Share

Pujian Cewek Lain

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-03-06 10:11:11

Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.

Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.

Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata Mbok Siyem.

"Oh, keluar kemana?" tanya Zahra penasaran.

"Kurang tahu, Non," jawab Mbok Siyem. Zahra merasa bodoh mana mungkin Hisyam mengatakan keperluannya pada Mbok Siyem. Akhirnya Zahra pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Mumpung tidak ada Hisyam hari ini, dia bisa makan banyak tanpa rasa canggung. Biasanya kalau ada Hisyam, dia harus jaga imej biar terkesan tidak kampungan.

Tapi pagi ini, Zahra seperti orang kelaparan dia makan sepuasnya. Ia merasa sayang untuk tidak mencicipi semuanya. Dulu waktu masih ngekos, dia harus irit agar uangnya bisa nyampe akhir bulan. Sekarang biaya kuliah di tanggung Hisyam dan tentu saja sebagai istri sementara Zahra mendapat makan gratis tiap hari.

Usai makan, Zahra mendengar ada suara Hisyam di luar. Tapi bukan suara Hisyam saja melainkan ada suara wanita yang asing di telinganya. Ia pun menengok dari arah jendela. Hisyam tengah mengobrol dengan perempuan cantik. Perempuan itu melongok dari jendela mobil, sementara Hisyam berdiri sembari melambaikan tangannya sewaktu mobil perempuan itu meluncur pergi. Kalau di lihat sekilas, Hisyam tampak akrab sekali. 

Zahra sedikit asing setelah Hisyam masuk ke dalam rumah. Ia masih ingat bagaimana sikap Hisyam pada perempuan tadi. Zahra malah senang ada wanita lain yang mendekati suaminya sehingga kalau bercerai nanti Hisyam tidak kesepian. Eh, pede sekali pemikiran Zahra. Padahal banyak cewek yang antri loh! Menantikan dadanya Hisyam.

"Om darimana sih, di cariin nggak ada?" Sapa Zahra.

"Om, cuman muter-muter jogging di sekitar kompleks kok," jawab Hisyam. Wajahnya bersinar meski penuh peluh keringat. Sesaat Zahra terpesona melihat ketampanan Hisyam. Namun dia segera menepis kekagumannya itu di hatinya.

"Oooh, terus ketemu perempuan cantik tadi?" sindir Zahra.

"Kamu cemburu?" balas Hisyam asal sembari menyeka keringatnya.

"Iih, ngapain pake acara cemburuan segala. Lagian, Om itu bukan seleraku. Kita kan beda generasi," jawab Zahra beralasan.

"Tadi siapa sih Om?" tanya Zahra kepo.

"Brenda, temannya Winda. Dia juga klien di perusahaan." 

"Ooh, bisa gantikan jadi istri Om dong," canda Zahra.

"Sst, jangan ngawur. Memangnya pernikahan cuman mainan. Udah, Om mau mandi dulu," kata Hisyam. Dia tidak ingin terlalu menanggapi candaan konyol Zahra. Pernikahannya dengan Zahra saja sudah membuatnya cukup pusing. 

Zahra masuk ke dalam kamar untuk mengambil hapenya, namun ia kaget karena Hisyam main keluar saja dari kamar mandi tanpa pakai handuk.

"Om, gimana sih. Om kan, bukan bayi lagi!" seru Zahra sembari menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

"Hehehe, maaf Om lupa bawa handuk tadi," kekeh Hisyam. Ia malahan tambah sengaja menggoda Zahra. Rasanya nenyenangkan melihat pipi Zahra merona akibat ulah yang tidak di sengaja olehnya. Ia pikir Zahra masih di ruang makan menikmati makanannya.

"Udah belum sih, Om ambil handuknya?" tanya Zahra. 

"Belom, ni baru ambil di lemari," jawab Hisyam santai. Dia merasa lucu saja menikmati sikap Zahra yang kekanak-kanakan.

"Memangnya kamu belum pernah lihat beginian?" tanya Hisyam. 

"Iiih, amit-amit Om ini. Sana-sana!" usia Zahra. Masih jelas dalam bayangannua dia bisa melihat bagaimana bentuknya tadi. Berurat dan panjang. Ia tidak mengerti mengapa ada belalai sepanjang itu. Pasti kalau masuk sakit sekali.

Mendengar pintu kamar mandi di tutup Zahra lega. Ia pun segera membuka kedua tangannya. Ia sempat mau senam jantung tadi. 

