Home / Rumah Tangga / Terpesona Papa Mertua / pengantin Pria Tidak Datang

Share

Terpesona Papa Mertua
Terpesona Papa Mertua
Author: Rasyidfatir

pengantin Pria Tidak Datang

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:45:39

"Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya.

Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie.

Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra.

Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakala Winda menjanda dan menerima lamarannya. Namun kebahagiaan Hisyam tidak berselang lama karena Winda ternyata mengidap kanker ganas yang selama ini tidak di ketahuinya. Pada saat detik terakhirnya, Winda berpesan pada Hisyam agar menjaga dan merawat Abie seperti putranya sendiri.

Karena rasa cinta Hisyam yang begitu besar pada Winda akhirnya Hisyam menyanggupi permintaan Winda. Abie di beri kekuasaan mengurus perusahannya yang ada di luar negeri. Sementara Hisyam mengurus perusahaannya yang ada di Jakarta. Hisyam bukan tipikal papa tiri yang perhitungan, ia memberikan banyak fasilitas mewah pada Abie mulai dari mobil, rumah mewah, kartu kredit unlimitied. Semua di peroleh Abie dengan mudah.

Abie yang dulunya terbiasa hidup serba kekurangan waktu hidup berdua dengan almarhum mamanya kini bak mendapat durian runtuh. Dia menjadi suka bersenang-senang dan menghambur-hanburkan uangnya karena uang itu memang tidak kunjung ada habisnya. Ia sering mabuk-mabukan dan main wanita di luaran sana tanpa sepengetahuan Hisyam, papa tirinya.

Abie yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat Citra tengah memegang ponselnya menatap curiga ke arah perempuan cantik itu.

"Sory, kalau aku lancang Sayang. Habis, calon istrimu itu ngebet banget ingin ketemu kamu. Nih, pesan darinya kamu baca sendiri," adu Citra.

Sembari menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk karena habis keramas. Abie menerima hape yang di sodorkan Citra lalu membaca pesan di ponselnya. Dahinya mengernyit tersenyum sinis pada tulisan pesan yang habis di bacanya.

"Kamu jadi menikahinya?" tanya Citra.

"Menurutmu?" Abie justru bertanya balik pada Citra lalu memeluk tubuh ramping wanita itu yang pakaiannya sedikit menggoda iman.

"Kupikir kamu tidak suka pernikahan. Kalau kamu menikah bagaimana denganku?" ucap Citra menarik dagu Abie lalu mengecup bibirnya kilat.

"Aku tidak akan menikahinya. Karena bagiku menikah justru membuat hidupku terkekang. Lagipula mamaku sudah meninggal, dia tidak akan tahu kalau aku melepaskan calon menantunya," terang Abie.

"Kamu harus segera membatalkan pernikahanmu. Setidaknya untuk menghindari amarah papa tirimu. Aku takut kalau Papa tirimu kaget nantinya kalau kamu tidak mau menikahi Zahra," ucap Citra memprovokasi. Abie hanya terdiam saja mendengarkan perkataan Citra yang menggebu-gebu menyuruhnya membatalkan pernikahannya. Matanya sesaat terpejam lalu menatap datar ke arah Citra.

"Sayang, kalau kamu tidak menikahinya, apa kamu juga tidak akan menikahiku juga?" tanya Citra. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Abie.

"Hemm, Menurutmu apakah masalah besar jika aku tidak menikahimu. Bukankah yang kau inginkan hanya materi dan kesenangan fisik saja. Aku tidak suka di tuntut," ucap Abie.

"Tenanglah sayang, aku penganut aliran kebebasan. Asal kamu senang, aku juga senang kita tidak menikah tidak masalah. Asal kamu cukupi semua kebutuhanku," jawab Citra. Perempuan cantik itu kembali memagut bibir tebal Abie. Membuat hasrat pria itu kembali naik sehingga Abi melepas handuknya melemparnya ke segala arah. Tatapan nakalnya beralih ke tubuh Citra yang molek menggoda imannya.

Sementara itu Zahra kecewa karena Abie tak kunjung membalas pesannya. Ia sudah melihat beberapa kali tapi tak ada tanda-tanda kalau Abie menghubunginya. Ponselnya tiba-tiba menyala, segera Zahra mengangkatnya. Dia pikir Abie yang meneleponnya namun ternyata justru calon papa mertuanya.

