Share

Langsung On

Penulis: Rasyidfatir
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 06:27:38

"Aku yakin mereka pasti mengira aku ini simpanan Om-Om yang lagi di ajak belanja," sungut Zahra.

"Tidak usah kamu pikirkan soal itu, kenyataannya kamu istriku sah," jelas Hisyam. Mendengar pernyataan Hisyam entah mengapa hati Zahra menjadi tenang. Apa karena Hisyam mengakui dirinya sebagai istri? 

"Om, yang namanya istri sah itu kewajibannya banyak. Salah satunya menuhin kebutuhan biologis Om," jawab Zahra.

"Kamu tidak perlu melakukannya, karena pernikahan kita tidak seperti orang pada umumnya," kata Hisyam tak berani berharap. Ia tahu mana mungkin Zahra minat kepadanya yang usianya jauh lebih tua.

Zahra pun mengangguk, sebenarnya dia tidak keberatan kalau Hisyam mau menyentuhnya. Karena dia merasa nyaman sekali malam itu waktu tidur di peluk Hisyam.

Sampai di rumah, para ART langsung sibuk mengeluarkan barang belanjaan di bagasi. Sementara Hisyam dan Zahra masuk ke dalam kamarnya. Zahra langsung naik ke ranjang sementara Hisyam sandaran di sofa.

"Sebentar saja jalan-jalan udah capek, gimana Om mau melayani istri di kamar kalau begini," ledek Zahra.

Gemas mendengar perkataan Zahra, Hisyam pun bangkit dari sofanya. Ia langsung bergerak cepat merebahkan Zahra.

"Kamu mau aku buktikan?" Zahra melotot kaget dan merasa ada benda keras di bawah sana yang menegang. Pikiran Zahra jadi berselancar. Mungkinkah tandanya Om Hisyam lagi kepengen ...

"Eh, tidak-tidak, aku cuman bercanda kok Om," wajah Zahra sedikit ketakutan seperti mau di terkam singa.

Hisyam pun melepaskan cengkeramannya. Ia juga tidak tahu mengapa sulit menahan dirinya sekarang. Segera Hisyam melepaskan Zahra setelah tahu tindakannya kelewat batas.

Sebentar saja, Zahra bisa merasakan tubuh kekar Hisyam di atasnya tadi. Sialnya, mengapa dia justru ingin Hisyam di atasnya lagi. Pikiran berselancar membayangkan keduanya sedang tanda petik. 

"Tidak-tidak, aku tidak mau melakukan itu dengan pria yang usianya lebih tua dariku," batin Zahra. Ia berusaha keras menolak perasaan yang masuk ke dalam hatinya.

"Kalau kamu berani menggodaku lagi, aku tidak hanya menerkammu," ancam Hisyam.

"Iya deh, enggak lagi." Zahra sedikit ketakutan kalau Hisyam benar-benar membuktikan ancamannya. Sementara Hisyam tersenyum kecil tanpa Zahra tahu. 

"Kamu tidak cobain pakaian yang aku belikan tadi?" tanya Hisyam mengalihkan pembicaraan

"Nanti ajalah, Om. Aku masih capek," ucap Zahra.

"Mana yang capek biar aku pijitin," tawar Hisyam. 

"Ini pasti modus kan. Enggak aku nggak mau!" tolak Zahra. Ia tidak mau di sentuh Hisyam yang di anggapan seperti Om-Om hidung belang. 

"Ya sudah kalau tidak mau, kalau begitu aku minta tolong pijitin punggungku," pinta Hisyam.

"Aku nggak bisa pijat Om. Kenapa Om tidak panggilin tukang pijat aja sih. Merepotkan," gerutu Zahra.

"Bukannya aku tidak mampu bayar. Cuman aku tidak suka di sentuh wanita yang bukan muhrimku. Kamu tahu jan maksudku," jelas Hisyam.

Degh, rasanya mendengar pernyataan Hisyam. Zahra tidak menyangka kalau Hisyam tidak sembarangan menyentuh wanita. Sangat berbeda sekali dengan Abie yang tiap hari mengirim wa mengajaknya tidur bareng. 

Akhirnya, Zahra mendekat sementara Hisyam membuka baju atasannya sehingga terlihat sixpack. Wajah Zahra jadi merona merah memandangi makhluk ciptaan Tuhan yang super tampan itu. Dengan badan atletis yang membuatnya dan dig dug ketika mau menyentuhnya.