"Sepertinya aku sekarang harus hati-hati. Dia bisa saja menerkamku suatu saat. Apa aku harus cerai sekarang ya," gumam Zahra berbicara pada dirinya sendiri. Ia tidak berpikir panjang mengatakan hal itu. Karena Zahra belum merasakan apapun pada pasangannya.

Hisyam keluar dari kamar mandi sudah memakai pakaian rapi, membuat Zahra heran mau kemana suaminya itu. 

"Om, rapi banget mau kemana?" tanya Zahra.

"Mengantarmu pergi beli pakaian. Apa kamu mau berpakaian itu-itu saja. Kamu tidak pernah membelanjakan kartu yang aku berikan," ucap Hisyam.

"Darimana Om tahu kalau aku tidak pembahasan menggunakan kartu itu?" tanya Zahra.

"Ada laporan, sudahlah kamu tidak perlu memikirkannya. Sekarang kamu bersiap-siap saja, ganti pakaian nanti aku ajak pergi jalan-jalan," ucap Hisyam.

Sampai di Mall, Zahra yang jarang ke Mall merasa di manjakan dengan pemandangan di sekitarnya. Banyak sekali pilihan outfit seumuran dirinya yang modelnya kekinian. Ia pun memilih warna-warna baju yang ia suka. Hisyam juga tampak pintar memilihkan baju untuk Zahra. Bajunya cebderung sopan dan tidak terbuka. Setelah mendapatkan brberapa stel baju yang di inginkan, semua mata tertuju pada Hisyam. Terutama cewek-cewek cantik yang kebetulan lewat. Mereka saling melirik dan berbisik dengan temannya kemudian tersenyum satu sama lain. Wajah Zahra berubah jadi cemberut, dia yakin mereka pasti mengira dirinya simpanan Om-Om. Rasanya ia ingin segera pergi dari tempat itu. 

Tak sengaja Zahra mencuri dengar ada yang mereka ucapkan. "Sst, Om itu tampan sekali ya. Jadi selingkuhannya pun aku mau, asal kebutuhanku tercukupi. Lihatlah, dia kelihatan royal banget memberikan gadis itu apapun," kata salah satu di antara mereka.

Zahra yakin kalau mereka pasti mengira dirinya simpanan Om Hisyam. Jengkel akhirnya, Zahra menarik tangan Hisyam membuat pria itu kaget karena selama ini mereka tidak pernah bersentuhan tangan. Sialnya, Hisyam harus menahan dirinya kala bagian bawahnya sudah on.

"Om, kita pergi dari sini yuk,' rengek Zahra. 

"Tunggu bentar, biar Om bayar dulu ke kasir bajunya ini," kata Hisyam. Namun Zahra belum juga melepaskan pegangannya. Hisyam melirik ke arah lengannya lalu berganti menatap Zahra, namun sayang Zahra tidak merespon malahan melihat ke arah lain. Akhirnya Hisyam membiarkan Zahra tetap bergelayut di lengan kekarnya, lumayan gak sering-sering juga, pikir Hisyam. Mereka pun menuju ke kasir untuk membayar. Untung saja tidak ada yang antri sehingga mereka di layani cepat.

Keluar dari Mall, Zahra masih saja cemberut hingga sampai di dalam mobil. Hisyam tidak habis pikir apa yang tengah di pikirkan istri kecilnya, mengapa tidak ada mendung tidak ada hujan wajah Zahra muram seperti itu.

"Ada apa?" tanya Hisyam sembari menyetir.

"Gak ada apa-apa," sewot Zahra. Ia bersedekap menatap ke samping jendela mobil.

"Gak ada apa-apa, tapi kok wajah kamu di tekuk begitu," ucap Hisyam.

"Iih, aku sebel tau," ungkap Zahra kemudian.

"Sebel kenapa?" tanya Hisyam lagi..suaranya lembut dan tenang.

"Sebel denger perkataan mereka tadi," jawab Zahra lagi.

"Mereka siapa?" tanya Hisyam penasaran.

"Ya, mbak-mbak yang sok tau tadi," ucap Zahra.

"Perasaan mereka muji aku tampan. Apa salahnya, memang aku tampan kan," ucap Hisyam tidak merasa bersalah.

"Iiih, lama-lama Om nyebelin deh," cubit Zahra. 

