaikan tugasmu. Biaya rumah sakitmu aku yang menanggung selama ini. Jadi, kau lunas dulu hutang-hutangmu," tegas Dokter Rini.

"Ini kamarmu. Pekerjaanmu di mulai sekarang."

Citra mau tidak mau harus menerima pekerjaan ini. Ia terancam di penjara kalau tidak bisa melunasi hutangnya. Tak ada pilihan lain. Citra juga tidak mungkin kembali ke rumah Reno. Pria itu akan kembali menyiksanya.

Sekarang dia akan me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Cara Ekstrim

    "Tuan menurut saja. Kalau tidak, aku akan berbuat macam-macam," ucap Citra terkesan mengancam. Tapi dia tersenyum manis pada Dimas.Terpaksa Dimas membiarkan Citra membersihkan miliknya mengekapmya dengan washlap hangat. Sialnya, miliknya justru semakin tegak sempurna. Ia heran, Citra bersikap biasa saja. Seperti sudah sering melihat barang model tugu peringatan itu.Tubuh Dimas tiba-tiba memanas. Di ikuti wajahnya yang memerah. Untung saja dia lumpuh, kalau tidak mungkin sudah terjadi hal yang tidak di inginkan."Milik Tuan ini tampan. Sayang, tidak pernah di gunakan," ucap Citra. Tangannya terus saja mengusap batang tegak itu bergerak naik turun. Sontak saja Dimas mendesah lirih. Ia terlalu malu untuk teriak."Ini akan membantu Tuan sedikit rileks agar tidak ngamuk terus," bisik Citra di telinga Dimas."Kamu jangan kurang ajar. Turunkan tanganmu dari sana!" perintah Dimas. Wajahnya terus saja memerah, bibirnya sesekali mengeluarkan kalimat yang tidak ingin di ucapkannya. Sialnya des

    Last Updated : 2025-04-29
  • Terpesona Papa Mertua   pengantin Pria Tidak Datang

    "Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pengantin Pengganti

    "Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Om Ganteng

    "Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terpesona Papa Mertua   Langsung On

    "Aku yakin mereka pasti mengira aku ini simpanan Om-Om yang lagi di ajak belanja," sungut Zahra."Tidak usah kamu pikirkan soal itu, kenyataannya kamu istriku sah," jelas Hisyam. Mendengar pernyataan Hisyam entah mengapa hati Zahra menjadi tenang. Apa karena Hisyam mengakui dirinya sebagai istri? "Om, yang namanya istri sah itu kewajibannya banyak. Salah satunya menuhin kebutuhan biologis Om," jawab Zahra."Kamu tidak perlu melakukannya, karena pernikahan kita tidak seperti orang pada umumnya," kata Hisyam tak berani berharap. Ia tahu mana mungkin Zahra minat kepadanya yang usianya jauh lebih tua.Zahra pun mengangguk, sebenarnya dia tidak keberatan kalau Hisyam mau menyentuhnya. Karena dia merasa nyaman sekali malam itu waktu tidur di peluk Hisyam.Sampai di rumah, para ART langsung sibuk mengeluarkan barang belanjaan di bagasi. Sementara Hisyam dan Zahra masuk ke dalam kamarnya. Zahra langsung naik ke ranjang sementara Hisyam sandaran di sofa."Sebentar saja jalan-jalan udah capek,

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Cara Ekstrim

    "Tuan menurut saja. Kalau tidak, aku akan berbuat macam-macam," ucap Citra terkesan mengancam. Tapi dia tersenyum manis pada Dimas.Terpaksa Dimas membiarkan Citra membersihkan miliknya mengekapmya dengan washlap hangat. Sialnya, miliknya justru semakin tegak sempurna. Ia heran, Citra bersikap biasa saja. Seperti sudah sering melihat barang model tugu peringatan itu.Tubuh Dimas tiba-tiba memanas. Di ikuti wajahnya yang memerah. Untung saja dia lumpuh, kalau tidak mungkin sudah terjadi hal yang tidak di inginkan."Milik Tuan ini tampan. Sayang, tidak pernah di gunakan," ucap Citra. Tangannya terus saja mengusap batang tegak itu bergerak naik turun. Sontak saja Dimas mendesah lirih. Ia terlalu malu untuk teriak."Ini akan membantu Tuan sedikit rileks agar tidak ngamuk terus," bisik Citra di telinga Dimas."Kamu jangan kurang ajar. Turunkan tanganmu dari sana!" perintah Dimas. Wajahnya terus saja memerah, bibirnya sesekali mengeluarkan kalimat yang tidak ingin di ucapkannya. Sialnya des

