Home / Rumah Tangga / Terpesona Papa Mertua / pengantin Pria Tidak Datang

Share

Terpesona Papa Mertua
Terpesona Papa Mertua
Author: Rasyidfatir

pengantin Pria Tidak Datang

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:45:39

"Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya.

Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie.

Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra.

Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakala Winda menjanda dan menerima lamarannya. Namun kebahagiaan Hisyam tidak berselang lama karena Winda ternyata mengidap kanker ganas yang selama ini tidak di ketahuinya. Pada saat detik terakhirnya, Winda berpesan pada Hisyam agar menjaga dan merawat Abie seperti putranya sendiri.

Karena rasa cinta Hisyam yang begitu besar pada Winda akhirnya Hisyam menyanggupi permintaan Winda. Abie di beri kekuasaan mengurus perusahannya yang ada di luar negeri. Sementara Hisyam mengurus perusahaannya yang ada di Jakarta. Hisyam bukan tipikal papa tiri yang perhitungan, ia memberikan banyak fasilitas mewah pada Abie mulai dari mobil, rumah mewah, kartu kredit unlimitied. Semua di peroleh Abie dengan mudah.

Abie yang dulunya terbiasa hidup serba kekurangan waktu hidup berdua dengan almarhum mamanya kini bak mendapat durian runtuh. Dia menjadi suka bersenang-senang dan menghambur-hanburkan uangnya karena uang itu memang tidak kunjung ada habisnya. Ia sering mabuk-mabukan dan main wanita di luaran sana tanpa sepengetahuan Hisyam, papa tirinya.

Abie yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat Citra tengah memegang ponselnya menatap curiga ke arah perempuan cantik itu.

"Sory, kalau aku lancang Sayang. Habis, calon istrimu itu ngebet banget ingin ketemu kamu. Nih, pesan darinya kamu baca sendiri," adu Citra.

Sembari menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk karena habis keramas. Abie menerima hape yang di sodorkan Citra lalu membaca pesan di ponselnya. Dahinya mengernyit tersenyum sinis pada tulisan pesan yang habis di bacanya.

"Kamu jadi menikahinya?" tanya Citra.

"Menurutmu?" Abie justru bertanya balik pada Citra lalu memeluk tubuh ramping wanita itu yang pakaiannya sedikit menggoda iman.

"Kupikir kamu tidak suka pernikahan. Kalau kamu menikah bagaimana denganku?" ucap Citra menarik dagu Abie lalu mengecup bibirnya kilat.

"Aku tidak akan menikahinya. Karena bagiku menikah justru membuat hidupku terkekang. Lagipula mamaku sudah meninggal, dia tidak akan tahu kalau aku melepaskan calon menantunya," terang Abie.

"Kamu harus segera membatalkan pernikahanmu. Setidaknya untuk menghindari amarah papa tirimu. Aku takut kalau Papa tirimu kaget nantinya kalau kamu tidak mau menikahi Zahra," ucap Citra memprovokasi. Abie hanya terdiam saja mendengarkan perkataan Citra yang menggebu-gebu menyuruhnya membatalkan pernikahannya. Matanya sesaat terpejam lalu menatap datar ke arah Citra.

"Sayang, kalau kamu tidak menikahinya, apa kamu juga tidak akan menikahiku juga?" tanya Citra. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Abie.

"Hemm, Menurutmu apakah masalah besar jika aku tidak menikahimu. Bukankah yang kau inginkan hanya materi dan kesenangan fisik saja. Aku tidak suka di tuntut," ucap Abie.

"Tenanglah sayang, aku penganut aliran kebebasan. Asal kamu senang, aku juga senang kita tidak menikah tidak masalah. Asal kamu cukupi semua kebutuhanku," jawab Citra. Perempuan cantik itu kembali memagut bibir tebal Abie. Membuat hasrat pria itu kembali naik sehingga Abi melepas handuknya melemparnya ke segala arah. Tatapan nakalnya beralih ke tubuh Citra yang molek menggoda imannya.

Sementara itu Zahra kecewa karena Abie tak kunjung membalas pesannya. Ia sudah melihat beberapa kali tapi tak ada tanda-tanda kalau Abie menghubunginya. Ponselnya tiba-tiba menyala, segera Zahra mengangkatnya. Dia pikir Abie yang meneleponnya namun ternyata justru calon papa mertuanya.

"Zahra, apakah Abie sudah menghubungimu?" tanya Hisyam penuh wibawa.

"Maaf, Om. Mas Abie belum menjawab pesanku," adu Zahra.

"Kalau begitu nanti sore Om akan jemput kamu. Kamu aku ajak ke toko perhiasan dulu untuk mengambil cincin pernikahan kalian," ucap Hisyam.

"Baik Om," jawab Zahra lirih.

Sebenarnya dia ingin mengambil cincin itu dengan Abie. Namun apa di kata Abie belum juga merespon pesan darinya hingga akhirnya calon papa mertuanya yang ikut turun tangan.

