Share

Minta Maaf

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-03-08 06:49:47

"Maafin Om Zahra, Om hanya merasa tidak di hargai sebagai suami," ucap Hisyam. Dia merengkuh tubuh Zahra dan menenangkan tangis istrinya. Baru kali ini dalam keadaan sadar Zahra merasakan kalau pelukan Hisyam sangat nyaman. Tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya membuat Zahra merasa aman dalam pelukannya. Sementara Hisyam kembali merasakan gairah yang sudah lama mati kembali tumbuh. Namun sepertinya dia harus menahannya.

Zahra melepaskan diri dari pelukan Hisyam, dia merasa malu habis berpelukan erat dengan suaminya sendiri. Ia sampai tak berani menatap ke arah Hisyam. Ia merasa Hisyam tidak kelihatan tua sedikitpun, bahkan seperti kakaknya. Apakah karena Hisyam rajin merawat diri atau karena suaminya itu memang awet muda.

"Ada yang aneh dari wajahku, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Hisyam.

"Ah, enggak kok Om. Cuman masih aneh saja aku menikah dengan orang yang seharusnya jadi mertuaku," jawab Zahra.

"Kamu malu punya suami lebih tua darimu?" tanya Hisyam.

Zahra mengangguk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Halusinasinya Kejauhan

    "Untuk sementara ini kamu jangan keluar kamar dulu. Biasanya Abie cuma sebentar di rumah ini. Dia biasanya memilih tinggal di apartemennya," ucap Hisyam. "Tapi, bagaimana kalau dia mengetahui aku di sini. Aku belum siap menghadapinya," balas Zahra sembari menunduk."Sudahlah, tidak akan terjadi apa-apa. Aku di sini bersamamu," ucap Hisyam menenangkan hati Zahra. Zahra mengangguk mendengar perkataan Hisyam. Entah mengapa kali ini dia memilih percaya pada Hisyam daripada bingung memikirkan kedatangan Abie."Om, bener ya. Lindungin aku di sini," kembali Zahra memastikan.Hisyam mengangguk pasti, Zahra pun spontan memeluk Hisyam membuat pria itu cukup kaget. Namun, dia segera mengeratkan pelukannya sebentar. Hisyam tidak tahu mengapa perasaannya terdorong melindungi Zahra. Padahal awalnya niatnya menikahi Zahra atas dasar pertanggungjawaban bukan karena cinta. Lalu mengapa sekarang jantungnya selalu saja berdebar ketika berdekatan dengan Zahra?Hasratnya kembali mendekat manakala Zahra b

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Bingung Dengan Perasaanku

    "Jangan malu, kita kan suami istri kamu berhak kok melihat seluruh tubuhku," jawab Hisyam sembari mengedipkan matanya."Dasar Om mesum, aku pindah kamar aja kalau gitu," ancam Zahra. Baru saja mau membuka pintu Zahra baru ingat kalau Abie masih ada di rumah. Ia langsung berbalik arah tapi justru menabrak tubuh Hisyam yang hanya berbalut handuk. Dan sialnya handuk itu jatuh ke lantai. Mata Zahra langsung melotot kaget, begitu juga Hisyam mau mengambil handuk ya malah ke injak kaki Zahra."Om, sengaja ya. Mancing-mancing gitu," lirih Zahra sembari menutup matanya. "Bukannya Om sengaja, kayaknya kamu sendiri yang penasaran pingin liatin," canda Hisyam. "Udah pake handuknya belum?" tanya Zahra. Jantung Zahra seakan mau copot kalau lihat yang begituan. Seumur-umur baru kali ini. "Gimana mau pakai handuknya, kalau kamu injek handukku," keluh Hisyam. Buru-buru Zahra segera mengangkat kakinya. Sehingga Hisyam bisa mengambil handuknya. "Sudah Om?" tanya Zahra lagi. Matanya masih terpejam m