"Zahra, apakah Abie sudah menghubungimu?" tanya Hisyam penuh wibawa.

"Maaf, Om. Mas Abie belum menjawab pesanku," adu Zahra.

"Kalau begitu nanti sore Om akan jemput kamu. Kamu aku ajak ke toko perhiasan dulu untuk mengambil cincin pernikahan kalian," ucap Hisyam.

"Baik Om," jawab Zahra lirih.

Sebenarnya dia ingin mengambil cincin itu dengan Abie. Namun apa di kata Abie belum juga merespon pesan darinya hingga akhirnya calon papa mertuanya yang ikut turun tangan.

Sore pun tiba, Hisyam dengan setelan necisnya karena dari kantor langsung mendatangi apartemen Zahra. Zahra sedikit canggung ketika bertemu dengan Hisyam. Papa mertuanya ini sebenarnya lebih keren dan kece ketimbang Abie. Hanya saja usianya jauh di atas Zahra. Namun yang tidak tahu, mereka mengira seperti adik kakak saja. Karena Hisyam memang tampan dan lebih matang.

Zahra duduk di jok depan setelahnya Hisyam. Rasanya sedikit aneh, ia pergi mengambil cincin pernikahannya tudak dengan Abie tapi justru dengan calon Papa mertuanya.

"Om, masih jauh gak tempatnya?" tanya Zahra ketika di tengah perjalanan.

"Nggak jauh kok, sebentar lagi juga nyampe," jawab Hisyam datar. Ia tidak menyangka kalau mengurus pernikahan anak tirinya itu ternyata repot sekali. Abie bersikap seenaknya sendiri. Apa-apa dirinya yang urus, kalau tidak ingat perkataan mendiang istrinya ua pasti sudah bersikap tegas pada Abie yang menye-menye.

Melihat Zahra cukup polos, dia merasa kasihan kalau di nikahkan dengan Abie. Ia tahu putranya itu bukan tipikal pria yang bisa hidup dengan satu wanita saja. Ia menyadari kalau Abie bisa menyusahkan Zahra kelak. Namun apa di kata perjodohan itu sudah berlangsung sebelum mendiang istrinya meninggal dunia. Ia harus menjalankan amanah Winda.

Sampai di toko emas, Zahra di beri kesempatan lagi untuk mencoba cincin berliannya. Ia merasa cincin pernikahan itu terlalu mewah, karena Zahra terbiasa hidup sederhana.

"Om, apa ini gak kemahalan?" tanya Zahra tidak enak.

"Zahra, kamu menikah itu sekali seumur hidup. Kamu harus mempunyai cincin pernikahan yang spesial dan tentu saja nilainya seperti berlian ini," kata Hisyam.

Zahra mengangguk pelan meski dalam hatinya dia merasa minder mengenakan cincin berlian yang terlalu mahal.

"Maaf, cincin calon mempelai prianya kami membuat seukuran jari Pak Hisyam," kata pelayan toko itu.

"Iya tidak apa-apa, karena putraku sibuk tidak sempat mengukur cincinnya," kata Hisyam. Ia sudah mencoba menghubungi Abie, tapi putranya selalu saja mengatakan sibuk dan tidak mau menemani Zahra ke toko perhiasan.

Sepulang dari toko perhiasan, Hisyam mengajak Zahra untuk makan. Ia tidak ingin calon menantunya itu kelaparan. Namun baru saja keluar dari mobil tiba-tiba hujan turun begitu deras. Karena panik tak sengaja Zahra menabrak tubuh tegap Hisyam hingga pria tampan itu tidak sengaja memegang pinggang menantunya. Sesaat tatapan keduanya bertemu, namun Hisyam segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maaf, jalanan licin aku hanya membantumu agar tidak jatuh," ucap Hisyam datar melepaskan tangannya dari pinggang Zahra setelah di rasa gadis itu bisa berdiri normal.

Tak ada perasaan yang berarti hanya srbatas rasa peduli saja untuk melindungi. Hisyam mengajak Zahra masuk ke dalam mobilnya.

"Baju kamu sedikit basah, bagaimana kita tetap makan atau pulang saja?" tawar Hisyam.

"Pulang saja Om, hujan sangat deras lebih baik saya makan dj rumah saja. Saya sudah terbiasa makan mie rebus kalau cuaca lagi hujan kayak gini," jawab Zahra.