"Auw, sakit Zahra," rintih Hisyam. Ternyata cubitan istri kecilnya lumayan sakitnya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Langsung On

    "Aku yakin mereka pasti mengira aku ini simpanan Om-Om yang lagi di ajak belanja," sungut Zahra."Tidak usah kamu pikirkan soal itu, kenyataannya kamu istriku sah," jelas Hisyam. Mendengar pernyataan Hisyam entah mengapa hati Zahra menjadi tenang. Apa karena Hisyam mengakui dirinya sebagai istri? "Om, yang namanya istri sah itu kewajibannya banyak. Salah satunya menuhin kebutuhan biologis Om," jawab Zahra."Kamu tidak perlu melakukannya, karena pernikahan kita tidak seperti orang pada umumnya," kata Hisyam tak berani berharap. Ia tahu mana mungkin Zahra minat kepadanya yang usianya jauh lebih tua.Zahra pun mengangguk, sebenarnya dia tidak keberatan kalau Hisyam mau menyentuhnya. Karena dia merasa nyaman sekali malam itu waktu tidur di peluk Hisyam.Sampai di rumah, para ART langsung sibuk mengeluarkan barang belanjaan di bagasi. Sementara Hisyam dan Zahra masuk ke dalam kamarnya. Zahra langsung naik ke ranjang sementara Hisyam sandaran di sofa."Sebentar saja jalan-jalan udah capek,

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Aku Cuman Berteman

    Tak seperti biasanya Zahra berangkat pagi-pagi. Ya, hari ini dia sudah berjanji pada teman-temannya untuk kerja kelompok. Ia lupa mengatakan pada Hisyam kalau salah satu teman cowoknya datang menjemputnya. "Om, bangun," kata Zahra menggoyangkan pundak suaminya.Perlahan mata Hisyam terbuka, dia kaget Zahra sudah berdandan cantik pagi-pagi."Om, aku minta ijin pagi ini aku mau pergi ke rumah temanku. Ada kerja kelompok, boleh ya," pinta Zahra.Hisyam yang masih ngantuk hanya merem melek di sertai anggukan. Tajam lama Zahra sudah selesai dandan. Dia kemudian jongkok mencium punggung tangan Hisyam sebentar lalu pergi. Hisyam yang semula masih ngantuk sekali tersentak kaget merasakan sekilas ada benda lembab kenyal menyentuh punggung tangannya. Sayangnya, saat dia terbangun Zahra sudah hilang dari hadapannya.Hisyam hanya mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Ia pun bangkit dari ranjangnya dan menarik tirai untuk memantau kepergian Zahra dari jendela kamarnya. Kaget, seorang cowok

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Minta Maaf

    "Maafin Om Zahra, Om hanya merasa tidak di hargai sebagai suami," ucap Hisyam. Dia merengkuh tubuh Zahra dan menenangkan tangis istrinya. Baru kali ini dalam keadaan sadar Zahra merasakan kalau pelukan Hisyam sangat nyaman. Tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya membuat Zahra merasa aman dalam pelukannya. Sementara Hisyam kembali merasakan gairah yang sudah lama mati kembali tumbuh. Namun sepertinya dia harus menahannya. Zahra melepaskan diri dari pelukan Hisyam, dia merasa malu habis berpelukan erat dengan suaminya sendiri. Ia sampai tak berani menatap ke arah Hisyam. Ia merasa Hisyam tidak kelihatan tua sedikitpun, bahkan seperti kakaknya. Apakah karena Hisyam rajin merawat diri atau karena suaminya itu memang awet muda."Ada yang aneh dari wajahku, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Hisyam."Ah, enggak kok Om. Cuman masih aneh saja aku menikah dengan orang yang seharusnya jadi mertuaku," jawab Zahra."Kamu malu punya suami lebih tua darimu?" tanya Hisyam.Zahra mengangguk

