Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.
Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap. Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget. Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkadang datang menemui Hisyam untuk membicarakan bisnis mereka. Brenda sudah lama menaruh hati pada Hisyam. Sayangnya, pada waktu itu Hisyam lebih mencintai Winda. Hisyam langsung menyembunyikan kotak makan imutnya dari jangkauan Brenda. "Tumben kamu bawa bekal, biasanya kamu beli makanan di sekitar sini," tegur Brenda. "Ya, aku tidak ingin asam lambung kambuh gara-gara telat makan," jawab Hisyam. Dalam hati Hisyam merutuki dirinya sendiri. Mengapa harus berbohong pada Brenda. Padahal dia tidak punya gejala asam lambung. Ia selalu menjalani hidupnya secara sehat tidak ada penyakit dalam. "Sejak kapan kamu punya asam lambung, mengapa tidak pernah cerita padaku?" tanya Brenda. "Mengapa harus cerita padamu?" tanya Hisyam. "Bu ... bukan begitu, aku bisa mengajakmu makan siang atau sarapan agar kamu tidak telat makannya," jawab Brenda gugup. Ia tidak jngin Hisyam tahu kalau selama ini Brenda memiliki perasaan khusus pada Hisyam. Brenda terpaksa mengalah saat tahu sahabatnya sendiri yaitu Winda mencintai Hisyam begitu juga sebaliknya Hisyam juga ada perasaan khusus pada almarhum Winda. Cinta keduanya pun bersatu dalam pernikahan meski Winda akhirnya tidak lama kemudian meninggal karena penyakitnya. "Tebanglah, aku bukan anak kecil lagi yang sedikit-sedikit harus di peringatan. Aku bisa menjaga diriku sendiri," ucap Hisyam. Mereka kemudian pun membahas bisnisnya kembali. Brenda yang bergerak dalam usaha barunya di bidang properti membutuhkan dukungan Hisyam. Karena biasanya Brenda mengembangkan usahanya di bidang fashion kini merambah di bidang ptoperti. Sudah banyak pengusaha yang melamarnya namun di tolak karena belum ada yang cocok di hatinya. Tak terasa waktu sudah semakin sore, Hisyam pun berniat pulang ke rumahnya. Ia sudah tahu kalau hari ini Zahra akan pulang telat sesuai ijinnya tadi pagi. Tiba-tiba Brenda menyusul Hisyam, dia hendak mengajak Hisyam ke suatu tempat. "Kau tidak sibuk kan hari ini?" tanya Brenda. "Aku mau pulang istirahat," jawab Hisyam. "Bisa tidak antar aku untuk membeli sesuatu untuk kado temanku. Temanku laki-laki, aku tidak tahu mana yang harus aku pilih," ucap Brenda. "Pilih saja sesuai seleramu. Aku benar-benar ingin pulang dan istirahat. Maaf, Brenda aku tidak bisa menemani," tolak Hisyam. Wajah Brenda muram sedikit di tekuk, tapi Hisyam tidak peduli. Ia pria sudah menikah harus menjaga perasaan Zahra meski keduanya tidak ada perasaan cinta. Hanya sekedar saling menghormati saja. "Ya sudah, aku pulang dulu," lirihnya kecewa. Hisyam mengangguk sebentar lalu masuk ke dalam mobilnya. Ia harus membatasi hubungannya dengan Brenda begitulah pikirnya. Sampai di rumah, hanya ada ART yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Zahra belum pulang, Hisysm pun segera mandi untuk membersihkan dirinya. Usai berganti pakaian dia memilih merebahkan diri di sofa lebar itu yang sekarang jadi tempat tidurnya. Hisyam menunggu Zahra tak kunjung pulang, perasaannya gelisah mau tidur tapi tidak bisa tidur. Baru bangun dari tempat tidurnya dia mendengar suara mobil di depan pagar rumahnya. Hisyam pun mengintip dari balik jendelanya. Tampak ada seorang lelaki muda yang mengantar Zahra sampai depan pintu pagar. Mereka tersenyum ceria, Hisyam tidak pernah melihat Zahra tersenyum seceria itu. Ia pikir apa wajahnya terlalu menyeramkan sehingga Zahra jarang tersenyum padanya. Hisyam kembali menutup pintu kordennya setelah di lihat Zahra masuk ke dalam rumahnya. Hisyam pura-pura tidur agar Zahra tidak merasa terganggu . Terdengar bunyi pintu kamar di buka, langkah kaki masuk dan suara langkah kaki berhenti di dekat ranjang. Zahra melihat ke arah Hisyam yang sudah tertidur lelap. Ia pikir Hisyan memang tidur beneran. Tanpa pikir panjang Zahra membuka jilbabnya . Rambutnya yang panjang lurus tergerai indah. Ia membuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskan blouse yang dipakainya. Hisyam tidak tidur, dia kaget melihat tubuh seksi istrinya yang hanya mengenakan bra dan celana dalam. Putih bersih tanpa bekas luka serikitpun. Tenfah duduk di