    Last Updated : 2025-03-09
  • Terpesona Papa Mertua   Buatmu Bertahan

    "Terserah kamu Zahra, mengenai perceraian itu kamu yang putuskan saja. Kapanpun kamu ingin, aku bisa menceraikanmu," ucap Hisyam. Sungguh perkataannya berbeda dengan isi hatinya, ia sudah merasa nyaman dengan Zahra. Tapi Hisyam tidak mungkin memaksa Zahra tinggal di sisinya kalau gadis itu tak menghendaki."Baguslah, tapi aku tidak ingin sekarang. Orang tuaku bisa shock kalau pernikahanku berakhir terlalu cepat. Aku harus menemukan pengganti dulu. Sehingga setelah bercerai nanti aku sudah memiliki calon pasangan yang baru," ucap Zahra.Sungguh di luar nalar, Hisyam adalah suami sahnya. Bagaimana mungkin Zahra bisa berpikir untuk mencari penggantinya."Oke satu bulan lagi, aku akan menunggu keputusanmu," jawab Hisyam dengan nada kecewa. Di usianya yang sudah matang, dia tidak suka mempermainkan pernikahan. Tapi yang di hadapinya ini adalah seorang bocah yang usianya sama dengan anak tirinya."Aku setuju, tapi selama satu bulan itu kamu tidak boleh menjalin hubungan dengan pria manapun.

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terpesona Papa Mertua   Di Antar Ke Kampus

    Pagi tidak seperti biasanya Zahra telat bangun, dia semalam kurang tidur karena memikirkan hubungannya dengan Hisyam. Zahra tidur di kamar tamu sementara Hisyam tidur di kamar utama. Mereka tidur terpisah untuk menghindari kemungkinan yang terjadi setelah kejadian ciuman semalam."Ternyata berat juga menahan sesuatu yang di inginkan," batin Zahra. Ia masih tidak percaya dirinya selalu tenggelam dalam pelukan Hisyam. Pria yang di sebutnya Om-Om itu selalu membuatnya terlena. Padahal dalam prinsip Zahra dia tidak suka pasangan yang usianya lebih tua darinya.Tok tok tokKetukan pintu membuat Zahra terkaget. Ia segera membuka pintu ternyata ART nya."Non, kata Tuan Non Zahra harus segera bersiap-siap karena hari ini Tuan Hisyam yang memgantar Non berangkat kuliah," ujar Mbok Jum."Eh. Iya Mbok, makasih ya. Aku ke kamar atas dulu," pamit Zahra. Semua pakaiannya ada di lantai atas tidak mungkin dia mandi di kamar tamu.Saat membuka pintu kamar utama Hisyam tidak ada di sana. Zahra cukup le

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terpesona Papa Mertua   Ikut Lomba

    Zahra membuka ponselnya, ada pesan masuk dari Hisyam kalau mobil pria itu sudah menunggunya di parkiran. Segera Zahra mempercepat langkahnya menuju ke parkiran. Untung saja Nayla sudah pulang naik taksi sehingga tidak bersamanya. Mobil hitam mengkilap sudah memunggunya. Zahra masuk ke dalam mobil dan Hisyam sudah duduk di depan menyetir mobilnya. Keduanya diam tidak banyak suara hingga mobil itu meninggalkan area kampus. Di perjalanan sesekali Zahra melihat ke arah Hisyam. Ada yang ingin di katakannya tetapi Zahra memgurungkan niatnya. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Pandangannya beralih ke kaca mobil. Gantian Hisyam yang memperhatikan istri kecilnya. Ia merasa Zahra ingin mengatakan sesuatu. Tapi apa, dia tidak bisa menebak pikiran Zahra.Hingga mereka sampai pada rumah yang menjadi istana tempat tinggalnya. Zahra langsung buru-buru keluar dari mobil tanpa menunggu Hisyam membukanya. Hisyam juga heran dengan tingkah Zahra yang berbeda dari biasanya. Ia mencob