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Halusinasinya Kejauhan

    "Untuk sementara ini kamu jangan keluar kamar dulu. Biasanya Abie cuma sebentar di rumah ini. Dia biasanya memilih tinggal di apartemennya," ucap Hisyam. "Tapi, bagaimana kalau dia mengetahui aku di sini. Aku belum siap menghadapinya," balas Zahra sembari menunduk."Sudahlah, tidak akan terjadi apa-apa. Aku di sini bersamamu," ucap Hisyam menenangkan hati Zahra. Zahra mengangguk mendengar perkataan Hisyam. Entah mengapa kali ini dia memilih percaya pada Hisyam daripada bingung memikirkan kedatangan Abie."Om, bener ya. Lindungin aku di sini," kembali Zahra memastikan.Hisyam mengangguk pasti, Zahra pun spontan memeluk Hisyam membuat pria itu cukup kaget. Namun, dia segera mengeratkan pelukannya sebentar. Hisyam tidak tahu mengapa perasaannya terdorong melindungi Zahra. Padahal awalnya niatnya menikahi Zahra atas dasar pertanggungjawaban bukan karena cinta. Lalu mengapa sekarang jantungnya selalu saja berdebar ketika berdekatan dengan Zahra?Hasratnya kembali mendekat manakala Zahra b

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Bingung Dengan Perasaanku

    "Jangan malu, kita kan suami istri kamu berhak kok melihat seluruh tubuhku," jawab Hisyam sembari mengedipkan matanya."Dasar Om mesum, aku pindah kamar aja kalau gitu," ancam Zahra. Baru saja mau membuka pintu Zahra baru ingat kalau Abie masih ada di rumah. Ia langsung berbalik arah tapi justru menabrak tubuh Hisyam yang hanya berbalut handuk. Dan sialnya handuk itu jatuh ke lantai. Mata Zahra langsung melotot kaget, begitu juga Hisyam mau mengambil handuk ya malah ke injak kaki Zahra."Om, sengaja ya. Mancing-mancing gitu," lirih Zahra sembari menutup matanya. "Bukannya Om sengaja, kayaknya kamu sendiri yang penasaran pingin liatin," canda Hisyam. "Udah pake handuknya belum?" tanya Zahra. Jantung Zahra seakan mau copot kalau lihat yang begituan. Seumur-umur baru kali ini. "Gimana mau pakai handuknya, kalau kamu injek handukku," keluh Hisyam. Buru-buru Zahra segera mengangkat kakinya. Sehingga Hisyam bisa mengambil handuknya. "Sudah Om?" tanya Zahra lagi. Matanya masih terpejam m

    Last Updated : 2025-03-09
  • Terpesona Papa Mertua   Buatmu Bertahan

    "Terserah kamu Zahra, mengenai perceraian itu kamu yang putuskan saja. Kapanpun kamu ingin, aku bisa menceraikanmu," ucap Hisyam. Sungguh perkataannya berbeda dengan isi hatinya, ia sudah merasa nyaman dengan Zahra. Tapi Hisyam tidak mungkin memaksa Zahra tinggal di sisinya kalau gadis itu tak menghendaki."Baguslah, tapi aku tidak ingin sekarang. Orang tuaku bisa shock kalau pernikahanku berakhir terlalu cepat. Aku harus menemukan pengganti dulu. Sehingga setelah bercerai nanti aku sudah memiliki calon pasangan yang baru," ucap Zahra.Sungguh di luar nalar, Hisyam adalah suami sahnya. Bagaimana mungkin Zahra bisa berpikir untuk mencari penggantinya."Oke satu bulan lagi, aku akan menunggu keputusanmu," jawab Hisyam dengan nada kecewa. Di usianya yang sudah matang, dia tidak suka mempermainkan pernikahan. Tapi yang di hadapinya ini adalah seorang bocah yang usianya sama dengan anak tirinya."Aku setuju, tapi selama satu bulan itu kamu tidak boleh menjalin hubungan dengan pria manapun.

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terpesona Papa Mertua   Di Antar Ke Kampus

    Pagi tidak seperti biasanya Zahra telat bangun, dia semalam kurang tidur karena memikirkan hubungannya dengan Hisyam. Zahra tidur di kamar tamu sementara Hisyam tidur di kamar utama. Mereka tidur terpisah untuk menghindari kemungkinan yang terjadi setelah kejadian ciuman semalam."Ternyata berat juga menahan sesuatu yang di inginkan," batin Zahra. Ia masih tidak percaya dirinya selalu tenggelam dalam pelukan Hisyam. Pria yang di sebutnya Om-Om itu selalu membuatnya terlena. Padahal dalam prinsip Zahra dia tidak suka pasangan yang usianya lebih tua darinya.Tok tok tokKetukan pintu membuat Zahra terkaget. Ia segera membuka pintu ternyata ART nya."Non, kata Tuan Non Zahra harus segera bersiap-siap karena hari ini Tuan Hisyam yang memgantar Non berangkat kuliah," ujar Mbok Jum."Eh. Iya Mbok, makasih ya. Aku ke kamar atas dulu," pamit Zahra. Semua pakaiannya ada di lantai atas tidak mungkin dia mandi di kamar tamu.Saat membuka pintu kamar utama Hisyam tidak ada di sana. Zahra cukup le

