Share

Om Ganteng

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:47:20

"Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam.

"Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang.

"Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra.

"Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam.

"Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam.

"Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.

Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup.

"Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu tidak akan mau menjalankan tugasmu sebagai istriku," ucap Hisyam.

Mendengar kata istriku di sebut rasanya terdengar aneh di telinga Zahra. Bayangkan pria yang duduk di hadapannya ini dulunya akan menjadi mertuanya. Sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. 

Hisyam tahu kalau Zahra masih canggung terhadap dirinya. Terlihat cara duduk Zahra yang sedikit menjauh dari Hisyam. Zahra memilih duduk di pojokan sofa sementara Hisyam duduk di ranjang. Jaraknya juga terpaut cukup jauh. Untung saja pendengaran mereka cukup bagus sehingga bisa mendengar perkataan lawan bicaranya.

Hisyam mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ia membuka isi dompetnya lalu meletakkan kartu berwarna hitam itu di atas meja. 

"Gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu," kata Hisyam.

"Tapi Om, tidak perlu menafkahiku. Bentar lagi kita juga cerai," ucap Zahra. Karena pernikahan kilat itu hanya untuk penyelamatan harga diri keluarga Zahra.

"Tidak masalah, selama kamu jadi istriku kamu berhak mendapatkan nafkah dariku. Karena secara agama dan hukum yang ada di negara ini kamu sah jadi istriku," jawab Hisyam. Meski Hisyam merasa aneh memberi kartu atmnya pada Zahra yang baginya masih bocah ingusan. Seperti memberi uang jajan pada anak kecil. Karena bagaimanapun juga dulu Zahra adalah pacar anaknya.

Hal yang di takutkan Hisyam adalah, kalau Abie sampai tahu aslinya Zahra anaknya secantik ini dia pasti menyesal sudah kabur dalam pernikahannya. Dan Hisyam juga bingung harus berkata apa kalau sampai Abie tahu dia yang menikahi calon istrinya. 

Hubungan Hisyam dan Abie sebenarnya tidak begitu baik. Itu di karenakan Abie susah di atur dan sering menggunakan uang perusahaannya untuk bersenang-senang. Kalau bukan karena alamat dari Winda, Hisyam sudah melepas Abie menjadi gelandangan. Hisyam hanya bertanggung jawab secara moral saja.

"Terima kasih banyak, karena Om sudah menyelamatkan keluargaku dari rasa malu. Om tidak perlu sebaik ini memberikan aku uang jajan, aku tidak memerlukannya," tolak Zahra kembali menyodorkan Black card itu kepada Hisyam.

"Jangan membuat Om tambah merasa bersalah Zahra. Terserah kamu mau menggunakannya atau tidak. Yang penting Om sudah menjalankan kewajiban pertama Om sebagai suami. Mengenai hubungan di ranjang, kamu tidak perlu melakukannya," terang Hisyam. Perkataan Hisyam yang terakhir membuat hati Zahra merasa tenang. 

Ia memang tidak siap melakukannya, apalagi usia mereka terpaut cukup jauh. Meski penampilan Hisyam justru lebih tampan dan gagah dari Abie. Tapi, Zahra enggan berpikiran macam-macam. Di tambah belum ada rasa cinta di antara keduanya.

"Om, aku boleh naruh baju-bajuku di lemari?" tanya Zahra kemudian. Ia melirik kopernya yang masih berdiri fi sudut kamar.

"Oh, maaf. Aku lupa menjelaskan padamu, kalau di balik dinding ini masih ada ruangan lain khusus menyimpan semua barang-barangmu," terang Hisyam. Ia pun menekan tombol pintunya dalam sekejap ruangan itu terbuka secara otomatis.

Di sana ada beberapa lemari kaca yang khusus untuk menyimpan pakaian dan koleksi sepatu serta ras. Sesaat Zahra sempat melongo karena ruangan itu seperti toko kecil yang ada di sebelah kamarnya Hisyam.

"Dulu Winda menyimpan barang-barangnya di sini. Karena sekarang kamu istriku, kamu berhak menyimpannya di sini juga," ucap Hisyam. 

Zahra termenung sejenak, dia tahu kalau Hisyam sangat mencintai Winda mantan istrinya. Kalau bukan karena Winda meninggal terkena kanker ganas mungkin mereka masih bersama hingga sekarang.