  • Terpesona Papa Mertua   Menghadapi Pria Tantrum

    Citra menatap ke sekeliling rumah. Rumah besar bernuansa warna serba putih dengan perabotan yang dominan warna putih membuatnya sedikit terkesan."Ini rumahku, kamu boleh tinggal di sini selama kamu merawat putraku," ucap Dokter Rini."Dia mengalami lumpuh akibat kecelakaan yang di alaminya. Karena ia sering marah-marah dan tidak mau menjalani terapi dengan benar. Mengakibatkan sulit sembuh.""Aku harap kamu bersabar dengannya. Kamu akan sering mendengar dia mengucapkan kata-kata kasar. Tapi itu hanya penampiasan emosinya.""Ingat, kamu tidak bisa keluar dari sini. Sebelum kamu menyelesaikan tugasmu. Biaya rumah sakitmu aku yang menanggung selama ini. Jadi, kau lunas dulu hutang-hutangmu," tegas Dokter Rini."Ini kamarmu. Pekerjaanmu di mulai sekarang."Citra mau tidak mau harus menerima pekerjaan ini. Ia terancam di penjara kalau tidak bisa melunasi hutangnya. Tak ada pilihan lain. Citra juga tidak mungkin kembali ke rumah Reno. Pria itu akan kembali menyiksanya.Sekarang dia akan me

  • Terpesona Papa Mertua   Di Tolong Seorang Dokter

    Winda menggunakan baju sederhana, panjang namun tetap kelihatan modis karena wajah Winda yang sudah cantik dari sana nya. Apapun yang di kenakannya terlihat branded.Tangannya tampak canggung membenarkan hijabnya sedari tadi. Abie tersenyum, meraih tangan Winda terus menggandengnya. Mereka memasuki sebuah Cafe sederhana yang di penuhi candle Light di atasnya. Seperti orang yang baru pertama kali pacaran tangan Winda dingin sedari tadi. Ia memang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki. Apalagi pakai acara di gandeng segala. Meski ini bukan pertama kalinya Abie menggandeng tangannya. Tetap saja ada rasa deg-degan merayap di hatinya. Jantungnya terus berpacu seiring langkah kakinya.Banyak pasang mata yang menatap iri dan kagum. Mereka seperti bintang tamu di Cafe itu. Yang satunya cantik dan yang satunya ganteng. Ada juga yang di marahi pacarnya gara-gara melihat Abie atau Winda terlalu lama."Mas matanya di jaga dong!" cubit salah seorang wanita pada pacarnya."He ... he ... he maaf

  • Terpesona Papa Mertua   Benarkah Sudah Berubah

    Ruangan Presdir yang luas dan modern dengan perabotan kantoran berkelas di penuhi suasana hening. Hisyam tampak duduk tenang di singgasananya. Sementara Candra hari ini datang ingin melaporkan semua hal yang di minta Hisyam.Dalam keheningan itu Hisyam mulai angkat bicara."Bagaimana, kamu sudah menyelidiki kehidupan Abie yang sekarang? Apa dia benar-benar berubah atau dia bersandiwara berubah menjadi baik?"Tatapan tegas Hisyam tidak menakutkan Candra karena mereka adalah teman sedari kecil. Namun hal itu tidak mengurangi rasa hormat Candra terhadap Hisyam."Orangku sudah menyelidikinya. Kehidupannya biasa saja sangat jauh berbeda gayanya dulu. Ia menikah karena terpaksa. Tapi sepertinya ia serius dengan pasangannya kali ini," terang Candra.Hisyam bisa bernafas dengan lega. Susah payah dia menerapkan kebaikan pada Abie tapi saat itu watak Reno yang lebih dominan. Hingga akhirnya terpaksa dia menarik hak-hak Abie agar putra angkatnya itu belajar tentang kehidupan."Ada yang menarik d

  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Mertua

    Perjalanan yang tidak cukup jauh berboncengan motor matic antara Abie dan Winda kini mengantarkan mereka sampai di rumah makan. Abie berhenti di parkiran membantu Winda melepaskan helmnya saat ia sudah turun dari motor."Win, kenapa kita tidak ke rumahmu saja ketemuannya. Agar aku juga tahu dimana rumahmu," ucap Abie sembari berjalan beriringan menggandeng tangan Winda masuk ke dalam rumah makan.Tak sedikitpun Abie melepaskan gandengan tangannya. Membuat Winda merasa dag dig dug. Ia mengambil nafas agar bisa mengontrol jantungnya berdetak lebih teratur.Dari kejauhan Hilman melihat putrinya di gandeng seorang pria tampan yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa dia merasa familiar dengan wajah pria tersebut. Tapi dimana dia pernah bertemu. Ia kesulitan mengingatnya.Hingga kaki langkah mereka semakin mendekat ke arahnya. Winda sekilas seperti memberi isyarat pada Abie untuk menghentikan langkahnya."Mas, itu Papaku. Dia yang memakai kemeja hitam," bisik Winda. Winda memang sudah mengi