"Kok diam saja. Ayo di pijat dong," pinta Hisyam membuyarkan lamunan Zahra. Zahra menempelkan kedua tangannya di punggung Hisyam. Ia mulai memijat sebisanya. Bukannya merasa enteng badannya, justru Hisyam merasakan sentuhan tangan halus Zahra seperti ada sengatan listriknya.

Celana bawahnya kembali sesak karena adik kecilnya kembali On. Hisyam menggerutu dalam hatinya. Mengapa terhadap istrinya ini dia harus menahan diri. Sungguh Hisyam merasa tersiksa menahannya.

"Om, kok diam? Apa pijatan Zahra kurang mantap?" tanya Zahra membuka pembicaraan.

'Duh, bukan masalah mantap atau tidaknya Zahra. Baru saja kamu sentuh saja sudah langsung On," batin Hisyam.

"Enak kok, lanjut kakiku ya," pinta Hisyam. Baru saja menyentuh kaki belakang Hisyam yang terdapat bulu-bulu halusnya Zahra langsung merasa gimana-gimana. Ia deg-degan setengah mati karena baru kali ini memijat laki-laki. Meski Hisyam sudah jadi muhrimnya tetap saja ia merasa kurang nyaman. Ada semacam perasaan yang tidak di mengerti menjalar dalam hatinya.

"Apa dulu, Tante Winda juga sering mijitin Om kayak gini?" tanya Zahra penasaran.

"Tidak pernah, dia tidak pernah aku izinkan capek-capek karena alasan kesehatannya," jawab Hisyam.

"Lalu, bagaimana Om melakukan hubungan suami istri kalau Tante Winda sakit?" tanya Zahra lagi.

"Aku melakukannya di awal-awal pernikahan kami. Setelah tahu dia di diagnosis penyakit itu. Aku tidak melakukannya, karena takut dia hamil. Mengingat kondisi tubuhnya pasti semakin kepayahan kalau dia sampai hamil anak kami," jawab Hisyam.

Zahra sempat melongo mendengar pernyataan Hisyam. Kalau selama ini Hisyam sudah lama tidak melakukan hubungan dengan wanita. Lalu bagaimana dia melampiaskannya. Terbersit pikiran jelek di hati Zahra.

"Aku tahu kamu pasti pikir aku jajan di luar untuk memuaskan hasratku. Kamu salah besar, aku rajin olahraga untuk mengalihkannya," ungkap Hisyam.

"Beneran.... tapi aku kok nggak percaya. Tenang aja Om, aku bisa jaga rahasia loh kalau Om mau cerita yang sebenarnya," ucap Zahra.

"Aku sudah ngantuk, lebih baik kamu tidur," jawab Hisyam dingin. Zahra kaget dengan ekspresi Hisyam yang berubah seketika. Ia pun menyelesaikan pijatnya dan Hisyam turun dari kasur beralih tidur di sofa. 

"Om marah?" tanya Zahra. Ia tidak bisa membendung rasa penasarannya.

"Tidak, aku hanya capek," jawab Hisyam datar sembari matanya memejam. Zahra pun tidak berani lagi bertanya. Meski ada rasa mengganjal di hatinya.

Malam semakin larut, Zahra tidak bisa tidur. Ia sudah beralih berbagai posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Pikirannya menerawang memikirkan sikap Hisyam tadi yang sepertinya marah mendengar pertanyaannya.

"Ih, ngapain sih aku pikirin dia," gumam Zahra sembari melirik ke arah Hisyam yang sudah terdengar dengkuran halusnya. Tiba-tiba senyum di bibir Zahra terbit, ia baru sadar ternyata Hisyam kalau tidur kelihatan tampan banget.

