Beranda / Rumah Tangga / Terpesona Papa Mertua / Mungkinkah Aku Cemburu

Share

Mungkinkah Aku Cemburu

Penulis: Rasyidfatir
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 05:49:41

Citra pulang dengan perasaan dongkol. Apalagi di rumah Reno hanya ongkang-ongkang saja tidak mau bekerja.

"Mana makanan pesananku!" Tangan Reno tengadah meminta yang di pesannya.

Wajah Citra memucat, gara-gara ketemu Abie di warung tadi. Seharian pikirannya di penuhi mantan suaminya. Ia lupa kalau sehabis pulang kerja harus membawakan sebungkus nasi padang untuk Reno.

Reno selalu mengancam dirinya kalau sampai kabur darinya dia akan mengobrak-abrik warung bakso bosnya. Padahal cari pekerjaan sulit. Citra tidak ingin kehilangan pekerjaan. Maka dari untuk sementara ini Citra tidak berani kabur dari rumah. Ia masih butuh uang untuk bertahan hidup. Tabungannya sudah habis di curi Reno. Ia harus kerja keras lagi mengumpulkannya sehingga kalau kabur nanti dia masih punya pegangan uang bertahan hidup.

"Kok diam! Kamu lupa kalau aku pesan nasi padang!" sentak Reno.

"Kerjaan di warung banyak. Jadi aku lupa," jawab Citra lirih. Perasaannya masih kacau. Keinget Abie sama perempuan cantik tadi.

"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fitriah Alkatiri
lah udah abis., ko nanggung sih
goodnovel comment avatar
Arnie Arifin
nambah donk thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpesona Papa Mertua   Bikin Geli

    "Win ..." Abie memanggil Winda dengan suara pelan sambil berbisik. Matanya menatap ke bibir Winda yang begitu dekat. Meski sebenarnya dia gugup takut kalau Winda menolaknya.Winda tertunduk malu hatinya berdegup kencang."Boleh ... Mas."Suaranya terdengar lirih meskipun begitu Abie bisa mendengarnya. Ia tersenyum tipis melihat wajah istrinya sedikit memerah seperti kepiting rebus. Hal itu justru semakin membuat Abie bersemangat melakukan keinginannya.Tanpa ragu, Abie mendekatkan bibirnya pada bibir Winda. Ciuman itu begitu lembut tidak terburu-buru berbeda dengan Abie dulu yang biasanya liar ketika mencium seorang wanita. Tiap sentuhan bibirnya mengandung kehati-hatian. Seolah Winda adalah benda porselen mahal yang harus di perlakukan istimewa.Keduanya merasakan kehangatan di antara mereka. Tanpa sadar Winda mengikuti irama. Dia membalas ciuman Abie. Baru kali ini dia merasakan ternyata begitu nikmatnya ciuman dengan suaminya. Sementara Abie merasa ciuman hari ini sangat manis. Berb

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Terpesona Papa Mertua   Belah Duren

    Abie tidak jadi belah duren. Ia akhirnya memilih mandi air dingin. Winda merasa tidak enak pada suaminya. Pertama kali malahan tidak bisa memberikan jatah pada Abie.Tak lama Abie keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh segar. Wajah Rosa menunduk. Ada rasa malu menggelayuti hatinya. Kejadian tadi terjadi begitu cepat. Ia masih ingat bagaimana tadi tubuh kekar itu sempat menindihnya. Dan ciuman Abie membuatnya melayang-layang. Kini tubuh kekar nan gagah dengan handuk melilit di perutnya berdiri di hadapannya. Winda juga sempat melihat betapa besar dan panjangnya milik suaminya yang tersembunyi di balik handuk itu."Mas, maafin aku ya," lirih Winda kemudian."Maaf soal apa, Win?" Abie mengambil posisi duduk di dekat Winda. Jantung Winda makin berdegup kencang. Ia takut manusia tampan di sampingnya itu menerkamnya lagi."Soal tadi Mas ... aku juga nggak tau kalo bakal halangan," ucap Winda. Wajahnya masih tertunduk saat mengatakannya.Abie menepuk pundak Winda. Membuat jan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Mertua