"Barangku cuman sedikit, satu lemari sudah cukup," kata Zahra. Ia mulai membuka kopernya dan menaruh satu persatu pakaiannya. Sementara Hisyam berjalan ke arah lemari lainnya yang masih menyimpan banyak benda kesayangan Winda di sana. Zahra melirik ke arah Hisyam yang sedari tadi memandangi pigura foto Winda yang tersimpan dalam lemari. Sikap diamnya itu  membuat Zahra merasa kasihan pada Hisyam. Lelaki itu pasti menderita dan kesepian karena kehilangan istrinya selama ini.

"Om, kalau pingin cerita-cerita ke aku tentang perasaan Om pada almarhum Tante Winda aku siap kok mendengarkannya," kata Zahra. 

"Tidak perlu, kamu urus saja pakaianmu. Aku mau cari udara sebentar," jawab Hisyam datar. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu justru membuat Zahra tidak suka. Ia sudah menjatuhkan harga dirinya sok peduli dengan meminta Hisyam curhat tapi justru di tolak mentah-mentah.

"Ih, menyebalkan sekali Om Hisyam. Tahu begini aku tidak nawarin diri buat temen curhat," gerutu Zahra usai Hisyam pergi. Ia kesal karena Hisyam tidak menyambut baik niatnya.

Sementara di luar, Hisyam terlihat tengah menelepon seseorang. Dari kemarin dia penasaran apa yang di lakukan Abie di luar sana. Sampai-sampai tidak mau datang ke pernikahannya. 

Di sebuah hotel tampak seperti berantakan pakaian mereka sudah teronggok di lantai. Keduanya saling memenuhi kebutuhan pasangannya.

"Sayang, ponsel kamu bunyi terus tuh," kata Citra.

"Nanti saja, bentar lagi. Nanggung nih lagi enak-enaknya," ucap Abie. Tak peduli perbuatan itu di larang, iblis selalu saja memberikan bisikan agar terus di lanjutkan.

"Teleponnya gak berhenti. Gangguin saja," gerutu Citra.

Akhirnya Hisyam menyambar ponselnya, melihat siapa yang sedari tadi meneleponnya. Ia kaget karena yang meneleponnya ternyata Hisyam. Papa tiri sekaligus pohon uangnya. Terpaksa dia mengangkatnya.

"Halo, ada apa Pa. Aku lagi sibuk nih," ucap Abie beralasan. Sementara Citra diam-diam  mendengarkan percakapan Abie. Ia pernah dengar kalau Abie putra anak orang paling kaya di kotanya. Citra yakin yang meneleponnya itu pasti papanya.

"Anak tidak tahu diri. Kemana saja kamu kemarin, kamu lupa kemarin adalah hari pernikahanmu! Kenapa kamu tidak datang?" ungkapnya kesal. 

"Papa kayak tidak tahu anak muda saja. Aku tidak suka di jodohkan. Aku tidak ingin menikah cepat-cepat," bantah Abie. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suherni Erni
gimana nanti kalau abie bertemu dengan zahra yang sudah menjadi istri pa2 nya tambsh benci tu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Alasan Kabur

    "Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terpesona Papa Mertua   Langsung On

    "Aku yakin mereka pasti mengira aku ini simpanan Om-Om yang lagi di ajak belanja," sungut Zahra."Tidak usah kamu pikirkan soal itu, kenyataannya kamu istriku sah," jelas Hisyam. Mendengar pernyataan Hisyam entah mengapa hati Zahra menjadi tenang. Apa karena Hisyam mengakui dirinya sebagai istri? "Om, yang namanya istri sah itu kewajibannya banyak. Salah satunya menuhin kebutuhan biologis Om," jawab Zahra."Kamu tidak perlu melakukannya, karena pernikahan kita tidak seperti orang pada umumnya," kata Hisyam tak berani berharap. Ia tahu mana mungkin Zahra minat kepadanya yang usianya jauh lebih tua.Zahra pun mengangguk, sebenarnya dia tidak keberatan kalau Hisyam mau menyentuhnya. Karena dia merasa nyaman sekali malam itu waktu tidur di peluk Hisyam.Sampai di rumah, para ART langsung sibuk mengeluarkan barang belanjaan di bagasi. Sementara Hisyam dan Zahra masuk ke dalam kamarnya. Zahra langsung naik ke ranjang sementara Hisyam sandaran di sofa."Sebentar saja jalan-jalan udah capek,