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terpesona Papa Mertua   Ikut Lomba

    Zahra membuka ponselnya, ada pesan masuk dari Hisyam kalau mobil pria itu sudah menunggunya di parkiran. Segera Zahra mempercepat langkahnya menuju ke parkiran. Untung saja Nayla sudah pulang naik taksi sehingga tidak bersamanya. Mobil hitam mengkilap sudah memunggunya. Zahra masuk ke dalam mobil dan Hisyam sudah duduk di depan menyetir mobilnya. Keduanya diam tidak banyak suara hingga mobil itu meninggalkan area kampus. Di perjalanan sesekali Zahra melihat ke arah Hisyam. Ada yang ingin di katakannya tetapi Zahra memgurungkan niatnya. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Pandangannya beralih ke kaca mobil. Gantian Hisyam yang memperhatikan istri kecilnya. Ia merasa Zahra ingin mengatakan sesuatu. Tapi apa, dia tidak bisa menebak pikiran Zahra.Hingga mereka sampai pada rumah yang menjadi istana tempat tinggalnya. Zahra langsung buru-buru keluar dari mobil tanpa menunggu Hisyam membukanya. Hisyam juga heran dengan tingkah Zahra yang berbeda dari biasanya. Ia mencob

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Hisyam Galau

    Hisyam tidak langsung menjawab permintaan Abie. Ia harus mendiskusikannya dengan Zahra. Suami mana yang sanggup melihat istri yang di cintainya berduaan dengan pria lain. Meski Abie putranya, dia bukan putra kandungnya."Akan aku tanyakan pada Mama kamu," lirih Hisyam."Kamu istirahat dulu."Hisyam keluar dari kamar Abie, dia berhasil menenangkan putranya. Giliran hatinya tidak tenang. Ia harus merelakan Zahra berdekatan dengan Abie."Permintaan yang konyol," batin Hisyam."Di saat seperti ini bisa-bisanya dia memanfaatkan situasi dan perasaanku."Sama halnya ketika Winda datang membawa Abie yang masih kecil. Meminta perlindungan padanya. Menikahinya meski tidak pernah menyentuhnya. Ia menjadi perjaka bodoh yang berstatus suami.Baru saja keluar dari pintu kamarnya. Hisyam di kagetkan keberadaan Zahra yang sudah berdiri di depan pintu. Rupanya sedari tadi Zahra berada di luar kamar Abie. Ia tidak berani masuk, takut amukan Abie."Om, mau bicara sama kamu."Lirih namun bisa di dengar Z

  • Terpesona Papa Mertua   Permintaan Abie

    Abie tersenyum, seolah dia mendapatkan kemenangannya. Papanya kembali tidak memarahinya. Ia kenal Hisyam. Seorang ayah yang tidak tegaan dan penuh kasih sayang. Di usianya yang masih bayi ibunya sudah di tinggal oleh papa kandungnya. Di usia lima tahun dia di pertemukan papa baru yang tajir melintir. Siapa yang tidak senang. Hidup berkecukupan bergelimang harta dan mendapat sekolah terbaik tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.Abie tidak pernah tahu wajah ayah kandungnya seperti apa. Karena Winda tidak pernah menunjukkan fotonya. Kemungkinan Winda terlalu sakit hati di tinggal selingkuh suaminya di saat hamil besar. Hisyam tahu jelas siapa pria itu. Tapi Hisyam selalu di wanti-wanti oleh Winda agar tidak mengatakannya pada Abie. Alasan Winda cukup kuat karena ayah kandung Abie tidak pantas membesarkan Abie. Zahra menautkan telapak tangannya di telapak tangan Hisyam. Membuat pria bertubuh tegap itu tersadar dari lamunannya. Hari ini Abie ingin pulang ke rumah, ia ingin rawat jalan. Sua