    Perjalanan yang tidak cukup jauh berboncengan motor matic antara Abie dan Winda kini mengantarkan mereka sampai di rumah makan. Abie berhenti di parkiran membantu Winda melepaskan helmnya saat ia sudah turun dari motor."Win, kenapa kita tidak ke rumahmu saja ketemuannya. Agar aku juga tahu dimana rumahmu," ucap Abie sembari berjalan beriringan menggandeng tangan Winda masuk ke dalam rumah makan.Tak sedikitpun Abie melepaskan gandengan tangannya. Membuat Winda merasa dag dig dug. Ia mengambil nafas agar bisa mengontrol jantungnya berdetak lebih teratur.Dari kejauhan Hilman melihat putrinya di gandeng seorang pria tampan yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa dia merasa familiar dengan wajah pria tersebut. Tapi dimana dia pernah bertemu. Ia kesulitan mengingatnya.Hingga kaki langkah mereka semakin mendekat ke arahnya. Winda sekilas seperti memberi isyarat pada Abie untuk menghentikan langkahnya."Mas, itu Papaku. Dia yang memakai kemeja hitam," bisik Winda. Winda memang sudah mengi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • Terpesona Papa Mertua   Benarkah Sudah Berubah

    Ruangan Presdir yang luas dan modern dengan perabotan kantoran berkelas di penuhi suasana hening. Hisyam tampak duduk tenang di singgasananya. Sementara Candra hari ini datang ingin melaporkan semua hal yang di minta Hisyam.Dalam keheningan itu Hisyam mulai angkat bicara."Bagaimana, kamu sudah menyelidiki kehidupan Abie yang sekarang? Apa dia benar-benar berubah atau dia bersandiwara berubah menjadi baik?"Tatapan tegas Hisyam tidak menakutkan Candra karena mereka adalah teman sedari kecil. Namun hal itu tidak mengurangi rasa hormat Candra terhadap Hisyam."Orangku sudah menyelidikinya. Kehidupannya biasa saja sangat jauh berbeda gayanya dulu. Ia menikah karena terpaksa. Tapi sepertinya ia serius dengan pasangannya kali ini," terang Candra.Hisyam bisa bernafas dengan lega. Susah payah dia menerapkan kebaikan pada Abie tapi saat itu watak Reno yang lebih dominan. Hingga akhirnya terpaksa dia menarik hak-hak Abie agar putra angkatnya itu belajar tentang kehidupan."Ada yang menarik d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • Terpesona Papa Mertua   Di Tolong Seorang Dokter

    Winda menggunakan baju sederhana, panjang namun tetap kelihatan modis karena wajah Winda yang sudah cantik dari sana nya. Apapun yang di kenakannya terlihat branded.Tangannya tampak canggung membenarkan hijabnya sedari tadi. Abie tersenyum, meraih tangan Winda terus menggandengnya. Mereka memasuki sebuah Cafe sederhana yang di penuhi candle Light di atasnya. Seperti orang yang baru pertama kali pacaran tangan Winda dingin sedari tadi. Ia memang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki. Apalagi pakai acara di gandeng segala. Meski ini bukan pertama kalinya Abie menggandeng tangannya. Tetap saja ada rasa deg-degan merayap di hatinya. Jantungnya terus berpacu seiring langkah kakinya.Banyak pasang mata yang menatap iri dan kagum. Mereka seperti bintang tamu di Cafe itu. Yang satunya cantik dan yang satunya ganteng. Ada juga yang di marahi pacarnya gara-gara melihat Abie atau Winda terlalu lama."Mas matanya di jaga dong!" cubit salah seorang wanita pada pacarnya."He ... he ... he maaf

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • Terpesona Papa Mertua   Menghadapi Pria Tantrum

    Citra menatap ke sekeliling rumah. Rumah besar bernuansa warna serba putih dengan perabotan yang dominan warna putih membuatnya sedikit terkesan."Ini rumahku, kamu boleh tinggal di sini selama kamu merawat putraku," ucap Dokter Rini."Dia mengalami lumpuh akibat kecelakaan yang di alaminya. Karena ia sering marah-marah dan tidak mau menjalani terapi dengan benar. Mengakibatkan sulit sembuh.""Aku harap kamu bersabar dengannya. Kamu akan sering mendengar dia mengucapkan kata-kata kasar. Tapi itu hanya penampiasan emosinya.""Ingat, kamu tidak bisa keluar dari sini. Sebelum kamu menyelesaikan tugasmu. Biaya rumah sakitmu aku yang menanggung selama ini. Jadi, kau lunas dulu hutang-hutangmu," tegas Dokter Rini."Ini kamarmu. Pekerjaanmu di mulai sekarang."Citra mau tidak mau harus menerima pekerjaan ini. Ia terancam di penjara kalau tidak bisa melunasi hutangnya. Tak ada pilihan lain. Citra juga tidak mungkin kembali ke rumah Reno. Pria itu akan kembali menyiksanya.Sekarang dia akan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Terpesona Papa Mertua   Cara Ekstrim