"Sebenarnya dia manusia atau siluman sih, kenapa di usianya yang sudah 40 tahun dia masih kelihatan muda banget," batin Zahra.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terpesona Papa Mertua   Aku Cuman Berteman

    Tak seperti biasanya Zahra berangkat pagi-pagi. Ya, hari ini dia sudah berjanji pada teman-temannya untuk kerja kelompok. Ia lupa mengatakan pada Hisyam kalau salah satu teman cowoknya datang menjemputnya. "Om, bangun," kata Zahra menggoyangkan pundak suaminya.Perlahan mata Hisyam terbuka, dia kaget Zahra sudah berdandan cantik pagi-pagi."Om, aku minta ijin pagi ini aku mau pergi ke rumah temanku. Ada kerja kelompok, boleh ya," pinta Zahra.Hisyam yang masih ngantuk hanya merem melek di sertai anggukan. Tajam lama Zahra sudah selesai dandan. Dia kemudian jongkok mencium punggung tangan Hisyam sebentar lalu pergi. Hisyam yang semula masih ngantuk sekali tersentak kaget merasakan sekilas ada benda lembab kenyal menyentuh punggung tangannya. Sayangnya, saat dia terbangun Zahra sudah hilang dari hadapannya.Hisyam hanya mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Ia pun bangkit dari ranjangnya dan menarik tirai untuk memantau kepergian Zahra dari jendela kamarnya. Kaget, seorang cowok

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Minta Maaf

    "Maafin Om Zahra, Om hanya merasa tidak di hargai sebagai suami," ucap Hisyam. Dia merengkuh tubuh Zahra dan menenangkan tangis istrinya. Baru kali ini dalam keadaan sadar Zahra merasakan kalau pelukan Hisyam sangat nyaman. Tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya membuat Zahra merasa aman dalam pelukannya. Sementara Hisyam kembali merasakan gairah yang sudah lama mati kembali tumbuh. Namun sepertinya dia harus menahannya. Zahra melepaskan diri dari pelukan Hisyam, dia merasa malu habis berpelukan erat dengan suaminya sendiri. Ia sampai tak berani menatap ke arah Hisyam. Ia merasa Hisyam tidak kelihatan tua sedikitpun, bahkan seperti kakaknya. Apakah karena Hisyam rajin merawat diri atau karena suaminya itu memang awet muda."Ada yang aneh dari wajahku, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Hisyam."Ah, enggak kok Om. Cuman masih aneh saja aku menikah dengan orang yang seharusnya jadi mertuaku," jawab Zahra."Kamu malu punya suami lebih tua darimu?" tanya Hisyam.Zahra mengangguk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Halusinasinya Kejauhan

    "Untuk sementara ini kamu jangan keluar kamar dulu. Biasanya Abie cuma sebentar di rumah ini. Dia biasanya memilih tinggal di apartemennya," ucap Hisyam. "Tapi, bagaimana kalau dia mengetahui aku di sini. Aku belum siap menghadapinya," balas Zahra sembari menunduk."Sudahlah, tidak akan terjadi apa-apa. Aku di sini bersamamu," ucap Hisyam menenangkan hati Zahra. Zahra mengangguk mendengar perkataan Hisyam. Entah mengapa kali ini dia memilih percaya pada Hisyam daripada bingung memikirkan kedatangan Abie."Om, bener ya. Lindungin aku di sini," kembali Zahra memastikan.Hisyam mengangguk pasti, Zahra pun spontan memeluk Hisyam membuat pria itu cukup kaget. Namun, dia segera mengeratkan pelukannya sebentar. Hisyam tidak tahu mengapa perasaannya terdorong melindungi Zahra. Padahal awalnya niatnya menikahi Zahra atas dasar pertanggungjawaban bukan karena cinta. Lalu mengapa sekarang jantungnya selalu saja berdebar ketika berdekatan dengan Zahra?Hasratnya kembali mendekat manakala Zahra b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Bingung Dengan Perasaanku

    "Jangan malu, kita kan suami istri kamu berhak kok melihat seluruh tubuhku," jawab Hisyam sembari mengedipkan matanya."Dasar Om mesum, aku pindah kamar aja kalau gitu," ancam Zahra. Baru saja mau membuka pintu Zahra baru ingat kalau Abie masih ada di rumah. Ia langsung berbalik arah tapi justru menabrak tubuh Hisyam yang hanya berbalut handuk. Dan sialnya handuk itu jatuh ke lantai. Mata Zahra langsung melotot kaget, begitu juga Hisyam mau mengambil handuk ya malah ke injak kaki Zahra."Om, sengaja ya. Mancing-mancing gitu," lirih Zahra sembari menutup matanya. "Bukannya Om sengaja, kayaknya kamu sendiri yang penasaran pingin liatin," canda Hisyam. "Udah pake handuknya belum?" tanya Zahra. Jantung Zahra seakan mau copot kalau lihat yang begituan. Seumur-umur baru kali ini. "Gimana mau pakai handuknya, kalau kamu injek handukku," keluh Hisyam. Buru-buru Zahra segera mengangkat kakinya. Sehingga Hisyam bisa mengambil handuknya. "Sudah Om?" tanya Zahra lagi. Matanya masih terpejam m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Terpesona Papa Mertua   Buatmu Bertahan