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Aku Cuman Berteman

    Tak seperti biasanya Zahra berangkat pagi-pagi. Ya, hari ini dia sudah berjanji pada teman-temannya untuk kerja kelompok. Ia lupa mengatakan pada Hisyam kalau salah satu teman cowoknya datang menjemputnya. "Om, bangun," kata Zahra menggoyangkan pundak suaminya.Perlahan mata Hisyam terbuka, dia kaget Zahra sudah berdandan cantik pagi-pagi."Om, aku minta ijin pagi ini aku mau pergi ke rumah temanku. Ada kerja kelompok, boleh ya," pinta Zahra.Hisyam yang masih ngantuk hanya merem melek di sertai anggukan. Tajam lama Zahra sudah selesai dandan. Dia kemudian jongkok mencium punggung tangan Hisyam sebentar lalu pergi. Hisyam yang semula masih ngantuk sekali tersentak kaget merasakan sekilas ada benda lembab kenyal menyentuh punggung tangannya. Sayangnya, saat dia terbangun Zahra sudah hilang dari hadapannya.Hisyam hanya mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Ia pun bangkit dari ranjangnya dan menarik tirai untuk memantau kepergian Zahra dari jendela kamarnya. Kaget, seorang cowok

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Minta Maaf

    "Maafin Om Zahra, Om hanya merasa tidak di hargai sebagai suami," ucap Hisyam. Dia merengkuh tubuh Zahra dan menenangkan tangis istrinya. Baru kali ini dalam keadaan sadar Zahra merasakan kalau pelukan Hisyam sangat nyaman. Tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya membuat Zahra merasa aman dalam pelukannya. Sementara Hisyam kembali merasakan gairah yang sudah lama mati kembali tumbuh. Namun sepertinya dia harus menahannya. Zahra melepaskan diri dari pelukan Hisyam, dia merasa malu habis berpelukan erat dengan suaminya sendiri. Ia sampai tak berani menatap ke arah Hisyam. Ia merasa Hisyam tidak kelihatan tua sedikitpun, bahkan seperti kakaknya. Apakah karena Hisyam rajin merawat diri atau karena suaminya itu memang awet muda."Ada yang aneh dari wajahku, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Hisyam."Ah, enggak kok Om. Cuman masih aneh saja aku menikah dengan orang yang seharusnya jadi mertuaku," jawab Zahra."Kamu malu punya suami lebih tua darimu?" tanya Hisyam.Zahra mengangguk

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Halusinasinya Kejauhan

    "Untuk sementara ini kamu jangan keluar kamar dulu. Biasanya Abie cuma sebentar di rumah ini. Dia biasanya memilih tinggal di apartemennya," ucap Hisyam. "Tapi, bagaimana kalau dia mengetahui aku di sini. Aku belum siap menghadapinya," balas Zahra sembari menunduk."Sudahlah, tidak akan terjadi apa-apa. Aku di sini bersamamu," ucap Hisyam menenangkan hati Zahra. Zahra mengangguk mendengar perkataan Hisyam. Entah mengapa kali ini dia memilih percaya pada Hisyam daripada bingung memikirkan kedatangan Abie."Om, bener ya. Lindungin aku di sini," kembali Zahra memastikan.Hisyam mengangguk pasti, Zahra pun spontan memeluk Hisyam membuat pria itu cukup kaget. Namun, dia segera mengeratkan pelukannya sebentar. Hisyam tidak tahu mengapa perasaannya terdorong melindungi Zahra. Padahal awalnya niatnya menikahi Zahra atas dasar pertanggungjawaban bukan karena cinta. Lalu mengapa sekarang jantungnya selalu saja berdebar ketika berdekatan dengan Zahra?Hasratnya kembali mendekat manakala Zahra b