    "Tuan menurut saja. Kalau tidak, aku akan berbuat macam-macam," ucap Citra terkesan mengancam. Tapi dia tersenyum manis pada Dimas.Terpaksa Dimas membiarkan Citra membersihkan miliknya mengekapmya dengan washlap hangat. Sialnya, miliknya justru semakin tegak sempurna. Ia heran, Citra bersikap biasa saja. Seperti sudah sering melihat barang model tugu peringatan itu.Tubuh Dimas tiba-tiba memanas. Di ikuti wajahnya yang memerah. Untung saja dia lumpuh, kalau tidak mungkin sudah terjadi hal yang tidak di inginkan."Milik Tuan ini tampan. Sayang, tidak pernah di gunakan," ucap Citra. Tangannya terus saja mengusap batang tegak itu bergerak naik turun. Sontak saja Dimas mendesah lirih. Ia terlalu malu untuk teriak."Ini akan membantu Tuan sedikit rileks agar tidak ngamuk terus," bisik Citra di telinga Dimas."Kamu jangan kurang ajar. Turunkan tanganmu dari sana!" perintah Dimas. Wajahnya terus saja memerah, bibirnya sesekali mengeluarkan kalimat yang tidak ingin di ucapkannya. Sialnya des

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Terpesona Papa Mertua   pengantin Pria Tidak Datang

    "Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Terpesona Papa Mertua   Cara Ekstrim

    "Tuan menurut saja. Kalau tidak, aku akan berbuat macam-macam," ucap Citra terkesan mengancam. Tapi dia tersenyum manis pada Dimas.Terpaksa Dimas membiarkan Citra membersihkan miliknya mengekapmya dengan washlap hangat. Sialnya, miliknya justru semakin tegak sempurna. Ia heran, Citra bersikap biasa saja. Seperti sudah sering melihat barang model tugu peringatan itu.Tubuh Dimas tiba-tiba memanas. Di ikuti wajahnya yang memerah. Untung saja dia lumpuh, kalau tidak mungkin sudah terjadi hal yang tidak di inginkan."Milik Tuan ini tampan. Sayang, tidak pernah di gunakan," ucap Citra. Tangannya terus saja mengusap batang tegak itu bergerak naik turun. Sontak saja Dimas mendesah lirih. Ia terlalu malu untuk teriak."Ini akan membantu Tuan sedikit rileks agar tidak ngamuk terus," bisik Citra di telinga Dimas."Kamu jangan kurang ajar. Turunkan tanganmu dari sana!" perintah Dimas. Wajahnya terus saja memerah, bibirnya sesekali mengeluarkan kalimat yang tidak ingin di ucapkannya. Sialnya des

  • Terpesona Papa Mertua   Menghadapi Pria Tantrum

    Citra menatap ke sekeliling rumah. Rumah besar bernuansa warna serba putih dengan perabotan yang dominan warna putih membuatnya sedikit terkesan."Ini rumahku, kamu boleh tinggal di sini selama kamu merawat putraku," ucap Dokter Rini."Dia mengalami lumpuh akibat kecelakaan yang di alaminya. Karena ia sering marah-marah dan tidak mau menjalani terapi dengan benar. Mengakibatkan sulit sembuh.""Aku harap kamu bersabar dengannya. Kamu akan sering mendengar dia mengucapkan kata-kata kasar. Tapi itu hanya penampiasan emosinya.""Ingat, kamu tidak bisa keluar dari sini. Sebelum kamu menyelesaikan tugasmu. Biaya rumah sakitmu aku yang menanggung selama ini. Jadi, kau lunas dulu hutang-hutangmu," tegas Dokter Rini."Ini kamarmu. Pekerjaanmu di mulai sekarang."Citra mau tidak mau harus menerima pekerjaan ini. Ia terancam di penjara kalau tidak bisa melunasi hutangnya. Tak ada pilihan lain. Citra juga tidak mungkin kembali ke rumah Reno. Pria itu akan kembali menyiksanya.Sekarang dia akan me

  • Terpesona Papa Mertua   Di Tolong Seorang Dokter

    Winda menggunakan baju sederhana, panjang namun tetap kelihatan modis karena wajah Winda yang sudah cantik dari sana nya. Apapun yang di kenakannya terlihat branded.Tangannya tampak canggung membenarkan hijabnya sedari tadi. Abie tersenyum, meraih tangan Winda terus menggandengnya. Mereka memasuki sebuah Cafe sederhana yang di penuhi candle Light di atasnya. Seperti orang yang baru pertama kali pacaran tangan Winda dingin sedari tadi. Ia memang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki. Apalagi pakai acara di gandeng segala. Meski ini bukan pertama kalinya Abie menggandeng tangannya. Tetap saja ada rasa deg-degan merayap di hatinya. Jantungnya terus berpacu seiring langkah kakinya.Banyak pasang mata yang menatap iri dan kagum. Mereka seperti bintang tamu di Cafe itu. Yang satunya cantik dan yang satunya ganteng. Ada juga yang di marahi pacarnya gara-gara melihat Abie atau Winda terlalu lama."Mas matanya di jaga dong!" cubit salah seorang wanita pada pacarnya."He ... he ... he maaf

  • Terpesona Papa Mertua   Benarkah Sudah Berubah

    Ruangan Presdir yang luas dan modern dengan perabotan kantoran berkelas di penuhi suasana hening. Hisyam tampak duduk tenang di singgasananya. Sementara Candra hari ini datang ingin melaporkan semua hal yang di minta Hisyam.Dalam keheningan itu Hisyam mulai angkat bicara."Bagaimana, kamu sudah menyelidiki kehidupan Abie yang sekarang? Apa dia benar-benar berubah atau dia bersandiwara berubah menjadi baik?"Tatapan tegas Hisyam tidak menakutkan Candra karena mereka adalah teman sedari kecil. Namun hal itu tidak mengurangi rasa hormat Candra terhadap Hisyam."Orangku sudah menyelidikinya. Kehidupannya biasa saja sangat jauh berbeda gayanya dulu. Ia menikah karena terpaksa. Tapi sepertinya ia serius dengan pasangannya kali ini," terang Candra.Hisyam bisa bernafas dengan lega. Susah payah dia menerapkan kebaikan pada Abie tapi saat itu watak Reno yang lebih dominan. Hingga akhirnya terpaksa dia menarik hak-hak Abie agar putra angkatnya itu belajar tentang kehidupan."Ada yang menarik d

  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Mertua

    Perjalanan yang tidak cukup jauh berboncengan motor matic antara Abie dan Winda kini mengantarkan mereka sampai di rumah makan. Abie berhenti di parkiran membantu Winda melepaskan helmnya saat ia sudah turun dari motor."Win, kenapa kita tidak ke rumahmu saja ketemuannya. Agar aku juga tahu dimana rumahmu," ucap Abie sembari berjalan beriringan menggandeng tangan Winda masuk ke dalam rumah makan.Tak sedikitpun Abie melepaskan gandengan tangannya. Membuat Winda merasa dag dig dug. Ia mengambil nafas agar bisa mengontrol jantungnya berdetak lebih teratur.Dari kejauhan Hilman melihat putrinya di gandeng seorang pria tampan yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa dia merasa familiar dengan wajah pria tersebut. Tapi dimana dia pernah bertemu. Ia kesulitan mengingatnya.Hingga kaki langkah mereka semakin mendekat ke arahnya. Winda sekilas seperti memberi isyarat pada Abie untuk menghentikan langkahnya."Mas, itu Papaku. Dia yang memakai kemeja hitam," bisik Winda. Winda memang sudah mengi

  • Terpesona Papa Mertua   Belah Duren

    Abie tidak jadi belah duren. Ia akhirnya memilih mandi air dingin. Winda merasa tidak enak pada suaminya. Pertama kali malahan tidak bisa memberikan jatah pada Abie.Tak lama Abie keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh segar. Wajah Rosa menunduk. Ada rasa malu menggelayuti hatinya. Kejadian tadi terjadi begitu cepat. Ia masih ingat bagaimana tadi tubuh kekar itu sempat menindihnya. Dan ciuman Abie membuatnya melayang-layang. Kini tubuh kekar nan gagah dengan handuk melilit di perutnya berdiri di hadapannya. Winda juga sempat melihat betapa besar dan panjangnya milik suaminya yang tersembunyi di balik handuk itu."Mas, maafin aku ya," lirih Winda kemudian."Maaf soal apa, Win?" Abie mengambil posisi duduk di dekat Winda. Jantung Winda makin berdegup kencang. Ia takut manusia tampan di sampingnya itu menerkamnya lagi."Soal tadi Mas ... aku juga nggak tau kalo bakal halangan," ucap Winda. Wajahnya masih tertunduk saat mengatakannya.Abie menepuk pundak Winda. Membuat jan