    Last Updated : 2025-03-16
  • Terpesona Papa Mertua   Syarat Yang Unik

    Zahra terdiam sebentar, sebenarnya tidak terlalu sulit. Tapi sungguh menggelikan satu pertanyaan satu ciuman. Ya setidaknya Hisyam cukup sportif menyatakan keinginannya. Dia juga tidak berdosa karena yang di ciumnya adalah suami sendiri."Bagaimana? Kamu mau?" tanya Hisyam lagi."Baiklah Om, aku bersedia," ucap Zahra lemah. Ia kemudian membacakan daftar pertanyaan pertama pada Hisyam. Pria tampan itu tersenyum dan menarik dagu Zahra kemudian memagut lembut bibir istrinya. Dia tidak hanya memagut sebentar tapi menjelajah masuk ke dalam mulut Zahra."Emmph," desis Zahra. Hisyam melepaskan pagutannya, lalu dia menjawab pertanyaan Zahra sesuai kesepakatan. Hisyam terlihat berwibawa membuat Zahra terkesan sembari memegang ponselnya untuk memvideo suaminya. Dari layar hape itu justru bisa melihat ketampanan Hisyam. Ia menjawab pertanyaan Zahra dengan lugas. Dalam hati Zahra memuji kecerdasan suami yang selalu dia katakan Om-om."Pertanyaan kedua, apakah Anda pernah mengalami kebangkrutan?"

    Last Updated : 2025-03-16
  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Abie

    Zahra mengetik hasil wawancaranya, ia tidak kesulitan karena asisten Hisyam mengirimkan data yang di jnginkan Zahra. Tentu saja atas seijin Hisyam. Semenjak kejadian itu, Zahra sering menghindari Hisyam. Ia menjauhkan diri sampai pindah kamar segala.Gadis itu tersinggung karena Hisyam hanya menginginkan tubuhnya. Tidak mencintainya. Zahra memaklumi kalau cinta Hisyam sudah habis untuk Winda almarhum istrinya. Apalagi mendengar perkataan Brenda membuat perasaannya makin campur aduk. Usai mengetik di laptop tanpa sadar Zahra terserang rasa kantuk. Dia menyandarkan kepalanya di atas meja. Lama-lama tertidur juga saking ngantuknya.Sementara di kamar utama, Hisyam tidak menemukan keberadaan Zahra. Dia panik karena semua pakaian Zahra tidak ada di lemari. Langsung Hisyam merogoh ponselnya barangkali Zahra meninggalkan pesan. Ternyata benar, gadis itu meninggalkan pesan pendek, kalau pindah di kamar sebelah."Om, maaf aku pindah di kamar sebelah. Aku pingin sendiri dulu," pesan Zahra.His

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terpesona Papa Mertua   Di Tegur Suami

    Zahra tidak mau di antar Abie sampai ke rumahnya. Dia memilih naik taksi, hal itu tentu saja membuat Abie kecewa karena kehilangan cewek incarannya. Sampai di rumah, Zahra yang tidak memakai pakaian yang sama seperti tadi pagi mendapat teguran dari Hisyam."Pakaianmu kenapa bisa ganti?" Hisyam menghentikan langkah Zahra sewaktu tiba di depan pintu kamar."Bukan urusan Om," jawab Zahra dingin."Kok bukan urusanku, kamu itu istriku Zahra. Kamu harus jaga sikap di luar sana," peringat Hisyam. Zahra yang hendak masuk ke dalam kamarnya menjadi berbalik menoleh ke arah Hisyam. "Om, sadar gak sih kita itu menikahnya diam-diam. Jadi, mana mungkin ada yang tahu hubungan kita," bantah Zahra."Oh, jadi karena itu kamu leluasa jalan sama pria lain. Ke butik beli pakaian. Seolah aku tidak bisa belikan kamu baju," protes Hisyam."Om, mata-matain aku?" tanya Zahra sedikit berang."Bukan mata-matain kamu. Aku hanya tidak ingin kamu sembarangan kenal orang," kata Hisyam. "Om, kok jadi ngatur-ngatur