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Bingung Dengan Perasaanku

    "Jangan malu, kita kan suami istri kamu berhak kok melihat seluruh tubuhku," jawab Hisyam sembari mengedipkan matanya."Dasar Om mesum, aku pindah kamar aja kalau gitu," ancam Zahra. Baru saja mau membuka pintu Zahra baru ingat kalau Abie masih ada di rumah. Ia langsung berbalik arah tapi justru menabrak tubuh Hisyam yang hanya berbalut handuk. Dan sialnya handuk itu jatuh ke lantai. Mata Zahra langsung melotot kaget, begitu juga Hisyam mau mengambil handuk ya malah ke injak kaki Zahra."Om, sengaja ya. Mancing-mancing gitu," lirih Zahra sembari menutup matanya. "Bukannya Om sengaja, kayaknya kamu sendiri yang penasaran pingin liatin," canda Hisyam. "Udah pake handuknya belum?" tanya Zahra. Jantung Zahra seakan mau copot kalau lihat yang begituan. Seumur-umur baru kali ini. "Gimana mau pakai handuknya, kalau kamu injek handukku," keluh Hisyam. Buru-buru Zahra segera mengangkat kakinya. Sehingga Hisyam bisa mengambil handuknya. "Sudah Om?" tanya Zahra lagi. Matanya masih terpejam m

    Last Updated : 2025-03-09

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Mertua

    Perjalanan yang tidak cukup jauh berboncengan motor matic antara Abie dan Winda kini mengantarkan mereka sampai di rumah makan. Abie berhenti di parkiran membantu Winda melepaskan helmnya saat ia sudah turun dari motor."Win, kenapa kita tidak ke rumahmu saja ketemuannya. Agar aku juga tahu dimana rumahmu," ucap Abie sembari berjalan beriringan menggandeng tangan Winda masuk ke dalam rumah makan.Tak sedikitpun Abie melepaskan gandengan tangannya. Membuat Winda merasa dag dig dug. Ia mengambil nafas agar bisa mengontrol jantungnya berdetak lebih teratur.Dari kejauhan Hilman melihat putrinya di gandeng seorang pria tampan yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa dia merasa familiar dengan wajah pria tersebut. Tapi dimana dia pernah bertemu. Ia kesulitan mengingatnya.Hingga kaki langkah mereka semakin mendekat ke arahnya. Winda sekilas seperti memberi isyarat pada Abie untuk menghentikan langkahnya."Mas, itu Papaku. Dia yang memakai kemeja hitam," bisik Winda. Winda memang sudah mengi

  • Terpesona Papa Mertua   Belah Duren

    Abie tidak jadi belah duren. Ia akhirnya memilih mandi air dingin. Winda merasa tidak enak pada suaminya. Pertama kali malahan tidak bisa memberikan jatah pada Abie.Tak lama Abie keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh segar. Wajah Rosa menunduk. Ada rasa malu menggelayuti hatinya. Kejadian tadi terjadi begitu cepat. Ia masih ingat bagaimana tadi tubuh kekar itu sempat menindihnya. Dan ciuman Abie membuatnya melayang-layang. Kini tubuh kekar nan gagah dengan handuk melilit di perutnya berdiri di hadapannya. Winda juga sempat melihat betapa besar dan panjangnya milik suaminya yang tersembunyi di balik handuk itu."Mas, maafin aku ya," lirih Winda kemudian."Maaf soal apa, Win?" Abie mengambil posisi duduk di dekat Winda. Jantung Winda makin berdegup kencang. Ia takut manusia tampan di sampingnya itu menerkamnya lagi."Soal tadi Mas ... aku juga nggak tau kalo bakal halangan," ucap Winda. Wajahnya masih tertunduk saat mengatakannya.Abie menepuk pundak Winda. Membuat jan

  • Terpesona Papa Mertua   Bikin Geli

    "Win ..." Abie memanggil Winda dengan suara pelan sambil berbisik. Matanya menatap ke bibir Winda yang begitu dekat. Meski sebenarnya dia gugup takut kalau Winda menolaknya.Winda tertunduk malu hatinya berdegup kencang."Boleh ... Mas."Suaranya terdengar lirih meskipun begitu Abie bisa mendengarnya. Ia tersenyum tipis melihat wajah istrinya sedikit memerah seperti kepiting rebus. Hal itu justru semakin membuat Abie bersemangat melakukan keinginannya.Tanpa ragu, Abie mendekatkan bibirnya pada bibir Winda. Ciuman itu begitu lembut tidak terburu-buru berbeda dengan Abie dulu yang biasanya liar ketika mencium seorang wanita. Tiap sentuhan bibirnya mengandung kehati-hatian. Seolah Winda adalah benda porselen mahal yang harus di perlakukan istimewa.Keduanya merasakan kehangatan di antara mereka. Tanpa sadar Winda mengikuti irama. Dia membalas ciuman Abie. Baru kali ini dia merasakan ternyata begitu nikmatnya ciuman dengan suaminya. Sementara Abie merasa ciuman hari ini sangat manis. Berb