    "Terserah kamu Zahra, mengenai perceraian itu kamu yang putuskan saja. Kapanpun kamu ingin, aku bisa menceraikanmu," ucap Hisyam. Sungguh perkataannya berbeda dengan isi hatinya, ia sudah merasa nyaman dengan Zahra. Tapi Hisyam tidak mungkin memaksa Zahra tinggal di sisinya kalau gadis itu tak menghendaki."Baguslah, tapi aku tidak ingin sekarang. Orang tuaku bisa shock kalau pernikahanku berakhir terlalu cepat. Aku harus menemukan pengganti dulu. Sehingga setelah bercerai nanti aku sudah memiliki calon pasangan yang baru," ucap Zahra.Sungguh di luar nalar, Hisyam adalah suami sahnya. Bagaimana mungkin Zahra bisa berpikir untuk mencari penggantinya."Oke satu bulan lagi, aku akan menunggu keputusanmu," jawab Hisyam dengan nada kecewa. Di usianya yang sudah matang, dia tidak suka mempermainkan pernikahan. Tapi yang di hadapinya ini adalah seorang bocah yang usianya sama dengan anak tirinya."Aku setuju, tapi selama satu bulan itu kamu tidak boleh menjalin hubungan dengan pria manapun.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Terpesona Papa Mertua   Di Antar Ke Kampus

    Pagi tidak seperti biasanya Zahra telat bangun, dia semalam kurang tidur karena memikirkan hubungannya dengan Hisyam. Zahra tidur di kamar tamu sementara Hisyam tidur di kamar utama. Mereka tidur terpisah untuk menghindari kemungkinan yang terjadi setelah kejadian ciuman semalam."Ternyata berat juga menahan sesuatu yang di inginkan," batin Zahra. Ia masih tidak percaya dirinya selalu tenggelam dalam pelukan Hisyam. Pria yang di sebutnya Om-Om itu selalu membuatnya terlena. Padahal dalam prinsip Zahra dia tidak suka pasangan yang usianya lebih tua darinya.Tok tok tokKetukan pintu membuat Zahra terkaget. Ia segera membuka pintu ternyata ART nya."Non, kata Tuan Non Zahra harus segera bersiap-siap karena hari ini Tuan Hisyam yang memgantar Non berangkat kuliah," ujar Mbok Jum."Eh. Iya Mbok, makasih ya. Aku ke kamar atas dulu," pamit Zahra. Semua pakaiannya ada di lantai atas tidak mungkin dia mandi di kamar tamu.Saat membuka pintu kamar utama Hisyam tidak ada di sana. Zahra cukup le

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Terpesona Papa Mertua   Ikut Lomba

    Zahra membuka ponselnya, ada pesan masuk dari Hisyam kalau mobil pria itu sudah menunggunya di parkiran. Segera Zahra mempercepat langkahnya menuju ke parkiran. Untung saja Nayla sudah pulang naik taksi sehingga tidak bersamanya. Mobil hitam mengkilap sudah memunggunya. Zahra masuk ke dalam mobil dan Hisyam sudah duduk di depan menyetir mobilnya. Keduanya diam tidak banyak suara hingga mobil itu meninggalkan area kampus. Di perjalanan sesekali Zahra melihat ke arah Hisyam. Ada yang ingin di katakannya tetapi Zahra memgurungkan niatnya. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Pandangannya beralih ke kaca mobil. Gantian Hisyam yang memperhatikan istri kecilnya. Ia merasa Zahra ingin mengatakan sesuatu. Tapi apa, dia tidak bisa menebak pikiran Zahra.Hingga mereka sampai pada rumah yang menjadi istana tempat tinggalnya. Zahra langsung buru-buru keluar dari mobil tanpa menunggu Hisyam membukanya. Hisyam juga heran dengan tingkah Zahra yang berbeda dari biasanya. Ia mencob