"Makan mie instan terus-menerus tidak baik untuk kesehatan. Kamu ke rumahku saja, nanti di sana aku akan menyuruh Bik Jum masak yang enak buat kamu," kata Hisyam.

Tak ada sahutan lagi pertanda Zahra menyetujui perkataan calon mertuanya. Rumah mertuanya memang sudah dekat dalam waktu beberapa menit saja sudah sampai.

Beberapa pelayan menyambut kedatangan Hisyam, mereka membawakan barang yang di sodorkan tuannya.

"Kalian antar Nona Zahra ke kamar tamu, ambil baju ganti milik almarhum Nyonya. Kasihan kalau dia sampai masuk angin," perintah Hisyam.

Zahra sampai melongo mendengar perkataan calon mertuanya. Dia tidak menyangka kalau mertuanya begitu perhatian. Berbeda dengan Abie yang suka bersikap seenaknya. Bodohnya lagi Zahra selalu percaya alasan-alasan Abie yang sok sibuklah inilah itulah.

Hisyam kaget ketika melihat Zahra sudah ganti baju memakai baju almarhum istrinya. Meski sedikit langgar karena tubuh Zahra yang lebih ramping namun sejenak Hisyam jadi teringat pada almarhumah istrinya yang sudah meninggal.

"Baju Tante Winda bagus sekali, Om masih menyimpan baju-baju Tante?" tanya Zahra.

"Aku menyimpannya karena aku sangat mencintainya. Hanya baju-baju itu yang tersisa," jawab Hisyam datar. Ia lalu mengajak Zahra untuk segera makan. Zahra tampak canggung karena meja makan Hisyam begitu besar dan luas. Apakah memang begini cara makan orang kaya, meskipun satu meja tapi kelihatan berjauhan karena saking luasnya meja itu.

"Makan dan habiskan, kalau kamu sudah kenyang baru boleh pulang," kata Hisyam.

"Baik Om," jawab Zahra.

Tanpa banyak bicara Zahra menikmati hidangan di depannya karena menu makanan di depannya memang kelihatan lezat-lezat. Sayang sekali kalau di lewatkan, perutnya sudah keroncongan meronta-ronta ingin di isi.

Usai makan Zahra bersikeras naik taksi untuk pulang ke rumahnya. Dia tidak ingin merepotkan calon mertuanya. Hisyam kembali menghubungi Abie, setelah Zahra pergi. Akhirnya Abie menjawab panggilan papa tirinya.

"Ya halo Pa," jawab Abie.

"Kapan kamu pulang, pernikahanmu sebentar lagi. Banyak yang perlu di persiapkan, kamu harus segera pulang," perintah Hisyam.

"Maaf, Pa. Aku tidak mau menikahi Zahra. Aku masih ingin bebas," jawab Abie.

"Kamu jangan gila Abie, pulang sekarang juga. Kamu tidak bisa bersikap seenaknya. Keluarga kita akan malu, kamu ingat kan pesan mama kamu sebelum meninggal dia ingin kamu menikah dengan Zahra!" peringat Hisyam penuh amarah.

"Papa saja yang menikahi Zahra, aku tidak mau menikahi gadis kampungan itu!" tegas Abie.

"Darimana kamu tahu kalau dia kampungan. Kalian belum pernah bertemu," kata Hisyam.

"Ya sudah, papa saja yang menikahinya. Pokoknya aku tidak mau menikah, Pa," tolak Abie. Setelah itu Abie tidak dapat di hubungi lagi, rupanya dia sudah mematikan teleponnya.

"Anak Sinting, kenapa aku bisa punya anak tiri merepotkan seperti dia," gerutu Hisyam menggenggam erat hapenya. Dia geram atas sikap putra tirinya itu.

Dua hari kemudian pesta pernikahan mewah di gelar semua tamu undangan sudah datang. Hisyam cemas karena Abie tidak dapat di hubungi. Keringat dingin berukuran, apalagi penghuni sudah datang.

"Pak Hisyam, dimana Nak Abie mengapa dia belum datang juga. Apakah masih di Rias di kamar?" tanya orang tua Zahra.

"Bapak Ibu tolong ikut saya sebentar," kata Hisyam memberi isyarat agar kedua orang tua Zahra mengikutinya ke sebuah ruangan privat.

"Ada apa sebenarnya? Mengapa kami di ajak lemari?" tanya Bu Siti.

"Begini Bu, sebenarnya Abie tidak mau menikahi Zahra. Saya sudah membujuknya, tapi dia tetap kekeh tidak mau," terang Hisyam.

"Loh, gimana sih. Dulu Nyonya Winda sendiri yang datang meminta Zahra jadi menantunya kenapa sekarang begini?" kata Bu Siti dengan nada tinggi. Amarahnya sudah di ubun-ubun karena perbuatan Abie yang tidak vertsnggung jawab inilah keluarganya mendapat malu.

"Sekali lagi saya minta maaf Bu Siti, saya akan segera membawa kembali putra saya kemari agar menikahi Zahra," ucap Hisyam membujuk Bu Siti agar amarahnya reda. Hisyam tak henti-hentinya minta maaf, harga dirinya sudah jatuh sejatuh-jatuhnya gara-gara kelakuan Abie.

Hisyam kembali menghubungi Abie, tapi tidak ada jawaban. Wajahnya cemas, Abie tak kunjung mengangkat teleponnya. Pernikahan ini sudah di rencanakan sejak awal, kalau saja Abie waktu itu tidak berkata iya tentunya pernikahan ini tidak akan berlangsung. Winda pasti akan mengurungkan niatnya untuk menjodohkan Abie dan Zahra.

"Keluarga kami tidak bisa di permalukan seperti ini. Pokoknya kalian harus tanggung jawab. Kasihan Zahra di pelaminan tanpa calon mempelai prianya," tangis Bu Siti. Hisyam semakin tidak enak sudah membuat Bu Siti menangis.

Pak Darmo suaminya Bu Siti mendekat ke arah Hisyam. Ia menarik kerah Hisyam karena sudah tidak bisa menahan amarahnya. "Keluargaku mungkin miskin, tapi kami hanya punya harga diri. Sekarang kalian mau menginjak harga diri kami di depan umum! Kalian sungguh keterlaluan!" maki Pak Darmo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Pengantin Pengganti

    "Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Om Ganteng

    "Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terpesona Papa Mertua   Langsung On

    "Aku yakin mereka pasti mengira aku ini simpanan Om-Om yang lagi di ajak belanja," sungut Zahra."Tidak usah kamu pikirkan soal itu, kenyataannya kamu istriku sah," jelas Hisyam. Mendengar pernyataan Hisyam entah mengapa hati Zahra menjadi tenang. Apa karena Hisyam mengakui dirinya sebagai istri? "Om, yang namanya istri sah itu kewajibannya banyak. Salah satunya menuhin kebutuhan biologis Om," jawab Zahra."Kamu tidak perlu melakukannya, karena pernikahan kita tidak seperti orang pada umumnya," kata Hisyam tak berani berharap. Ia tahu mana mungkin Zahra minat kepadanya yang usianya jauh lebih tua.Zahra pun mengangguk, sebenarnya dia tidak keberatan kalau Hisyam mau menyentuhnya. Karena dia merasa nyaman sekali malam itu waktu tidur di peluk Hisyam.Sampai di rumah, para ART langsung sibuk mengeluarkan barang belanjaan di bagasi. Sementara Hisyam dan Zahra masuk ke dalam kamarnya. Zahra langsung naik ke ranjang sementara Hisyam sandaran di sofa."Sebentar saja jalan-jalan udah capek,

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Aku Cuman Berteman

    Tak seperti biasanya Zahra berangkat pagi-pagi. Ya, hari ini dia sudah berjanji pada teman-temannya untuk kerja kelompok. Ia lupa mengatakan pada Hisyam kalau salah satu teman cowoknya datang menjemputnya. "Om, bangun," kata Zahra menggoyangkan pundak suaminya.Perlahan mata Hisyam terbuka, dia kaget Zahra sudah berdandan cantik pagi-pagi."Om, aku minta ijin pagi ini aku mau pergi ke rumah temanku. Ada kerja kelompok, boleh ya," pinta Zahra.Hisyam yang masih ngantuk hanya merem melek di sertai anggukan. Tajam lama Zahra sudah selesai dandan. Dia kemudian jongkok mencium punggung tangan Hisyam sebentar lalu pergi. Hisyam yang semula masih ngantuk sekali tersentak kaget merasakan sekilas ada benda lembab kenyal menyentuh punggung tangannya. Sayangnya, saat dia terbangun Zahra sudah hilang dari hadapannya.Hisyam hanya mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Ia pun bangkit dari ranjangnya dan menarik tirai untuk memantau kepergian Zahra dari jendela kamarnya. Kaget, seorang cowok

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Minta Maaf

    "Maafin Om Zahra, Om hanya merasa tidak di hargai sebagai suami," ucap Hisyam. Dia merengkuh tubuh Zahra dan menenangkan tangis istrinya. Baru kali ini dalam keadaan sadar Zahra merasakan kalau pelukan Hisyam sangat nyaman. Tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya membuat Zahra merasa aman dalam pelukannya. Sementara Hisyam kembali merasakan gairah yang sudah lama mati kembali tumbuh. Namun sepertinya dia harus menahannya. Zahra melepaskan diri dari pelukan Hisyam, dia merasa malu habis berpelukan erat dengan suaminya sendiri. Ia sampai tak berani menatap ke arah Hisyam. Ia merasa Hisyam tidak kelihatan tua sedikitpun, bahkan seperti kakaknya. Apakah karena Hisyam rajin merawat diri atau karena suaminya itu memang awet muda."Ada yang aneh dari wajahku, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Hisyam."Ah, enggak kok Om. Cuman masih aneh saja aku menikah dengan orang yang seharusnya jadi mertuaku," jawab Zahra."Kamu malu punya suami lebih tua darimu?" tanya Hisyam.Zahra mengangguk

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Hisyam Galau

    Hisyam tidak langsung menjawab permintaan Abie. Ia harus mendiskusikannya dengan Zahra. Suami mana yang sanggup melihat istri yang di cintainya berduaan dengan pria lain. Meski Abie putranya, dia bukan putra kandungnya."Akan aku tanyakan pada Mama kamu," lirih Hisyam."Kamu istirahat dulu."Hisyam keluar dari kamar Abie, dia berhasil menenangkan putranya. Giliran hatinya tidak tenang. Ia harus merelakan Zahra berdekatan dengan Abie."Permintaan yang konyol," batin Hisyam."Di saat seperti ini bisa-bisanya dia memanfaatkan situasi dan perasaanku."Sama halnya ketika Winda datang membawa Abie yang masih kecil. Meminta perlindungan padanya. Menikahinya meski tidak pernah menyentuhnya. Ia menjadi perjaka bodoh yang berstatus suami.Baru saja keluar dari pintu kamarnya. Hisyam di kagetkan keberadaan Zahra yang sudah berdiri di depan pintu. Rupanya sedari tadi Zahra berada di luar kamar Abie. Ia tidak berani masuk, takut amukan Abie."Om, mau bicara sama kamu."Lirih namun bisa di dengar Z

  • Terpesona Papa Mertua   Permintaan Abie

    Abie tersenyum, seolah dia mendapatkan kemenangannya. Papanya kembali tidak memarahinya. Ia kenal Hisyam. Seorang ayah yang tidak tegaan dan penuh kasih sayang. Di usianya yang masih bayi ibunya sudah di tinggal oleh papa kandungnya. Di usia lima tahun dia di pertemukan papa baru yang tajir melintir. Siapa yang tidak senang. Hidup berkecukupan bergelimang harta dan mendapat sekolah terbaik tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.Abie tidak pernah tahu wajah ayah kandungnya seperti apa. Karena Winda tidak pernah menunjukkan fotonya. Kemungkinan Winda terlalu sakit hati di tinggal selingkuh suaminya di saat hamil besar. Hisyam tahu jelas siapa pria itu. Tapi Hisyam selalu di wanti-wanti oleh Winda agar tidak mengatakannya pada Abie. Alasan Winda cukup kuat karena ayah kandung Abie tidak pantas membesarkan Abie. Zahra menautkan telapak tangannya di telapak tangan Hisyam. Membuat pria bertubuh tegap itu tersadar dari lamunannya. Hari ini Abie ingin pulang ke rumah, ia ingin rawat jalan. Sua

  • Terpesona Papa Mertua   Hasil Diagnosa

    "Bagaimana keadaannya?" tanya Zahra."Dia lemah, butuh banyak cairan karena tidak mau makan beberapa hari ini," ucap Hisyam.Wajahnya terlihat lelah seperti ada yang di pikirkan tapi tidak bisa di curahkan pada istrinya. Zahra tidak sanggup untuk banyak bertanya lagi. Tidak rela rasanya."Om, temani aku makan di bawah. Perutku udah melilit dari tadi," ajak Zahra manja. Tatapannya penuh permohonan membuat Hisyam tak tega. Perasaannya yang tengah gundah gulana di tepis sebentar demi menyenangkan istri tercintanya."Turunlah lebih dulu, aku mau berganti pakaian," balas Hisyam."Oke."Aku tunggu di bawah ya," ucap Zahra penuh semangat.Sepeninggal Zahra, Hisyam duduk termenung sendirian. Memikirkan perkataannya Abie yang meminta agar dirinya melepas Zahra. Ia tidak habis pikir mengapa Abie bisa berpikiran seperti itu. Hisyam merasa gagal mendidik Abie selama ini."Lama-lama karaktermu mirip seperti ayah kandungmu," lirih Hisyam. Banyak hal yang di ketahui Hisyam mengenai ayah kandung Abie

  • Terpesona Papa Mertua   Zahra Bukan Barang

    Sepulang dari bulan madu Hisyam segera bergegas menemui Abie. Ia yakin putranya itu keras kepala dan tidak mau makan. Namun pada saat dia membuka pintu kamarnya, Abie tidak ada di tempat."Dimana dia?" Seorang pelayan mendekati Hisyam seolah ada sesuatu uang ingin di beritahukannya."Maaf Tuan. Tuan muda sudah di bawa ke rumah sakit karena tubuhnya terus melemah tidak mau makan," terang ARTnya. Zahra ikut kaget mendengarnya."Kenapa aku tidak di beritahu?" Hisyam geram karena tidak ada yang memberitahunya sama sekali."Maaf Tuan, kejadiannya begitu cepat. Kami hendak memberitahu Tuan tapi Tuan sudah datang lebih dulu." Pelayan itu menjelaskan sembari menundukkan kepalanya. Bibirnya bergetar takut kalau Hisyam marah besar dan menecatnya."Ya sudah, nanti aku akan kesana," pungkas Abie. Ia pun mengajak Zahra untuk beristirahat di kamarnya. Awalnya, Zahra memasuki kamarnya sendiri. Namun karena tidak tega pada Hisyam dia memilih tinggal di kamar Hisyam saja."Om tidak apa-apa?" tanya Z

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Frustasi

    Sepulang dari bulan madu Hisyam segera bergegas menemui Abie. Ia yakin putranya itu keras kepala dan tidak mau makan. Namun pada saat dia membuka pintu kamarnya, Abie tidak ada di tempat."Dimana dia?" Seorang pelayan mendekati Hisyam seolah ada sesuatu uang ingin di beritahukannya."Maaf Tuan. Tuan muda sudah di bawa ke rumah sakit karena tubuhnya terus melemah tidak mau makan," terang ARTnya. Zahra ikut kaget mendengarnya."Kenapa aku tidak di beritahu?" Hisyam geram karena tidak ada yang memberitahunya sama sekali."Maaf Tuan, kejadiannya begitu cepat. Kami hendak memberitahu Tuan tapi Tuan sudah datang lebih dulu." Pelayan itu menjelaskan sembari menundukkan kepalanya. Bibirnya bergetar takut kalau Hisyam marah besar dan menecatnya."Ya sudah, nanti aku akan kesana," pungkas Abie. Ia pun mengajak Zahra untuk beristirahat di kamarnya. Awalnya, Zahra memasuki kamarnya sendiri. Namun karena tidak tega pada Hisyam dia memilih tinggal di kamar Hisyam saja."Om tidak apa-apa?" tanya Z

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Frustasi

    "Jadi kan buat anaknya tiap hari," goda Hisyam. Ia hendak merangkul Zahra tapi gadis cantik itu justru menepis tubuhnya."Ih ... Om ke ger-an deh. Kalau bukan karena temen Om yang tingkahnya berbau pelakor aku pasti udah duduk anteng aja," ucap Zahra membela diri."Itu tandanya sayang.""Ya enggak juga, aku mempertahankan harga diriku sebagai istri kok. Mentang-mentang tampangku bocil gini mau di ejek semaunya," gerutu Zahra.Hisyam hanya geleng-geleng kepala. Seperti biasa kalau dari pantai dia pasti ke kamar mandi untuk membersihkan diri lagi. Pasalnya tubuh terasa lengket kalau tidak langsung mandi. Pagi dah mandi siang mandi lagi pokoknya kayak lumba-lumba si Om ini.Zahra cukup bosan karena dia dari tadi menunggu Hisyam mandi tidak kelar juga. "Ini Om sedang luluran ato ngapain sih. Lama banget mandinya kayak cewek," gerutu Zahra.Ia hendak mengetuk pintu kamar mandi tapi kaget bukan main karena tiba-tiba kepala Hisyam nongol separuh dari balik daun pintu."Astagfirullahhaladzim