  • Terpesona Papa Mertua   Belah Duren

    Abie tidak jadi belah duren. Ia akhirnya memilih mandi air dingin. Winda merasa tidak enak pada suaminya. Pertama kali malahan tidak bisa memberikan jatah pada Abie.Tak lama Abie keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh segar. Wajah Rosa menunduk. Ada rasa malu menggelayuti hatinya. Kejadian tadi terjadi begitu cepat. Ia masih ingat bagaimana tadi tubuh kekar itu sempat menindihnya. Dan ciuman Abie membuatnya melayang-layang. Kini tubuh kekar nan gagah dengan handuk melilit di perutnya berdiri di hadapannya. Winda juga sempat melihat betapa besar dan panjangnya milik suaminya yang tersembunyi di balik handuk itu."Mas, maafin aku ya," lirih Winda kemudian."Maaf soal apa, Win?" Abie mengambil posisi duduk di dekat Winda. Jantung Winda makin berdegup kencang. Ia takut manusia tampan di sampingnya itu menerkamnya lagi."Soal tadi Mas ... aku juga nggak tau kalo bakal halangan," ucap Winda. Wajahnya masih tertunduk saat mengatakannya.Abie menepuk pundak Winda. Membuat jan

  • Terpesona Papa Mertua   Bikin Geli

    "Win ..." Abie memanggil Winda dengan suara pelan sambil berbisik. Matanya menatap ke bibir Winda yang begitu dekat. Meski sebenarnya dia gugup takut kalau Winda menolaknya.Winda tertunduk malu hatinya berdegup kencang."Boleh ... Mas."Suaranya terdengar lirih meskipun begitu Abie bisa mendengarnya. Ia tersenyum tipis melihat wajah istrinya sedikit memerah seperti kepiting rebus. Hal itu justru semakin membuat Abie bersemangat melakukan keinginannya.Tanpa ragu, Abie mendekatkan bibirnya pada bibir Winda. Ciuman itu begitu lembut tidak terburu-buru berbeda dengan Abie dulu yang biasanya liar ketika mencium seorang wanita. Tiap sentuhan bibirnya mengandung kehati-hatian. Seolah Winda adalah benda porselen mahal yang harus di perlakukan istimewa.Keduanya merasakan kehangatan di antara mereka. Tanpa sadar Winda mengikuti irama. Dia membalas ciuman Abie. Baru kali ini dia merasakan ternyata begitu nikmatnya ciuman dengan suaminya. Sementara Abie merasa ciuman hari ini sangat manis. Berb

  • Terpesona Papa Mertua   Mungkinkah Aku Cemburu

    Citra pulang dengan perasaan dongkol. Apalagi di rumah Reno hanya ongkang-ongkang saja tidak mau bekerja."Mana makanan pesananku!" Tangan Reno tengadah meminta yang di pesannya.Wajah Citra memucat, gara-gara ketemu Abie di warung tadi. Seharian pikirannya di penuhi mantan suaminya. Ia lupa kalau sehabis pulang kerja harus membawakan sebungkus nasi padang untuk Reno.Reno selalu mengancam dirinya kalau sampai kabur darinya dia akan mengobrak-abrik warung bakso bosnya. Padahal cari pekerjaan sulit. Citra tidak ingin kehilangan pekerjaan. Maka dari untuk sementara ini Citra tidak berani kabur dari rumah. Ia masih butuh uang untuk bertahan hidup. Tabungannya sudah habis di curi Reno. Ia harus kerja keras lagi mengumpulkannya sehingga kalau kabur nanti dia masih punya pegangan uang bertahan hidup."Kok diam! Kamu lupa kalau aku pesan nasi padang!" sentak Reno."Kerjaan di warung banyak. Jadi aku lupa," jawab Citra lirih. Perasaannya masih kacau. Keinget Abie sama perempuan cantik tadi."

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Bertemu Citra

    "Kenapa pipi Mas memerah sedari tadi? Mas sakit?" tanya Winda."Aku nggak apa-apa kok. Kamu pilih aja baju yang kamu sukai. Nanti Mas yang bayarin," kata Abie. Gimana pipinya tidak memerah sepanjang perjalanan Winda memeluk erat pinggangnya. Saking nurutnya Winda tidak melepaskan pegangannya hingga sampai ke tujuan. Gara-gara tindakan Winda itu, miliknya jadi makin sesak. Tubuhnya memanas karena menahan diri cukup lama.Winda sebenarnya ragu ingin membeli baju yang biasa di belinya. Takutnya kemahalan dan mencolok akhirnya dia memilih yang biasa saja."Mas, aku cobain yang ini ya," izin Winda."Bener kamu suka itu?" tanya Abie memastikan. Karena di liatnya ukurannya terlalu besar dan modelnya kurang menarik. Gini-gini Abie dulu juga sering mengantar Citra berbelanja. Ia tahu baju yang sesuai fashion sama tidak. Apalagi melihat pilihan baju yang pernah di pakai Winda saat kecelakaan sepertinya beda jauh. Setidaknya meski beda harga ukurannya juga nggak jauh beda kan?Winda jadi ragu. "

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status