  • Terpesona Papa Mertua   Hasil Diagnosa

    "Bagaimana keadaannya?" tanya Zahra."Dia lemah, butuh banyak cairan karena tidak mau makan beberapa hari ini," ucap Hisyam.Wajahnya terlihat lelah seperti ada yang di pikirkan tapi tidak bisa di curahkan pada istrinya. Zahra tidak sanggup untuk banyak bertanya lagi. Tidak rela rasanya."Om, temani aku makan di bawah. Perutku udah melilit dari tadi," ajak Zahra manja. Tatapannya penuh permohonan membuat Hisyam tak tega. Perasaannya yang tengah gundah gulana di tepis sebentar demi menyenangkan istri tercintanya."Turunlah lebih dulu, aku mau berganti pakaian," balas Hisyam."Oke."Aku tunggu di bawah ya," ucap Zahra penuh semangat.Sepeninggal Zahra, Hisyam duduk termenung sendirian. Memikirkan perkataannya Abie yang meminta agar dirinya melepas Zahra. Ia tidak habis pikir mengapa Abie bisa berpikiran seperti itu. Hisyam merasa gagal mendidik Abie selama ini."Lama-lama karaktermu mirip seperti ayah kandungmu," lirih Hisyam. Banyak hal yang di ketahui Hisyam mengenai ayah kandung Abie

  • Terpesona Papa Mertua   Zahra Bukan Barang

    Sepulang dari bulan madu Hisyam segera bergegas menemui Abie. Ia yakin putranya itu keras kepala dan tidak mau makan. Namun pada saat dia membuka pintu kamarnya, Abie tidak ada di tempat."Dimana dia?" Seorang pelayan mendekati Hisyam seolah ada sesuatu uang ingin di beritahukannya."Maaf Tuan. Tuan muda sudah di bawa ke rumah sakit karena tubuhnya terus melemah tidak mau makan," terang ARTnya. Zahra ikut kaget mendengarnya."Kenapa aku tidak di beritahu?" Hisyam geram karena tidak ada yang memberitahunya sama sekali."Maaf Tuan, kejadiannya begitu cepat. Kami hendak memberitahu Tuan tapi Tuan sudah datang lebih dulu." Pelayan itu menjelaskan sembari menundukkan kepalanya. Bibirnya bergetar takut kalau Hisyam marah besar dan menecatnya."Ya sudah, nanti aku akan kesana," pungkas Abie. Ia pun mengajak Zahra untuk beristirahat di kamarnya. Awalnya, Zahra memasuki kamarnya sendiri. Namun karena tidak tega pada Hisyam dia memilih tinggal di kamar Hisyam saja."Om tidak apa-apa?" tanya Z

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Frustasi

    Sepulang dari bulan madu Hisyam segera bergegas menemui Abie. Ia yakin putranya itu keras kepala dan tidak mau makan. Namun pada saat dia membuka pintu kamarnya, Abie tidak ada di tempat."Dimana dia?" Seorang pelayan mendekati Hisyam seolah ada sesuatu uang ingin di beritahukannya."Maaf Tuan. Tuan muda sudah di bawa ke rumah sakit karena tubuhnya terus melemah tidak mau makan," terang ARTnya. Zahra ikut kaget mendengarnya."Kenapa aku tidak di beritahu?" Hisyam geram karena tidak ada yang memberitahunya sama sekali."Maaf Tuan, kejadiannya begitu cepat. Kami hendak memberitahu Tuan tapi Tuan sudah datang lebih dulu." Pelayan itu menjelaskan sembari menundukkan kepalanya. Bibirnya bergetar takut kalau Hisyam marah besar dan menecatnya."Ya sudah, nanti aku akan kesana," pungkas Abie. Ia pun mengajak Zahra untuk beristirahat di kamarnya. Awalnya, Zahra memasuki kamarnya sendiri. Namun karena tidak tega pada Hisyam dia memilih tinggal di kamar Hisyam saja."Om tidak apa-apa?" tanya Z

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Frustasi

    "Jadi kan buat anaknya tiap hari," goda Hisyam. Ia hendak merangkul Zahra tapi gadis cantik itu justru menepis tubuhnya."Ih ... Om ke ger-an deh. Kalau bukan karena temen Om yang tingkahnya berbau pelakor aku pasti udah duduk anteng aja," ucap Zahra membela diri."Itu tandanya sayang.""Ya enggak juga, aku mempertahankan harga diriku sebagai istri kok. Mentang-mentang tampangku bocil gini mau di ejek semaunya," gerutu Zahra.Hisyam hanya geleng-geleng kepala. Seperti biasa kalau dari pantai dia pasti ke kamar mandi untuk membersihkan diri lagi. Pasalnya tubuh terasa lengket kalau tidak langsung mandi. Pagi dah mandi siang mandi lagi pokoknya kayak lumba-lumba si Om ini.Zahra cukup bosan karena dia dari tadi menunggu Hisyam mandi tidak kelar juga. "Ini Om sedang luluran ato ngapain sih. Lama banget mandinya kayak cewek," gerutu Zahra.Ia hendak mengetuk pintu kamar mandi tapi kaget bukan main karena tiba-tiba kepala Hisyam nongol separuh dari balik daun pintu."Astagfirullahhaladzim