  • Terpesona Papa Mertua   Mungkinkah Aku Cemburu

    Citra pulang dengan perasaan dongkol. Apalagi di rumah Reno hanya ongkang-ongkang saja tidak mau bekerja."Mana makanan pesananku!" Tangan Reno tengadah meminta yang di pesannya.Wajah Citra memucat, gara-gara ketemu Abie di warung tadi. Seharian pikirannya di penuhi mantan suaminya. Ia lupa kalau sehabis pulang kerja harus membawakan sebungkus nasi padang untuk Reno.Reno selalu mengancam dirinya kalau sampai kabur darinya dia akan mengobrak-abrik warung bakso bosnya. Padahal cari pekerjaan sulit. Citra tidak ingin kehilangan pekerjaan. Maka dari untuk sementara ini Citra tidak berani kabur dari rumah. Ia masih butuh uang untuk bertahan hidup. Tabungannya sudah habis di curi Reno. Ia harus kerja keras lagi mengumpulkannya sehingga kalau kabur nanti dia masih punya pegangan uang bertahan hidup."Kok diam! Kamu lupa kalau aku pesan nasi padang!" sentak Reno."Kerjaan di warung banyak. Jadi aku lupa," jawab Citra lirih. Perasaannya masih kacau. Keinget Abie sama perempuan cantik tadi."

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Bertemu Citra

    "Kenapa pipi Mas memerah sedari tadi? Mas sakit?" tanya Winda."Aku nggak apa-apa kok. Kamu pilih aja baju yang kamu sukai. Nanti Mas yang bayarin," kata Abie. Gimana pipinya tidak memerah sepanjang perjalanan Winda memeluk erat pinggangnya. Saking nurutnya Winda tidak melepaskan pegangannya hingga sampai ke tujuan. Gara-gara tindakan Winda itu, miliknya jadi makin sesak. Tubuhnya memanas karena menahan diri cukup lama.Winda sebenarnya ragu ingin membeli baju yang biasa di belinya. Takutnya kemahalan dan mencolok akhirnya dia memilih yang biasa saja."Mas, aku cobain yang ini ya," izin Winda."Bener kamu suka itu?" tanya Abie memastikan. Karena di liatnya ukurannya terlalu besar dan modelnya kurang menarik. Gini-gini Abie dulu juga sering mengantar Citra berbelanja. Ia tahu baju yang sesuai fashion sama tidak. Apalagi melihat pilihan baju yang pernah di pakai Winda saat kecelakaan sepertinya beda jauh. Setidaknya meski beda harga ukurannya juga nggak jauh beda kan?Winda jadi ragu. "

  • Terpesona Papa Mertua   Baru Pertama Kali Boncengan

    Hisyam menghela napas."Kamu main perempuan lagi? Makanya kamu terpaksa menikahinya," tebak Hisyam.Tuduhan itu sama sekali tidak membuat Abie marah. Ia paham betul bagaimana sikapnya dulu yang seenaknya. Suka main perempuan dan berfoya-foya. Sudah sepantasnya Hisyam berpasangka buruk terhadapnya."Bu ... bukan seperti itu, Pa. Aku tak sengaja menemukannya pingsan di jalanan depan rumahku. Karena aku tidak memiliki cukup uang akhirnya aku putuskan merawatnya hingga sembuh. Namun ... warga sekitar justru salah paham mengiraku berbuat macam-macam padanya selama tinggal di rumahku," terang Abie."Lalu ... mereka memaksaku menikahinya. Dan ... sekarang aku berusaha menerima pernikahan ini, Pa," lanjut Abie.Nafas Hisyam sempat tertahan mendengar pengakuan Abie. Tiap kalimat yang di ucapkan Abie begitu lancar seperti tidak ada yang di tutupi. Tatapannya juga sendu. Tidak terlihat berapi-api. Mungkinkah Abie memang sudah berubah?Di sisi lain dia terharu sekaligus kasihan. Gaji OB di perusah