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Malam Pertama

    "Mas..." Desahan Winda akhirnya lolos juga. Karena itulah Abie makin berani meneruskan aktivitasnya.Winda menatapnya dengan tatapan sayu. Matanya yang sendu mulai kelihatan takut. Padahal inilah yang sangat di tunggunya. Tapi ketika saatnya tiba, Winda menjadi ciut nyalinya.Saat Abie berusaha menyatukan tubuhnya. Winda tiba-tiba meringis wajahnya berubah kesakitan. Ini pertama kalinya bagi Winda tentu saja sakit rasanya."Sa ... sakit, Mas."Abie berhenti sejenak."Sabar Sayang, nanti kalau sudah masuk pasti enak," hibur Abie."Iya Mas, lanjut ..." ucap Winda. Ia tidak ingin mengecewakan suaminya."Bener tidak apa-apa, kalau kamu belum siap kita bisa hentikan sekarang," balas Abie. Meski ia ingin sekali. Abie tidak ingin membuat Winda ketakutan."Nggak apa-apa Mas. Kita coba lagi," bibirnya bergetar saat mengatakannya. Ia tahu ini harus segera di lalui demi keharmonisan rumah tangganya.Abie tidak jadi langsung memasukkan miliknya ke dalam. Dia ingin membuat Winda rileks terlebih dah

  • Terpesona Papa Mertua   Rindu

    Seulas senyum menghiasi wajah cantik Winda. Ia tidak jadi menangis. Sosok yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Semua rasa kerinduan pecah seketika berganti kebahagian. "Mas ..." ucapnya lirih sembari memeluk erat suaminya. Seolah takut kalau Abie akan pergi lagi. "Mas lama sekali ... tidak biasanya Mas pulang telat," cerocos Winda. Ia sempat melihat ada tetes air di sudut mata istrinya.Abie tertegun sejenak. Ia merasa di harapkan. Keberadaannya ternyata di inginkan istrinya. Bukan uang yang di tanyakan Winda. Wanita itu terlihat mengkhawatirkan dirinya.Abie tertegun sejenak, ia kehilangan kata-kata. Bungkus kresek yang di bawanya berisikan makanan, paperbag berisi baju baru serta buket bunga ia letakkan di atas sofa. Tangannya mengusap punggung istrinya lembut. "Maaf tadi batreku habis," ucap Abie penuh penyesalan. Ia tidak menyangka kalau Winda menunggunya. Hubungan mereka yang baru seumur jagung mengalami perkembangan yang pesat.Winda membalasnya dengan anggukan. Ia m

  • Terpesona Papa Mertua   Menang Tender

    Suasana hening ketika rapat. Tak ada yang berani menyela, sepertinya perusahaan Abie akan kalah jika begini. Abie tidak bisa tinggal diam. Ia baru kerja di sini. Harapannya besar. Ia ingin Hisyam dan Winda bangga padanya. Abie ingat bagaimana sikap papanya ketika menghadapi situasi sulit.Sebelumnya, diam-diam Abie membuat proposal rencana sendiri. Ia bangkit dari tempat duduknya."Kalau boleh, saya minta izin Pak CEO untuk memaparkan perencanaan yang saya buat." Abie berdiri dengan postur tegap dan tatapan sungguh-sungguh menatap ke arah CEO.Seseorang berdiri menolak."Kamu?Tidak, kamu karyawan baru. Mana mungkin kamu bisa."Abie tersenyum dan tidak tersinggung. Ia tetap tenang, dulu ia sudah pernah menghadapi situasi lebih sulit. Ini baru rapat tender, bukan situasi dimana perusahaannya bangkrut."Biarkan dia mencoba," ucap Sang CEO. Ia sudah terlalu pusing memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi."Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin," jawab Abie. Ia tidak m