  • Terpesona Papa Mertua   Masih Bulan Madu

    Tak ada yang terjadi semalam, Zahra masih bergulat dengan selimutnya setelah sholat subuh. Sementara Hisyam sibuk dengan laptopnya memeriksa laporan dari Candra asisten pribadinya. Ingin dia mengabaikan semua pekerjaan itu. Namun acara bulan madu termasuk acara dadakan gara-gara ada Abie. Jadi banyak pekerjaan yang mesti harus di selesaikan."Om, kita pulang aja yuk," suara Zahra terdengar dari balik selimut.Hisyam terdiam sejenak menghentikan aktifitas di laptopnya. Tangannya berhenti mengetik, menyimpan data-data itu sebelum mematikan laptopnya. Ia mendekati istri kecilnya, menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh Zahra."Kamu bosan di sini?" tanya Hisyam."Enggak, aku cuman nggak enak. Om kayaknya banyak kerjaan," balas Zahra. Manik matanya menatap ke arah Hisyam yang tengah duduk di hadapannya."Tidak usah kamu pikirkan. Ayo kita keluar jalan-jalan lagi," ajak Hisyam.Zahra menggeleng. Ia memiringkan tubuhnya menghadap ke dinding. Tiba-tiba pria tampan itu ikut berbaring mir

  • Terpesona Papa Mertua   Membeku Di Kamar

    Hari sudah mulai gelap, keduanya sudah kembali dari pantai membersihkan diri. Hisyam tersenyum saat Zahra memakai pakaian tidur. Ia kelihatan menggemaskan dengan bajunya yang bergambar boneka. Sementara kepala Zahra masih di balut hijab. Meski memakai pakaian yang longgar tetap saja terlihat cantik.Hisyam sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba. Ia pura-pura berbaring di ranjang memasang muka kelelahan. Terpaksa dia mengakali Zahra. Hanya dengan cara itu gadis itu peka dan lebih perhatian padanya."Om balik badan dulu," ucap Zahra. Otomatis kayak boneka di remot, tubuh Hisyam langsung berbalik tengkurap. Pikirannya sudah berselancar kemana-mana. Membayangkan jari-jari lentik Zahra memijat punggungnya. "Om, badannya gede. Kayaknya jariku nggak kuat kalau mijit langsung. Boleh kan aku pakai alat bantu?" tanya Zahra."Terserah kamu saja. Yang penting pegel-pegelku hilang," kata Hisyam pasrah. Meski ia tidak tahu apa yang akan di gunakan Zahra. Daripada aksi pijat memijatnya tidak jad

  • Terpesona Papa Mertua   Menjauhkan Zahra Dari Abie

    Selama beberapa saat Abie terpaku memandang Zahra. Wanita yang selama ini di tolaknya salam pernikahan justru sekarang dia inginkan. Andai saat itu Abie lebih teliti lagi tidak terburu-buru, mungkin Zahra sekarang sudah menjadi istrinya.Zahra tengah sibuk menata makanan untuk sarapan pagi. Hari ini dia libur, lumayan bisa membantu Mbok Siyem memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan. Tidak biasanya Abie bangun lebih awal, tentu saja dia tidak ingin melewatkan momen bertemu Zahra. "Pagi Ma, cantik banget hari ini," puji Abie. Sementara Zahra merasa risih di panggil Mama oleh Abie. Ia terdiam tidak menjawab sapaan Abie. Rasanya hatinya masih kesal setelah tahu ternyata pria yang baru di kenalnya itu adalah mantan calon suami yang pernah di jodohkan dengannya dulu."Aku bantu ya nata piringnya," seloroh Abie tidak tahu malu. Gerah mendengar perkataan Abie yang menyebut dirinya Mama ia langsung menatap tajam ke arah Abie. Tak rela rasanya kalau dirinya yang masih muda di panggil Mama.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status