Sore pun tiba, Hisyam dengan setelan necisnya karena dari kantor langsung mendatangi apartemen Zahra. Zahra sedikit canggung ketika bertemu dengan Hisyam. Papa mertuanya ini sebenarnya lebih keren dan kece ketimbang Abie. Hanya saja usianya jauh di atas Zahra. Namun yang tidak tahu, mereka mengira seperti adik kakak saja. Karena Hisyam memang tampan dan lebih matang.

Zahra duduk di jok depan setelahnya Hisyam. Rasanya sedikit aneh, ia pergi mengambil cincin pernikahannya tudak dengan Abie tapi justru dengan calon Papa mertuanya.

"Om, masih jauh gak tempatnya?" tanya Zahra ketika di tengah perjalanan.

"Nggak jauh kok, sebentar lagi juga nyampe," jawab Hisyam datar. Ia tidak menyangka kalau mengurus pernikahan anak tirinya itu ternyata repot sekali. Abie bersikap seenaknya sendiri. Apa-apa dirinya yang urus, kalau tidak ingat perkataan mendiang istrinya ua pasti sudah bersikap tegas pada Abie yang menye-menye.

Melihat Zahra cukup polos, dia merasa kasihan kalau di nikahkan dengan Abie. Ia tahu putranya itu bukan tipikal pria yang bisa hidup dengan satu wanita saja. Ia menyadari kalau Abie bisa menyusahkan Zahra kelak. Namun apa di kata perjodohan itu sudah berlangsung sebelum mendiang istrinya meninggal dunia. Ia harus menjalankan amanah Winda.

Sampai di toko emas, Zahra di beri kesempatan lagi untuk mencoba cincin berliannya. Ia merasa cincin pernikahan itu terlalu mewah, karena Zahra terbiasa hidup sederhana.

"Om, apa ini gak kemahalan?" tanya Zahra tidak enak.

"Zahra, kamu menikah itu sekali seumur hidup. Kamu harus mempunyai cincin pernikahan yang spesial dan tentu saja nilainya seperti berlian ini," kata Hisyam.

Zahra mengangguk pelan meski dalam hatinya dia merasa minder mengenakan cincin berlian yang terlalu mahal.

"Maaf, cincin calon mempelai prianya kami membuat seukuran jari Pak Hisyam," kata pelayan toko itu.

"Iya tidak apa-apa, karena putraku sibuk tidak sempat mengukur cincinnya," kata Hisyam. Ia sudah mencoba menghubungi Abie, tapi putranya selalu saja mengatakan sibuk dan tidak mau menemani Zahra ke toko perhiasan.

Sepulang dari toko perhiasan, Hisyam mengajak Zahra untuk makan. Ia tidak ingin calon menantunya itu kelaparan. Namun baru saja keluar dari mobil tiba-tiba hujan turun begitu deras. Karena panik tak sengaja Zahra menabrak tubuh tegap Hisyam hingga pria tampan itu tidak sengaja memegang pinggang menantunya. Sesaat tatapan keduanya bertemu, namun Hisyam segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maaf, jalanan licin aku hanya membantumu agar tidak jatuh," ucap Hisyam datar melepaskan tangannya dari pinggang Zahra setelah di rasa gadis itu bisa berdiri normal.

Tak ada perasaan yang berarti hanya srbatas rasa peduli saja untuk melindungi. Hisyam mengajak Zahra masuk ke dalam mobilnya.

"Baju kamu sedikit basah, bagaimana kita tetap makan atau pulang saja?" tawar Hisyam.

"Pulang saja Om, hujan sangat deras lebih baik saya makan dj rumah saja. Saya sudah terbiasa makan mie rebus kalau cuaca lagi hujan kayak gini," jawab Zahra.

"Makan mie instan terus-menerus tidak baik untuk kesehatan. Kamu ke rumahku saja, nanti di sana aku akan menyuruh Bik Jum masak yang enak buat kamu," kata Hisyam.

Tak ada sahutan lagi pertanda Zahra menyetujui perkataan calon mertuanya. Rumah mertuanya memang sudah dekat dalam waktu beberapa menit saja sudah sampai.

Beberapa pelayan menyambut kedatangan Hisyam, mereka membawakan barang yang di sodorkan tuannya.

"Kalian antar Nona Zahra ke kamar tamu, ambil baju ganti milik almarhum Nyonya. Kasihan kalau dia sampai masuk angin," perintah Hisyam.

Zahra sampai melongo mendengar perkataan calon mertuanya. Dia tidak menyangka kalau mertuanya begitu perhatian. Berbeda dengan Abie yang suka bersikap seenaknya. Bodohnya lagi Zahra selalu percaya alasan-alasan Abie yang sok sibuklah inilah itulah.

Hisyam kaget ketika melihat Zahra sudah ganti baju memakai baju almarhum istrinya. Meski sedikit langgar karena tubuh Zahra yang lebih ramping namun sejenak Hisyam jadi teringat pada almarhumah istrinya yang sudah meninggal.

"Baju Tante Winda bagus sekali, Om masih menyimpan baju-baju Tante?" tanya Zahra.