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Menemui Hisyam

    Abie terdiam sesaat, membuat Winda yang tengah menunggu jawabannya menjadi gelisah. Ia yakin kalau Abie masih ada perasaan dengan mantan istrinya."Kalau aku bilang sudah tidak mencintainya apa kamu percaya?" Abie justru balik bertanya."Bener juga, siapa yang tahu hati seseorang. Mas juga belum mencintaiku sekarang. Akupun begitu. Kita ganti topik saja." Winda berusaha menenangkan dirinya. Kalau dia belum mencintai Abie lalu kenapa harus takut mendengar pengakuan suaminya. Mengenai perasaan Abie pada mantan istrinya?Tangan Abie menggenggam Winda erat. Tatapannya teduh seolah berusaha menenangkan hati Winda yang gundah.Reaksi Winda cukup kaget. Ia hendak menarik tangannya namun Abie menggenggamnya makin erat."Aku sudah tidak mencintainya. Sekarang aku hanya fokus pada keluarga kecil ini. Aku ingin mulai dari awal denganmu. Maukah kamu bersabar agar kita saling mencintai sepenuhnya."Ucapan Abie cukup menguatkan hati Winda. Ia pun mengangguk pelan sembari tersenyum manis."Terima ka

  • Terpesona Papa Mertua   Kembalikan Uangku

    "Kembalikan uangku!" Citra memaksa merogoh saku celana Reno. Reno tidak terima perlakuan Citra, ia langsung mendorong Citra hingga jatuh terduduk di lantai.Citra tidak pantang menyerah dia juga membalas mendorong tubuh Reno hingga terjatuh. Reno yang masih setengah mabuk berusaha bangkit namun tubuhnya sempoyongan. Citra tidak mendapatkan apa-apa dari saku Reno."Kenapa Om habiskan semua uangku!""Aaargh!" Citra berteriak histeris. Dia sudah tidak tahan hidup seperti ini. Susah payah dia mendapatkan uang itu. Seenaknya saja Reno menghabiskannya.Citra langsung ke kamarnya. Ia sudah tidak tahan hidup satu atap dengan parasit seperti Reno. Harapannya untuk menjadi Nyonya besar yang di manja pupus sudah. Reno sudah jatuh miskin. Tak ada yang bisa di harapkan dari Reno.Ia memasukkan semua pakaiannya di koper. Entah mau pergi kemana. Citra juga tidak tahu. Yang terpenting pergi secepatnya dari tempat yang terkutuk ini. Ia tidak mau hidup satu atap dengan pemabuk yang kerjaannya hanya men

  • Terpesona Papa Mertua   Begini Lebih Nyaman

    Abie spontan menggenggam jemari Winda. Tatapannya penuh kecemasan karena mendengar teriakan Winda akibat mati lampu.Namun tiba-tiba cahaya dari hape itu juga ikut padam. Winda ketakutan langsung memeluk Abie yang berada di dekatnya."Aku takut Mas!" Teriaknya.Abi yang sudah lama tidak pernah berpelukan dengan wanita. Kaget Winda menghamburkan diri dalam dekapannya. Susah payah berusaha menguasai perasaannya."Tenanglah, aku ada di sini. Tidak akan ada apa-apa," ucap Abie lembut. Winda merasakan kehangatan yang mulai tumbuh dalam hatinya setelah mendengar perkataan Abie."Mas, jangan ninggalin aku ya. Aku takut gelap," lirih Winda.Ganti Abie yang tidak bisa menguasai gemuruh degup jantungnya yang bertalun-talun sejak tadi. Gimana tidak gugup Winda tanpa sadar merapatkan tubuhnya memeluknya erat. Ia bisa merasakan aroma harum istrinya.Naluri kelaki-lakiannya pun bangkit. Abie berusaha keras menahan diri. Ia tidak ingin Winda makin ketakutan kalau dirinya berbuat macam-macam.Winda j

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status