pinggiran ranjang. Kedua dada Zahra terlihat padat, bulat, menantang. Hisyam menelan salivanya, miliknya menegang meronta-ronta ingin di keluarkan. Saat Zahra menggerakkan kepalanya menoleh ke arah Hisyam, dia pura-pura memejamkan matanya kembali. Jantung Hisyam berdetak tak teratur. Tindakan Zahra bisa membuatnya gila kalau begini. Zahra pun meraih bathrobenya dan masuk ke dalam kamar mandi. Usai Zahra menutup pintu kamar mandinya, Hisyam membuka matanya. Dirinya tersiksa atas ulah istri kecilnya itu. Miliknya sudah menegang sedari tadi tidak bisa di tenangkan. Beberapa menit kemudian Zahra keluar dari kamar mandi. Ia sudah berpakaian komplit karena biasanya memang begitu. Ia lalu naik ke atas tempat tidurnya. Seperti biasa Zahra menonton film di hapenya untuk mengusir rasa kesepiannya. Tadi temannya iseng mengirimkan dwonload film romantis. Zahra terdiam menonton film itu, dia ikut menangis sedih melihat film drakor yang menyentuh hatinya. Hisyam mendengar suara tangis Zahra segera bangkit dari sofa. Ia penasaran apa yang terjadi pada istri mungilnya itu. "Kamu kenapa menangis?" tanya Hisyam. "Tidak apa-apa. Aku cuman terharu lihat film ini," ucap Zahra. "Ya sudah, aku pikir kenapa. Kamu tidur saja. Ini sudah malam, besok kamu kuliah lagi kan?" ucap Hisyam.. Tiba-tiba dari arah pintu jendela terdengar suara petir menggelegar. Kaget mendengarnya, Zahra berteriak ketakutan. "Om, aku takut petir!" kata Zahra. "Ada aku di sini, kamu tidak perlu takut," jawab Hisyam. Pria tampan itu duduk di dekat Zahra. Petir kembali datang dengan suara yang lebih keras lagi. Zahra spontan langsung memeluk Hisyam. "Aku takut, Om," lirih Zahra memeluk Hisyam kenceng. Ia seperti anak kecil yang butuh perlindungan. "Ya, sekarang aku sudah ada di sini kamu tidurlah," ucap Hisyam lembut menenangkan membaringkan Zahra.Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata
"Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal
"Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me
"Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu
"Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa
Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata
Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad
"Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie."Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram."Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya pa
"Jangan panggil aku Pak, panggil Mas. Aku kelihatan terlalu tua jika kau memanggilku Pak. Aku bukan bapakmu," protes Hisyam."Bapak ini lucu, usia tidak akan pernah bisa berbohong. Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," ujar Zahra. Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia 20an itu pun mundur sedangkah ke belakang."Ya sudah aku panggil Om saja, karena memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra."Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan Bapak-Bapak," balas Hisyam nyerah. Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam."Jawab jujur, aku dan Abie lebih tampan mana?" tanya Hisyam."Aku tidak pernah bertemu Mas Abie secara langsung. Aku hanya melihatnya di poto, mana tahu aslinya lebih tampan mana," ungkap Zahra.Hisyam baru sadar kalau selama ini mereka di jodohkan oleh Winda. Mungkin karena Zahra yang dandanannya sederhana membuat Abie kurang tertarik. Karena pakaian Zahra serba tertutup."Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu
"Tenanglah, aku akan mencoba menghubungi Abie lagi," kata Hisyam mencoba menenangkan besannya. Ia tidak menyangka akan di hadapkan pada situasi pelik seperti ini. Hisyam yang terbiasa menghadapi situasi rumit dalam urusan bisnisnya kini di hadapkan pada masalah pernikahan putra tirinya."Winda, mengapa kamu meninggal lebih dulu. Sehingga putramu mempermalukanku hari ini," batin Hisyam. Ia setengah menggerutu karena sebenarnya Abie juga bukan putra kandungnya. Tapi kenapa dia yang kena getahnya.Hisyam benar-benar marah karena Abie tak kunjung bisa di hubungi. Semya mata tertuju kepadanya menatapnya tajam seolah mengintimidasinya. "Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya."Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. Pernyataan dari Hisyam membuat me
"Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal