Share

Om Ganteng

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:47:20

"Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam.

"Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang.

"Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra.

"Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam.

"Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam.

"Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.

Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup.

"Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu tidak akan mau menjalankan tugasmu sebagai istriku," ucap Hisyam.

Mendengar kata istriku di sebut rasanya terdengar aneh di telinga Zahra. Bayangkan pria yang duduk di hadapannya ini dulunya akan menjadi mertuanya. Sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. 

Hisyam tahu kalau Zahra masih canggung terhadap dirinya. Terlihat cara duduk Zahra yang sedikit menjauh dari Hisyam. Zahra memilih duduk di pojokan sofa sementara Hisyam duduk di ranjang. Jaraknya juga terpaut cukup jauh. Untung saja pendengaran mereka cukup bagus sehingga bisa mendengar perkataan lawan bicaranya.

Hisyam mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ia membuka isi dompetnya lalu meletakkan kartu berwarna hitam itu di atas meja. 

"Gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu," kata Hisyam.

"Tapi Om, tidak perlu menafkahiku. Bentar lagi kita juga cerai," ucap Zahra. Karena pernikahan kilat itu hanya untuk penyelamatan harga diri keluarga Zahra.

"Tidak masalah, selama kamu jadi istriku kamu berhak mendapatkan nafkah dariku. Karena secara agama dan hukum yang ada di negara ini kamu sah jadi istriku," jawab Hisyam. Meski Hisyam merasa aneh memberi kartu atmnya pada Zahra yang baginya masih bocah ingusan. Seperti memberi uang jajan pada anak kecil. Karena bagaimanapun juga dulu Zahra adalah pacar anaknya.

Hal yang di takutkan Hisyam adalah, kalau Abie sampai tahu aslinya Zahra anaknya secantik ini dia pasti menyesal sudah kabur dalam pernikahannya. Dan Hisyam juga bingung harus berkata apa kalau sampai Abie tahu dia yang menikahi calon istrinya. 

Hubungan Hisyam dan Abie sebenarnya tidak begitu baik. Itu di karenakan Abie susah di atur dan sering menggunakan uang perusahaannya untuk bersenang-senang. Kalau bukan karena alamat dari Winda, Hisyam sudah melepas Abie menjadi gelandangan. Hisyam hanya bertanggung jawab secara moral saja.

"Terima kasih banyak, karena Om sudah menyelamatkan keluargaku dari rasa malu. Om tidak perlu sebaik ini memberikan aku uang jajan, aku tidak memerlukannya," tolak Zahra kembali menyodorkan Black card itu kepada Hisyam.

"Jangan membuat Om tambah merasa bersalah Zahra. Terserah kamu mau menggunakannya atau tidak. Yang penting Om sudah menjalankan kewajiban pertama Om sebagai suami. Mengenai hubungan di ranjang, kamu tidak perlu melakukannya," terang Hisyam. Perkataan Hisyam yang terakhir membuat hati Zahra merasa tenang. 

Ia memang tidak siap melakukannya, apalagi usia mereka terpaut cukup jauh. Meski penampilan Hisyam justru lebih tampan dan gagah dari Abie. Tapi, Zahra enggan berpikiran macam-macam. Di tambah belum ada rasa cinta di antara keduanya.

"Om, aku boleh naruh baju-bajuku di lemari?" tanya Zahra kemudian. Ia melirik kopernya yang masih berdiri fi sudut kamar.

"Oh, maaf. Aku lupa menjelaskan padamu, kalau di balik dinding ini masih ada ruangan lain khusus menyimpan semua barang-barangmu," terang Hisyam. Ia pun menekan tombol pintunya dalam sekejap ruangan itu terbuka secara otomatis.

Di sana ada beberapa lemari kaca yang khusus untuk menyimpan pakaian dan koleksi sepatu serta ras. Sesaat Zahra sempat melongo karena ruangan itu seperti toko kecil yang ada di sebelah kamarnya Hisyam.

"Dulu Winda menyimpan barang-barangnya di sini. Karena sekarang kamu istriku, kamu berhak menyimpannya di sini juga," ucap Hisyam. 

Zahra termenung sejenak, dia tahu kalau Hisyam sangat mencintai Winda mantan istrinya. Kalau bukan karena Winda meninggal terkena kanker ganas mungkin mereka masih bersama hingga sekarang.

"Barangku cuman sedikit, satu lemari sudah cukup," kata Zahra. Ia mulai membuka kopernya dan menaruh satu persatu pakaiannya. Sementara Hisyam berjalan ke arah lemari lainnya yang masih menyimpan banyak benda kesayangan Winda di sana. Zahra melirik ke arah Hisyam yang sedari tadi memandangi pigura foto Winda yang tersimpan dalam lemari. Sikap diamnya itu  membuat Zahra merasa kasihan pada Hisyam. Lelaki itu pasti menderita dan kesepian karena kehilangan istrinya selama ini.

"Om, kalau pingin cerita-cerita ke aku tentang perasaan Om pada almarhum Tante Winda aku siap kok mendengarkannya," kata Zahra. 

"Tidak perlu, kamu urus saja pakaianmu. Aku mau cari udara sebentar," jawab Hisyam datar. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu justru membuat Zahra tidak suka. Ia sudah menjatuhkan harga dirinya sok peduli dengan meminta Hisyam curhat tapi justru di tolak mentah-mentah.

"Ih, menyebalkan sekali Om Hisyam. Tahu begini aku tidak nawarin diri buat temen curhat," gerutu Zahra usai Hisyam pergi. Ia kesal karena Hisyam tidak menyambut baik niatnya.

Sementara di luar, Hisyam terlihat tengah menelepon seseorang. Dari kemarin dia penasaran apa yang di lakukan Abie di luar sana. Sampai-sampai tidak mau datang ke pernikahannya. 

Di sebuah hotel tampak seperti berantakan pakaian mereka sudah teronggok di lantai. Keduanya saling memenuhi kebutuhan pasangannya.

"Sayang, ponsel kamu bunyi terus tuh," kata Citra.

"Nanti saja, bentar lagi. Nanggung nih lagi enak-enaknya," ucap Abie. Tak peduli perbuatan itu di larang, iblis selalu saja memberikan bisikan agar terus di lanjutkan.

"Teleponnya gak berhenti. Gangguin saja," gerutu Citra.

Akhirnya Hisyam menyambar ponselnya, melihat siapa yang sedari tadi meneleponnya. Ia kaget karena yang meneleponnya ternyata Hisyam. Papa tiri sekaligus pohon uangnya. Terpaksa dia mengangkatnya.

"Halo, ada apa Pa. Aku lagi sibuk nih," ucap Abie beralasan. Sementara Citra diam-diam  mendengarkan percakapan Abie. Ia pernah dengar kalau Abie putra anak orang paling kaya di kotanya. Citra yakin yang meneleponnya itu pasti papanya.

"Anak tidak tahu diri. Kemana saja kamu kemarin, kamu lupa kemarin adalah hari pernikahanmu! Kenapa kamu tidak datang?" ungkapnya kesal. 

"Papa kayak tidak tahu anak muda saja. Aku tidak suka di jodohkan. Aku tidak ingin menikah cepat-cepat," bantah Abie. 

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terpesona Papa Mertua   pengantin Pria Tidak Datang

    "Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pengantin Pengganti

    "Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

  • Terpesona Papa Mertua   Om Ganteng

    "Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu

  • Terpesona Papa Mertua   Pengantin Pengganti

    "Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me

  • Terpesona Papa Mertua   pengantin Pria Tidak Datang

    "Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status