  • Terpesona Papa Mertua   Bikin Geli

    "Win ..." Abie memanggil Winda dengan suara pelan sambil berbisik. Matanya menatap ke bibir Winda yang begitu dekat. Meski sebenarnya dia gugup takut kalau Winda menolaknya.Winda tertunduk malu hatinya berdegup kencang."Boleh ... Mas."Suaranya terdengar lirih meskipun begitu Abie bisa mendengarnya. Ia tersenyum tipis melihat wajah istrinya sedikit memerah seperti kepiting rebus. Hal itu justru semakin membuat Abie bersemangat melakukan keinginannya.Tanpa ragu, Abie mendekatkan bibirnya pada bibir Winda. Ciuman itu begitu lembut tidak terburu-buru berbeda dengan Abie dulu yang biasanya liar ketika mencium seorang wanita. Tiap sentuhan bibirnya mengandung kehati-hatian. Seolah Winda adalah benda porselen mahal yang harus di perlakukan istimewa.Keduanya merasakan kehangatan di antara mereka. Tanpa sadar Winda mengikuti irama. Dia membalas ciuman Abie. Baru kali ini dia merasakan ternyata begitu nikmatnya ciuman dengan suaminya. Sementara Abie merasa ciuman hari ini sangat manis. Berb

  • Terpesona Papa Mertua   Mungkinkah Aku Cemburu

    Citra pulang dengan perasaan dongkol. Apalagi di rumah Reno hanya ongkang-ongkang saja tidak mau bekerja."Mana makanan pesananku!" Tangan Reno tengadah meminta yang di pesannya.Wajah Citra memucat, gara-gara ketemu Abie di warung tadi. Seharian pikirannya di penuhi mantan suaminya. Ia lupa kalau sehabis pulang kerja harus membawakan sebungkus nasi padang untuk Reno.Reno selalu mengancam dirinya kalau sampai kabur darinya dia akan mengobrak-abrik warung bakso bosnya. Padahal cari pekerjaan sulit. Citra tidak ingin kehilangan pekerjaan. Maka dari untuk sementara ini Citra tidak berani kabur dari rumah. Ia masih butuh uang untuk bertahan hidup. Tabungannya sudah habis di curi Reno. Ia harus kerja keras lagi mengumpulkannya sehingga kalau kabur nanti dia masih punya pegangan uang bertahan hidup."Kok diam! Kamu lupa kalau aku pesan nasi padang!" sentak Reno."Kerjaan di warung banyak. Jadi aku lupa," jawab Citra lirih. Perasaannya masih kacau. Keinget Abie sama perempuan cantik tadi."

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Bertemu Citra

    "Kenapa pipi Mas memerah sedari tadi? Mas sakit?" tanya Winda."Aku nggak apa-apa kok. Kamu pilih aja baju yang kamu sukai. Nanti Mas yang bayarin," kata Abie. Gimana pipinya tidak memerah sepanjang perjalanan Winda memeluk erat pinggangnya. Saking nurutnya Winda tidak melepaskan pegangannya hingga sampai ke tujuan. Gara-gara tindakan Winda itu, miliknya jadi makin sesak. Tubuhnya memanas karena menahan diri cukup lama.Winda sebenarnya ragu ingin membeli baju yang biasa di belinya. Takutnya kemahalan dan mencolok akhirnya dia memilih yang biasa saja."Mas, aku cobain yang ini ya," izin Winda."Bener kamu suka itu?" tanya Abie memastikan. Karena di liatnya ukurannya terlalu besar dan modelnya kurang menarik. Gini-gini Abie dulu juga sering mengantar Citra berbelanja. Ia tahu baju yang sesuai fashion sama tidak. Apalagi melihat pilihan baju yang pernah di pakai Winda saat kecelakaan sepertinya beda jauh. Setidaknya meski beda harga ukurannya juga nggak jauh beda kan?Winda jadi ragu. "

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status