  • Terpesona Papa Mertua   Kesedihan Hati

    Citra menghentikan aktivitasnya. Sepertinya triknya berhasil membuat kaki Dimas merespon sentuhannya. Ia akhirnya menelepon Dokter Rini. Dokter Rini yang tengah sibuk meminta temannya untuk datang ke rumahnya memeriksa kondisinya.Citra menghampiri dokter dengan tatapan penuh harap. "Dok, tadi aku benar-benar melihat Tuan Dimas menggerakkan kakinya," katanya, suaranya bergetar sedikit. Dokter memandang Dimas, "Coba Tuan, gerakkan kakinya sekali lagi." Dengan susah payah, Dimas menggerakkan telapak kakinya satu demi satu, setiap gerakan tampak lemah dan berat, namun ada sedikit kelegaan di wajahnya."Its, okey tidak masalah. Perkembangan luar biasa ini akan saya laporkan pada Dokter Rini," kata Dokter Ferdi."Saya nanti akan sering kemari mengecek perkembangannya." Ucapan Dokter Ferdi membuat Citra senang. Pasalnya dengan ada Dokter tersebut pekerjaannya merawat Dimas yang suka tantrum itu berkurang. Dimas melirik ke arah Citra. Ia tahu Citra senang kalau ada orang lain yang akan mengu

  • Terpesona Papa Mertua   Cara Ekstrim

    "Tuan menurut saja. Kalau tidak, aku akan berbuat macam-macam," ucap Citra terkesan mengancam. Tapi dia tersenyum manis pada Dimas. Terpaksa Dimas membiarkan Citra membersihkan miliknya mengelapnya dengan washlap hangat. Sial, miliknya justru semakin tegak sempurna. Ia heran, Citra bersikap biasa saja. Seperti sudah sering melihat barang model tugu peringatan itu. Tubuh Dimas tiba-tiba memanas. Di ikuti wajahnya yang memerah. Untung saja dia lumpuh, kalau tidak mungkin sudah terjadi hal yang tidak di inginkan. "Milik Tuan ini tampan. Sayang, tidak pernah di gunakan," ucap Citra. Tangannya terus saja mengusap batang tegak itu bergerak naik turun. Sontak saja Dimas mendesah lirih. Ia terlalu malu untuk teriak. "Ini akan membantu Tuan sedikit rileks agar tidak ngamuk terus," bisik Citra di telinga Dimas. "Kamu jangan kurang ajar. Turunkan tanganmu dari sana!" perintah Dimas. Wajahnya terus saja memerah, bibirnya sesekali mengeluarkan kalimat yang tidak ingin di ucapkannya. Sialn

  • Terpesona Papa Mertua   Menghadapi Pria Tantrum

    Citra menatap ke sekeliling rumah. Rumah besar bernuansa warna serba putih dengan perabotan yang dominan warna putih membuatnya sedikit terkesan."Ini rumahku, kamu boleh tinggal di sini selama kamu merawat putraku," ucap Dokter Rini."Dia mengalami lumpuh akibat kecelakaan yang di alaminya. Karena ia sering marah-marah dan tidak mau menjalani terapi dengan benar. Mengakibatkan sulit sembuh.""Aku harap kamu bersabar dengannya. Kamu akan sering mendengar dia mengucapkan kata-kata kasar. Tapi itu hanya penampiasan emosinya.""Ingat, kamu tidak bisa keluar dari sini. Sebelum kamu menyelesaikan tugasmu. Biaya rumah sakitmu aku yang menanggung selama ini. Jadi, kau lunas dulu hutang-hutangmu," tegas Dokter Rini."Ini kamarmu. Pekerjaanmu di mulai sekarang."Citra mau tidak mau harus menerima pekerjaan ini. Ia terancam di penjara kalau tidak bisa melunasi hutangnya. Tak ada pilihan lain. Citra juga tidak mungkin kembali ke rumah Reno. Pria itu akan kembali menyiksanya.Sekarang dia akan me