  • Terpesona Papa Mertua   Masih Bulan Madu

    Tak ada yang terjadi semalam, Zahra masih bergulat dengan selimutnya setelah sholat subuh. Sementara Hisyam sibuk dengan laptopnya memeriksa laporan dari Candra asisten pribadinya. Ingin dia mengabaikan semua pekerjaan itu. Namun acara bulan madu termasuk acara dadakan gara-gara ada Abie. Jadi banyak pekerjaan yang mesti harus di selesaikan."Om, kita pulang aja yuk," suara Zahra terdengar dari balik selimut.Hisyam terdiam sejenak menghentikan aktifitas di laptopnya. Tangannya berhenti mengetik, menyimpan data-data itu sebelum mematikan laptopnya. Ia mendekati istri kecilnya, menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh Zahra."Kamu bosan di sini?" tanya Hisyam."Enggak, aku cuman nggak enak. Om kayaknya banyak kerjaan," balas Zahra. Manik matanya menatap ke arah Hisyam yang tengah duduk di hadapannya."Tidak usah kamu pikirkan. Ayo kita keluar jalan-jalan lagi," ajak Hisyam.Zahra menggeleng. Ia memiringkan tubuhnya menghadap ke dinding. Tiba-tiba pria tampan itu ikut berbaring mir

  • Terpesona Papa Mertua   Membeku Di Kamar

    Hari sudah mulai gelap, keduanya sudah kembali dari pantai membersihkan diri. Hisyam tersenyum saat Zahra memakai pakaian tidur. Ia kelihatan menggemaskan dengan bajunya yang bergambar boneka. Sementara kepala Zahra masih di balut hijab. Meski memakai pakaian yang longgar tetap saja terlihat cantik.Hisyam sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba. Ia pura-pura berbaring di ranjang memasang muka kelelahan. Terpaksa dia mengakali Zahra. Hanya dengan cara itu gadis itu peka dan lebih perhatian padanya."Om balik badan dulu," ucap Zahra. Otomatis kayak boneka di remot, tubuh Hisyam langsung berbalik tengkurap. Pikirannya sudah berselancar kemana-mana. Membayangkan jari-jari lentik Zahra memijat punggungnya. "Om, badannya gede. Kayaknya jariku nggak kuat kalau mijit langsung. Boleh kan aku pakai alat bantu?" tanya Zahra."Terserah kamu saja. Yang penting pegel-pegelku hilang," kata Hisyam pasrah. Meski ia tidak tahu apa yang akan di gunakan Zahra. Daripada aksi pijat memijatnya tidak jad

  • Terpesona Papa Mertua   Menjauhkan Zahra Dari Abie

    Selama beberapa saat Abie terpaku memandang Zahra. Wanita yang selama ini di tolaknya salam pernikahan justru sekarang dia inginkan. Andai saat itu Abie lebih teliti lagi tidak terburu-buru, mungkin Zahra sekarang sudah menjadi istrinya.Zahra tengah sibuk menata makanan untuk sarapan pagi. Hari ini dia libur, lumayan bisa membantu Mbok Siyem memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan. Tidak biasanya Abie bangun lebih awal, tentu saja dia tidak ingin melewatkan momen bertemu Zahra. "Pagi Ma, cantik banget hari ini," puji Abie. Sementara Zahra merasa risih di panggil Mama oleh Abie. Ia terdiam tidak menjawab sapaan Abie. Rasanya hatinya masih kesal setelah tahu ternyata pria yang baru di kenalnya itu adalah mantan calon suami yang pernah di jodohkan dengannya dulu."Aku bantu ya nata piringnya," seloroh Abie tidak tahu malu. Gerah mendengar perkataan Abie yang menyebut dirinya Mama ia langsung menatap tajam ke arah Abie. Tak rela rasanya kalau dirinya yang masih muda di panggil Mama.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status