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Terpesona Papa Mertua   Syarat Yang Unik

    Zahra terdiam sebentar, sebenarnya tidak terlalu sulit. Tapi sungguh menggelikan satu pertanyaan satu ciuman. Ya setidaknya Hisyam cukup sportif menyatakan keinginannya. Dia juga tidak berdosa karena yang di ciumnya adalah suami sendiri."Bagaimana? Kamu mau?" tanya Hisyam lagi."Baiklah Om, aku bersedia," ucap Zahra lemah. Ia kemudian membacakan daftar pertanyaan pertama pada Hisyam. Pria tampan itu tersenyum dan menarik dagu Zahra kemudian memagut lembut bibir istrinya. Dia tidak hanya memagut sebentar tapi menjelajah masuk ke dalam mulut Zahra."Emmph," desis Zahra. Hisyam melepaskan pagutannya, lalu dia menjawab pertanyaan Zahra sesuai kesepakatan. Hisyam terlihat berwibawa membuat Zahra terkesan sembari memegang ponselnya untuk memvideo suaminya. Dari layar hape itu justru bisa melihat ketampanan Hisyam. Ia menjawab pertanyaan Zahra dengan lugas. Dalam hati Zahra memuji kecerdasan suami yang selalu dia katakan Om-om."Pertanyaan kedua, apakah Anda pernah mengalami kebangkrutan?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16

Bab terbaru

  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Mertua

    Perjalanan yang tidak cukup jauh berboncengan motor matic antara Abie dan Winda kini mengantarkan mereka sampai di rumah makan. Abie berhenti di parkiran membantu Winda melepaskan helmnya saat ia sudah turun dari motor."Win, kenapa kita tidak ke rumahmu saja ketemuannya. Agar aku juga tahu dimana rumahmu," ucap Abie sembari berjalan beriringan menggandeng tangan Winda masuk ke dalam rumah makan.Tak sedikitpun Abie melepaskan gandengan tangannya. Membuat Winda merasa dag dig dug. Ia mengambil nafas agar bisa mengontrol jantungnya berdetak lebih teratur.Dari kejauhan Hilman melihat putrinya di gandeng seorang pria tampan yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa dia merasa familiar dengan wajah pria tersebut. Tapi dimana dia pernah bertemu. Ia kesulitan mengingatnya.Hingga kaki langkah mereka semakin mendekat ke arahnya. Winda sekilas seperti memberi isyarat pada Abie untuk menghentikan langkahnya."Mas, itu Papaku. Dia yang memakai kemeja hitam," bisik Winda. Winda memang sudah mengi

  • Terpesona Papa Mertua   Belah Duren

    Abie tidak jadi belah duren. Ia akhirnya memilih mandi air dingin. Winda merasa tidak enak pada suaminya. Pertama kali malahan tidak bisa memberikan jatah pada Abie.Tak lama Abie keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh segar. Wajah Rosa menunduk. Ada rasa malu menggelayuti hatinya. Kejadian tadi terjadi begitu cepat. Ia masih ingat bagaimana tadi tubuh kekar itu sempat menindihnya. Dan ciuman Abie membuatnya melayang-layang. Kini tubuh kekar nan gagah dengan handuk melilit di perutnya berdiri di hadapannya. Winda juga sempat melihat betapa besar dan panjangnya milik suaminya yang tersembunyi di balik handuk itu."Mas, maafin aku ya," lirih Winda kemudian."Maaf soal apa, Win?" Abie mengambil posisi duduk di dekat Winda. Jantung Winda makin berdegup kencang. Ia takut manusia tampan di sampingnya itu menerkamnya lagi."Soal tadi Mas ... aku juga nggak tau kalo bakal halangan," ucap Winda. Wajahnya masih tertunduk saat mengatakannya.Abie menepuk pundak Winda. Membuat jan

  • Terpesona Papa Mertua   Bikin Geli

    "Win ..." Abie memanggil Winda dengan suara pelan sambil berbisik. Matanya menatap ke bibir Winda yang begitu dekat. Meski sebenarnya dia gugup takut kalau Winda menolaknya.Winda tertunduk malu hatinya berdegup kencang."Boleh ... Mas."Suaranya terdengar lirih meskipun begitu Abie bisa mendengarnya. Ia tersenyum tipis melihat wajah istrinya sedikit memerah seperti kepiting rebus. Hal itu justru semakin membuat Abie bersemangat melakukan keinginannya.Tanpa ragu, Abie mendekatkan bibirnya pada bibir Winda. Ciuman itu begitu lembut tidak terburu-buru berbeda dengan Abie dulu yang biasanya liar ketika mencium seorang wanita. Tiap sentuhan bibirnya mengandung kehati-hatian. Seolah Winda adalah benda porselen mahal yang harus di perlakukan istimewa.Keduanya merasakan kehangatan di antara mereka. Tanpa sadar Winda mengikuti irama. Dia membalas ciuman Abie. Baru kali ini dia merasakan ternyata begitu nikmatnya ciuman dengan suaminya. Sementara Abie merasa ciuman hari ini sangat manis. Berb

  • Terpesona Papa Mertua   Mungkinkah Aku Cemburu

    Citra pulang dengan perasaan dongkol. Apalagi di rumah Reno hanya ongkang-ongkang saja tidak mau bekerja."Mana makanan pesananku!" Tangan Reno tengadah meminta yang di pesannya.Wajah Citra memucat, gara-gara ketemu Abie di warung tadi. Seharian pikirannya di penuhi mantan suaminya. Ia lupa kalau sehabis pulang kerja harus membawakan sebungkus nasi padang untuk Reno.Reno selalu mengancam dirinya kalau sampai kabur darinya dia akan mengobrak-abrik warung bakso bosnya. Padahal cari pekerjaan sulit. Citra tidak ingin kehilangan pekerjaan. Maka dari untuk sementara ini Citra tidak berani kabur dari rumah. Ia masih butuh uang untuk bertahan hidup. Tabungannya sudah habis di curi Reno. Ia harus kerja keras lagi mengumpulkannya sehingga kalau kabur nanti dia masih punya pegangan uang bertahan hidup."Kok diam! Kamu lupa kalau aku pesan nasi padang!" sentak Reno."Kerjaan di warung banyak. Jadi aku lupa," jawab Citra lirih. Perasaannya masih kacau. Keinget Abie sama perempuan cantik tadi."

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Bertemu Citra

    "Kenapa pipi Mas memerah sedari tadi? Mas sakit?" tanya Winda."Aku nggak apa-apa kok. Kamu pilih aja baju yang kamu sukai. Nanti Mas yang bayarin," kata Abie. Gimana pipinya tidak memerah sepanjang perjalanan Winda memeluk erat pinggangnya. Saking nurutnya Winda tidak melepaskan pegangannya hingga sampai ke tujuan. Gara-gara tindakan Winda itu, miliknya jadi makin sesak. Tubuhnya memanas karena menahan diri cukup lama.Winda sebenarnya ragu ingin membeli baju yang biasa di belinya. Takutnya kemahalan dan mencolok akhirnya dia memilih yang biasa saja."Mas, aku cobain yang ini ya," izin Winda."Bener kamu suka itu?" tanya Abie memastikan. Karena di liatnya ukurannya terlalu besar dan modelnya kurang menarik. Gini-gini Abie dulu juga sering mengantar Citra berbelanja. Ia tahu baju yang sesuai fashion sama tidak. Apalagi melihat pilihan baju yang pernah di pakai Winda saat kecelakaan sepertinya beda jauh. Setidaknya meski beda harga ukurannya juga nggak jauh beda kan?Winda jadi ragu. "

  • Terpesona Papa Mertua   Baru Pertama Kali Boncengan

    Hisyam menghela napas."Kamu main perempuan lagi? Makanya kamu terpaksa menikahinya," tebak Hisyam.Tuduhan itu sama sekali tidak membuat Abie marah. Ia paham betul bagaimana sikapnya dulu yang seenaknya. Suka main perempuan dan berfoya-foya. Sudah sepantasnya Hisyam berpasangka buruk terhadapnya."Bu ... bukan seperti itu, Pa. Aku tak sengaja menemukannya pingsan di jalanan depan rumahku. Karena aku tidak memiliki cukup uang akhirnya aku putuskan merawatnya hingga sembuh. Namun ... warga sekitar justru salah paham mengiraku berbuat macam-macam padanya selama tinggal di rumahku," terang Abie."Lalu ... mereka memaksaku menikahinya. Dan ... sekarang aku berusaha menerima pernikahan ini, Pa," lanjut Abie.Nafas Hisyam sempat tertahan mendengar pengakuan Abie. Tiap kalimat yang di ucapkan Abie begitu lancar seperti tidak ada yang di tutupi. Tatapannya juga sendu. Tidak terlihat berapi-api. Mungkinkah Abie memang sudah berubah?Di sisi lain dia terharu sekaligus kasihan. Gaji OB di perusah

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Menemui Hisyam

    Abie terdiam sesaat, membuat Winda yang tengah menunggu jawabannya menjadi gelisah. Ia yakin kalau Abie masih ada perasaan dengan mantan istrinya."Kalau aku bilang sudah tidak mencintainya apa kamu percaya?" Abie justru balik bertanya."Bener juga, siapa yang tahu hati seseorang. Mas juga belum mencintaiku sekarang. Akupun begitu. Kita ganti topik saja." Winda berusaha menenangkan dirinya. Kalau dia belum mencintai Abie lalu kenapa harus takut mendengar pengakuan suaminya. Mengenai perasaan Abie pada mantan istrinya?Tangan Abie menggenggam Winda erat. Tatapannya teduh seolah berusaha menenangkan hati Winda yang gundah.Reaksi Winda cukup kaget. Ia hendak menarik tangannya namun Abie menggenggamnya makin erat."Aku sudah tidak mencintainya. Sekarang aku hanya fokus pada keluarga kecil ini. Aku ingin mulai dari awal denganmu. Maukah kamu bersabar agar kita saling mencintai sepenuhnya."Ucapan Abie cukup menguatkan hati Winda. Ia pun mengangguk pelan sembari tersenyum manis."Terima ka

  • Terpesona Papa Mertua   Kembalikan Uangku

    "Kembalikan uangku!" Citra memaksa merogoh saku celana Reno. Reno tidak terima perlakuan Citra, ia langsung mendorong Citra hingga jatuh terduduk di lantai.Citra tidak pantang menyerah dia juga membalas mendorong tubuh Reno hingga terjatuh. Reno yang masih setengah mabuk berusaha bangkit namun tubuhnya sempoyongan. Citra tidak mendapatkan apa-apa dari saku Reno."Kenapa Om habiskan semua uangku!""Aaargh!" Citra berteriak histeris. Dia sudah tidak tahan hidup seperti ini. Susah payah dia mendapatkan uang itu. Seenaknya saja Reno menghabiskannya.Citra langsung ke kamarnya. Ia sudah tidak tahan hidup satu atap dengan parasit seperti Reno. Harapannya untuk menjadi Nyonya besar yang di manja pupus sudah. Reno sudah jatuh miskin. Tak ada yang bisa di harapkan dari Reno.Ia memasukkan semua pakaiannya di koper. Entah mau pergi kemana. Citra juga tidak tahu. Yang terpenting pergi secepatnya dari tempat yang terkutuk ini. Ia tidak mau hidup satu atap dengan pemabuk yang kerjaannya hanya men

  • Terpesona Papa Mertua   Begini Lebih Nyaman

    Abie spontan menggenggam jemari Winda. Tatapannya penuh kecemasan karena mendengar teriakan Winda akibat mati lampu.Namun tiba-tiba cahaya dari hape itu juga ikut padam. Winda ketakutan langsung memeluk Abie yang berada di dekatnya."Aku takut Mas!" Teriaknya.Abi yang sudah lama tidak pernah berpelukan dengan wanita. Kaget Winda menghamburkan diri dalam dekapannya. Susah payah berusaha menguasai perasaannya."Tenanglah, aku ada di sini. Tidak akan ada apa-apa," ucap Abie lembut. Winda merasakan kehangatan yang mulai tumbuh dalam hatinya setelah mendengar perkataan Abie."Mas, jangan ninggalin aku ya. Aku takut gelap," lirih Winda.Ganti Abie yang tidak bisa menguasai gemuruh degup jantungnya yang bertalun-talun sejak tadi. Gimana tidak gugup Winda tanpa sadar merapatkan tubuhnya memeluknya erat. Ia bisa merasakan aroma harum istrinya.Naluri kelaki-lakiannya pun bangkit. Abie berusaha keras menahan diri. Ia tidak ingin Winda makin ketakutan kalau dirinya berbuat macam-macam.Winda j

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status