  • Terpesona Papa Mertua   Di Tolong Seorang Dokter

    Winda menggunakan baju sederhana, panjang namun tetap kelihatan modis karena wajah Winda yang sudah cantik dari sana nya. Apapun yang di kenakannya terlihat branded.Tangannya tampak canggung membenarkan hijabnya sedari tadi. Abie tersenyum, meraih tangan Winda terus menggandengnya. Mereka memasuki sebuah Cafe sederhana yang di penuhi candle Light di atasnya. Seperti orang yang baru pertama kali pacaran tangan Winda dingin sedari tadi. Ia memang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki. Apalagi pakai acara di gandeng segala. Meski ini bukan pertama kalinya Abie menggandeng tangannya. Tetap saja ada rasa deg-degan merayap di hatinya. Jantungnya terus berpacu seiring langkah kakinya.Banyak pasang mata yang menatap iri dan kagum. Mereka seperti bintang tamu di Cafe itu. Yang satunya cantik dan yang satunya ganteng. Ada juga yang di marahi pacarnya gara-gara melihat Abie atau Winda terlalu lama."Mas matanya di jaga dong!" cubit salah seorang wanita pada pacarnya."He ... he ... he maaf

  • Terpesona Papa Mertua   Benarkah Sudah Berubah

    Ruangan Presdir yang luas dan modern dengan perabotan kantoran berkelas di penuhi suasana hening. Hisyam tampak duduk tenang di singgasananya. Sementara Candra hari ini datang ingin melaporkan semua hal yang di minta Hisyam.Dalam keheningan itu Hisyam mulai angkat bicara."Bagaimana, kamu sudah menyelidiki kehidupan Abie yang sekarang? Apa dia benar-benar berubah atau dia bersandiwara berubah menjadi baik?"Tatapan tegas Hisyam tidak menakutkan Candra karena mereka adalah teman sedari kecil. Namun hal itu tidak mengurangi rasa hormat Candra terhadap Hisyam."Orangku sudah menyelidikinya. Kehidupannya biasa saja sangat jauh berbeda gayanya dulu. Ia menikah karena terpaksa. Tapi sepertinya ia serius dengan pasangannya kali ini," terang Candra.Hisyam bisa bernafas dengan lega. Susah payah dia menerapkan kebaikan pada Abie tapi saat itu watak Reno yang lebih dominan. Hingga akhirnya terpaksa dia menarik hak-hak Abie agar putra angkatnya itu belajar tentang kehidupan."Ada yang menarik d

  • Terpesona Papa Mertua   Bertemu Mertua

    Perjalanan yang tidak cukup jauh berboncengan motor matic antara Abie dan Winda kini mengantarkan mereka sampai di rumah makan. Abie berhenti di parkiran membantu Winda melepaskan helmnya saat ia sudah turun dari motor."Win, kenapa kita tidak ke rumahmu saja ketemuannya. Agar aku juga tahu dimana rumahmu," ucap Abie sembari berjalan beriringan menggandeng tangan Winda masuk ke dalam rumah makan.Tak sedikitpun Abie melepaskan gandengan tangannya. Membuat Winda merasa dag dig dug. Ia mengambil nafas agar bisa mengontrol jantungnya berdetak lebih teratur.Dari kejauhan Hilman melihat putrinya di gandeng seorang pria tampan yang berjalan ke arahnya. Entah mengapa dia merasa familiar dengan wajah pria tersebut. Tapi dimana dia pernah bertemu. Ia kesulitan mengingatnya.Hingga kaki langkah mereka semakin mendekat ke arahnya. Winda sekilas seperti memberi isyarat pada Abie untuk menghentikan langkahnya."Mas, itu Papaku. Dia yang memakai kemeja hitam," bisik Winda. Winda memang sudah mengi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status