"Aku menyimpannya karena aku sangat mencintainya. Hanya baju-baju itu yang tersisa," jawab Hisyam datar. Ia lalu mengajak Zahra untuk segera makan. Zahra tampak canggung karena meja makan Hisyam begitu besar dan luas. Apakah memang begini cara makan orang kaya, meskipun satu meja tapi kelihatan berjauhan karena saking luasnya meja itu.

"Makan dan habiskan, kalau kamu sudah kenyang baru boleh pulang," kata Hisyam.

"Baik Om," jawab Zahra.

Tanpa banyak bicara Zahra menikmati hidangan di depannya karena menu makanan di depannya memang kelihatan lezat-lezat. Sayang sekali kalau di lewatkan, perutnya sudah keroncongan meronta-ronta ingin di isi.

Usai makan Zahra bersikeras naik taksi untuk pulang ke rumahnya. Dia tidak ingin merepotkan calon mertuanya. Hisyam kembali menghubungi Abie, setelah Zahra pergi. Akhirnya Abie menjawab panggilan papa tirinya.

"Ya halo Pa," jawab Abie.

"Kapan kamu pulang, pernikahanmu sebentar lagi. Banyak yang perlu di persiapkan, kamu harus segera pulang," perintah Hisyam.

"Maaf, Pa. Aku tidak mau menikahi Zahra. Aku masih ingin bebas," jawab Abie.

"Kamu jangan gila Abie, pulang sekarang juga. Kamu tidak bisa bersikap seenaknya. Keluarga kita akan malu, kamu ingat kan pesan mama kamu sebelum meninggal dia ingin kamu menikah dengan Zahra!" peringat Hisyam penuh amarah.

"Papa saja yang menikahi Zahra, aku tidak mau menikahi gadis kampungan itu!" tegas Abie.

"Darimana kamu tahu kalau dia kampungan. Kalian belum pernah bertemu," kata Hisyam.

"Ya sudah, papa saja yang menikahinya. Pokoknya aku tidak mau menikah, Pa," tolak Abie. Setelah itu Abie tidak dapat di hubungi lagi, rupanya dia sudah mematikan teleponnya.

"Anak Sinting, kenapa aku bisa punya anak tiri merepotkan seperti dia," gerutu Hisyam menggenggam erat hapenya. Dia geram atas sikap putra tirinya itu.

Dua hari kemudian pesta pernikahan mewah di gelar semua tamu undangan sudah datang. Hisyam cemas karena Abie tidak dapat di hubungi. Keringat dingin berukuran, apalagi penghuni sudah datang.

"Pak Hisyam, dimana Nak Abie mengapa dia belum datang juga. Apakah masih di Rias di kamar?" tanya orang tua Zahra.

"Bapak Ibu tolong ikut saya sebentar," kata Hisyam memberi isyarat agar kedua orang tua Zahra mengikutinya ke sebuah ruangan privat.

"Ada apa sebenarnya? Mengapa kami di ajak lemari?" tanya Bu Siti.

"Begini Bu, sebenarnya Abie tidak mau menikahi Zahra. Saya sudah membujuknya, tapi dia tetap kekeh tidak mau," terang Hisyam.

"Loh, gimana sih. Dulu Nyonya Winda sendiri yang datang meminta Zahra jadi menantunya kenapa sekarang begini?" kata Bu Siti dengan nada tinggi. Amarahnya sudah di ubun-ubun karena perbuatan Abie yang tidak vertsnggung jawab inilah keluarganya mendapat malu.

"Sekali lagi saya minta maaf Bu Siti, saya akan segera membawa kembali putra saya kemari agar menikahi Zahra," ucap Hisyam membujuk Bu Siti agar amarahnya reda. Hisyam tak henti-hentinya minta maaf, harga dirinya sudah jatuh sejatuh-jatuhnya gara-gara kelakuan Abie.

Hisyam kembali menghubungi Abie, tapi tidak ada jawaban. Wajahnya cemas, Abie tak kunjung mengangkat teleponnya. Pernikahan ini sudah di rencanakan sejak awal, kalau saja Abie waktu itu tidak berkata iya tentunya pernikahan ini tidak akan berlangsung. Winda pasti akan mengurungkan niatnya untuk menjodohkan Abie dan Zahra.

"Keluarga kami tidak bisa di permalukan seperti ini. Pokoknya kalian harus tanggung jawab. Kasihan Zahra di pelaminan tanpa calon mempelai prianya," tangis Bu Siti. Hisyam semakin tidak enak sudah membuat Bu Siti menangis.

Pak Darmo suaminya Bu Siti mendekat ke arah Hisyam. Ia menarik kerah Hisyam karena sudah tidak bisa menahan amarahnya. "Keluargaku mungkin miskin, tapi kami hanya punya harga diri. Sekarang kalian mau menginjak harga diri kami di depan umum! Kalian sungguh keterlaluan!" maki Pak Darmo.

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Pengantin Pengganti

    "Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Om Ganteng

    "Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

  • Terpesona Papa Mertua   Om Ganteng

    "Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu

  • Terpesona Papa Mertua   Pengantin Pengganti

    "Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me

  • Terpesona Papa Mertua   pengantin Pria Tidak Datang

    "Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status